Anda di halaman 1dari 10

Persalinan adalah suatu proses mendorong keluar hasil konsepsi (janin, plasenta dan ketuban) dari

dalam rahim lewat jalan lahir atau dengan jalan lain (Reeder, 2012). Persalinan merupakan pengalaman
hidup yang dapat menimbulkan potensi positif dan negatif bagi psikologis ibu (Bryanton, dkk, 2003).
Persalinan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pervaginam dan pelahiran sectio caesarea. Persalinan
pervaginam adalah keluarnya hasil konsepsi melewati jalan lahir yang dapat dilakukan tanpa bantuan
alat (persalinan spontan) dan dengan bantuan alat (obstetric operatii). Pelahiran sectio caesarea adalah
persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh dan berat janin diatas 500 gram yang sering disebut dengan sectio
caesarea (SC) (Mitayani, 2011; Green, 2012).

Plasenta previa adalah plasenta yang menutupi ostium uteri internum baik sepenuhnya atau sebagian
atau yang meluas cukup dekat dengan leher rahim yang menyebabkan pendarahan saat serviks
berdilatasi (Hull et al., 2014).

Prevalensi kejadian plasenta previa di dunia diperkirakan sekitar O.52%. Prevalensi plasenta previa
tertinggi terdapat wilayah Asia yaitu sekitar 1,22% sedangkan untuk wilayah Eropa lebih rendah yaitu
0,36%. Amerika Utara 0,29% dan Sub-Sahara Afrika 0,27% (Cresswell et al., 2013).

Prevalensi plasenta previa di Indonesia pada tahun 2005 adalah 2,77% dan 0,85% diantaranya meninggal
(Kemenkes RI, 2007). Angka kejadian plasenta previa di Sumatra Barat pada tahun 2010 berjumlah 106
berdasarkan data sistem informasi rumah sakit (Handayani, 2013). Penelitian Rambey (2008) di RSUP Dr
M. Djamil Padang, pada tahun 2005-2006 ditemukan 2,53% kasus. plasenta previa dari seluruh
persalinan (Rambey, 2008). Plasenta previa disebab kan oleh implantasi blastokista yang terletak rendah
dalam rongga rahim. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya plasenta previa ialah peningkatan
paritas ibu, meningkatnya usia ibu, perbesaran ukuran plasenta akibat kehamilan ganda, kerusakan pada
endometrium seperti dilatasi sebelumnya dan tindakan kinase, riwayat operasi seksio sesarea
sebelumnya, adanya bekas luka pada rahim dan Persalinan adalah suatu proses mendorong keluar hasil
konsepsi (janin, plasenta dan ketuban) dari dalam rahim lewat jalan lahir atau dengan jalan lain (Reeder,
2012). Persalinan merupakan pengalaman hidup yang dapat menimbulkan potensi positif dan negatif
bagi psikologis ibu (Bryanton, dkk, 2003). Persalinan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pervaginam
dan pelahiran sectio caesarea. Persalinan pervaginam adalah keluarnya hasil konsepsi melewati jalan
lahir yang dapat dilakukan tanpa bantuan alat (persalinan spontan) dan dengan bantuan alat (obstetric
operatii). Pelahiran sectio caesarea adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh dan berat janin diatas 500
gram yang sering disebut dengan sectio caesarea (SC) (Mitayani, 2011; Green, 2012).
Plasenta previa adalah plasenta yang menutupi ostium uteri internum baik sepenuhnya atau sebagian
atau yang meluas cukup dekat dengan leher rahim yang menyebabkan pendarahan saat serviks
berdilatasi (Hull et al., 2014).

Prevalensi kejadian plasenta previa di dunia diperkirakan sekitar O.52%. Prevalensi plasenta previa
tertinggi terdapat wilayah Asia yaitu sekitar 1,22% sedangkan untuk wilayah Eropa lebih rendah yaitu
0,36%. Amerika Utara 0,29% dan Sub-Sahara Afrika 0,27% (Cresswell et al., 2013).

Prevalensi plasenta previa di Indonesia pada tahun 2005 adalah 2,77% dan 0,85% diantaranya meninggal
(Kemenkes RI, 2007). Angka kejadian plasenta previa di Sumatra Barat pada tahun 2010 berjumlah 106
berdasarkan data sistem informasi rumah sakit (Handayani, 2013). Penelitian Rambey (2008) di RSUP Dr
M. Djamil Padang, pada tahun 2005-2006 ditemukan 2,53% kasus. plasenta previa dari seluruh
persalinan (Rambey, 2008). Plasenta previa disebab kan oleh implantasi blastokista yang terletak rendah
dalam rongga rahim. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya plasenta previa ialah peningkatan
paritas ibu, meningkatnya usia ibu, perbesaran ukuran plasenta akibat kehamilan ganda, kerusakan pada
endometrium seperti dilatasi sebelumnya dan tindakan kinase, riwayat operasi seksio sesarea
sebelumnya, adanya bekas luka pada rahim dan

mromektomi atau endometritis, riwayat prasati… Fwy”, …… “W…“… mcrOKOK (Giordano ct a]., 2010).

Paritas menurut Kamus Kedokteran Dorland (2012) adalah sebuah istilah yang digunakan untuk
menunjukkan keadaan seorang wanita yang pernah melahirkan keturunan yang mampu hidup tanpa
memandang anak tersebut hidup saat lahir atau tidak. Grandemultipara dilaporkan memiliki risiko 5%
untuk plasenta previa dibandingkan nullipara yang memiliki risiko 0,2% untuk (Francois dan Foleyet
a.l.,2012)_ Berdasarkan penelitian Abdat (2010) di Rumah Sakit Dr. 'Moewardi 3 Fakultas Kedokteran
universitas Andalas Surakarta didapatkan hasil bahwa besar peluang terjadinya plasenta previa pada
multiparitas sebesar 2,53 kali dibandingkan dengan primiparitas.

Penyebab terjadinya plasenta previa secara pasti sulit ditentukan namun ada beberapa faktor yang
meningkatkan terjadinya plasenta previa seperti jarak kehamilan, paritas tinggi dan usia diatas 35 tahun
(Prawirohardjo, Sarwono. 2008). Menurut hasul penelitian wardana (2007), plasenta terjadi 1,3 lebih
sering pada ibu yang sudah beberapa kali melahirkan (multipara) dari pada ibu yang baru pertama kali
melahirkan (primipara). Semakin tua umur ibu maka kemungkinan untuk mendapatkan plasenta previa
lebih besar. Pada ibu yang melahirkan dalam usia >40 tahun berisiko 2,6 kali untuk terjadinya plasenta
previa… (Santoso. 2008). Plasenta previa juga sering terjadi pada kehamilan ganda dari pada kehamilan
tunggal. Uterus yang cacat ikut mempertinggi angka kejadiannya… Ibu yang mempunyai riwayat secsio
sesaria minimal satu kali mempunyai resiko 2,6 kali untuk menjadi plasenta previa pada kehamilan
selanjutnya. (Santoso, 2008)

Operasi sesar saat ini memang menjadi tren tersendiri, dikutip dari buku kehamilan yang ditulis oleh
Nadia Mulya memperlihatkan data terhadap sebuah survey, dari 849 ibu muda di Indonesia 46 %
memilih untuk melahirkan melalui operasi sesar. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2016 menunjukkan
untuk kota yogyakarta persalinan dengan cara section caecaria menempati urutan ke empat tertinggi se-
lndonesia sebanyak 28,6 % dari total kelahiran (Riskesdas,2016). dr Risanto Siswosudarmo SpOG(K),
dokter kandungan RSUP Dr Sardjito mengatakan selama tidak ada indikasi medis maka kelahiran idealnya
harus secara normal. Sementara operasi sesar hanya dilakukan jika ada indikasi medis, maupun
komplikasi. Beberapa hal yang membuat operasi sesar dilakukan adalah karena panggul sempit, ukuran
bayi yang besar, posisi bayi yang tidak Persalinan adalah suatu proses mendorong keluar hasil konsepsi
(janin, plasenta dan ketuban) dari dalam rahim lewat jalan lahir atau dengan jalan lain (Reeder, 2012).
Persalinan merupakan pengalaman hidup yang dapat menimbulkan potensi positif dan negatif bagi
psikologis ibu (Bryanton, dkk, 2003). Persalinan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pervaginam dan
pelahiran sectio caesarea. Persalinan pervaginam adalah keluarnya hasil konsepsi melewati jalan lahir
yang dapat dilakukan tanpa bantuan alat (persalinan spontan) dan dengan bantuan alat (obstetric
operatii). Pelahiran sectio caesarea adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh dan berat janin diatas 500
gram yang sering disebut dengan sectio caesarea (SC) (Mitayani, 2011; Green, 2012).

Plasenta previa adalah plasenta yang menutupi ostium uteri internum baik sepenuhnya atau sebagian
atau yang meluas cukup dekat dengan leher rahim yang menyebabkan pendarahan saat serviks
berdilatasi (Hull et al., 2014).

Prevalensi kejadian plasenta previa di dunia diperkirakan sekitar O.52%. Prevalensi plasenta previa
tertinggi terdapat wilayah Asia yaitu sekitar 1,22% sedangkan untuk wilayah Eropa lebih rendah yaitu
0,36%. Amerika Utara 0,29% dan Sub-Sahara Afrika 0,27% (Cresswell et al., 2013).

Prevalensi plasenta previa di Indonesia pada tahun 2005 adalah 2,77% dan 0,85% diantaranya meninggal
(Kemenkes RI, 2007). Angka kejadian plasenta previa di Sumatra Barat pada tahun 2010 berjumlah 106
berdasarkan data sistem informasi rumah sakit (Handayani, 2013). Penelitian Rambey (2008) di RSUP Dr
M. Djamil Padang, pada tahun 2005-2006 ditemukan 2,53% kasus. plasenta previa dari seluruh
persalinan (Rambey, 2008). Plasenta previa disebab kan oleh implantasi blastokista yang terletak rendah
dalam rongga rahim. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya plasenta previa ialah peningkatan
paritas ibu, meningkatnya usia ibu, perbesaran ukuran plasenta akibat kehamilan ganda, kerusakan pada
endometrium seperti dilatasi sebelumnya dan tindakan kinase, riwayat operasi seksio sesarea
sebelumnya, adanya bekas luka pada rahim dan

mromektomi atau endometritis, riwayat prasati… Fwy”, …… “W…“… mcrOKOK (Giordano ct a]., 2010).

Paritas menurut Kamus Kedokteran Dorland (2012) adalah sebuah istilah yang digunakan untuk
menunjukkan keadaan seorang wanita yang pernah melahirkan keturunan yang mampu hidup tanpa
memandang anak tersebut hidup saat lahir atau tidak. Grandemultipara dilaporkan memiliki risiko 5%
untuk plasenta previa dibandingkan nullipara yang memiliki risiko 0,2% untuk (Francois dan Foleyet
a.l.,2012)_ Berdasarkan penelitian Abdat (2010) di Rumah Sakit Dr. 'Moewardi 3 Fakultas Kedokteran
universitas Andalas Surakarta didapatkan hasil bahwa besar peluang terjadinya plasenta previa pada
multiparitas sebesar 2,53 kali dibandingkan dengan primiparitas.

Penyebab terjadinya plasenta previa secara pasti sulit ditentukan namun ada beberapa faktor yang
meningkatkan terjadinya plasenta previa seperti jarak kehamilan, paritas tinggi dan usia diatas 35 tahun
(Prawirohardjo, Sarwono. 2008). Menurut hasul penelitian wardana (2007), plasenta terjadi 1,3 lebih
sering pada ibu yang sudah beberapa kali melahirkan (multipara) dari pada ibu yang baru pertama kali
melahirkan (primipara). Semakin tua umur ibu maka kemungkinan untuk mendapatkan plasenta previa
lebih besar. Pada ibu yang melahirkan dalam usia >40 tahun berisiko 2,6 kali untuk terjadinya plasenta
previa… (Santoso. 2008). Plasenta previa juga sering terjadi pada kehamilan ganda dari pada kehamilan
tunggal. Uterus yang cacat ikut mempertinggi angka kejadiannya… Ibu yang mempunyai riwayat secsio
sesaria minimal satu kali mempunyai resiko 2,6 kali untuk menjadi plasenta previa pada kehamilan
selanjutnya. (Santoso, 2008)

Operasi sesar saat ini memang menjadi tren tersendiri, dikutip dari buku kehamilan yang ditulis oleh
Nadia Mulya memperlihatkan data terhadap sebuah survey, dari 849 ibu muda di Indonesia 46 %
memilih untuk melahirkan melalui operasi sesar. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2016 menunjukkan
untuk kota yogyakarta persalinan dengan cara section caecaria menempati urutan ke empat tertinggi se-
lndonesia sebanyak 28,6 % dari total kelahiran (Riskesdas,2016). dr Risanto Siswosudarmo SpOG(K),
dokter kandungan RSUP Dr Sardjito mengatakan selama tidak ada indikasi medis maka kelahiran idealnya
harus secara normal. Sementara operasi sesar hanya dilakukan jika ada indikasi medis, maupun
komplikasi. Beberapa hal yang membuat operasi sesar dilakukan adalah karena panggul sempit, ukuran
bayi yang besar, posisi bayi yang tidak
sesuai, maupun ibu menderita hipertensi, serta penyakit jantung. Sementara untuk jarak kehamilan ada
jarak tertentu yang membuat ideal. (Iwe, 2016)

Data dari RSUD kota Yogyakarta mulai bulan januari sampai dengan juli menunjukkan tindakan Sectio
Caecaria yang paling tinggi di bulan februari dengan jumlah 20 orang (23,81%) dan paling rendah di
bulan juni dengan jumlah 6 orang (7,14%) dari total keseluruhan tindakan Section Caecaria sebanyak 84
orang. (ISB, 2017)

Persalinan dengan operasi memiliki kemungkinan risiko 5 kali lebih besar terjadi komplikasi dibandingkan
persalinan normal (Salfariani & Saidah, 2012). Angka Kematian Ibu (AKI) dengan persalinan SC sebesar 40
80 setiap 100.000 kelahiran hidUp, sementara risiko kematian ibu pada persalinan SC meningkat 25 kali 2
dan risiko infeksi" 80 kali lebih tinggi di bandingkan persalinan normal (Anonim, 2011 dalam Suhartatik,
2014). Oleh karena itu, SC hanya dilakukan jika persalinan normal dapat membahayakan ibu dan
janinnya (Kasdu, 2008).

Post partum dengan sectio caesaria dapat menyebabkan perubahan atau adaptasi fisiologis yang terdiri
dari perubahan involusio, lochea, bentuk tubuh, perubahan pada periode post partum terdiri dari
immiediate postpartum, early post partum, dan late post partum, proses menjadi orang tua dan adaptasi
psikologis yang meliputi fase taking in, taking hold dan letting go.

Selain itu juga terdapat luka post op sectio caesarea yang menimbulkan gangguan ketidaknyamanan :
nyeri dan resiko infeksi yang dikarenakan terputusnya jaringan yang mengakibatkan jaringan terbuka
sehingga memudahkan kuman untuk masuk yang berakibat menjadi infeksi. Dengan demikian klien dan
keluarga dapat menerima info untuk menghadapi masalah yang ada, perawat juga diharapkan dapat
menjelaskan prosedur sebelum operasi sectio caesarea dilakukan dan perlu diinformasikan pada ibu
yang akan dirasakan selanjutnya setelah operasi sectio caesarea.

Berdasarkan dari uraian di atas, penulis tertarik untuk untuk melaksanakan dan menyusun laporan kasus
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Ny. T Dengan Tindakan Sectio Caeearia Atas
Indikasi Multigrafida Hamil Aterm Dengan Plasenta Previa LetakRendah Di Ruang Instalasi Bedah Sentral
(IBS) OK IV Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta”.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumusan masalah bagaimanakah asuhan keperawatan
perioperatif pada Ny. T dengan tindakan sectio caecaria atas indikasi plasenta previa?

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup laporan kasus ini adalah ilmu keperawatan perioperatif pada ny. T dengan tindakan sectio
caecan'a atas indikasi multigraiida hamil aterm dengan plasenta previa letak rendah di Ruang Instalasi
Bedah Sentral (IBS) Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta. Laporan kasus ini dilakukan pada
tanggal O9 Agustus 201a.

UJUAN

Tujuan Umum

Peserta mampu mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan perioperatif dengan tindakan sectio
caecaria atas indikasi multigrafida hamil aterm dengan plasenta Drevia letak rendah.

Tujuan Khusus

a. Peserta mampu mengetahui dan melakukan pengkajian perioperatif pada pasien dengan Sectio
Caesarea atas indikasi multigrafida hamil aterm dengan plasenta previa letak rendah

b. Peserta mampu merumuskan masalah keperawatan peri operatif pada pasien dengan Sectio Caesarea
atas indikasi multigrafida hamil aterm dengan plasenta previa letak rendah

' c. Peserta mampu menyusun rencana tindakan keperawatan peri operatif pada pasien
_” dengan Sectio Caesarea atas indikasi multigrafida hamil aterm dengan plasenta

“ “mafia letak rendah. -

d. Peserta mampu memberikan implementasi keperawatan peri operatif pada pasien dngan Sedia Coat…
atas indikasi multigraiida hamil aterm dengan plasenta WWW l ,. ' ' < : .

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumusan masalah bagaimanakah asuhan keperawatan
perioperatif pada Ny. T dengan tindakan sectio caecaria atas indikasi plasenta previa?

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup laporan kasus ini adalah ilmu keperawatan perioperatif pada ny. T dengan tindakan sectio
caecan'a atas indikasi multigraiida hamil aterm dengan plasenta previa letak rendah di Ruang Instalasi
Bedah Sentral (IBS) Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta. Laporan kasus ini dilakukan pada
tanggal O9 Agustus 201a.

UJUAN

Tujuan Umum

Peserta mampu mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan perioperatif dengan tindakan sectio
caecaria atas indikasi multigrafida hamil aterm dengan plasenta Drevia letak rendah.

Tujuan Khusus
a. Peserta mampu mengetahui dan melakukan pengkajian perioperatif pada pasien dengan Sectio
Caesarea atas indikasi multigrafida hamil aterm dengan plasenta previa letak rendah

b. Peserta mampu merumuskan masalah keperawatan peri operatif pada pasien dengan Sectio Caesarea
atas indikasi multigrafida hamil aterm dengan plasenta previa letak rendah

' c. Peserta mampu menyusun rencana tindakan keperawatan peri operatif pada pasien

_” dengan Sectio Caesarea atas indikasi multigrafida hamil aterm dengan plasenta

“ “mafia letak rendah. -

d. Peserta mampu memberikan implementasi keperawatan peri operatif pada pasien dngan Sedia Coat…
atas indikasi multigraiida hamil aterm dengan plasenta WWW l ,. ' ' < : .

Peserta mampu mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan peri operatif pada

. . . . an pasien dengan Sectio Caesarea atas indlka51 multlgrafida ham1l aterm deng plasenta previa
letak rendah.

MANFAAT

Bagi Keluarga

Membantu memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang dapat membantu dalam proses


penyembuhan klien dan menurunkan kecemasan keluarga klien.
Bagi Pelayanan Rumah Sakit

Memberikan gambaran pada pihak rumah sakit terkait asuhan keperawatan perioperatif pada pasien
Sectio Caesarea atas indikasi multigrafida hamil aterm dengan plasenta previa letak rendah.

Bagi Bidang Keperawatan

Masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan tentang asuhan keperawatan perioperatif
pada pasien Sectio Caesarea atas indikasi multigrafida hamil aterm dengan plasenta previa letak rendah.

Bagi Profesi Keperawatan

Memberi gambaran secara lebm luas tentang area kena perawat yang bersnat holistik dan komprehensif,
dimana perawat mempunyai peran yang luas dalam mendukung kesembuhan dan peningkatan derajat
kesehatan klien melalui asuhan keperawatan perioperatif.

Bagi Penulis

Menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan asunan keperawatan perioperatif


khususnya pada pasien Sectio Caesarea atas indikasi muldgraiida hamil aterm dengan plasenta previa
letak rendah.

Anda mungkin juga menyukai