Anda di halaman 1dari 37

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Narkoba

2.1.1 Pengertian Narkoba

Pengertian narkotika menurut Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang

Narkotika Pasal 1 angka 1 adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau

perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,

dan dapat menimbulkan ketergantungan, atau ketagihan yang sangat berat

Narkoba adalah kependekan dari narkotik dan obat-obatan berbahaya. Namun

sekarang narkoba umumnya diartikan untuk meliputi narkotik, psikotropik dan

alkohol. Pihak pemerintah cenderung lebih senang menggunakan istilah NAPZA

(Narkotik, Psikotropik dan Zat Adiktif). Yang termasuk zat ilegal (drugs) adalah

heroin (mis. putaw), metamfetamin (sabu), mariyuana (ganja) dan halusinogen, serta

obat resep yang dapat disalahgunakan, misalnya benzodiazepin (Spritia, 2012).

Psikotropika ialah obat atau zat yang berbahaya yaitu zat kimia yang dapat

merubah reaksi tingkah seseorang terhadap lingkungannya. Tindak pidana

penyalahgunaan psikotropika adalah penggunaan psikotropika yang tidak sesuai

dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang

Narkotika.

5
6

Zat atau obat psikotropika ini dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang

susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya

halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan

dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang)

bagi para pemakianya. Pemakaian Psikotropika yang berlangsung lama tanpa

pengawasan dan pembatasan pejabat kesehatan dapat menimbulkan dampak yang

lebih buruk, tidak saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan

berbagai macam penyakit serta kelainan fisik maupun psikis si pemakai, tidak jarang

bahkan menimbulkan kematian.

Narkoba adalah obat/bahan/zat, yang bukan tergolong makanan. Jika diminum,

dihisap, dihirup atau disuntikkan, berpengaruh terutama pada kerja otak (susunan syaraf

pusat) dan sering mengakibatkan ketergantungan (Martono, 2015).

Menurut undang-undang, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman

atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintesis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilang nya rasa, mengurangi sampai menghilangkan

rasa nyeri, dan menimbulkan ketergantungan (Martono, 2015).

Sebagian jenis narkoba berguna dalam pengobatan, tetapi karena menimbulkan

ketergantungan, penggunaannya harus berhati-hati dan harus mengikuti petunjuk

dokter atau aturan pakai, contohnya morfin dan petidin, yang digunakan untuk

menghilangkan rasa nyeri pada penyakit kanker; obat untuk membius pasien pada

waktu operasi; amfetamin untuk mengurangi nafsu makan, dan berbagai jenis pil
7

tidur dan obat penenang. Ada juga yang secara luas digunakan sebagai obat,

contohnya kodein (obat batuk) (Harumindari, 2005).

2.1.2 Jenis-jenis Narkoba

Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika

mencantumkan bahwa psikotropika dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:

1. Psikotropika Golongan I Psikotropika golongan ini hanya dapat digunakan untuk

tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai

potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.

2. Psikotropika Golongan II Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang

berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan

ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma

ketergantungan.

3. Psikotropika Golongan III

Psikotropika Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan

banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengetahuan serta mempunyai

potensi sedang mengakibatkan ketergantungan.


8

4. Psikotropika Golongan IV

Psikotropika Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan

sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan

Pada dasarnya narkoba dibedakan atas beberapa jenis, satu diantaranya adalah

narkotika. Setelah kembali diteliti narkotika ini dibagi menjadi tiga bagian

yaitu:

1. Narkotika alami

Narkotika alami adalah narkotika yang sumber utamanya berasal dari tumbuh-

tumbuhan (Tanjung, 2014). Narkotika alami, yang terbagi menjadi 3 jenis yaitu:

a. Asian poppy

Asian poppy merupaka tanaman yang getahnya dikeringkan dan ditumbuk

menjadi bubuk serbuk bunga opium. Bubuk ini mengandung morfin, dan

selanjutnya dari morfin dibuatlah menjadi heroin. Dalam ilmu kedokteran

opiat digunakan khususnya untuk penghilang rasa sakit. Kadang – kadang

dipakai sebagai obat penghilang batuk dan obat diare.

b. Mariyuana (ganja)

Maryuana dalam istilah medik sering disebut dengan Cannabis Sativa yaitu

sejenis tanaman perdu yang biasanya digunakan sebagai obat relaksasi dan

untuk mengatasi intoksikasi ringan (Tanjung, 2014).


9

c. Kokain

Kokain tergolong stimulansia (meningkatkan aktivitas otak dan fungsi organ

tubuh lain). Menurut Undang-Undang kokain termasuk narkotika golongan I,

berbentuk kristal putih, yang digunakan dengan cara disedot melalui hidung,

dirokok dan disuntikkan. Cepat menyebabkan ketergantungan. (Martono, 2015).

2. Narkotika semi sintetik

Narkotika semi sintetik adalah jenis zat/obat yang diproses sedemikian rupa

melalui porses sintesis (Tanjung, 2014). Narkotika semi sintetik, terbagi menjadi

3 jenis yaitu:

a. Morfin

Merupakan turunan opium yang dibuat dari hasil pencampuran antara getah

pohon poppy dengan bahan – bahan kimia lain. Morfin merupakan zat aktif

dari opium. Dalam dunia kedokteran zat ini digunakan untuk mengurangi rasa

sakit. Tetapi karena efeknya yang negatif maka penggunaannya diganti

dengan obat – obat sintetik (Tanjung, 2014).

b. Kodein

Kodein mempunyai tempat terhormat di dunia kadokteran dan banyak untuk

manahan batuk (antitusif) dan penghilang rasa sakit (analgesik), walaupun zat ini

cukup populer, tetapi mempunyai sifat asal yang dapat menimbulkan efek yang
10

tidak diinginkan, oleh karena itu penggunaan kodein masih diawasi oleh lembaga-

lembaga nasional dan internasional (Tanjung, 2014).

c. Heroin

Heroin dikenal sebagai bubuk putau karena berupa bubuk putih, heroin

berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Penggunaannya dilarutkan

dalam air lalu disuntikkan ke dalam pembuluh darah, atau dihirup melalui

hidung setelah dibakar (ngedrag). Terjadinya ketergantungan setelah

memakainya beberapa kali (Tanjung , 2014).

3. Narkotika sintetik

Narkotika yang bersifat sintetik adalah narkotika yang dihasilkan berdasarkan

tiruan dengan pengolahan manusia. Pada umumnya obat-obatan ini mempunyai

efek analgesik (dapat mengurangi rasa nyeri/ sakit) dari indikasi kecanduan dan

ketergantungan. Narkotika sintetik tersebut antara lain: Methadone, Meperidene

dan Levorphanol.

Obat-obatan tersebut hanya dapat dibeli / diperoleh dengan resep dokter. Atau

bila benar-benar dibutuhkan untuk pengobatan/ penyembuhan bagi pecandu

narkotika (Indrawan, 2015).


11

2.1.3 Obat Psikotropika

Obat psikotropika ialah obat yang bekerja pada atau mempengaruhi hgsi fisik

psikis, kelakuan atau pengalaman ( WHO, 1966). Sebenarnya psikotropika baru

dikenalkan sejak lahinzya suatu cabang ilmu farmakologi yakni psikofarmakologi,

yang khusus mempelajari psikofarmaka dan psikotropik. Psikofofannaka dan

psikotropik. Psikofat sejak ditemukannya alkaloid Rauwolfia dan klorpromazin yang

ternyata efektif untuk mengobati kelainan psikiatnk. Berbeda dengan antibiotik,

pengobatan dengan psikotropik bersifat simtomatik dan lebih didasarkan atas

pengetahuan empirik. Hal ini dapat dipahami karena, karena patofisiologi penyakit

jiwa belum jelas. Psikotropik hanya mengubah keadaan jiwa penderita sehingga lebih

kooperatif dan dapat menerima psikoterapi dengan lebih baik (Santoso dan Wiria,

1995).

1. Sabu-sabu

Sabu-sabu tergolong amfetamin, yang berpengaruh memacu kerja otak

(stimulasi). Sering disebut ubas, ice. Berpotensi sangat tinggi menyebabkan

ketergantungan. Sabu-sabu berbentuk kristal putih (seperti vetsin),

penggunaannya dengan dihirup atau disuntikkan (Martono , 2015)

Pengaruh segera setelah pemakaian sabu – sabu adalah :

a. Menyebabkan perasaan gembira, mudah tersinggung, dan cemas.

b. Meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, dan pernapasan.

c. Selera makan berkurang, mulut kering, berkeringat, dan bicara cepat.


12

d. Sakit kepala, penglihatan buram, dan pusing, pupil melebar.

Pengaruh jangka panjang pemakaian sabu - sabu adalah :

a. Gelisah, mudah curiga (paranoid), dorongan untuk melakukan bunuh diri.

b. Kurang gizi.

c. Halusinasi (penglihatan atau pendengaran semu).

d. Agresif, dapat melakukan tindakan keji, akal sehat hilang dan tidak memiliki rasa

malu.

e. Ketergantungan dan gejala putus zat (murung dan letih).

2. Ekstasi

Ekstasi tergolong amfetamin, yang berpengaruh memacu kerja otak. Ekstasi

ini beredar dalam bentuk tablet dan pil, dengan ukuran sebesar kancing baju

(Tanjung, 2014).

2.1.4 Bahaya penyalahgunaan Narkoba

Bagi pecandu, bahaya narkoba tidak hanya merugikan masalah fisik saja tetapi

akan mengalami gangguan mental dan kejiwaan. Sebenarnya narkoba ini merupakan

senyawa-senyawa psikotropika yang biasa digunakan dokter atau rumah sakit untuk

membius pasien yang mau dioperasi atau sebagai obat untuk penyakit tertentu, tetapi

persepsi tersebut disalah artikan akibat penggunaan di luar fungsinya dan dengan

dosis yang di luar ketentuan. Apabila disalah gunakan, bahaya narkoba dapat
13

mempengaruhi susunan syaraf, mengakibatkan ketagihan, dan ketergantungan, karena

mempengaruhi susunan syaraf. Dari ketergantungan inilah bahaya narkoba akan

mempengaruhi fisik, psikologis, maupun lingkungan social ( Tanjung, 2014 ).

1. Bahaya narkoba terhadap fisik

a. Gangguan pada sistem syaraf (neurologis)

b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)

c. Gangguan pada kulit (dermatologis)

d. Gangguan pada paru-paru (pulmoner)

e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh

meningkat, pengecilan hati dan insomnia

f. Gangguan terhadap kesehatan reproduksi yaitu gangguan padaendokrin,

seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron,

testosteron), serta gangguan fungsi seksual.

g. Gangguan terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain

perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe

(tidak haid)

h. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum

suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis

B, C, dan HIV
14

i. Bahaya narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi over dosis yaitu konsumsi

narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis ini bisa

menyebabkan kematian.

2. Bahaya narkoba terhadap psikologi

a. Kerja lamban dan seroboh, sering tegang dan gelisah

b. Hilang rasa percaya diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga

c. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal

d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan

e. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri

3. Bahaya narkoba terhadap lingkungan sosial

a. Gangguan mental

b. Anti-sosial dan asusila

c. Dikucilkan oleh lingkungan

d. Merepotkan dan menjadi beban keluarga

e. Pendidikan menjadi terganggu dan masa depan suram

Adapun bahaya narkoba berdasarkan jenisnya adalah sebagai berikut

(Tanjung, 2014 ).

1. Opioid:

a. Depresi berat

b. Apatis
15

c. Rasa lelah berlebihan

d. Malas bergerak

e. Banyak tidur

f. Gugup

g. Gelisah

h. Selalu merasa curiga

i. Denyut jantung bertambah cepat

j. Rasa gembira berlebihan

k. Banyak bicara namun cadel

l. Rasa harga diri meningkat

m. Kejang-kejang

n. Pupil mata mengecil

o. Tekanan darah meningkat

p. Berkeringat dingin

q. Mual hingga muntah

r. Luka pada sekat rongga hidung

s. Kehilangan nafsu makan

t. Turunnya berat badan

2. Kokain

a. Denyut jantung bertambah cepat

b. Gelisah
16

c. Rasa gembira berlebihan

d. Rasa harga diri meningkat

e. Banyak bicara

f. Kejang-kejang

g. Pupil mata melebar

h. Berkeringat dingin

i. Mual hingga muntah

j. Mudah berkelahi

k. Mendarahan pada otak

l. Penyumbatan pembuluh darah

m. Pergerakan mata tidak terkendali

n. Kekakuan otot leher

3. Ganja

a. Mata sembab

b. Kantung mata terlihat bengkak, merah, dan berair

c. Sering melamun

d. Pendengaran terganggu

e. Selalu tertawa

f. Terkadang cepat marah

g. Tidak bergairah
17

h. Gelisah

i. Dehidrasi

j. Tulang gigi keropos

k. Liver

l. Saraf otak dan saraf mata rusak

m. Skizofrenia

4. Ectasy

a. Enerjik tapi matanya sayu dan wajahnya pucat

b. Berkeringat

c. Sulit tidur

d. Kerusakan saraf otak

e. Dehidrasi

f. Gangguan liver

g. Tulang dan gigi keropos

h. Tidak nafsu makan

i. Saraf mata rusak

5. Sabu-sabu

a. Enerjik

b. Paranoid

c. Sulit tidur
18

d. Sulit berfikirKerusakan saraf otak, terutama saraf pengendali pernafasan

hingga merasa sesak nafas

e. Banyak bicara

f. Denyut jantung bertambah cepat

g. Pendarahan otak

h. Shock pada pembuluh darah jantung yang akan berujung pada kematian.

6. Benzodiazefin

a. Berjalan sempoyongan

b. Wajah kemerahan

c. Banyak bicara tapi cadel

d. Mudah marah

e. Konsentrasi terganggu

f. Kerusakan organ-organ tubuh terutama otak

2.1.5 Perilaku Pemakai Untuk Mendapatkan Narkoba

1. Melakukan berbagai cara untuk mendapatkan narkoba secara terus-menerus

2. Pemakai yang sudah berada pada tahap kecanduan akan melakukan berbagai

cara untuk bisa mendapatkan narkoba kembali. Misalnya, pelajar bisa

menggunakan uang sekolahnya untuk membeli narkoba jika sudah tidak

mempunyai persediaan uang.


19

3. Bahkan, mereka bisa mencuri uang dari orangtua, teman, atau tetangga. Hal

tersebut tentu akan mengganggu stabilitas sosial.

4. Dengan kondisi tubuh yang rusak, mustahil bagi pemakai untuk

belajar, bekerja, berkarya, atau melakukan hal-hal positif lainnya ( Tanjung,

2014 ).

Seorang pengguna narkoba memiliki ciri-ciri berbeda saat dihadapkan dengan

tingkat kecanduan mereka. Tingkatan itu sendiri dibedakan menjadi tiga macam,

yakni coba-coba, pengguna tetap dan pengguna yang kecanduan16. Berikut adalah

ciri-ciri pengguna yang coba-coba.

1. Suka menyendiri

2. Cara bergaulnya berubah

3. Cara berpakaiannya berubah

4. Prestasi belajar menurun

5. Pola makannya berubah.

Sedangkan bagi pengguna yang sudah dinyatakan tetap, mereka memiliki cirri-

ciri yang sedikit ekstrim dan berbeda dengan tingkat sekedar coba-coba. Ciri-ciri

pengguna tetap adalah :

1. Mempunyai problema keuangan

2. Berat badan menurun


20

3. Sering memberontak

4. Dikamar mandi berlama-lama.

5. Sering bangun terlambat.

2.1.6 Tanda awal penyalahgunaan narkoba secara umum

Secara umum penyalah gunaan narkoba ditandai dengan :

1. Malas

a. Malas mengurus diri

b. Malas makan/ makan sembarangan

c. Malas sekolah

2. Kehidupan penuh rahasia

a. Menarik diri dan sering mengurung diri di dalam kamar

b. Tidak mau mengizinkan orang tua masuk ke dalam kamar

c. Dikamar selalu terdapat bau – bauan yang berasal dari obat – obatan yang

dipakai

d. Sering memakan permen karet atau permen menthol untuk menghilangkan

bau mulut

e. Suka berlama – lama di dalam kamar mandi


21

3. Gaya hidup semaunya sendiri

a. Mudah tersinggung

b. Sering berkelahi

c. Sering berbohong

d. Menghabiskan uang, sering mencuri uang/ barang keluarga, teman.

e. Memasang musik dengan suara keras.

f. Mulai sering berteman dengan anak-anak yang tidak perduli dengan sekolah.

g. Sering meminjam uang teman

h. Gaya pakaian berubah

4. Keluhan sakit

a. Sering mengeluh pusing, sakit kepala

b. Batuk – batuk, pilek yang berkepanjangan

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

panca indra manusia yaitu indra penglihatan, indra pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Dimana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoadmojo, 2014).


22

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan dipegaruhi oleh intensitas perhatian dan

persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mempunyai

intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Wawan & Dewi,2015).

Pengetahuan atau kognitifmerupakan domainyang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengalaman dan penelitian yang

didasarkan oleh pengetahuan akan bertahan lebihlamadari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari

mata dan telinga. Pengetahuan seseorang terhadapobjek mempunyai intensitas atau

tingkat yang berbeda-beda secara garis besarnya (Silalahi, 2014).

2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan ada 6 tingkatan yaitu:

1. Tahu ( Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya

termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap suatu spesifik terhadap seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
23

yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkatan

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, mengatakan dan sebagainya.

2. Memahami ( Camprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi secara benar

orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan, menyimpulkan, meramalkan dan sebaginya terhadap objek yang

dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus memakan makanan yang

bergizi.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan

bahwa penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam

perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus

pemecahan masalah (Problem solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan

dari kasus yang diberikan.


24

4. Analisis (Analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat

menggambarkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Syintesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis itu adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang telah ada sebelumnya. Misalnya dapat menyusun,

merencanakan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-

rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penelitian terhadap suatu materi atau objek penelitian-penelitian itu berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan ketentuan- ketentuan

yang sudah ada.

2.2.3 Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
25

responden. Pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan

tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 2014).

Cara mengukur tingkat pengetahuan dengan memberikan pertanyaan-

pertanyaan, kemudian dilakukan penilaian nilai 1 untuk jawaban benar dan nilai

untuk jawaban salah. Kemudian digolongkan menjadi 3 kategori yaitu baik, sedang,

kurang. Dikatakan baik (>80%), cukup (60-80%), dan kurang (<60%) (Notoatmodjo,

2014).

2.2.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal

dari berbagai macam sumber misalnya: media masa, media elektronik, buku

petunjuk, petugas kesehatan, media parker, kerabat dekat dan sebagainya.

Banyak cara yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan namun sepanjang

sejarah cara mendapatkan pengetahuan dikelompokkan menjadi dua bagian,

yaitu(Notoatmodjo, 2012):

a. Cara Tradisional atau Non Ilmiah

a) Cara coba salah

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah. Apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil,

dicoba kemungkinan kedua, ketiga dan seterusnya sampai masalah dapat

dipecahkan.
26

b) Cara kekuasaan atau otoriter

Kebiasaan yang dilakukan tanpa melalui penelaah apakah yang dilakukan

itu baik atau tidak baik kebiasaan ini biasanya diwariskan secara turun

temurun.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik yang bermakna bahwa pengalaman itu

merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang pengalaman yang

diperoleh dengan memecahkan permasalahan.

d) Melalui jalan pikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan

jalan pikirnya melalui induksi atau deduksi. Induksi yaitu: proses

pembuatan kesimpulan melalui pernyataan khusus pada umum. Deduksi

yaitu: pembuatan kesimpulan dari pernyataan umum kepada yang khusus.

b. Cara modern atau yang disebut cara ilmiah

Cara baru atau cara modern dalam memperoleh pengetahuan lebih

sistematis, logis dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”

atau lebih populer disebut dengan metodologi penelitian (Research

methodology), yaitu dengan berpikir induktif. Mula-mula mengadakan

pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan


27

kemudian hasilnya dikumpulkan dan diklarifikasikan, akhimya diambil

kesimpulan umum.

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

Menurut Soekidjo Notoadmojo (2014) factor – faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah :

1. Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan epidemiologi

angka kesakitan maupun kematian hampir semua menunjukkan hubungan dengan

umur. Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola

kesakitan atau kematian menurut golongan umur, personal yang dihadapi apakah yang

disampaikan dan dilaporkan tepat, apakah panjang intervalnya dalam pengelompokan

cukup untuk tidak menyembunyikan peranan umur pada pola kesakitan atau kematian

dan apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan umur

pada penelitian lain. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan

pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

Pada usia muda individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan

kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan melakukan demi

suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Dua sikap tradisional

mengenai jalannya perkembangan hidup dimana semakin tua semakin bijaksana


28

semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan dan tidak

dapat mengerjakan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena

mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ

akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya beberapa

kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan umum

(Erfandi, 2012).

Untuk mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat pedesaan yang

kebanyakan masih buta huruf hendaknya mendapatkan informasi seperti catatan

petugas agama, guru, lurah dan sebagainya. Dalam hal ini tentunya tidak menjadi

soal bagi peneliti untuk keperluan perbandingan, maka kategori umur menurut

Depkes RI (2013) pembagian umur sebagai berikut :

1 Masa Balita : 0 – 5 tahun

2 Masa Kanak-kanak : 5-11 tahun

3 Masa Remaja Awal : 12-16 tahun

4 Masa Remaja Akhir : 17-25 tahun

5 Dewasa Awal : 26-35 tahun

6 Dewasa Akhir : 36-45 tahun

7 Lansia Awal : 46-55 tahun

8 Lansia Akhir : 56-65 tahun

9 Masa Manula : 65- sampai atas (Depkes 2013).


29

2. Jenis Kelamin

Angka dari luar negeri menunjukkan angka kesakitan lebih tinggi dikalangan

wanita dibandingkan dengan pria, sedangkan angka kematian lebih tinggi

dikalangan pria, juga pada semua golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu

dipelajari lebih lanjut perbedaan angka kematian ini dapat disebabkan oleh

faktor- faktor intrinsik.

3. Pendidikan

Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu sejak dalam

ayunan hingga liang lahat, berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik

secara formal maupun informal proses kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan

perilaku individu dan kelompok. Kegiatan pendidikan formal maupun informal

berfokus pada proses mengajar, dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku yaitu

dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Pendidikan

juga suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di

luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang

makin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka

seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari rangkaian maupun

media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat hubungannya

dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi maka


30

orang tersebut semakin luas pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa

seseorang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal akan tetapi

dapat diperoleh dari pendidikan nonformal. Pengetahuan seseorang tentang suatu

objek juga mendukung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek

inilah yang akhirnya menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin

banyak aspek positif dari objek yang diketahui akan menumbuhkan sikap positif

terhadap objek.(Erfandi, 2012).

4. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk memperoleh

penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pekerjaan/karyawan

adalah mereka yang bekerja pada orang lain atau institusi, kantor, perusahaan dengan

upah dan gaji baik berupa uang maupun barang.

Pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau dari jenis

pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak pengetahuannya

bila dibandingkan dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang lain. Pengalaman

belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan

profesional serta pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan

kemampuan dalam mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan menalar

secara ilmiah dan etik (Erfandi, 2012).


31

5. Sumber Informasi

Sumber informasi adalah data yang diproses kedalam suatu bentuk yang

mempunyai arti sebagai si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi

keputusan saat itu keputusan mendatang Rudi Bertz dalam bukunya ”toxonomi of

comunication” media menyatakan secara gamblang bahwa informasi adalah apa

yang dipahami, sebagai contoh jika kita melihat dan mencium asap, kita

memperoleh informasi bahwa sesuatu sedang terbakar. Media yang digunakan

sebagai sumber informasi adalah sebagai berikut :

a. Media Cetak

b. Media Elektronik

c. Petugas kesehatan

Informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal dapat

memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau

peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersssedia bermacam-macam

media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi

baru. Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa seperti radio, televisi,

surat kabar, majalah yang mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini

dan kepercayaan semua orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas

pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai suatu hal


32

memberikan landasan kognitif baru terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut

(Erfandi, 2012).

2.3 Sikap

2.3.1 Pengertian Sikap

Sikap/kualitas pribadi adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan perasaan,

system nilai dan sikap hati yang menunjukkan penerimaan dan penolakan terhadap

sesuatu (Risher, 2015).

Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan, pemikiran, dan prediposisi

tindakan seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya (Azwar, 2012).

Sikap dikatakan sebagai suatu responden evaluatif. Responden hanya akan

timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulasi yang menghendaki adanya

reaksi individual. Responden evaluatif berarti bahwa reaksi yang dinyatakan sebagai

sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang

memberikan kesimpulan terhadap stimulasi dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-

negatif, menyenangkan, tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai

potensi reaksi terhadap objek sikap. ( Azwar, 2012).

Dalam pemberian defenisi sikap diantara para ahli banyak perbedaan.

terjadinya hal ini karena sudut pandang yang berbeda tentang sikap itu sendiri. Studi

mengenai sikap merupakan studi yang penting dalam bidang psikologi sosial. Konsep

tentang sikap telah melahirkan berbagai macam pengertian diantara para ahli
33

psikologi. Sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya suatu

tindakan. konsep itu kemuadian menjadi luas dan digunakan untuk menggambarkan

adanya suatu niat khusus atau umum, berkaitan dengan kontrol terhadap respon pada

keaadan tertentu (Davidoff, 2012).

2.3.2 Pembentukan Sikap

Seseorang tidak dilahirkan dengan sikap dan pandangannya, melainkan sikap

tersebut berbentuk sepanjang perkembangannya. Dimana di dalam interaksi

sosialnya, individu membentuk pola sikap tertentu terhadaap berbagai objek

psikologis yang dihadapinya (Azwar, 2014).

Dari beberapa pendapat menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang

lain yang dianggap penting, media msa, institusi atau lembaga pendidikan dan

lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 2014).

2.3.3 Perubahan dan fungsi sikap

Sikap ternyata dapat berubah dan berkembang karena hasil dari proses belajar

proses sosialisasi, arus informasi, pengaruh kebudayaan dan adanya pengalaman-

pengalaman baru yang dialami individu (Davidoff, 2012).


34

2.3.4 Teori sikap

a. Insentif

Teori insentif memandang pembentukan sikap sebagai proses menimbang

baik buruknya berbagai kemungkinan posisi dan kemudian mengambil alternatif

yang terbaik. Salah satu versi yang terkenal dari pendekatan insentif terhadap sikap

adalah teori respon kognitif (Cognitive response theory) (Greenwald, 1986; Petty,

Ostrom dan Brock, 1981). Versi umum lain teori insentif adalah pendekatan nilai

ekspektansi (expectancy-value approach) (Edwards, 2010). Orang mengambil

posisi yang akan membawanya pada kemungkinan hasil yang terbaik, dan menolak

posisi yang akan membawanya pada hasil yang buruk atau yang tidak mungkin

mengarahkannya pada hasil yang baik (Sears et. all, 2010).

b. Konsistensi Kognitif

Kerangka utama lain untuk mempelajari sikap adalah menekankan

kosistensi kognitif. Pendekatan konsistensi kognitif berkembang dari pandangan

kognitif pendekatan ini menggambarkan orang sebagai makhluk yang menemukan

makna dan hubungan dalam struktur kognitifnya. Pendekatan ini meliputi sejumlah

teori yang hampir serupa. Mereka berbeda dalam beberapa hal yang penting, tetapi

gagasan dasar yang melatar belakanginya sama.


35

1. Teori Keseimbangan

Pengertian tentang gaya keseimbangan muncul dari teori gesalt mengenai

organisasi perseptual. Seperti yang telah kita ketahui orang yang berusaha

untuk memperoleh “ bentuk yang bagus “ atau “ figure yang bagus “ dalam

persepsi mereka tentang orang lain, seperti juga mereka berusaha memperoleh

“ bentuk yang bagus ” atau “ figure yang bagus “ dalam persepsi mereka

tentang benda mati. Motif utama yang mendorong orang ke arah keseimbangan

adalah usaha untuk memperoleh pandangan tentang hubungan sosial yang

selaras, sederhana, logis, dan penuh arti.

2. Konsistensi Kognitif dan Afektif

Versi kedua penjelasan konsistensi menjelaskan bagaimana orang juga berusaha

membuat kognisi mereka konsisten dengan afeksi mereka. Dengan kata lain

keyakinan kita, pengetahuan kita dan pendirian kita tentang suatu fakta sebagian

ditutup oleh afeksi kita demikian juga sebaliknya. Rosenberg (2006) menyajikan

suatu peragaan yang jelas mengenai perubahan kognitif yang ditimbulkan

perubahan afeksi terhadap objek sikap.

3. Teori Ketidaksesuaian

Variasi ketiga pendekatan konsistensi kognitif adalah bahwa sikap akan

berubah demi mempertahankan konsistensi dengan perilaku nyatanya. Wujud

utamanya adalah teori ketidaksesuaian kognitif yang dikemukakan oleh Leon

Festinger (2007). Seperti telah dikemukakan sejak awal teori ketidaksesuaian


36

difokuskan pada dua sumber pokok ketidakkonsistensistenan sikap perilaku

akibat pengambilan keputusan, dan akibat dari perilaku yang saling bertentangan

dengan sikap (counterattitudinal behavior).

c. Teori Atribut

Teori atribusi juga telah diterapkan dalam ketidakkonsistenan sikap

perilaku. Bem (2007) menyatakan bahwa orang mengetahui sikap mereka sendiri

bukan melalui peninjauan ke dalam diri mereka, tetapi dengan mengambil

kesimpulan dari perilaku mereka sendiri dan persepsi mereka tentang situasi.

2.4 Remaja

2.4.1 Pengertian Remaja

Remaja adalah suatu masa dimana seseorang berkembang dari saat pertama

kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

kematangan seksual (Kusmira, 2012).

Berdasarkan penetapan Riskesdas batas usia remaja adalah 10-20 tahun. Di

Indonesia, batas usia remaja adalah 15-21 tahun ( Riskesdas, 2013 ).

Pakar psikologi perkembangan Elizabeth B. Hurlock (1980) menyatakan

bahwa masa remaja ini dimulai pada saat anak mulai matang secara seksual dan

berakhir pada saat ia mencapai usia dewasa secara hukum. Masa remaja terbagi

menjadi tiga yaitu masa remaja awal, masa remaja tengah dan masa remaja akhir

(Iskandarsyah, 2012).
37

2.4.2 Rentang Usia Remaja

Masa remaja awal dimulai pada saat anak-anak mulai matang secara seksual

yaitu pada usia 13 sampai dengan 14 tahun, sedangkan masa remaja tengah berada

pada usia 15 sampai 17 tahun dan masa remaja akhir meliputi periode setelahnya

sampai dengan 18 tahun, yaitu usia dimana seseorang dinyatakan dewasa secara

hukum (Iskandarsyah, 2012).

Pada usia masa remaja, terjadi peningkatan ketegangan emosional yang

dihasilkan dari perubahan fisik dan hormonal. Pada masa ini emosi seringkali tidak

terkontrol dan nampak irrasional (Widianti, 2013).

Kondisi siswa SMA pada tingkat usia yang berkisar antara 15 – 18 tahun

sangat sensitif dan bersikap penuh gejolak, temperamental, memiliki rasa ingin tahu

yang tinggi, ingin mencoba-coba sesuatu yang terlarang; kesemuanya itu dilakukan

untuk menonjolkan identitas dirinya, sehingga sifat-sifat atau indikasi perilaku siswa

tersebut sangat rentan terhadap kemungkinan mengkonsumsi atau menyalahgunakan

narkotika (Fathurrachman; Bulkani, 2012).

Gambar 2.1. Perkembangan Remaja


Sumber : Encyclopedia IPTEK, 2012
38

2.4.3 Rentang usia pecandu narkoba dan karekteristiknya

Pada umumnya pecandu narkoba berada pada segala usia, tetapi bila dilihat

secara khusus, yang menjadi pecandu narkoba sebanyak berada pada usia remaja.

Remaja dapat diartikan usia sejak manusia pertama kali mengalami pubertas sampai

masa dewasa awal, sehingga masa remaja itu sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian

yaitu:

1. Masa remaja awal

Masa yang rentang waktunya antara usia 13-17 tahun ini adalah suatu periode

dimana remaja mengalami kecendrrungan-kecendrungan negatife disebabkan oleh

ketidakstabilan hormone. Hal-hal yang timbul dengan alamiah ini normal bila

dikendalikan oleh lingkungannya, orang tua dan norma-norma yang berlaku.

Ciri-ciri umum selain perubahan fisik:

a. Keinginan untuk menyendiri

b. Pengelakan untuk bekerja

c. Kekacauan fungsi tubuh

d. Kebosanan

e. Antagonis sosial

f. Emosi yang meningkat

2. Masa remaja akhir

Rentang waktu masa remaja ini adalah ketika remaja akan memasuki masa

dewasa. Untuk wanita sekitar usia 17-21 tahun, untuk pria usia 18- 22 tahun.
39

a. Remaja mulai memiliki stabilitas diri

b. Mulai menemukan citra dirinya

c. Remaja mulai matang secara mental

2.5 Hubungan Pengetahun dan sikap remaja dengan bahaya narkoba Pada

Remaja

Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba bukan untuk tujuan

pengobatan, dalam jumlah berlebih, secara kurang lebih teratur dan berlangsung

cukup lama, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik serta gangguan pada

perilaku dan sosialnya. Pemakaian narkoba secara berlebihan tidak menunjukan

jumlah atau dosisnya, tetapi yang penting adalah bahwa pemakaiannya berakibat

gangguan pada salah satu fungsi: fisik, psikologik, dan sosial (Sondakh, 2014).

Anak muda pada umunya sangat rentan terhadap pengaruh perubahan.

Lingkungan pergaulan sering mempunyai pengaruh kuat dalam perilaku mereka.

Emosi yang masih meluap-luap, keinginan untuk mencoba sesuatu yang baru,

kecenderungan hanya berpikir linier sehingga muda terprovokasi merupakan

beberapa ciri umum yang sering mereka alami. Belum lagi masalah sosial lingkungan

dan keluarga, yang sering bermuara pada rasa keterasingan mereka, sehingga mereka

cenderung mencari alternatif pemecahannya secara pintas, sepihak, tanpa

mempertimbangkan matang-matang kemungkinan akibat yang dapat timbul. Kondisi

semacam ini sudah barang tentu, sering menjadi sasaran empuk bagi bandar narkoba
40

untuk masuk keperangkap mereka sampai pada akhirnya tercipta sebuah

ketergantungan yang sangat sulit untuk dilepaskan. Berdasarkan pengalaman,

dukungan dari keluarga tetap diperlukan agar para pecandu narkoba, tidak semakin

terjerumus lebih parah sehingga proses penyembuhan menjadi lebih mudah

(Sondakh, 2014).

Kecanduan (adiksi) atau ketergantungan narkoba adalah penyalahgunaan

narkoba yang berat sehingga jika mengurangi atau berhenti menggunakannya akan

timbul gejala putus narkoba (sakau). Untuk mempertahankan pengaruh narkoba

seperti semula, pengguna narkoba mengonsumsinya dalam jumlah yang makin lama

makin banyak. Keadaan ini disebut toleransi (Sondakh, 2014).

Sedangkan efek jangka panjang dari narkoba itu sendiri adalah euphoria,

delirium, halusinasi, weakness dan drowsiness. Penggunaan dosis yang tinggi dapat

mencapai efek yang paling parah yakni drownsiness, dalam kondisi ini pemakai

mengalami penurunan kesadaran seperti sedang setengah tidur dengan ingatan yang

kacau. Apabila pemakai mengalami kelemahan fisik maupun psikis, atau salah satu

saja dari keduanya, kondisi ini sebagai akibat dari tingkat efek weakness (Sondakh,

2014).
41

2.6 Hipotesis

1. Ada hubungan antara pengetahuan remaja terhadap bahaya narkoba di SMA

SWASTA BINA SISWA tahun 2017.

2. Ada hubungan antara sikap remaja terhadap bahaya narkoba di SMA SWASTA

BINA SISWA tahun 2017.

2.7 Kerangka Konsep

Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu satu variabel bebas atau

variabel X dan satu variabel terikat atau variabel Y. dimana variabel X dalam

penelitian ini adalah pengetahuan remaja, sedangkan variabel Y yaitu sikap remaja

tentang bahaya narkoba. Hubungan dari kedua variabel yaitu sebagai berikut :

Variabel bebas Variabel terikat

- Pengetahuan Bahaya Narkoba


Pada Remaja
- Sikap

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Anda mungkin juga menyukai