Anda di halaman 1dari 76

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KEAKTIFAN

ANGGOTA KELOMPOK TANI SAPI PERAH DI KABUPATEN


ENREKANG

SKRIPSI

OLEH

ISRA MUSTARI
I 311 08 304

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pengembangan peternakan sangat terkait dengan pengembangan suatu

wilayah. Sulawesi Selatan memiliki potensi cukup besar dalam pengembangan

peternakan. Keberhasilan pembangunan pertanian peternakan sangat ditentukan

oleh kemampuan atau kapasitas sumberdaya manusia pertanian sebagai pelaku

pembangunan khususnya petani. Sebagai pelaku pembangunan, petani diharapkan

memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam mengelola usaha

tani. Selama ini mereka didekati melalui pendekatan kelompok untuk

diberdayakan dalam hal ini kelompok tani ternak.

Menurut Mardikanto (1993) bahwa kelompok tani di artikan sebagai

kumpulan orang – orang tani ternak atau petani peternak, yang terdiri dari pria

dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/pemudi), yang terkait secara

informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan

bersama serta berada dilingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani.

Namun adanya sebuah kelompok tani ternak bukanlah sebuah jaminan

tercapainya hasil maksimal. Maka dari itu diperlukan sebuah dorongan dengan

memberikan motivasi kepada petani untuk meningkatkan usaha tani mereka yang

dilakukan dalam kelompok tani ternak. Motivasi merupakan suatu penggerak dari

dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Dengan kata

lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang

1
yang mempunyai motivasi berarti telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh

kesuksesan dalam kehidupan.

Disisi lain, menjalankan sebuah kelompok tani ternak dengan baik

sangatlah sulit tanpa ditopang oleh keaktifan di dalam kelompoknya dalam

melakukan kegiatan – kegiatan yang bisa di manfaatkan dalam usahanya.

Keaktifan petani pada kelompok tani akan berpengaruh pada penambahan

informasi – informasi yang bermanfaat bagi peningkatan kemampuan bertani serta

aktif tidaknya anggota kelompok akan berimbas pada hasil terakhir tujuan yang

ingin dicapai.

Menurut Kustiari Tanti, dkk (2006) yang menyatakan bahwa keaktifan

dalam kelompok tani dapat dilihat dari variabel tingkat kehadiran dalam

pertemuan kelompok tani, keterlibatan dalam kegiatan kelompok tani dan

keterlibatan dalam diskusi kelompok tani. Tingkat keaktifan petani dalam

kelompok tani berhubungan positif dan nyata dengan tingkat kemampuan petani

dalam mengolah lahan pertaniannya.

Daerah Kabupaten Enrekang merupakan daerah yang memiliki potensi

yang cukup menjanjikan untuk usaha pengembangan agribisnis dan peternakan,

karena didukung oleh topografi yang baik dan luas lahan dan banyaknya sumber

pakan untuk menunjang kelangsungan ternak yang akan dipelihara serta

pengembangan terbentuknya kelompok tani ternak, diantara beberapa kelompok

tani yang ada kelompok tani ternak sapi perah berperan sangat besar dengan

pengembangan ternak sapi perah.

2
Untuk mendapatkan gambaran tentang penyebaran kelompok tani sapi

perah di Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penyebaran Kelompok Tani Sapi Perah di Kabupaten Enrekang.


Nama Jumlah
Tingkat Luas
No Kecamatan/Desa Kelompok Anggota
Kemampuan HMT
Tani Ternak (Orang)
1 Baraka/Baraka Wai Tuo 25 Lanjut 4.5
2 Cendana/Lebang Sipatuo 25 Madya 6,9
3 Cendana/Malalin Sapi Perah 25 Pemula 16
Tallang
4 Cendana/Pinang Mabbaraka 20 Lanjut 5,5
5 Cendana/Pinang Mesa Bija 30 Madya 5
6 Cendana/Pinang Tunas Muda 20 Lanjut 5,5
7 Cendana/Pundilemo Cakra Mas 25 Pemula 5,5
8 Enrekang/Juppandang Talaga Biru 25 Madya 8
9 Enrekang/Lewaja Sipakaiyya 26 Lanjut 5
10 Enrekang/Tungka Mabarakka 25 Lanjut 5,5
11 Anggeraja/Tanete Buntu 25 Madya 6,5
Tambalang
Sumber : Kantor Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Enrekang,
2010.

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah kelompok tani yang tersebar di

Kabupaten Enrekang ada 11 kelompok tani dengan jumlah anggota berkisar antara

25 – 30 orang. Keberadaan kelompok tani ternak tidak secara langsung

mendorong peningkatan hasil pertanian jika anggota kelompok taninya tidak aktif

dalam kegiatan – kegiatan yang di selenggarakan oleh kelompok tani.

Dari semua kelompok tani yang ada di Kabupaten Enrekang, tidak semua

anggota kelompok tani tersebut aktif dalam melakukan kegiatan yang di

selenggarakan oleh setiap kelompok. Diantara kelompok tani ternak yang berada

pada tingkat kemampuan madya yaitu kelompok tani ternak Sipatuo, Mesa Bija,

Talaga Biru dan Buntu Tambalang. Dari ke 4 kelompok tani ternak tersebut

terdapat satu diantaranya telah memiliki tingkat keaktifan sudah baik yaitu

3
kelompok tani Buntu Tambalang sedangkan kelompok tani ternak Sipatuo, Mesa

Bija dan Talaga Biru merupakan kelompok tani yang anggota kelompok taninya

banyak yang kurang aktif. Hal ini dipengaruhi oleh motivasi dari anggota

kelompok tani yang masih kurang. Sedangkan untuk mencapai suatu keberhasilan

kelompok tani harus didukung oleh anggota kelompok yang aktif, dan memiliki

motivasi yang tinggi agar tujuan dapat tercapai. Berdasarkan uraian yang telah

dikemukakan tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Motivasi Terhadap Keaktifan Anggota Kelompok Tani Sapi Perah Di

Kabupaten Enrekang”.

1.2.Rumusan Masalah

Masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah “bagaimana

pengaruh motivasi terhadap keaktifan anggota kelompok tani sapi perah di

Kabupaten Enrekang ?”

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh motivasi

terhadap keaktifan anggota kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang.

1.4.Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu :

1. Sebagai sumber pengetahuan dan informasi bagi peneliti mengenai

pengaruh motivasi terhadap keaktifan anggota kelompok tani sapi perah di

Kabupaten Enrekang.

4
2. Bagi pembaca, penulisan ini dapat berguna sebagai bahan referensi dan

tambahan pengetahuan yang hubungannya dengan masalah pemberian

motivasi dan keaktifan kelompok tani.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi kelompok tani dalam memotivasi untuk

meningkatkan keaktifan anggota kelompok tani sapi perah di Kabupaten

Enrekang.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Gambaran Umum Kelompok Tani

Kelompok adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama

sehingga terdapat hubungan timbal balik dan saling pengaruh mempengaruhi serta

memiliki kesadaran untuk saling tolong menolong (Mardikanto, 1993).

Selanjutnya Mardikanto (1993) mengemukakan bahwa kelompok tani

diartikan sebagai kumpulan orang – orang tani atau yang terdiri dari petani

dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/pemudi) yang terikat secara

formal dalam suatu wilayah keluarga atas dasar keserasian dan kebutuhan

bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani.

Adapun beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok tani itu, antara lain

sebagai berikut : a). Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin

terbinanya kepemimpinan kelompok; b). Semakin terarahnya peningkatan secara

cepat tentang jiwa kerjasama antara petani; c). Semakin cepatnya proses

perembesan (diffuse) penerapan inovasi (teknologi) baru; d). Semakin naiknya

kemampuan rata – rata pengembalian hutang (pinjaman) petani; e). Semakin

meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan (input)

maupun produk yang dihasilkannya; dan f). Semakin dapat membantu efisiensi

pembagian air irigasi serta pengawasannya oleh petani sendiri.

Menurut Suhardiyono (1992) bahwa kelompok tani biasanya dipimpin

oleh seorang ketua kelompok, yang dipilih atas dasar musyawarah dan mufakat

diantara anggota kelompok tani. Pada waktu pemilihan ketua kelompok tani

6
sekaligus dipilih kelengkapan struktur organisasi kelompok yaitu sekretaris

kelompok, bendahara kelompok, serta seksi – seksi yang mendukung kegiatan

kelompoknya. Seksi – seksi yang ada disesuaikan dengan tingkat dan volume

kegiatan yang akan dilakukan. Masing – masing pengurus dan anggota kelompok

tani harus memiliki tugas dan wewenang serta tanggung jawab yang jelas dan

dimengerti oleh setiap pemegang tugasnya. Selain itu juga kelompok tani harus

memiliki dan menegakkan peraturan – peraturan yang berlaku bagi setiap

kelompoknya dengan sanksi – sanksi yang jelas dan tegas. Biasanya jumlah

anggota kelompok tani berkisar antara 10 - 25 orang anggota.

Mardikanto (1993) menyebutkan, bahwa ciri – ciri kelompok antara lain

adalah sebagai berikut :

1. Memiliki ikatan yang nyata

2. Memiliki interaksi dan interelasi sesama anggotanya

3. Memiliki struktur dan pembagian tugas yang jelas

4. Memiliki kaidah – kaidah atau norma tertentu yang disepakati

5. Memiliki keinginan dan tujuan bersama

Depertemen pertanian RI (1980) memberi batasan bahwa kelompok tani

adalah sekumpulan orang – orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa

pria dan wanita maupun petani taruna atau pemuda tani yang terikat secara

informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan

bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani.

Ada beberapa alasan mengapa keberadaan kelompok tani di pedesaan

relatif penting dalam menunjang pengembangan penyuluhan. Pertama, dapat

7
dikembangkan sebagai sarana media atau alat, baik bagi pemerintah atau instansi

terkait maupun lembaga – lembaga nonpemerintah dalam menyampaikan pesan –

pesan pembangunan. Kedua, dapat dimanfaatkan lebih baik atau optimal semua

sumber – sumber yang tersedia sehingga mampu menjadi wahana belajar yang

efektif (Syamsu, 2011).

Berdasarkan proses pembentukannya, dikenal kelompok formal dan

kelompok informal. Pembentukan kelompok formal pada umumnya mengikuti

pedoman atau aturan – aturan tertentu, memiliki struktur yang jelas yang dapat

menggambarkan kedudukan dan peran masing – masing yang menjadi anggotanya

dan dinyatakan secara tertulis. Kelompok informal sering kali pembentukannya

tanpa melalui prosedur atau ketentuan – ketentuan tertentu, struktur dan

pembagian tugasnya tidak diatur secara jelas dan umumnya tidak dinyatakan

secara tertulis (Shaw, 1977). Pembentukan kelompok tani di indonesia pada

umumnya beragam, dari mulai terbentuk karena berawal dari kepentingan

bersama dari sekelompok orang atau petani yang ingin mencapai tujuan berasama

sampai dengan kelompok yang sengaja dibentuk dengan tujuan agar dapat

dikembangkan sebagai sarana belajar bagi anggotanya (Syamsu, 2011).

Setiap kelompok tani pada dasarnya memiliki fungsi untuk melaksanakan

kegiatan – kegiatan demi tercapainya peningkatan produksi usaha tani masing –

masing. Kesadaran untuk berkelompok dapat timbul apabila masalah yang

dihadapi anggota masyarakat sama. Hasil survei yang dilakukan oleh tim dari

Unpad pada tahun 1980 menunjukkan, bahwa motivasi utama keikutsertaan

anggota dalam kelompok tani adalah didorong oleh hasrat meningkatkan

8
kemampuan berusaha tani dan pemenuhan kebutuhan primer, terutama untuk

mendapatkan produksi pertanian dan peternakan yang mencukupi (Mardikanto,

1993).

Keberhasilan pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh kemampuan

atau kapasitas sumber daya manusia pertanian sebagai pelaku pembangunan

khususnya petani. Sebagai pelaku pembangunan, petani diharapkan memiliki

pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam mengelolah usahatani.

Selama ini mereka didekati melalui pendekatan kelompok untuk diberdayakan

(Syamsu, 2011).

Secara teoritis pengembangan kelompok tani dilaksanakan dengan

menumbuhkan kesadaran para petani, dimana keberadaan kelompok tani tersebut

dilakukan dari, oleh dan untuk petani. Pengembangan kelompok tani perlu

dilaksanakan dengan nuansa partisipatif sehingga prinsip kesetaraan, transparansi,

tanggung jawab, akuntabilitas serta kerjasama menjadi muatan – muatan baru

dalam perberdayaan petani. Dengan demikian, kelompok tani yang terbentuk atas

dasar adanya kesamaan kepentingan diantaranya petani menjadikan kelompok tani

tersebut dapat eksis dan mampu untuk melakukan akses kepada seluruh

sumberdaya seperti sumberdaya alam, manusia, modal, informasi, serta sarana

dan prasarana dalam mengembangkan usahatani yang dilakukannya.

Pemberdayaan petani atau kelompok tani dapat berarti meningkatkan kemampuan

atau kemandirian petani dengan menciptakan suasana atau iklim yang

memungkinkan petani untuk dapat berkembang (Syamsu, 2011).

9
2.2.Keaktifan Kelompok Tani

Keaktifan dalam kelompok tani dapat dilihat dari variabel tingkat

kehadiran dalam pertemuan kelompok tani, keterlibatan dalam kegiatan kelompok

tani dan keterlibatan dalam diskusi kelompok tani. Tingkat keaktifan petani dalam

kelompok tani berhubungan positif dan nyata dengan tingkat kemampuan petani

dalam mengolah lahan pertaniannya ( Kustiari Tanti, dkk, 2006).

Adapun ciri-ciri umum dari anggota kelompok tani dilihat dari tingkat

keaktifannya adalah sebagai berikut :

 Petani Tradisional

 Berusaha bertani secara pasrah, dan terkesan seadanya

 Belum memiliki sifat positif untuk pemahaman dalam orientasi

bertani

 Petani Maju

 Telah memiliki sifat-sifat positif untuk pembaharuan dalam

bidang pertanian

 Selalu berupaya menerapkan teknologi yang lebih maju

 Petani Pemimpin

 Petani maju yang telah memiliki rasa tangung jawab, sosial,

administrasi dan memilki inisiatif kemasyarakatan. Meraka akan

menjadi penggerak bagi sesama petani dan unsur pembangunan

lain dan pembangunan di derahnya.

10
 Petani pemimpin oleh kontak tani

 Kontak tani oleh petani pemimpin yang atas dasar ketersediaan

sendiri bekerjasama sehingga patner penyuluh pertanian dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian bagi

kelompok taninya dan masyarakat sekitarnya

Keaktifan dalam kelompok dilihat dari tingkat kehadiran, keterlibatan

dalam kegiatan dan diskusi dalam kelompok tani.Tingkat keaktifan petani dalam

kelompok tani berhubungan positif dan nyata dengan tingkat kemampuan petani

dalam mengelola lahan. Kelompok tani merupakan tempat petani untuk berbagai

pengalaman, menukarkan pengetahuan, saling mengungkapkan masalah dan

menanggapi masalah. Keaktifan petani pada kelompok tani akan berpengaruh

pada penambahan informasi – informasi yang bermanfaat bagi peningkatan

kemampuan bertani (Kustiari Tanti. Dkk, 2006).

Selanjutnya di tambahkan oleh Sofyan (2011) yang mengutip peraturan

menteri pertanian nomor : 273/Kpts/Ot.160/4/2007 tentang pedoman pembinaan

kelembagaan petani bahwa keaktifan anggota kelompok tani dapat dilihat dari: a)

menghadiri pertemuan/musyawarah yang diselenggarakan oleh kelompok tani; b)

menghadiri kegiatan kelompok tani dan mengikuti temu lapang; c) penyusunan

program pertanian desa/kelurahan; d) menginventarisir masalah – masalah yang

tidak dapat dipecahkan oleh kelompok tani dan anggota untuk dibawa dalam

pertemuan e) melakukan pencatatan mengenai keanggotaan dan kegiatan

kelompok tani yang tumbuh dan berkembang di wilayah kerjanya; f) menumbuh

kembangkan kemampuan manajerial, kepemimpinan dan kewirausahaan

11
kelembagaan tani serta pelaku agribisnis lainnya; g) melaksanakan forum tingkat

desa (musyawarah/rembung kontak tani, temu wicara serta koordinasi penyuluhan

pertanian).

2.3.Motivasi

Abraham Sperling (1967) dalam Mangkunegara (2002) mengemukakan

bahwa motif didefenisikan sebagai suatu kecenderungan untuk beraktivitas,

dimulai dari dorongan dalam diri (drive) dan diakhiri dengan penyesuaian diri.

Penyesuaiyan diri dikatakan untuk memuaskan motif, hal ini di tambahkan oleh

Mangkunegara (2001) mengemukakan pengertian motif merupakan suatu

dorongan kebutuhan dalam diri konsumen yang perlu dipenuhi agar konsumen

tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Sedangkan motivasi

adalah kondisi yang menggerakkan konsumen agar mampu mencapai tujuan

motifnya.

Motivasi adalah dorongan yang mengakibatkan seorang anggota

organisasi mau atau rela untuk menggerakkan kemampuannya dalam bentuk

keahlian atau keterampilan tenaga dalam waktunya untuk menyelenggarakan

berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan

kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi

yang telah di tentukan sebelumnya (Siagian, 2004). Selanjutnya Umstot (1988)

dalam Siagian (2004) (motivasi adalah proses tingkah laku yang memberikan

kekuatan energi secara langsung dan terus – menerus. Di lain pihak Gibson (1997)

mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kekuatan bertindak atau

memberikan energi untuk memenuhi kebutuhan.

12
Menurut Hariadja (2002) bahwa jenis – jenis motivasi dapat

dikategorikan:

1. Motivasi sebagai dorongan internal

Motivasi sebagai dorongan internal, yaitu motif atau dorongan sebagai

kata kunci. Suatu motivasi dapat muncul sebagai akibat dari keinginan

pemerintahan kebutuhan yang tidak terpuaskan dimana kebutuhan itu muncul

sebagai dorongan internal atau dorongan alamiah (naluri), seperti makan, minum,

tidur, berprestasi, berinteraksi dengan orang lain, mencari kesenangan, berkuasa,

dan lain – lain yang cenderung bersifat internal, yang berarti kebutuhan itu

muncul dan menggerakkan perilaku semata – mata karena tuntutan fisik dan

psikologis yang muncul melalui mekanisme system biologis manusia.

2. Motivasi sebagai dorongan eksternal

Kebutuhan juga dapat berkembang sebagai akibat dari interaksi individu

dengan lingkungannya, misalnya kebutuhan untuk berprestasi yang tinggi sebagai

dorongan biologis dapat berubah ketika dia berinteraksi dengan lingkungan kerja

dimana disana terdapat suatu norma kelompok yang tidak menghendaki prestasi

individu. Ini akan mengakibatkan motif berprestasi menurun, sebaliknya seorang

yang tidak memiliki motif berprestasi yang tinggi dapat berubah ketika orang

tersebut berada dalam lingkungan kelompok kerja dimana prestasi individu sangat

dihargai. Ini akan mengakibatkan munculnya motif berprestasi yang tinggi.

Seseorang mempunyai banyak kebutuhan pada suatu saat. Ada keburukan

biologis, yang muncul dari keadaan yang tegang seperti lapar, haus, atau merasa

tidak nyaman. Yang lainnya adalah kebutuhan psikologos, yang muncul dari

13
kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa memiliki. Kebanyakan dari

kebutuhan ini tidak cukup kuat memotivasi seseorang supaya bertindak pada suatu

saat kebutuhan berubah menjadi motif kalau merangsang sampai tingkat interaksi

yang mencukupi. Motif (atau dorongan) adalah kebutuhan yang cukup menekan

untuk mengarahkan seseorang mencari kepuasan (Kotler dan Armstrong, 1997).

Menurut Achmad Amsakar (2008), ada beberapa indikator pengukuran

pada motivasi kelompok tani yaitu : (1) dorongan mencapai tujuan, (2) semangat

kerja, (3) inisiatif dan kreativitas, serta (4) rasa tanggung jawab.

Adanya motivasi seseorang dalam aktivitasnya selalu dikaitkan dengan

kebutuhannya, karena pada dasarnya hal yang mendasari timbulnya motivasi pada

seseorang adalah atas desakan kebutuhan, seperti yang ditegaskan oleh Unung,

(1977) dalam Syafrudin, (2005) bahwa hal yang mendasari timbulnya motivasi

pada seseorang adalah atas desakan kebutuhan baik primer maupun sekunder.

Teori motivasi mengenai motivasi didasarkan kepada adanya tingkat –

tingkat kebutuhan dan perubahan daya dorongnya. Perubahan daya dorong apabila

semua tingkat kebutuhan manusia tidak bisa dipenuhi, maka kebutuhan –

kebutuhan dasar yang bersifat fisik seperti pangan, papan dan sandang, juga

kebutuhan kelaminnya akan merupakan kebutuhan yang paling dominan. (Zainun

Buchari, 1989)

Ada beberapa teori motivasi, diantaranya adalah :

1. Teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow dalam Syafrudin (2005),

menyatakan bahwa kebutuhan manusia dapat diklasifikasikan pada lima

hirarkhi kebutuhan, yaitu : a) kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan pokok

14
manusia seperti sandang, pangan, dan papan. b) kebutuhan akan kemampuan

dan keselamatan, yaitu harus dilihat dalam arti luas tidak hanya dalam arti

fisik, meskipun hal ini aspek yang sangat penting, akan tetapi juga keamanan

yang bersifat psikologis, termasuk perlakuan adil dalam pekerjaan seseorang,

c) kebutuhan sosial/afiliasi, adalah telah umum diterima sebagai kebenaran

universal bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kebutuhan sosial tercermin

dalam empat bentuk perasaan yaitu: 1) perasaan/hasrat diterima atau

berhubungan dengan orang lain, 2) harus diterima sebagai kenyataan bahwa

setiap orang mempunyai jati diri yang khas dengan segala kelebihan dan

kekurangannya, 3) kebutuhan akan perasaan maju/berprestasi, bahwa manusia

pada dasarnya tidak senang apabila menghadapi kegagalan, 4) kebutuhan

akan perasaan diikutsertakan (berpartisipasi), d) kebutuhan diri.

2. Teori ERG (alderfer). Akronim ‘ERG’ merupakan huruf dari tiga kata yaitu

existensi, relatedness dan growth. Menurut teori ini, yang didukung oleh

kenyataan hidup sehari – hari, mempertahankan existensi secara terhormat

berarti terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang kalau menggunakan

klasifikasi maslow, berarti terpenuhinya kebutuhan primer termasuk

keamanan. Kebutuhan akan ‘relatedness’ tercermin pada sifat manusia

sebagai makhluk sosial. Hal ini sangat penting tanpa interaksi dengan orang

lain dan lingkungannya, keberadaan seseorang dapat dikatakan tidak

mempunyai makna yang berarti. Bila dibandingkan dengan klasifikasi

maslow, kebutuhan relatedness, identik dengan kebutuhan sosial dan

penghargaan (esteem). Sedangkan ‘growth’ merupakan kebutuhan yang pada

15
dasarnya tercermin pada keinginan seseorang untuk bertambah dan

berkembang, misalnya dengan meningkatkan keterampilan dalam bidang

pekerjaan atau prestasi yang memungkinkan meraih apa yang secara umum

disebut kemajuan prestasi, yang dalam klasifikasi maslow sebagai aktualisasi

diri.

3. Teori tiga kebutuhan (David mc Cleland)

Teori ini menyatakan bahwa pemahaman tentang motivasi akan semakin

mendalam apabila disadari bahwa orang mempunyai tiga jenis kebutuhan; a)

need for achievement ( n Ach) atau kebutuhan mencapai kemajuan/prestasi,

yaitu bahwa setiap orang ini dipandang sebagai orang yang berhasil dalam

kehidupannya, d) need for power (n Po) atau kebutuhan akan kekuasaan

menampakkan dirinya pada keinginan untuk mencapai pengaruh terhadap

orang lain, c) Need for Affiliation ( n Aff) atau kebutuhan efiliasi merupakan

kebutuhan nyata dari setiap manusia sebagai makhluk sosial. Kebutuhan ini

tercermin pada keinginan untuk bersahabat dan berinteraksi dengan orang

lain. Kebutuhan akan efiliasi biasanya diuasahakan agar terpenuhinya melalui

kerjasama dengan orang lain.

Menurut Riduwan (2003) bahwa motivasi dapat dinilai melalui motif yang

terdiri dari gaji cukup, nyaman bekerja, hormat karyawan, rasa takut dan cemas,

fasilitas memadai, setia kawan, pemberlakuan kerja sesuai peraturan, perlakuan

pekerjaan. Kemudian dinilai melalui harapan yang terdiri dari kerja yang

menyenangkan, rasa ikut memiliki, disiplin waktu kerja dan dinilai malalui

16
insentif yang terdiri dari penyelesaian, pencapaian prestasi, gaji dan upah,

tunjangan, antar pribadi dan promosi.

2.4. Hubungan Motivasi Dengan Keaktifan Organisasi

Menurut Kustiari Tanti, dkk (2006) yang menyatakan bahwa motivasi

peternak adalah tingkat ketergantungan petani peternak atas hasil produk

peternakan, dilihat dari dorongan penggunaan atau pemanfaatan atas hasil

produksi peternakan atau pertanian, artinya semakin tinggi motivasi semakin

semakin tinggi kemampuan peternak, sebaliknya semakin rendah motivasi maka

rendah pula kemampuannya.

Menurut Steers (1997) dalam Rovai Achmad (2006) yang menyatakan

bahwa hubungan variabel motivasi terhadap keaktifan dalam suatu organisasi

berdampak langsung pada arah pencapaian tujuan organisasi. Sebagaiaman pada

penjelasan teori motivasi dapat di ambil kesimpulan bahwa prestasi kerja atau

kinerja individu yang didorong oleh motivasi, secara otomatis akan

mempengaruhi kinerja organisasi dalam upaya mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

2.5. Kerangka Pikir

Keaktifan dalam kelompok tani dipengaruhi oleh motivasi dalam diri

seseorang atau anggota kelompok tani untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan oleh kelompok tani. Lebih jauh As’ad (1995) dalam Purnomo Joko

A (2006) menjelaskan bahwa manakala orang bekerja, maka melibatkan unsur ;

kegiatan, menghasilkan sesuatu (terpenuhi kebutuhan) dan pada akhirnya adalah

kepuasan. Oleh karena itu motivasi anggota kelompok merupakan alat pendorong

17
anggota untuk menunjukkan prestasinya dalam organisasi untuk mencapai tujuan

organisasi yang telah ditentukan. Motivasi yang telah terbangun dengan baik

dalam diri individu berpengaruh positif terhadap variabel keaktifan organisasi.

Gambar dibawah ini menjelaskan kerangka pemikiran pengaruh motivasi

terkadap keaktifan anggota kelompok tani.

Motivasi Keaktifan

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

2.6.Hipotesis

Ho : Motivasi berpengaruh signifikan, baik secara parsial terhadap

keaktifan anggota kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang.

H1 : Motivasi tidak berpengaruh signifikan, baik secara parsial terhadap

keaktifan anggota kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang.

18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu Dan Temapat

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 12 Oktober sampai dengan 16

November 2012 bertempat di Kabupaten Enrekang.

3.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanasi yaitu

bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya.

Dalam hal ini menjelaskan hubungan antara motivasi peternak terhadap keaktifan

anggota kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah semua kelompok tani ternak sapi perah

yang ada di Kabupaten Enrekang sebanyak 11 kelompok tani yang menyebar di

beberapa kecamatan. Namun pada penelitian ini di ambil 3 kelompok tani ternak

yaitu Sipatuo, Mesa Bija, dan Talaga Biru yang di anggap dapat mewakili

kelompok tani ternak yang anggotanya tidak terlalu aktif di Kabupaten Enrekang

dengan jumlah 80 anggota kelompok tani.

Karena populasi yang cukup besar sehingga dilakukan penentuan besarnya

sampel yang dapat mewakili populasi. Adapun penentuan jumlah besarnya sampel

dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dengan rumus Slovin menurut

Umar (2000), sebagai berikut :

19
N
n=
1  N ( e) 2

Dimana : n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

e = Tingkat Kelonggaran (10%)

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka diperoleh jumlah sampel sebagai

berikut:

80
n=
1  80(0,1) 2

80
n=
1  80(0,01)

80
n=
1  0,8

80
n=
1,08

n = 45 orang

Adapun teknik pengambilan sampel adalah Simple random sampling,

yang diambil dari setiap kelompok tani sapi perah berdasarkan pembagian

sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.

20
Tabel 2. Daftar Jumlah Responden Kelompok Tani Sapi Perah

No Kelompok Tani Sapi Perah Perhitungan Jumlah Sampel


25
1 Talaga biru x 45 14
80
30
2 Mesa bija x 45 17
80
25
3 Sipatuo x 45 14
80
Jumlah 45
Sumber Data : Hasil Olahan Data Primer, 2012.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif,

meliputi motivasi kerja dengan keaktifan kerja.

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh berupa data tentang

motivasi kerja dan keaktifan kerja yang dikuantitatifkan menggunakan

skala likert dengan membuat beberapa kategori serta pemberian bobot

penilaian.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi – instansi terkait

atau data jadi yang meliputi dokumen dan laporan tertulis lainnya yang

berkaitan dengan penelitian ini.

3.5.Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu:

1. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap

situasi dan kondisi anggota kelompok tani sapi perah di Kabupaten

Enrekang.

21
2. Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab kepada anggota

kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang dengan menggunakan

daftar pertanyaan (quesioner)

3.6. Analisa Data

Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap keaktifan anggota

kelompok tani di Kabupaten Enrekang adalah dengan menggunakan statistik

inferensial atau induksi dengan menggunakan rumus regresi linear sederhana.

a. Untuk mengetahui pengaruh motivasi (variabel bebas) terhadap keaktifan

anggota kelompok tani (variabel tak bebas atau terikat), maka digunakan uji

analisa regresi linear sederhana yang bentuk persamaan matematikanya

adalah :

Y = a + bX................(Sugiono, 2006)

Dimana :

Y = Keaktifan

X = Motivasi

a = Nilai Intercep (konstanta)

b = koefisien arah regresi yang menunjukkan atau penurunan variabel –

variabel dependen yang didasarkan pada variabel independent.

Untuk mengetahui a dan b digunakan rumus sebagai berikut :

a = ƩY (ƩX2) – (ƩX) (ƩXY)

n (ƩX2) – (ƩX)2

b = n ƩXY – (ƩX) (ƩY)

n (ƩX2) – (ƩX)2

22
b. Untuk menghitung besarnya pengaruh antara motivasi dengan keaktifan

anggota kelompok tani digunakan rumus koefisien determinasi (R2) yaitu:

R2 = nƩXY – (ƩX)(ƩY) 2
√𝑛 ƩX – (ƩX) . √Ʃ𝑌 – (ƩY)
2 2 2 2

Dimana :

R2 = koefsien determinasi

n = jumlah sampel data

Y = keaktifan

X = motivasi

c. Untuk mengetahui apakah variabel independen (X) berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel depeden (Y) digunakan rumua t hitung yaitu:

t hitung = r √𝑛 − 2
√1 − 𝑟 2
Untuk memudahkan dalam pengolahan data digunakan program SPSS

versi 18 for windows.

Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap keaktifan anggota

kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang, maka digunakan skala likert

(Riduwan, 2002) dengan pengukuran diberi bobot skor untuk setiap indikator

pengukurannya. Untuk membantu analisa data digunakan skor sebagai berikut :

 Sangat Baik/Sangat Sering = skor 4


 Baik/ Sering = skor 3
 Cukup = skor 2
 Kurang = skor 1

23
Tabel 3. Variabel, Subvariabel dan Indikator Tentang Pengaruh Motivasi
Terhadap Keaktifan Kelompok Tani Ternak (Sofyan, 2011) di
Kabupaten Enrekang.
No Variabel Subvariabel Indikator pengukuran
1 Keaktifan a. Pertemuan dan  Menghadiri pertemuan
kelompok musyawarah kelompok tani
tani ternak kelompok tani  Menghadiri musyawarah
ternak kelompok tani
b. Pelaksanaan  Menghadiri kegiatan
kegiatan kelompok kelompok tani
tani  Mengikuti temu lapang
c. Rencana  Membuat rencana kerja
kerja/program  Melaksanakan program kerja
kelompok tani kelompok
d. Identifikasi dan  Kemampuan
rumusan masalah mengidentifikasi masalah
 Kemampuan menyelesaikan
masalah
 Kemampuan mengambil
keputusan
e. Kelembagaan  Kemampuan anggota
kelompok tani kelompok tani bekerja sama
dengan sesama anggota
kelompok tani
 Kerja sama dengan pihak lain
(peneliti/swasta)
 Keterlibatan dalam kegiatan
kelompok tani
f. Informasi dan  Penerimaan
inovasi informasi/inovasi
 Kemampuan mencari
informasi/inovasi
 Kemampuan menyebarkan
informasi/inovasi
2 Motivasi a. Motif  Pendapatan
 Nyaman bekerja
 Mendapat penghormatan
b. Harapan  Kerja yang menyenangkan
 Sifat kepemimpinan yang
mendukung
c. Insentif  Pendapatan tambahan
 Pemberian penghargaan

24
Untuk mengetahui variabel, sub variabel dan indikator pengukuran

pengaruh motivasi terhadap keaktifan kelompok tani sapi perah di Kabupaten

Enrekang dapat dilihat pada Tabel 3.

3.6.1. Penilaian Keaktifan Kelompok Tani Untuk Setiap Indikator


Pengukuran

Untuk mengetahui penilaian setiap subvariabel dan indikator pengukuran

keaktifan kelompok tani di Kabupaten Enrekang berdasarkan interval kelas atau

rentang kelas adalah sebagai berikut :

a. Pertemuan dan musyawarah kelompok tani ternak

b. Pelaksanaan kegiatan kelompok tani

c. Rencana kerja/program kelompok tani

d. Identifikasi dan rumusan masalah

e. Kelembagaan kelompok tani

f. Informasi dan inovasi

a. Pertemuan dan Musyawarah Kelompok Tani Ternak

Untuk mengetahui keaktifan kelompok tani berdasarkan jumlah pertemuan

kelompok tani secara sendiri – sendiri yaitu meliputi :

 Menghadiri pertemuan kelompok tani


 Menghadiri musyawarah kelompok tani

Untuk mengukur keaktifan kelompok tani berdasarkan pertemuan secara

keseluruhan dengan asumsi dasar interval kelas dan rentang kelas adalah sebagai

berikut :

25
Nilai tertinggi = skor tertinggi X jumlah responden X jumlah pertanyaan
(4) (45) (2)

= 360
Nilai terendah = skor terendah X jumlah responden X jumlah pertanyaan
(1) (45) (2)

= 90
Interval kelas = angka tertinggi – angka terendah
Jumlah kelas

= 360 – 90
4

= 67,5
Dari nilai tersebut dapat dibuat kategori sebagai berikut :
Sangat Baik = 292,6 – 360
Baik = 225,1 – 292,5
Cukup = 157,6 – 225
Kurang = 90 – 157,5

b. Pelaksanaan Kegiatan Kelompok Tani

Untuk mengetahui keaktifan kelompok tani berdasarkan keterlibatan dalam

kegiatan kelompok tani secara sendiri – sendiri yaitu meliputi :

 Menghadiri kegiatan kelompok tani


 Mengikuti temu lapang

Untuk mengukur keaktifan kelompok tani berdasarkan keterlibatan dalam

kegiatan kelompok tani secara keseluruhan dengan asumsi dasar interval kelas dan

rentang kelas adalah sebagai berikut :

Nilai tertinggi = skor tertinggi X jumlah responden X jumlah pertanyaan


(4) (45) (2)

= 360
Nilai terendah = skor terendah X jumlah responden X jumlah pertanyaan
(1) (45) (2)

= 90

26
Interval kelas = angka tertinggi – angka terendah
Jumlah kelas

= 360 – 90
4

= 67,5
Dari nilai tersebut dapat dibuat kategori sebagai berikut :
Sangat Baik = 292,6 – 360
Baik = 225,1 – 292,5
Cukup = 157,6 – 225
Kurang = 90 – 157,5

c. Rencana Kerja/Program Kelompok Tani

Untuk mengetahui keaktifan kelompok tani berdasarkan keterlibatan

dalam diskusi kelompok tani secara sendiri – sendiri yaitu meliputi :

 Membuat rencana kerja


 Melaksanakan program kerja kelompok

Untuk mengukur keaktifan kelompok tani berdasarkan keterlibatan dalam

kegiatan kelompok tani secara keseluruhan dengan asumsi dasar interval kelas dan

rentang kelas adalah sebagai berikut :

Nilai tertinggi = skor tertinggi X jumlah responden X jumlah pertanyaan


(4) (45) (2)

= 360
Nilai terendah = skor terendah X jumlah responden X jumlah pertanyaan
(1) (45) (2)

= 90

Interval kelas = angka tertinggi – angka terendah


Jumlah kelas

= 360 – 90
4

= 67,5

27
Dari nilai tersebut dapat dibuat kategori sebagai berikut :
Sangat Baik = 292,6 – 360
Baik = 225,1 – 292,5
Cukup = 157,6 – 225
Kurang = 90 – 157,5

d. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Untuk mengetahui keaktifan kelompok tani berdasarkan keterlibatan

dalam diskusi kelompok tani secara sendiri – sendiri yaitu meliputi :

 Kemampuan mengidentifikasi masalah


 Kemampuan menyelesaikan masalah
 Kemampuan mengambil keputusan

Untuk mengukur keaktifan kelompok tani berdasarkan identifikasi dan

rumusan masalah secara keseluruhan dengan asumsi dasar interval kelas dan

rentang kelas adalah sebagai berikut :

Nilai tertinggi = skor tertinggi X jumlah responden X jumlah pertanyaan


(4) (45) (3)

= 540
Nilai terendah = skor terendah X jumlah responden X jumlah pertanyaan
(1) (45) (3)

= 135
Interval kelas = angka tertinggi – angka terendah
Jumlah kelas

= 540 – 135
4

= 101,2

Dari nilai tersebut dapat dibuat kategori sebagai berikut :


Sangat Baik = 438,7 – 540
Baik = 337,4 – 438,6
Cukup = 236,3 – 337,4
Kurang = 135 – 236,2

28
e. Kelembagaan Kelompok Tani

Untuk mengetahui keaktifan kelompok tani berdasarkan keterlibatan

dalam diskusi kelompok tani secara sendiri – sendiri yaitu meliputi :

 Kemampuan anggota kelompok tani bekerja sama dengan sesama


anggota kelompok tani
 Kerja sama dengan pihak lain (peneliti/swasta)
 Keterlibatan dalam kegiatan kelompok tani

Untuk mengukur keaktifan kelompok tani berdasarkan identifikasi dan

rumusan masalah secara keseluruhan dengan asumsi dasar interval kelas dan

rentang kelas adalah sebagai berikut :

Nilai tertinggi = skor tertinggi X jumlah responden X jumlah pertanyaan


(4) (45) (3)

= 540
Nilai terendah = skor terendah X jumlah responden X jumlah pertanyaan
(1) (45) (3)

= 135
Interval kelas = angka tertinggi – angka terendah
Jumlah kelas

= 540 – 135
4

= 101,2
Dari nilai tersebut dapat dibuat kategori sebagai berikut :
Sangat Baik = 438,7 – 540
Baik = 337,4 – 438,6
Cukup = 236,3 – 337,4
Kurang = 135 – 236,2

29
f. Informasi dan Inovasi

Untuk mengetahui keaktifan kelompok tani berdasarkan informasi dan

inovasi kelompok tani secara sendiri – sendiri yaitu meliputi :

 Penerimaan informasi/inovasi
 Kemampuan mencari informasi/inovasi
 Kemampuan menyebarkan informasi/inovasi

Untuk mengukur keaktifan kelompok tani berdasarkan informasi dan

inovasi secara keseluruhan dengan asumsi dasar interval kelas dan rentang kelas

adalah sebagai berikut :

Nilai tertinggi = skor tertinggi X jumlah responden X jumlah pertanyaan


(4) (45) (3)

= 540
Nilai terendah = skor terendah X jumlah responden X jumlah pertanyaan
(1) (45) (3)

= 135
Interval kelas = angka tertinggi – angka terendah
Jumlah kelas

= 540 – 135
4

= 101,2
Dari nilai tersebut dapat dibuat kategori sebagai berikut :
Sangat Baik = 438,7 – 540
Baik = 337,4 – 438,6
Cukup = 236,3 – 337,4
Kurang = 135 – 236,2

30
 Total Untuk Keaktifan Kelompok Tani

Nilai tertinggi = skor tertinggi X jumlah responden X jumlah pertanyaan


(4) (45) (2 + 2 + 2 + 3 + 3 + 3)

= 2700
Nilai terendah = skor terendah X jumlah responden X jumlah pertanyaan
(1) (45) (2 + 2 + 2 + 3 + 3 + 3)

= 675
Interval kelas = angka tertinggi – angka terendah
Jumlah kelas

= 2700 – 675
4

= 506,2
Dari nilai tersebut dapat dibuat kategori sebagai berikut :

Sangat Baik = 2193,7 – 2700


Baik = 1687,5 – 2193,6
Cukup = 1181,3 – 1687,4
Kurang = 675 – 1181,2

3.6.2. Penilain Motivasi Kerja Oleh Kelompok Tani

Untuk mengetahui setiap subvariabel anggota kelompok tani dapat

dikemukakan sebagai berikut :

a. Motif

b. Harapan

c. Intensif

a. Motif

Untuk mengukur motivasi berdasarkan motif secara sendiri – sendiri yang

meliputi :

 Pendapatan
 Nyaman bekerja
 Mendapat penghormatan

31
Untuk mengukur motivasi kerja berdasarkan motif secara keseluruhan

dengan asumsi dasar interval kelas dan rentang kelas adalah sebagai berikut:

Nilai tertinggi = skor tertinggi X jumlah responden X jumlah pertanyaan


(4) (45) (3)

= 540
Nilai terendah = skor terendah X jumlah responden X jumlah pertanyaan
(1) (45) (3)

= 135
Interval kelas = angka tertinggi – angka terendah
Jumlah kelas

= 540 – 135
4

= 101,2

Dari nilai tersebut dapat dibuat kategori sebagai berikut :


Sangat Baik = 438,7 – 540
Baik = 337,4 – 438,6
Cukup = 236,3 – 337,4
Kurang = 135 – 236,2

b. Harapan

Untuk mengetahui motivasi kerja berdasarkan harapan secara sendiri –

sendiri yang meliputi :

 Kerja yang menyenagkan


 Sifat kepemimpinan yang mendukung

Untuk mengukur motivasi berdasarkan harapan secara keseluruhan dengan

asumsi dasar interval kelas dan rentang kelas adalah sebagai berikut :

Nilai tertinggi = skor tertinggi X jumlah responden X jumlah pertanyaan


(4) (45) (2)
= 360
Nilai terendah = skor terendah X jumlah responden X jumlah pertanyaan
(1) (45) (2)
= 90

32
Interval kelas = angka tertinggi – angka terendah
Jumlah kelas

= 360 – 90
4

= 67,5

Dari nilai tersebut dapat dibuat kategori sebagai berikut :


Sangat Baik = 292,6 – 360
Baik = 225,1 – 292,5
Cukup = 157,6 – 225
Kurang = 90 – 157,5

c. Insentif

Untuk mengukur motivasi berdasarkan insentif secara sendiri – sendiri

yang meliputi :

 Pendapatan tambahan
 Penghormatan

Untuk mengetahui motivasi berdasarkan insentif secara keseluruhan dengan

asumsi dasar interval kelas dan rentang kelas adalah sebagai berikut :

Nilai tertinggi = skor tertinggi X jumlah responden X jumlah pertanyaan


(4) (45) (2)

= 360
Nilai terendah = skor terendah X jumlah responden X jumlah pertanyaan
(1) (45) (2)

= 90
Interval kelas = angka tertinggi – angka terendah
Jumlah kelas
= 360 – 90
4
= 67,5
Dari nilai tersebut dapat dibuat kategori sebagai berikut :

Sangat Baik = 292,6 – 360


Baik = 225,1 – 292,5
Cukup = 157,6 – 225
Kurang = 90 – 157,5

33
 Total untuk motivasi kelompok tani

Nilai tertinggi = skor tertinggi X jumlah responden X jumlah pertanyaan


(motif + harapan + insentif )
(4) (45) (2 + 3 + 2)

= 1260
Nilai terendah = skor terendah X jumlah responden X jumlah pertanyaan
(motif + harapan + insentif )
(1) (45) (2 + 3 + 2)

= 315
Interval kelas = angka tertinggi – angka terendah
Jumlah kelas

= 1260 – 315
4

= 236,2
Dari nilai tersebut dapat dibuat kategori sebagai berikut :

Sangat Baik = 1023,7 – 1260


Baik = 787,5 – 1023,6
Cukup = 551,3 – 787,4
Kurang = 315 – 551,2

34
3.7. Konsep Operasional

1. Kelompok tani sapi perah adalah kumpulan petani/peternak sapi perah yang

dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan

(sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan

mengembangkan usaha sapi perah anggota.

2. Anggota kelompok tani adalah petani yang terdaftar sebagai anggota dalam

suatu kelompok tani ternak sapi perah.

3. Keaktifan anggota kelompok tani ternak adalah suatu keadaan anggota

kelompok untuk aktif (giat) dalam melaksanakan kegiatan kelompok tani

yang dapat dilihat melalui keaktifan, partisipasi pada pertemuan dan

musyawarah kelompok tani, pelaksanakan kegiatan kelompok tani, rencana

kerja/program kelompok tani, identifikasi dan perumusan masalah, dan

identifikasi dan perumusan masalah. Pengukuran dilaksanakan dengan

menggunakan skor berdasarkan Skala Likert yaitu 4 = sangat sering /baik,

3= baik, 2 = cukup, dan 1 = kurang.

4. Pertemuan dan musyawarah kelompok tani merupakan keikutsertaan

anggota kelompok tani dalam menghadiri pertemuan kelompok tani dan

keikutsertaan anggota kelompok tani dalam menghadiri musyawarah untuk

memilih ketua kelompok tani ternak. Pengukuran dilaksanakan dengan

menggunakan skor berdasarkan Skala Likert yaitu 4 = sangat sering/baik,

3= baik, 2 = cukup, dan 1 = kurang.

5. Pelaksanakan kegiatan kelompok tani adalah kegiatan yang dilakukan oleh

kelompok tani dalam menghadiri kegiatan dan mengikuti temu lapang.

35
Pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan skor berdasarkan Skala

Likert yaitu 4 = sangat sering/baik, 3 = baik, 2 = cukup, dan 1 = kurang.

6. Rencana kerja/program kelompok tani merupakan suatu kegiatan dimana

petani membuat rencana kerja individu, dan keterlibatan petani dalam

pembuatan program kelompok yang telah disusun oleh kelompok tani ternak.

Pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan skor berdasarkan Skala

Likert yaitu 4 = sangat sering/baik, 3 = baik, 2 = cukup, dan 1 = kurang.

7. Identifikasi dan perumusan masalah merupakan suatu proses kegiatan

petani dalam kemampuan mengidentifikasi masalah, kemampuan

menyelesaikan masalah, serta kemampuan mengambil keputusan dalam

rangka kegiatan kelompok tani. Pengukuran dilaksanakan dengan

menggunakan skor berdasarkan Skala Likert yaitu 4 = sangat sering/baik, 3=

baik, 2 = cukup, dan 1 = kurang.

8. Kelembagaan kelompok tani adalah partisipasi dan kemampuan anggota

kelompok tani membentuk lembaga kelompok tani untuk kegiatan –

kegiatannya dalam berusaha tani. Penilaian kelembagaan kelompok tani dapat

dilihat dari kemampuan anggota kelompok tani, kerjasama dengan sesama

anggota, kerja sama dengan pihak lain (swasta/penilitian) dan, keterlibatan

dalam kelompok tani. Pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan skor

berdasarkan Skala Likert yaitu 4 = sangat sering/baik, 3 = baik, 2 = cukup,

dan 1 = kurang.

9. Informasi dan inovasi merupakan suatu proses kegiatan kelompok tani

dalam kemampuan mencari/inovasi. Pengukuran dilaksanakan dengan

36
menggunakan skor berdasarkan Skala Likert yaitu 4 = sangat sering/baik,

3= baik, 2 = cukup, dan 1 = kurang.

10. Motivasi kelompok tani adalah proses memberi dorongan kepada

anggota kelompok tani untuk melakukan suatu kegiatan – kegiatan tertentu

guna mencapai suatu tujuan. Variabel motivasi meliputi motif, harapan

dan insentif. Pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan skor

berdasarkan Skala Likert yaitu 4 = sangat sering/baik, 3 = baik, 2 = cukup,

dan 1 = kurang.

11. Motif adalah dorongan yang dapat muncul sebagai akibat dari keinginan

pemenuhan yang tidak terpuaskan dimana kebutuhan itu muncul sebagai

dorongan alamiah dari karyawan itu sendiri seperti pendapatan, kenyamanan

dalam bekerja, saling menghargai, setia kawan, fasilitas memadai, dan

perlakuan pekerjaan. Pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan skor

berdasarkan Skala Likert yaitu 4 = sangat sering/baik, 3 = baik, 2 = cukup,

dan 1 = kurang.

12. Harapan adalah keinginan akan pemenuhan kebutuhan yang tidak

terpuaskan dari anggota kelompok tani antara lain kerja yang menyenangkan,

rasa ikut memiliki, pemberian penghargaan, sifat kepemimpinan dan menurut

persyaratan kerja. Pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan skor

berdasarkan Skala Likert yaitu 4 = sangat sering/baik, 3 = baik, 2 = cukup,

dan 1 = kurang.

13. Insentif adalah penghargaan yang diberikan untuk memotivasi para anggota

kelompok tani, sifatnya tidak tetap atau sewaktu – waktu seperti

37
penyelesaian, pencapaian prestasi, pendapatan, antar pribadi dan promosi.

Pengukuran dilaksanakan dengan menggunakan skor berdasarkan Skala

Likert yaitu 4 = sangat sering/baik, 3 = baik, 2 = cukup, dan 1 = kurang.

38
BAB IV
KEADAAN UMUM RESPONDEN

4.1. Umur

Umur merupakan salah satu faktor penentu kemampuan kerja seseorang,

dimana pengaruh tersebut akan nampak pada kemampuan fisik seseorang untuk

menyelesaikan pekerjaannya. Adapun klasifikasi umur responden di kelompok

tani sapi perah di Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur di Kelompok Tani di


Kabupaten Enrekang.

No Umur (tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Produktif (15 – 64) 42 93,33


2. Tidak produktif (> 65) 3 6,66

Jumlah 45 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012.

Pada Tabel 4 terlihat bahwa klasifikasi umur responden bervariasi, dimana

jumlah responden terbanyak yaitu dengan klasifikasi umur 15 - 64 tahun

sebanyak 42 orang atau 93,33%, sedangkan jumlah responden terkecil pada

klasifikasi umur >65 tahun yaitu 3 orang atau sekitar 6,66%. Dimana hal tersebut

menunjukkan bahwa pada umumnya responden berada pada usia produktif untuk

melakukan suatu pekerjaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Daniel (2002) yang

menyatakan bahwa umur antara 15 sampai dengan 64 tahun merupakan umur

penduduk indonesia yang dapat bekerja untuk memproduksi barang dan jasa.

Untuk mendapatkan gambar yang lebih jelas tentang identitas responden

dapat dilihat pada Lampiran 1.

39
4.2. Jenis Kelamin

Adapun klasifikasi responden berdasarkan jenis kelamin di kelompok tani

sapi perah Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelompok Tani


Sapi Perah di Kabupaten Enrekang.

No Jenis kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)


1. Laki – laki 45 100
2. Perempuan - -
Jumlah 45 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa klasifikasi responden berdasarkan

jenis kelamin di kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang pada umumnya

merupakan laki – laki yang berjumlah 45 orang atau sekitar 100%, hal ini

menunjukkan bahwa laki – laki masih mendominasi pekerjaan masyarakat di

Kabupaten Enrekang.

Untuk mendapatkan gambar yang lebih jelas tentang identitas responden

dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.3. Pendidikan

Pendidikan yang dimiliki oleh seseorang akan membedakan orang tersebut

dengan mereka yang tidak memiliki pendidikan. Pendidikan dapat diperoleh

secara formal seperti di bangku sekolah maupun non formal seperti kursus atau

pelatihan. Demikian hal pada kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang,

faktor pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas sumber daya

seseorang. Adapun klasifikasi responden berdasarkan pendidikan di kelompok

tani sapi perah di Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Tabel 6.

40
Tabel 6. Klasifikasi Responden Berdasarkan Pendidikan di Kelompok Tani Sapi
Perah di Kabupaten Enrekang.

No Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)


1. S1 1 2,22
2. SMU 19 42,22
3. SMP 13 28,22
4. SD 12 26,66
Jumlah 45 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012.

Pada Tabel 6 terlihat bahwa klasifikasi responden berdasarkan tingkat

pendidikan di kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang sangat beragam

yaitu terdiri atas SD, SMP, SMU, dan S1. Adapun jumlah responden terbanyak

yaitu untuk tingkat pendidikan SMU sebanyak 19 orang atau 42,22%, sedangkan

jumlah responden terkecil yaitu pada tingkat pendidikan S1 yaitu 1 orang atau

sekitar 2,22%. Melihat kenyataan tersebut maka dapat dikatakan bahwa kesadaran

akan pentingnya pendidikan masyarakat di Kabupaten Enrekang sudah baik,

sebab tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang akan mempengaruhi sikap,

cara pandang, dan kemampuan seseorang dalam mengerjakan sesuatu. Oleh

karena itu peningkatakan akan pendidikan secara langsung akan meningkatkan

taraf hidup masyarakat.

Untuk mendapatkan gambar yang lebih jelas tentang identitas responden

dapat dilihat pada Lampiran 1.

41
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Pengaruh Motivasi Terhadap Keaktifan Anggota Kelompok Tani

Dari variabel keaktifan anggota kelompok tani diperoleh subvariabel yang

terdiri dari :

- Pertemuan dan musyawarah kelompok tani ternak

- Pelaksanaan kegiatan kelompok tani

- Rencana kerja/program kelompok tani

- Identifikasi dan rumusan masalah

- Kelembagaan kelompok tani

- Informasi dan inovasi

Hasil penelitian dari masing-masing subvariabel tersebut dapat

dikemukakan sebagai berikut:

5.1.1. Pertemuan dan Musyawarah Kelompok Tani Ternak

Pertemuan dan musyawarah kelompok tani dapat dinilai dari:

- Keikutsertaan responden menghadiri pertemuan kelompok tani

- Keikutsertaan responden menghadiri musyawarah kelompok tani

Untuk mendapatkan hasil responden terhadap pertemuan dan musyawarah

kelompok tani dapat dilihat pada Tabel 7.

42
Tabel 7. Penilaian Keaktifan Kelompok Tani dalam Pertemuan dan Musyawarah
Kelompok Tani Sapi Perah di Kabupaten Enrekang.

No Kategori Skor Frekuensi Persentase Bobot


(orang) (%)
1. Pertemuan Kelompok
Tani
Sangat baik 4 7 15,55 28
Baik 3 10 22.22 30
Cukup 2 23 51,11 46
Kurang 1 5 11,11 5
Jumlah 45 100 109
2. Musyawarah
Kelompok Tani
Sangat baik 4 5 11,11 20
Baik 3 13 28,88 39
Cukup 2 21 46,66 42
Kurang 1 6 13,33 6

Jumlah 45 100 107


Total Skor 216
Sumber : Data Setelah Diolah, 2012

Pada Tabel 7 terlihat bahwa penilaian keaktifan kelompok tani sapi perah

dalam hal ini menghadiri pertemuan dan musyawarah kelompok tani yaitu

mendapatkan 216 skor, hasil ini berarti berada pada kategori cukup. Pada

kategori pertemuan kelompok tani terdapat 46 bobot yang berada pada kategori

cukup dengan persentase 51,11% dan pada kategori musyawarah kelompok tani

42 bobot berada pada kategori cukup dengan persentase 46,66%. Melihat uraian

tersebut berarti bahwa kelompok tani belum maksimal dalam hal keaktifannya

untuk mengikuti pertemuan dan musyawarah kelompok tani di Kabupaten

Enrekang .

Untuk lebih jelasnya mengenai penilain pertemuan dan musyawarah

kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Gambar 2.

43
216

90 157,5 225 262,5 360

K C B SB

Gambar 2. Penilaian Keaktifan Kelompok Tani dalam Pertemuan dan


Musyawarah Kelompok Tani Sapi Perah di Kabupaten
Enrekang
Keterangan :
SB = Sangat Baik/Sering B = Baik
C = Cukup K = Kurang

Dari Gambar 2 dapat dijelaskan bahwa total skor yaitu 216 skor untuk

penilaian pertemuan dan musyawarah berada pada interfal (157,6 – 225) dengan

kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa keakatifan anggota kelompok tani

dalam hal pertemuan dan musyawarah kelompok tani di Kabupaten Enrekang

belum maksimal dalam mengikuti pertemuan dan musyawarah kelompok tani.

Melihat uraian tersebut berarti bahwa kelompok tani dalam melaksanakan

kewajibannya mengikuti pertemuan dan musyawarah kelompok tani masih perlu

di tingkatkan keaktifannya dengan memberi kesadaran untuk semakin

meningkatkan mengikuti pertemuan dan musyawarah dalam kelompok tani

ternak. Hal ini sesuai dengan peraturan menteri pertanian nomor:

273/Kpts/Ot.160/4/2007 yang mengemukakan bahwa salah satu kegiatan anggota

kelompok tani adalah menghadiri pertemuan/musyawarah yang diselenggarakan

oleh kelompok tani.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hasil jawaban

responden tentang perteman dan musyawarah kelompok tani terdapat pada

Lampiran 2.

44
5.1.2. Pelaksanaan Kegiatan Kelompok Tani

Kegiatan kelompok tani dapat dilihat dari:

- menghadiri kegiatan kelompok tani

- mengikuti temu lapang

Untuk mendapatkan hasil responden terhadap pelaksanaan kegiatan

kelompok tani dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Penilaian Keaktifan Kelompok Tani dalam Kegiatan Kelompok Tani


Sapi Perah di Kabupaten Enrekang.

No Kategori Skor Frekuensi Persentase Bobot


(orang) (%)
1. Menghadiri Kegiatan
Kelompok Tani
Sangat baik 4 2 4,44 8
Baik 3 18 40 54
Cukup 2 12 26,66 24
Kurang 1 13 28,88 13
Jumlah 45 100 99
2. Mengikuti Temu Lapang
Sangat baik 4 8 17,77 32
Baik 3 19 42,22 57
Cukup 2 11 24,44 22
Kurang 1 7 15,55 7
Jumlah 45 100 118
Total Skor 217
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012.

Pada Tabel 8 terlihat bahwa total skor kegitan kelompok tani dalam hal

pelaksanaan kegiatan kelompok tani yaitu sebesar 217 skor dan berada pada

interval (157,6 – 225), hasil ini berarti berada pada kategori cukup. Dimana pada

kategori menghadiri kegiatan kelompok tani mendapatkan 54 bobot yang berada

pada kategori baik dengan persentase 40% sedangkan pada kategori mengikuti

temu lapang terdapat 57 bobot dengan persentase 42,22% berada pada kategori

baik. Meskipun pada indikator keaktifan menghadiri kegiatan kelompok tani dan

45
mengikuti temu lapang berada pada kategori baik tetapi tidak dapat

mempengaruhi tingkat keaktifan dalam menghadiri kegiatan kelompok tani dan

mengikuti temu lapang kelompok tani. Hal ini berarti para anggota kelompok tani

di Kabupaten Enrekang belum memperhatikan pelaksanaan kegiatan kelompok

tani secara efektif. Untuk lebih jelasnya mengenai penilain terhadap kegiatan

kelompok tani Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Gambar 3.

217

90 157,5 225 292,5 360

K C B SB

Gambar 3. Penilaian Keaktifan Kelompok Tani dalam Kegiatan


Kelompok Tani Ternak Sapi Perah di Kabupaten Enrekang

Keterangan :
SB = Sangat Baik/Sering B = Baik
C = Cukup K = Kurang

Dari Gambar 3 dapat dijelaskan bahwa total skor yaitu 217 skor, untuk

penilaian keaktifan kelompok tani ternak tentang kegiatan kelompok tani berada

pada (157,6 – 225) dengan kategori cukup.

Melihat hasil uraian diatas, ini berarti bahwa pelaksanaan kegiatan

kelompok tani yang dilakukan oleh kelompok tani sapi perah di Kabupaten

Enrekang belum maksimal sehingga perlu ditingkatkan dengan memberi

kesadaran kepada para anggota kelompok bahwa dengan aktif mengikuti kegiatan

kelompok akan banyak memberi keuntungan kepada mereka. Menurut

Sastraatmaja (1997) yang mengemukakan bahwa dalam kegiatan kelompok tani,

senantiasa akan ada kedua kelompok yang terlibat secara aktif. Di suatu pihak

46
adalah kelompok penyuluh atau pemateri, dan yang kedua adalah kelompok yang

disuluh.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hasil jawaban

responden tentang pelaksanaan kegiatan penyuluh dapat dilihat pada Lampiran 3.

5.1.3. Rencana Kerja/Program Kelompok Tani

Pelaksanaan kegiatan anggota kelompok tani dapat dilihat dari 2 (dua) hal

yaitu:

- Membuat rencana kerja


- Melaksanakan program kerja kelompok

Untuk mendapatkan hasil responden terhadap rencana kerja/program

kelompok tani dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Penilaian Keaktifan Kelompok Tani dalam Rencana Kerja/Program


Kelompok Tani Ternak Sapi Perah di Kabupaten Enrekang.

No Kategori Skor Frekuensi Persentase Bobot


(orang) (%)
1. Membuat rencana kerja
Sangat baik 4 2 4,44 8
Baik 3 18 40 54
Cukup 2 12 26,66 24
Kurang 1 13 28,88 13
Jumlah 45 100 99
2. Melaksanakan program
kerja kelompok
Sangat baik 4 7 15,55 28
Baik 3 10 22,22 30
Cukup 2 23 51,11 46
Kurang 1 5 11,11 5
Jumlah 45 100 109
Total Skor 208
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012.

Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa total skor keaktifan kelompok tani dalam

hal rencana kerja/program kelompok tani yaitu sebesar 208 skor dan berada pada

47
interval (157,6 - 225)\, hasil ini berarti berada pada kategori Cukup dimana pada

indikator membuat rencana kerja kelompok tani terdapat 54 bobot yang memiliki

indikator baik dengan persentase 40% dan pada indikator melaksanakan program

kerja kelompok tani 46 bobot dengan persentase 51,11% berada pada kategori

cukup. Meskipun pada indikator membuat rencana kerja kelompok tani berada

pada kategori baik tetapi tidak dapat mempengaruhi tingkat keaktifan kelompok

tani pada pelaksanaan program kelompok tani. Hal ini berarti para anggota

kelompok tani di Kabupaten Enrekang masih kurang maksimal dalam

memperhatikan pelaksanaan kegiatan kelompok tani ternaknya. Untuk lebih

jelasnya mengenai penilain terhadap penilaian kegiatan kelompok tani Kabupaten

Enrekang dapat dilihat pada Gambar 4.

Untuk lebih jelasnya mengenai penilaian rencana kerja/program kelompok

tani di Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Gambar 4.

208

90 157,5 225 292,6 360

K C B SB

Gambar 4.Penilaian Keaktifan Kelompok Tani dalam Rencana


Kerja/Program Kelompok Tani Ternak Sapi Perah di
Kabupaten Enrekang

Keterangan :
SB = Sangat Baik/Sering B = Baik
C = Cukup K = Kurang

Dari Gambar 4 dapat dijelaskan bahwa total skor untuk penilaian keaktifan

kelompok tani dalam melaksanakan rencana kerja/program kelompok tani yaitu

48
208 skor dan berada pada interval (157,6 - 225) dengan kategori cukup. Hal ini

menunjukkan bahwa isi program kelompok tani di Kabupaten Enrekang belum

maksimal dan belum bisa dijadikan sebagai pedoman kegiatan di tingkat usaha

tani atau sudah sesuai dengan kebutuhan petani-peternak. Untuk menciptakan

suatu rencana kerja yang sesuai dengan kebutuhan sasaran kelompok tani, maka

diperlukan adanya pertemuan kelompok untuk penyusunan program kelompok

tani yang dilakukan bersama-sama baik petani-peternak, maupun para penentu

kebijakan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mardikanto (1993), yang

menyatakan bahwa perencanaan program dirumuskan oleh banyak pihak yaitu

secara bersama-sama masyarakat sasarannya dengan didukung oleh para spesialis,

praktisi dan penentu kebijaksanaan yang berkaitan dengan upaya-upaya

pembangunan masyarakat.

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil jawaban responden

tentang rencana kerja/program kelompok tani dapat pada Lampiran 4.

5.1.4. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Identifikasi dan perumusan masalah dapat dilihat dari:

- Kemampuan mengidentifikasi masalah


- Kemampuan menyelesaikan masalah
- Kemampuan mengambil keputusan

Untuk mendapatkan hasil responden terhadap identifikasi dan perumusan

masalah dapat dilihat pada Tabel 10.

49
Tabel 10. Penilaian Keaktifan Kelompok Tani dalam Identifikasi dan Perumusan
Masalah Kelompok Tani Ternak Sapi Perah di Kabupaten Enrekang.

No Kategori Skor Frekuensi Persentase Bobot


(orang) (%)
1. Kemampuan
Mengidentifikasi Masalah
Sangat baik 4 5 11,11 20
Baik 3 13 28,88 39
Cukup 2 21 46,66 42
Kurang 1 6 13,33 6
Jumlah 45 100 107
2. Kemampuan
Menyelesaikan Masalah
Sangat baik 4 4 8,88 16
Baik 3 7 15,55 21
Cukup 2 22 48,88 44
Kurang 1 12 26,66 12
Jumlah 45 100 93
3. Kemampuan Mengambil
Keputusan
Sangat baik 4 8 17,77 32
Baik 3 19 42,22 57
Cukup 2 11 24,44 22
Kurang 1 7 15,55 7
Jumlah 51 100 118
Total Skor 318
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012.

Pada Tabel 10 terlihat bahwa total skor untuk identifikasi dan perumusan

masalah yaitu 318 skor, hasil ini berarti berada pada kategori Cukup. Melihat

uraian tersebut berarti bahwa para anggota kelompok tani di daerah Kabupaten

Enrekang cukup mampu dalam mengidentifikasi dan perumusan masalah

kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang. Dimana pada indikator

kemampuan mengidentifikasi masalah kelompok tani 42 bobot yang berada pada

kategori cukup dengan persentase 46,66%, pada indikator kemampuan

menyelesaikan masalah 44 bobot yang berada pada kategori cukup dengan

persentase 48,88% dan pada indikator kemampuan mengambil keputusan terdapat

50
57 bobot yang berada pada kategori baik dengan persentase 42,22%. Meskipun

pada indikator kemampuan mengambil keputusan berada pada kategori baik tetapi

tidak mampu mempengaruhi tingkat keaktifan dalam kemampuan

mengidentifikasi masalah pada indikator kemampuan mengidentifikasi masalah

dan kemampuan menyelesaikan masalah. Hal ini berarti para anggota kelompok

tani di Kabupaten Enrekang belum maksimal dalam memperhatikan pelaksanaan

kegiatan kelompok tani. Untuk lebih jelasnya mengenai penilaian identifikasi

masalah dan perumusan masalah di Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada

Gambar 5.

318
135 236,2 337,4 438,6 540

K C B SB

Gambar 5. Penilaian Keaktifan Kelompok Tani dalam Mengidentifikasi


Menyelesaikan Masalah Kelompok Tani Ternak Sapi Perah
di Kabupaten Enrekang
Keterangan :
SB = Sangat Baik/Sering B = Baik
C = Cukup K = Kurang

Dari Gambar 5 dapat dijelaskan bahwa total skor untuk identifikasi dan

perumusan masalah yaitu 318 skor, dan berada pada kategori Cukup dengan

interval (236,3-337,4). Hal ini menunjukkan bahwa identifikasi dan perumusan

masalah yang dilakukan oleh kelompok tani ternak di Kabupaten Enrekang cukup

untuk dijadikan sebagai pedoman untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam

kelompok tani.

51
Menurut Saibani (2007) yang mengemukakan bahwa tingkat keaktifan

petani dalam penyelenggaraan pertemuan pertanian berdasarkan nilai yang

dipersepsikan berkorelasi dengan kemampuan yang dimiliki petani dalam

menganalisis situasi, identifikasi masalah, merumuskan masalah, merumuskan

cara-cara mencapai tujuan, menghadiri pertemuan kelompok tani, pengelolaan

kegiatan, pengambilan keputusan, aksebilitasi informasi pelaksanaan kelompok

tani, berkonsoludasi dengan penyuluh, serta evaluasi pencapaian tujuan.

Untuk lebih jelasnya mengenai penilaian partisipasi kelompok tani ternak

dalam hal identifikasi dan perumusan masalah di Kabupaten Enrekang dapat

dilihat pada Lampiran 5.

5.1.5. Kelembagaan Kelompok Tani

Kelembagaan kelompok tani dapat dilihat dari:

- Kemampuan anggota kelompok tani bekerja sama dengan sesama

anggota kelompok tani

- Kerja sama dengan pihak lain (peneliti/swasta)

- Keterlibatan dalam kegiatan kelompok tani

Pada Tabel 11 terlihat bahwa total skor untuk kelembagaan kelompok tani

yaitu 315 skor, hasil ini berarti berada pada kategori cukup. Melihat uraian

tersebut berarti bahwa para anggota kelompok tani di daerah Kabupaten Enrekang

cukup mampu dalam kelembagaan kelompok tani.

Untuk mendapatkan hasil responden terhadap kelembagaan kelompok tani

dapat dilihat pada Tabel 11.

52
Tabel 11. Penilaian Keaktifan Kelompok Tani Berdasarkan Kelembagaan
Kelompok Tani Ternak Sapi Perah di Kabupaten Enrekang.

No Kategori Skor Frekuensi Persentase Bobot


(orang) (%)
1. Kemampuan Anggota
Kelompok Tani Bekerja
Sama Dengan Sesama
Anggota Kelompok Tani
Sangat baik 4 2 4,44 8
Baik 3 18 40 54
Cukup 2 12 26,66 24
Kurang 1 13 28,88 13
Jumlah 45 100 99
2. Kerja Sama Dengan Pihak
Lain (Peneliti/Swasta)
Sangat baik 4 7 15,55 28
Baik 3 10 22,22 30
Cukup 2 23 51,11 46
Kurang 1 5 11,11 5
Jumlah 45 100 109
3. Keterlibatan Dalam
Kegiatan Kelompok Tani
Sangat baik 4 5 11,11 20
Baik 3 13 28,88 39
Cukup 2 21 46,66 42
Kurang 1 6 13,33 6
Jumlah 45 100 107
Total 315
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012.

Pada Tebel 11 terlihat bahwa total skor untuk kelembagaan kelompok tani

yaitu 315 skor, hasil ini berarti berada pada kategori cukup. Dimana pada

indikator kemampuan bekerja sama dengan sesama anggota kelompok tani

terdapat 54 bobot yang berada pada kategori baik dengan persentase 40%, pada

kategori kerja sama dengan pihak lain 46 bobot berada pada kategori cukup

dengan persentase 51,11% dan pada kategori keterlibatan dalam kegiatan

kelompok tani terdapat 42 bobot yang berada pada kategori cukup dengan

persentase 46,66%. Meskipun pada tingkat kemampuan anggota kelompok tani

53
bekerjasama dengan sesama anggota kelompok tani sudah baik tetapi tidak

mempengaruhi tingkat kerja sama dengan pihak lain dan keterlibatan dalam

kegiatan kelompok tani. Melihat uraian tersebut bahwa para anggota kelompok

tani di daerah Kabupaten Enrekang belum mampu dalam kelembagaan kelompok

tani, dalam hal ini bekerja sama dengan sesama anggota kelompok tani, kerja

sama dengan pihak lain atau peneliti serta keterlibatan dalam kegiatan kelompok

tani masih perlu ditingkatkan.

Untuk lebih jelasnya mengenai penilaian kelembagaan kelompok tani di

Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Gambar 6.

315

135 236,2 337,4 438,6 540

K C B SB

Gambar 6. Penilaian Keaktifan Kelompok Tani Berdasarkan


Kelembagaan Kelompok Tani Ternak Sapi Perah di
Kabutan Enrekang

Keterangan :
SB = Sangat Baik/Sering B = Baik
C = Cukup K = Kurang

Pada Gambar 6 dapat dijelaskan bahwa total skor yaitu 315 skor, untuk

penilaian keaktifan kelompok tani tentang kelembagaan kelompok tani berada

pada interval (236,3 – 337,4) dengan kategori cukup. Menurut Harjono (2000),

yang menyatakan bahwa kelompok tani ternak merupakan tempat untuk

memperkuat kerjasama diantara para peternak dalam kelompok dan antar

kelompok serta dengan pihak lain untuk meningkatkan produktivitas dan

pendapatan.

54
Untuk mendapatkan gambaran lebih jelasnya tentang hasil jawaban

responden tentang kelembagaan kelompok tani dapat dilihat pada Lampiran 6.

5.1.6. Informasi dan Inovasi

Informasi dan inovasi dapat dilihat dari:

- Penerima informasi/inovasi

- Kemampuan mencari informasi/inovasi

- Kemampuan menyebarkan informasi/inovasi

Untuk mendapatkan hasil responden terhadap informasi dan inovasi dapat

dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Penilaian Keaktifan Kelompok Tani Berdasarkan Informasi dan Inovasi
Kelompok Tani Ternak Sapi Perah di Kabupaten Enrekang.

No Kategori Skor Frekuensi Persentase Bobot


(orang) (%)
1. Penerima informasi/inovasi
Sangat baik 4 4 8,88 16
Baik 3 7 15,55 21
Cukup 2 22 48,88 44
Kurang 1 12 26,66 12
Jumlah 45 100 93
2. Kemampuan mencari
Informasi/Inovasi
Sangat baik 4 8 17,77 32
Baik 3 19 42,22 57
Cukup 2 11 24,44 22
Kurang 1 7 15,55 7
Jumlah 45 100 118
3. Kemampuan Menyebarkan
Informasi/Inovasi
Sangat baik 4 2 4,44 8
Baik 3 18 40 54
Cukup 2 12 26,66 24
Kurang 1 13 28,88 13
Jumlah 45 100 99
Total Skor 310
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012.

55
Dari Tebel 12 dapat dilihat bahwa total skor keaktifan kelompok tani

dalam hal informasi dan inovasi yaitu sebesar 310 skor, hasil ini berarti berada

pada kategori Cukup. Dimana pada kategori penerima informasi/inovasi terdapat

44 bobot yang berada pada kategori cukup dengan persentase 48,88%, pada

indikator kemampuan mencari informasi dan inovasi 57 bobot yang berada pada

indikator baik dengan persentase 42,22%, dan pada indikator kemampuan

menyebar informasi/inovasi terdapat 54 bobot yang berada pada kategori baik

dengan persentase 40%. Meskipun pada indikator kemampuan mencari

informasi/inovasi dan kemampuan menyebarkan informasi/inovasi sudah baik

tetapi pada indikator penerima informasi/inovasi masih cukup sehingga tidak

dapat meningkatkan subvariabel informasi dan inovasi. Melihat uraian tersebut

berarti bahwa para anggota kelompok tani di daerah Kabupaten Enrekang belum

maksimal dalam memperhatikan informasi dan inovasi.

Untuk lebih jelasnya mengenai penilaian keaktifan kelompok tani ternak

dalam informasi dan inovasi di Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Gambar 7.

310

135 236,2 337,4 438,6 540

K C B SB

Gambar 7. Penilaian Keaktifan Kelompok Tani dalam Menerima


Informasi dan Inovasi Kelompok Tani Sapi Perah di
Kabupaten Enrekang

Keterangan :
SB = Sangat Baik/Sering B = Baik
C = Cukup K = Kurang

56
Pada Gambar 7 dapat dijelaskan bahwa total skor untuk informasi dan

inovasi yaitu 310 skor, dan berada pada interval (236,3-337,4) dengan kategori

Cukup. Hal ini menunjukkan bahwa petani yang ada di Kabupaten Enrekang

belum maksimal dalam menerima informasi/inovasi, mencari informasi/inovasi

serta menyebarkan informasi ke sesama anggota kelompok tani, hal ini

disebabkan karena dengan adanya informasi, maka mereka dapat meningkatkan

usaha taninya serta organisasinya.

Menurut Kesi (2004) dalam Rusmiati (2009) yang menyatakan bahwa

loyalitas terhadap organisasi diperkuat dengan cara melibatkan anggota didalam

pembuatan keputusan yang pada akhirnya menyumbangkan peningkatan

solidaritas dan kohesi kelompok. Demikian pula halnya dengan melalui partisipasi

tercipta komunikasi dua arah, agar informasi mengalir dua arah dari atas ke bawah

dan dari bawah ke atas. Karena dengan partisipasi anggota, disitu terjadi timbal

balik hubungan antara anggota dan organisasi yang memperkuat dan

menguntungkan organisasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 7.

5.1.7. Total Untuk Keaktifan Anggota Kelompok Tani

Indikator keaktifan anggota kelompok tani terdiri dari:

- Pertemuan dan musyawarah kelompok tani

- Pelaksanaan kegiatan kelompok tani

- Rencana kerja/program kelompok tani

- Identifikasi dan rumusan masalah

- Kelembagaan kelompok tani

- Informasi dan inovasi

57
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh tentang penilaian responden

terhadap keaktifan anggota kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang

dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Tanggapan Responden Terhadap Keaktifan Anggota Kelompok Tani


Sapi Perah di Kabupaten Enrekang

No Indikator pengukuran Total skor Kategori

1. Pertemuan dan musyawarah kelompok tani 216 Cukup


2. Pelaksanaan kegiatan kelompok tani 211 Cukup
3. Rencana kerja/program kelompok tani 208 Cukup
4. Identifikasi dan rumusan masalah 318 Cukup
5. Kelembagaan kelompok tani 315 Cukup
6. Informasi dan inovasi 310 Cukup
Jumlah 1578 Cukup

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012.

Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa total bobot yang diperoleh keaktifan

kelompok tani dalam kegiatan kelompok tani diperoleh 1578 skor, berada pada

kategori Cukup. Melihat uraian tersebut berarti bahwa kelompok tani belum

maksimal dalam melaksanakan kegiatannnya yang berarti masih diperlukan

upaya-upaya untuk lebih mengaktifkan kelompok dengan memperbanyak

bimbingan dan penyuluhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Harjono (2000) dalam

Rusmiati (2009) yang menyatakan bahwa pembinaan kelompok tani ternak

diarahkan untuk memberdayakan anggotanya agar memiliki kekuatan mandiri,

yang mampu menerapkan inovasi dan mampu memanfaatkan azas skala ekonomi

dan mampu menghadapi resiko usaha, sehingga mampu memperoleh pendapatan

dan kesejahteraan yang layak.

58
Untuk lebih jelasnya mengenai penilaian keaktifan kelompok tani ternak

dalam kegiatan kelompok tani di Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada

Gambar 8.

1578
675 1181,2 1687,4 2193,6 2700

K C B SB
Gambar 8. Tanggapan Responden Terhadap Keaktifan Anggota Kelompok
Tani Sapi Perah di Kabupaten Enrekang

Keterangan :
SB = Sangat Baik/Sering B = Baik
C = Cukup K = Kurang

Pada Gambar 8 dijelaskan bahwa total skor untuk penilaian keaktifan

kelompok tani ternak dalam pelaksanaan kelompok tani berada pada 1578 skor

dan berada pada interval (1181,3-1687,4) dengan kategori Cukup. Yang berarti

bahwa tingkat keaktifan kelompok tani ternak di Kabupaten Enrekang belum

maksimal, dan masih perlu ditingkatkan sehingga mencapai tingkat keaktifan

yang optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

keaktifan kelompok tani ternak di Kabupaten Enrekang yaitu dengan

memberdayakan anggota kelompok tani agar memiliki kekuatan mandiri, yang

mampu menerapkan inovasi (teknis, sosial dan ekonomi), serta peningkatan

kemampuan kelompok tani agar kelompok dapat berfungsi sebagai kelas belajar,

sehingga menjadi orgaisasi petani yang kuat dan mandiri.

59
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang rekapitulasi hasil

jawaban responden tentang keaktifan anggota kelompok tani dapat dilihat pada

Lampiran 8.

5.2. Penilaian Motivasi Anggota Kelompok Tani

Dari variabel motivasi anggota kelompok tani diperoleh subvariabel yang

terdiri dari :

- Motif

- Harapan

- Insentif

Hasil penelitian dari masing – masing subvariabel tersebut dapat

dikemukakan sebagai berikut:

5.2.1. Motivasi (Motif)

Motif dapat dilihat dari :

- pendapatan

- nyaman bekerja

- mendapat penghormatan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh tentang penilaian responden

terhadap motivasi kerja kelompok tani tentang motif dapat dilihat pada Tabel 14.

Pada Tebel 14 dapat dilihat bahwa total skor motifasi kelompok tani dalam

hal motif yaitu sebesar 496 skor, hasil ini berarti berada pada kategori Sangat

Baik. Melihat uraian tersebut berarti bahwa para anggota kelompok tani di daerah

Kabupaten Enrekang sangat baik dalam memperhatikan motif.

60
Tabel 14. Penilaian Motivasi Kelompok Tani Berdasarkan Motif Kelompok Tani
Ternak Sapi Perah di Kabupaten Enrekang.

No Kategori Skor Frekuensi Persentase Bobot


(orang) (%)
1. Pendapatan
Sangat baik 4 33 64,7 132
Baik 3 16 31,37 48
Cukup 2 2 3,9 4
Kurang 1 - - -
Jumlah 51 100 148
2. Nyaman Bekerja
Sangat baik 4 25 49 100
Baik 3 26 51 78
Cukup 2 - - -
Kurang 1 - - -
Jumlah 51 100 178
3. Mendapat Penghormata
Sangat baik 4 25 49 100
Baik 3 18 35,29 54
Cukup 2 8 15,68 16
Kurang 1 - - -
Jumlah 25 100 170
Total Skor 496
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012.

Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa total bobot yang diperoleh motivasi

kelompok tani berdasarkan motif kelompok tani ternak sapi perah diperoleh 496

skor, ini berarti berada pada kategori Sangat Baik. Dimana pada indikator

pendapatan terdapat 132 bobot yang sangat baik, pada indikator nyaman bekerja

100 bobot yang berada pada kategori sangat baik, 100 bobot pada indikator

mendapatkan penghormatan yang juga termasuk dalam kategori sangat baik.

Terdapat beberapa orang yang memiliki motif di bawa dari kategori sangat baik

namun tidak menurunkan motif anggota kelompok lain untuk berpartisipasi aktif

terhadap anggota lainnya. Melihat uraian tersebut berarti bahwa kelompok tani

telah memiliki motif terhadap kelompok tani sudah sangat baik, yang berarti

61
bahwa para anggota kelompok tani di daerah Kabupaten Enrekang sangat baik

dalam memotivasi kelompok tani berdasarkan motif kelompok tani ternak sapi

perah di Kabupaten Enrekang.

Untuk lebih jelasnya mengenai penilaian motivasi kelompok tani ternak


dalam motif di Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Gambar 9.
496

135 236,2 337,4 438,6 540

K C B SB

Gambar 9. Penilaian Motivasi Kelompok Tani Berdasarkan Motif


Kelompok Tani Ternak Sapi Perah di Kabupaten
Enrekang

Keterangan :
SB = Sangat Baik/Sering B = Baik
C = Cukup K = Kurang

Pada Gambar 9 dapat dijelaskan bahwa total skor untuk motif yaitu 496

skor, dan berada pada interval (438,7 - 540) dengan kategori Sangat Baik. Hal ini

sesuai dengan pendapat Mangkunegara (2006) bahwa sikap mental anggota

kelompok yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat

motivasi untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hasil jawaban

responden terhadap variabel motif kelompok tani ternak dalam pelaksanaan

kelompok tani dapat dilihat pada Lampiran 9.

62
5.2.2. Motivasi (Harapan)

Harapan dapat dilihat dari :

- kerja yang menyenangkan

- sifat kepemimpinan yang mendukung

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh tentang penilaian responden

terhadap motivasi anggota kelompok tani tentang harapan dapat dilihat pada

Tebel 15.

Tabel 15. Penilaian Motivasi Kelompok Tani Berdasarkan Harapan Kelompok


Tani Ternak Sapi Perah di Kabupaten Enrekang.

No Kategori Skor Frekuensi Persenta Bobot


(orang) se (%)
1. Kerja Yang Menyenangkan
Sangat baik 4 21 41,17 84
Baik 3 26 50,98 78
Cukup 2 4 7,84 8
Kurang 1 - - -
Jumlah 25 100 170
3. Sifat Kepemimpinan Yang
Mendukung
Sangat baik 4 8 15,68 32
Baik 3 25 49 75
Cukup 2 18 35,29 36
Kurang 1 - - -
Jumlah 25 100 143
Total Skor 313
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012.

Pada Tebel 15 dapat dilihat bahwa total skor motifasi kelompok tani dalam

hal motif yaitu sebesar 313 skor, hasil ini berarti berada pada kategori Sangat

Baik. Dimana pada indikator kerja yang menyenangkan terdapat 84 bobot yang

berada pada kategori sangat tinggi, pada indikator sifat kepemimpinan yang

mendukung terdapat 75 bobot yang berada pada kategori baik. Meskipun terdapat

63
36 bobot yang memiliki indikator kurang pada indikator sifat kepemimpinan yang

mendukung tetapi tidak mempengaruhi tingkat harapan anggota kelompok tani.

Melihat uraian tersebut berarti bahwa para anggota kelompok tani di daerah

Kabupaten Enrekang sangat baik dalam memperhatikan harapan.

Untuk lebih jelasnya mengenai penilaian motivasi kelompok tani ternak

dalam harapan di Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Gambar 10.

313

90 157,6 225 292,6 360

K C B SB
Gambar 10. Penilaian Motivasi Kelompok Tani Berdasarkan Harapan
Kelompok Tani Ternak Sapi Perah di Kabupaten Enrekang
Keterangan :
SB = Sangat Baik/Sering B = Baik
C = Cukup K = Kurang

Pada Gambar 10 dapat dijelaskan bahwa total skor untuk harapan yaitu

313 skor, dan berada pada interval (292,6 – 360) dengan kategori Sangat Baik.

Hal ini berarti tanggapan responden mengenai motivasi pada harapan sangat

tinggi karena disebabkan adanya kurangnya hubungan antara anggota dan ketua

kelompok masing – masing, sehingga bisa menyampaikan harapan yang terbaik

untuk kelompoknya.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hasil jawaban

responden terhadap variabel harapan kelompok tani ternak dalam pelaksanaan

kelompok tani dapat dilihat pada Lampiran 10.

64
5.2.3. Motivasi (Insentif)

Insentif dapat dilihat dari :

- Pendapatan tambahan

- Penghargaan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh tentang penilaian responden

terhadap motivasi anggota kelompok tani tentang insentif dapat dilihat pada

Tabel 16.

Tabel 16. Penilaian Motivasi Kelompok Tani Berdasarkan Insentif Kelompok


Tani Ternak Sapi Perah di Kabupaten Enrekang.

No Kategori Skor Frekuensi Persentase Bobot


(orang) (%)
1. Pendapatan
Sangat baik 4 17 33.33 68
Baik 3 28 54,9 84
Cukup 2 6 11,76 12
Kurang 1 - - -
Jumlah 25 100 164
2. Penghargaan
Sangat baik 4 17 33.33 68
Baik 3 20 39,21 60
Cukup 2 14 27,45 28
Kurang 1 - - -
Jumlah 25 100 156
Total Skor 320
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012.

Dari Tebel 16 dapat dilihat bahwa total skor motivasi kelompok tani dalam

hal insentif yaitu sebesar 320 skor, hasil ini berarti berada pada kategori sangat

baik. Dimana pada indikator pendapatan terdapat 84 bobot berada pada kategori

baik dan pada indikator penghargaan, 68 bobot yang berada pada kategori sangat

baik. Meskipun terdapat 12 bobot yang memiliki kategori cukup baik pada

indikator pendapatan dan 28 bobot dengan kategori cukup pada indikator

65
penghargaan namun tidak mempengaruhi tingkat insentif anggota kelompok tani.

Melihat uraian tersebut berarti bahwa para anggota kelompok tani di daerah

Kabupaten Enrekang sangat baik dalam memperhatikan insentif.

Untuk lebih jelasnya mengenai penilaian motivasi kelompok tani ternak


dalam insentif di Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada Gambar 11.

320

90 157,5 225 292,5 360

K C B SB

Gambar 11. Penilaian Motivasi Kelompok Tani Berdasarkan Insentif


Kelompok Tani Ternak Sapi Perah di Kabupaten
Enrekang

Keterangan :
SB = Sangat Sering/Baik B = Baik
C = Cukup K = Kurang

Pada Gambar 11 dapat dijelaskan bahwa total skor untuk insentif yaitu 320

skor, dan berada pada interval (292,5 - 360) dengan kategori Sangat Baik.

Menurut Hariandja (1999) bahwa insentif harus diperhatikan oleh pemimpin

untuk mendorong antusias terhadap perusahaan dan mampu mendorong

pemanfaatan tenaga dan kemampuan mereka didalam suatu kelompok.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hasil jawaban

responden terhadap variabel insentif kelompok tani ternak dalam pelaksanaan

kelompok tani dapat dilihat pada Lampiran 11.

66
5.2.4. Total Untuk Motivasi Kelompok Tani

Total variabel motivasi dapat dilihat dari :

- motif

- harapan

- insentif

Berdasarkan responden tentang penilaian motivasi kerja kelompok tani di

Kabupaten Enrekang.

Tabel 17. Penilaian Motivasi Kelompok Tani Berdasarkan Kelembagaan


Kelompok Tani Ternak Sapi Perah di Kabupaten Enrekang.

No Indikator pengukuran Total skor Kategori


1. Motif 496 Sangat Baik

2. Harapan 313 Sangat Baik

3. Insentif 320 Sangat Baik


Jumlah 1129 Sangat Baik
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2012.

Pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa total bobot yang diperoleh motivasi

kelompok tani dalam kegiatan kelompok tani diperoleh 1129 skor, ini berarti

berada pada kategori Sangat Baik. Melihat uraian tersebut berarti bahwa

kelompok tani telah melaksanakan tugasnya sangat baik yang berarti bahwa para

anggota kelompok tani di daerah Kabupaten Enrekang sudah sangat baik dalam

motivasi dalam kegiatan kelompok tani.

Untuk lebih jelasnya mengenai penilaian motivasi kelompok tani ternak

dalam kegiatan kelompok tani di Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada

Gambar 12.

67
1129

315 551,2 787,4 1023,6 1260

K C B SB

Gambar 12. Penilaian Motivasi Kelompok Tani Ternak Sapi Perah di


Kabupaten Enrekang

Keterangan :
SB = Sangat Baik/Sering B = Baik
C = Cukup K = Kurang

Pada Gambar 12 dijelaskan bahwa total skor untuk penilaian motivasi

kelompok tani ternak dalam pelaksanaan kelompok tani berada pada skor 1129

dan berada pada interval (1023 - 1260) dengan kategori Sangat Baik. Yang

berarti bahwa tingkat motivasi anggota kelompok tani ternak di Kabupaten

Enrekang sangat baik dan perlu di pertahankan sehingga mencapai tingkat

motivasi yang optimal. Salah satu upaya yang dilakukan anngota kelompok tani

sapi perah di Kabupaten Enrekang agar tingkat motivasinya tetap yaitu dengan

memberdayakan anggota kelompok tani agar memiliki kekuatan mandiri, yang

mampu menerapkan inovasi (teknis,sosial dan ekonomi), serta peningkatan

kemampuan kelompok tani agar kelompok dapat berfungsi sebagai kelas belajar,

sehingga menjadi orgaisasi petani yang kuat dan mandiri. Hal ini sesuai dengan

pendapat Mangkunegara (2006), bahwa sikap mental karyawan pro dan positif

terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai

kinerja yang maksimal. Sikap mental karyawan haruslah memiliki sikap mental

yang siap sedia secara psikofisik (siap secara mental, fisik, situasi, dan tujuan).

68
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang rekapitulasi hasil

jawaban responden terhadap variabel motivasi kelompok tani ternak sapi perah di

Kabupaten Enrekang dilihat pada Lampiran 11.

5.3. Analisis Regresi Pengaruh Motivasi Terhadap Keaktifan Anggota

Kelompok Tani

Untuk mengetahui pengaruh motivasi dan keaktifan anggota kelompok

tani sapi perah di Kabupaten Enrekang dugunakan analisis regresi linear

sederhana, yaitu dengan menggunakan bantuan statistik komputer program SPSS

16 for windows. Adapun yang menjadi variabel pada penelitian ini yaitu terdiri

atas variabel bebas yaitu motivasi (X) dan variabel terikat yaitu keaktifan (Y).

Adapun hasil analisis tersebut adalah sebagai berikut:

Hasil analisis regresi pengaruh motivasi terhadap keaktifan anggota

kelompok tani ternak sapi perah di Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada

Tabel 18.

Tabel 18. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Regresi Linear Sederhana Pengaruh


Motivasi Terhadap Keaktifan Anggota Kelompok Tani Sapi Perah di
Kabupaten Enrekang.
Variabel Variabel Koefisien Standar Thirung Sig. Keterangan
bebas terikat regresi error

Konstanta Y 0,581 0,307 1,890 0,066

X 0,610 0,126 4,890 0,000 Signifikan


F Hitung : 23,554 Koefisien Determinasi (R2) ; 0,354

Korfisien Korelasi (r): 0,595 Sign ; 0,000

Berdasarkan hasil perhitungan regresi linear sederhana, yang terlibat pada

Tabel 18 maka dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut:

69
Y = a + bX

Y = 0,581 + 0.610 X

Dari persamaan tersebut maka dapat diketahui nilai konstanta pengaruh

variabel terikat yaitu keaktifan sebesar 0,581. hal ini menunjukkan bahwa jika

nilai variabel bebas bernilai 0 atau tidak ada maka keaktifan akan bernilai 0,581.

Sedangkan nilai koefisien regresi variabel bebas yang berpengaruh terhadap

keaktifan dapat dikemukakan bahwa koefisien regresi variabel motivasi (X)

sebesar 0,610, artinya bahwa motivasi memberikan pengaruh yang searah, yang

berarti bahwa jika motivasi meningkat sebanyak 1 (satu) satuan, maka motivasi

akan ikut mengalami peningkatan sebesar 0,610 satuan dengan asumsi variabel

lain konstant. Hal ini berarti bahwa setiap pertambahan kemampuan motivasi

dalam hal ini motif, harapan dan insentif akan meyebabkan adanya peningkatan

keaktifan pada kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang.

Motivasi peternak akan meningkat seiring dengan kebutuhan peternak

juga meningkat. Oleh karena itu keinginan peternak untuk memperoleh

pendapatan yang tinggi terutama untuk memenuhi kebutuhan badaniah yang

sangat kuat dapat menjadi semangat untuk beternak dengan baik. Nasruddin, dkk

(1998), menyatakan bahwa motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang

yang mendorong keinginan individu untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan

tertentu guna mencapai satu tujuan. Tingginya motivasi peternak untuk memenuhi

kebutuhan badaniah dapat meningkatkan kualitas kerja peternak dalam

pemeliharaan sapi perah, sehingga produktivitas serta pendapatan peternak

semakin meningkat.

70
Kuatnya pengaruh dan besarnya sumbangan variabel bebas terhadap

variabel terikat secara bersama- sama dapat dilihat pada nilai koefisien korelasi

(r) dan koefisien determinasi (R2). Adapun nilai koefisien korelasi (r) 0,595, hal

ini berarti bahwa pengaruh kemampuan motivasi (X) hubungannya kuat dan

positif terhadap keaktifan anggota kelompok tani sapi perah di Kabupaten

Enrekang. Sementara nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,354 berarti bahwa

pengaruh atau besarnya persentase sumbangan variabel bebas mempengaruhi

naik turunnya keaktifan anggota kelompok tani sebesar 35,4% sedangkan sisanya

sebesar 64,6% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model yang digunakan pada

penelitian ini misalnya, faktor lingkungan internal dan eksternal dari anggota

kelompok tani.

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat maka

dilakukan uji F (F.test) dalam analisis ini dilakukan dengan membandingkan

antara nilai Fhitung dengan nilai Ftabel pada taraf kepercayaan 95% atau 0,05. Jika

Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel maka variabel bebas (X) berpengaruh sangat

nyata terhadap variabel terikat (Y).

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai F hitung sebesar 23,554 sedangkan

nilai Ftabel sebesar 1,68, berarti Ftabel (23,554 > 1,68) atau nilai signifikan (0,000) <

nilai taraf kepercayaan (0,05). hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas

motivasi berpengaruh signifikan terhadap keaktifan anggota kelompok tani sapi

perah di Kabupaten Enrekang.

Dari penelitian diperoleh bahwa variabel motivasi yang diukur

berdasarkan pendapatan, nyaman bekerja, mendapat penghargaan, kerja yang

71
menyenangkan, sifat kepemimpinan yang mendukung, pendapatan tambahan dan

pemberian penghargaan berpengaruh positif terhadap keaktifan kelompok tani hal

ini dibuktikan dari hasil penghitungan dengan analisis regresi linear sederhana

menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (r) antara variabel motivasi dengan

keaktifan anggota kelompok tani sebesar 0,595 yang berarti bahwa terdapat

hubungan yang positif antara kedua variabel tersebut, selanjutnya dibuktikan pula

dengan nilai signifikansi (0,010) < (0,05) dan nilai thitung sebesar 4,890 > nilai ttabel

sebesar 1,68 yang dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi (X) secara partial

mempunyai pengaruh signifikan (nyata) terhadap keaktifan anggota kelompok

tani (Y) di Kabupaten Enrekang. Hal ini menunjukkan, bahwa keaktifan anggota

kelompok tani di Kabupeten Enrekang dipengaruhi oleh motivasi karena

pendapatan, nyaman bekerja, mendapatkan penghormatan, kerja yang

menyenangkan, sifat kepemimpinan yang mendukung, pendapatan tambahan dan

pemberian penghargaan.

72
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Variabel keaktifan anggota kelompok tani sapi perah di Kabupaten

Enrekang berada pada kategori cukup

2. variabel motivasi anggota kelompok tani sapi perah di Kabupaten

Enrekang berada pada kategori sangat baik.

3. Motivasi berpengaruh signifikan terhadap keaktifan anggota kelompok

tani sapi perah di Kabupaten Enrekang.

6.2.Saran

Keaktifan kelompok tani sapi perah di Kabupaten Enrekang masih perlu

ditingkatkan sehingga mencapai tingkat keaktifan yang optimal terutama pada

pertemuan dan musyawarah kelompok tani ternak, pelaksanaan kegiatan

kelompok tani, rencana kerja/program kelompok tani, identifikasi dan rumusan

masalah, kelembagaan kelompok tani dan informasi dan inovasi.

73
DAFTAR PUSTAKA

Hariandja E.T.M M.Si 2002 . Manajemen Sumber Daya Manusia, penerbit PT


Grasindo. Anggota Ikapi Jakarta

Joko Purnomo A. 2006. Analisis Efektifitas Organisasi Dinas Perikanan Dan


Kelautan Kabupaten Batang (Tesis). Semarang. Undip.

Kustiari Tanti, Djoko Susanto, Sumardjo dan Pulungan Ismail. 2006. Faktor –
Faktor Penentu Tingkat Kemampuan Petani dalam Mengelola Lahan
Marjinal (Kasus di Desa Karangmaja, Kecamatan Karanggayam,
Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah). Jurnal Penyuluhan, Maret 2006,
vol.2, No. 1. ISSN: 1858-2664

Mangkunegara. A.A.A.P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia


Perusahaan. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

.2006. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. PT


Refika Aditama, Bandung

Mangkunegara.A.P. 2002. Perilaku Konsumen. PT. Ersco, bandung.

Mardikanto, totok. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Penerbit


Sebelas Maret University Press, Surakarta.

Nasrudin, Endang Sulastri dan I Gede Suparta Budisatria. 2011. Hubungan Etos
Kerja, Motivasi Dan Sikap Inovatif Dengan Pendapatan Peternak
Kerbau Di Kabupaten Manggarai Barat. Fakultas Peternakan,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Buletin Peternakan vol.35 (I) :
64-70, Februari 2011.

Riduwan, 2003. Dasar – Dasar Statistik. Penerbit Alfabeta Bandung.

Rofai achmad. 2006. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi


Efektivitas Organisasi Pada Badan Kesehatan Bangsa Dan
Perlindungan Masyarakat Propinsi Jawa Tengah (Tesis). Semarang.
Undip

Rusmiati, 2009. Pangaruh Kemampuan Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap


Kinerja Karyawan Bagian Produksi Pada PT Satwa Indo Perkasa
Makassar (Skripsi). Makassar. Universitas Hasanuddin

Saibani, 2007. Kajian Partisipasi Petani Dalam Penyelenggaraan Penyuluhan


Pertanian Di Kecamatan Krang Tengah Kabupaten Cianjur Jawa
Barat. Bandung

74
Siagian, P, 2004, Teori Motivasi dan Aplikasinya, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Sofyan, 2011. Analisi Partisipasi Kelompok Tani Ternak Dalam Kegiatan


Penyuluhan Di Kevamatan Tompobulu, Kabupaten Maros (Skripsi).
Makassar, Universitas Hasanuddin.

Sastraatmadja, Entang. 1997. Penyuluh Pertanian. Penerbit Salemba Empat,


Jakarta.

Suhardiyono, L. 1992. Penyuluhan; Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian.


Penerbit Erlangga, Jakarta.

Syamsu. A, 2011. Reposisi Paradigma Pengembangan Peternakan, Absolute


Media, Yogyakarta.

Zainun Buchari, 1989. Manajemen dan Motivasi, Balai Aksara, Jakarta.

75

Anda mungkin juga menyukai