Tujuan fermentasi pada kopi adalah mengubah senyawa-senyawa gula yang berada
pada lapisan antara kulit buah dan kulit biji menjadi alkohol. Hal ini dikarenakan
senyawa gula yang terkandung di dalam lendir mempunyai sifat menyerap air dari
lingkungan (higroskopis). Permukaan biji kopi cenderung lembab sehingga
menghalangi proses pengeringan. Selain itu, senyawa gula merupakan media
tumbuh bakteri yang sangat baik sehingga dapat merusak mutu biji kopi.
Tujuan proses ini adalah untuk menghilangkan lapisan lendir yang tersisa di
permukaan kulit tanduk biji kopi sehingga mempermudah proses pencucian lender
yang masih menempel pada biji keesokan harinya serta mengurangi rasa pahit dan
mendorong terbentuknya kesan “mild” pada cita rasa seduhannya (Sihotang, 2008).
Pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dilakukan fermentasi cara kering
dimana biji kopi yang telah dikupas kulit buahnya dimasukkan ke dalam karung
plastik kemudian dibiarkan berlangsung hingga keesokan harinya. Fermentasi
biasanya berlangsung selama 24 jam atau selama menunggu proses pengeringan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses fermentasi pada biji kopi,
antara lain :
Proses fermentasi dilakukan secara kering dalam wadah karung plastik atau tempat
dari plastik yang bersih. Hal ini dilakukan untuk mengurangi jumlah kontaminan
mikroorganisme sehingga proses fermentasi bisa berjalan sempurna. Agar
fermentasi berlangsung merata pembalikan dilakukan minimal satu kali dalam
sehari.
2. Lama fermentasi
Lama fermentasi bervariasi tergantung pada jenis kopi. Untuk jenis kopi robusta,
waktu fermentasi lebih singkat daripada kopi arabika yang berkisar antara 12-36
jam. Hal ini dikarenakan kandungan senyawa gula pada kopi arabika relative tinggi
dibanding kopi robusta.
3. Kelembaban Lingkungan
Kelembaban lingkungan juga sangat berpengaruh pada keberhasilan proses
fermentasi. Dengan adanya kelembaban yang tinggi maka akan memicu
pertumbuhan mikroorganisme lain yang akan mengganggu proses berlangsungya
fermentasi.
4. Suhu
5. Oksigen
Ketersediaaan oksigen harus diatur selama proses fermentasi. Hal ini berhubungan
dengan sifat mikroorganisme yang digunakan dimana pada fermentasi kering
diduga terjadi perombakan-perombakan senyawa biji kopi secara lebih intensif
oleh bakteri dan jamur yang bersifat aerob.
Lama fermentasi bervariasi tergantung pada jenis kopi, suhu dan kelembaban
lingkungan, serta ketebalan tumpukan biji kopi. Proses fermentasi yang terlalu
lama akan menghasilkan kopi beras yang berbau apek disebabkan oleh terjadinya
pemecahan komponen isi putih lembaga.Tingkat kesempurnaan fermentasi diukur
dari kenampakan atau kelengketan lapisan lendir pada permukaan kulit tanduk
(Mulato, 2006). Jika lendir tidak lengket, maka fermentasi dianggap sudah selesai.
Biji kopi dicuci setelah fermentasi, dengan cara pengaliran air ke dalam bak dan
katup pengeluaran di dasar bak dibuka. Biji kopi yang sudah bersih sebaiknya
segera dikeringkan. Jika tidak, maka biji kopi tersebut harus direndam lagi
maksimum 24 jam, kemudian harus segera dikeringkan.
Ada beberapa perubahan yang terjadi selama proses fermentasi, antara lain :
Bagian yang terpenting dari lapisan berlendir ini adalah komponen protopektin
yaitu suatu “insoluble complex” tempat terjadinya meta cellular lactice (proses
pembentukan asam laktat di dalam sel) dari daging buah. Material inilah yang
terpecah dalam proses fermentasi. Ada yang berpendapat bahwa terjadinya
pemecahan getah itu adalah sebagai akibat bekerjanya suatu enzim yang terdapat
dalam buah kopi. Hidrolisis pektin disebabkan, oleh adanya suatu enzim yang
tergolong enzim katalase yang terdapat di dalam buah atau reaksinya bisa
dipercepat dengan bantuan jasad renik. Selama proses fermentasi ini dengan
bantuan kegiatan jasad renik, terjadi pemecahan komponen lapisan lendir tersebut,
maka akan terlepas dari permukaan kulit tanduk biji kopi (Ridwansyah, 2003).
Pemecahan lendir akan berjalan cukup cepat bila kondisi fermentasi pada pH 5.5-
6.0. Apabila pH diturunkan menjadi ,4.0 maka kecepatan pemecahan akan menjadi
3 kali lebih cepat dan apabila pH 3.65 pemecahan akan menjadi dua kali lebih
cepat (Ridwansyah, 2003).
Pada waktu buah kopi tersebut mengalami pulping (proses pengupasan kulit buah)
sebagian besar enzim tersebut terpisahkan dari kulit dan daging buah, akan tetapi
sebagian kecil masih tertinggal dalam bagian sari buah kopi.
b. Pemecahan Gula
Sukrosa merupakan komponen penting dalam daging buah kopi. Kadar gula akan
meningkat dengan cepat selama proses pematangan buah yang dapat dikenal
dengan adanya rasa manis. Gula adalah senyawaan yang larut dalam air, oleh
karena itu dengan adanya proses pencucian lebih dari 15 menit akan banyak
menyebabkan terjadinya banyak kehilangan konsentrasinya. Proses difusi gula dari
biji melalui parchment ke daging buah yang berjalan sangat lambat. Oleh karena
itu kadar gula dalam daging biji akan mempengaruhi konsentrasi gula di dalam
getah beberapa jam setelah fermentasi. S cerevisiae akan memecah senyawa gula
yang ada di dalam biji kopi karena adanya oksigen di udara terbuka. Sebagai hasil
proses pemecahan gula adalah asam laktat dan asam asetat dengan kadar asam
laktat yang lebih besar. Asam-asam lain yang dihasilkan dari proses fermentasi ini
adalah etanol, asam butirat dan propionat. Asam lain akan memberikan onion
flavor.
Biji kopi yang telah terpisahkan dari pulp dan parchment maka kulit ari akan
bewarna coklat. Juga jaringan daging biji akan bewarna sedikit kecoklatan yang
tadinya bewarna abu-abu atau abu-abu kebiruan. Proses “browning” ini terjadi
akibat oksidasi polifenol dimana pada biji kopi terdapat senyawa polifenol yang
apabila kontak dengan oksigen maka akan teroksidasi. Terjadinya warna
kecoklatan yang kurang menarik ini dapat dicegah dalam proses fermentasi melalui
pemakaian air pencucian yang bersifat alkalis (Ridwansyah, 2003).
d. Perubahan Suhu
Biji kopi yang telah dilakukan fermentasi akan mengalami perubahan suhu dimana
suhu akan meningkat seiring dengan lamanya proses fermentasi. Menurut data
pengamatan yang telah dilakukan, setelah 24 jam proses fermentasi diperoleh hasil
bahwa suhu awal sebelum fermentasi adalah 290C dan setelah fermentasi adalah
310C. Hal ini dikarenakan adanya proses metabolisme dari mikroba dimana pada
proses ini mikroba mengeluarkan CO2 sehingga terjadi peningkatan suhu.