“BPPV”
Pembimbing :
dr. Susanto, Sp.S
Oleh :
Sally Novrani Puteri
29.03 1162 2013
2017
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 33 tahun
Suku : Sunda
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Pasir Gombong 04/05
Status : Sudah Menikah
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 9 November 2017
Riwayat Pengobatan
1
Pasien belum mengkonsumsi obat apapun selama timbul keluhan ini.
Riwayat Psikososial
Pasien jarang berolahraga dan sering terlambat makan. Pasien tidak pernah merokok.
Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol. Pasien jarang mengkonsumsi teh dan kopi.
Riwayat Alergi
Pasien menyangkal alergi terhadap makanan, obat-obatan, debu dan cuaca.
STATUS GENERALIS
Kepala dan leher
- Kepala : Normochepal
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-), nystagmus (+/+)
- Hidung : Normonasi, sekret (-/-), Epistaksis (-/-), septum deviasi (-)
- Telinga : Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-), darah (-/-).
- Mulut : Mukosa bibir lembab (+), sianosis (-), lidah kotor (-).
- Leher : Pembesaran KGB (-), tiroid (-), peningkatan JVP (-)
Thoraks
Paru
Inspeksi : bentuk dada normal, pergerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga (-)
Palpasi : Vokal fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, batas paru-hepar setinggi
ICS 6 midclavikularis dextra
Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
2
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis terlihat pada ICS 5 midclavikula sinistra
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavikula sinistra
Perkusi : Batas kanan jantung ICS 4, linea parasternalis dextra
Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar
Auskultasi : BU (+) normal pada 4 kuadran (15 kali/menit)
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen, asites (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri epigastrium (+), hepar tidak teraba membesar, lien
tidak teraba membesar
Ekstremitas
Superior : akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Inferior : akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-),sianosis (-/-)
STATUS NEUROLOGIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4M6V5 (15)
Rangsang Meningeal
- Kaku Kuduk : (-)
- Laseque : (-)
- Brudzinski I : (-)
- Brudzinski II : (-)
3
SARAF KRANIAL
N.I (Olfaktorius) :
N.II (Optikus)
Mata kanan Mata kiri
Funduskopi
d. Warna
Jingga muda Jingga muda
N. III (Okulomotorius)
Pupil
4
Direk (+) (+)
Indirek
(+) (+)
N. IV (Throklearis)
N.V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Sensorik
5
oftalmikus
5.2 Cabang Baik Baik Simetris
maksila
Baik Baik Simetris
5.3 Cabang
mandibular
Reflex
a. Kornea (+) (+)
b. Refleks bersin Tidak
dilakukan Tidak dilakukan
N. VI (Abdusens)
N.VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Motorik
6
labial (+) (+) Simetris
e. Kerutan kulit (+) (+) Simetris
dahi
Sensorik
N.VIII (Vestibulokoklearis)
Kanan Kiri
a. Nystagmus + +
Pendengaran
(+) (+)
a. Test bisik
b. Test Rinne (+) (+)
c. Test Weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
d. Test Swabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
Aktif Pasif
Menelan Normal
7
N. XI (Assesorius)
Kanan Kiri
N.XII (Hypoglosus)
Kanan Kiri
8
MOTORIK
Kekuatan Otot
5 5
5 5
FUNGSI VEGETATIF
Miksi : baik
Defekasi : baik
9
FUNGSI LUHUR
MMSE : 26 (Normal)
10
REFLEK FISIOLOGIS REFLEK PATOLOGIS
Reflek bisep : (++/++) Babinski : (-/-)
Reflek trisep : (++/++) Chaddock : (-/-)
Reflek patella : (++/++) Oppenheim : (-/-)
Reflek achilles : (++/++)
Reflek brachioradialis : (++/++)
HEMATOLOGI
Hematologi Lengkap
MPV 8 8-12 fL
Differential
11
Limfosit % 22.0 26-36 %
Absolut
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah
Lemak
Fungsi Hati
12
AST (SGOT) 11 15-37 U/L
Fungsi Ginjal
V. DIAGNOSA KERJA
BPPV
Vestibular Neuritis
X. FOLLOW UP
13
Tanggal S O A P
Tanggal S O A P
14
regular mg
S: 36.8 C Dymenhidrinate 3 x
Status Neurologis: 1 tab
RM= KK (-) Ulsafate 3 x 10 ml
brudzinski I,II,III (-
), Laseque dan
Kernig tidak
terbatas
SO: pupil bulat,
isokor θ ODS 3mm,
nystagmus -/-
Motorik
5 5
5 5
F. Veg = BAK dan
BAB Normal
R. Fisiologis = +/+
R. Patologis = -/-
Tanggal S O A P
15
Kernig tidak
terbatas
SO: pupil bulat,
isokor θ ODS 3mm,
nystagmus -/-
Motorik
5 5
5 5
F. Veg = BAK dan
BAB Normal
R. Fisiologis = +/+
R. Patologis = -/-
Tanggal S O A P
16
Motorik
5 5
5 5
F. Veg = BAK dan
BAB Normal
R. Fisiologis = +/+
R. Patologis = -/-
RESUME
Seorang perempuan berusia 33 tahun datang ke IGD RSUD Sayang Cianjur pada
tanggal 9 November 2017 dengan keluhan pusing berputar sejak 1 hari SMRS. Keluhan
yang dialami terjadi secara mendadak dan terus menerus hingga pasien tidak mampu untuk
berdiri. Keluhan bertambah apabila pasien berubah posisi dan berkurang jika pasien
berbaring serta menutup mata. Pasien juga mengalami mual dan muntah serta keringat
dingin. Badan pasien terasa lemas.
Pasien juga mengeluhkan pendengarannya menjadi sedikit berkurang. Pasien
menyangkal adanya telinga berdengung, penglihatan ganda, pandangan kabur, lemah
anggota gerak, baal anggota gerak, kejang, demam, batuk pilek dan sakit tenggorokan.
BAB dan BAK normal.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4 M6 V5 = 15
Tanda-Tanda Vital :
• Tekanan Darah : 110/90 mmHg
• Denyut Nadi : 72 kali/menit, reguler
• Pernafasan : 20 kali/menit, reguler
• Suhu : 36,7oC
STATUS GENERALIS
Kepala dan leher
17
- Kepala : Normochepal
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-), nystagmus (+/+)
- Hidung : Normonasi, sekret (-/-), Epistaksis (-/-), septum deviasi (-)
- Telinga : Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-), darah (-/-).
- Mulut : Mukosa bibir lembab (+), sianosis (-), lidah kotor (-).
- Leher : Pembesaran KGB (-), tiroid (-), peningkatan JVP (-)
Thoraks
Paru
Inspeksi : bentuk dada normal, pergerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga (-)
Palpasi : Vokal fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, batas paru-hepar setinggi
ICS 6 midclavikularis dextra
Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis terlihat pada ICS 5 midclavikula sinistra
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavikula sinistra
Perkusi : Batas kanan jantung ICS 4, linea parasternalis dextra
Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar
Auskultasi : BU (+) normal pada 4 kuadran (15 kali/menit)
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen, asites (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri epigastrium (+), hepar tidak teraba membesar, lien
tidak teraba membesar
Ekstremitas
Superior : akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
Inferior : akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-),sianosis (-/-)
18
STATUS NEUROLOGIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4M6V5 (15)
Rangsang Meningeal
- Kaku Kuduk : (-)
- Laseque : (-)
- Brudzinski I : (-)
- Brudzinski II : (-)
Nystagmus +/+
MOTORIK
Kekuatan Otot
5 5
5 5
Tonus otot : Normotoni
Atrofi : (-)
19
FUNGSI VEGETATIF
Miksi : baik
Defekasi : baik
FUNGSI LUHUR
MMSE : 26 (Normal)
HEMATOLOGI
Hematologi Lengkap
Differential
20
Eosinofil % 0.4 1-3 %
Absolut
KIMIA KLINIK
Fungsi Hati
DIAGNOSA KERJA
BPPV
DIAGNOSA BANDING
Vestibular Neuritis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes ENG
PENGOBATAN
Nonmedikamentosa :
Diet Bubur
Medikamentosa :
Inf Asering 20 tpm
Betahistin 3 x 6 mg
Ondancentron 2 x 8 mg
21
Omeprazole 1x40
Neurobion 1 x 500 mg
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
22
BAB II
ANALISA KASUS
DAFTAR MASALAH
1. Mengapa pada pasien ini didiagnosis BPPV?
2. Bagaimanakah prognosis untuk pasien dengan BPPV ?
PEMBAHASAN MASALAH
1. Mengapa pada pasien ini didiagnosis BPPV ?
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah salah satu jenis vertigo vestibular
tipe perifer yang paling sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, ditandai dengan serangan-
serangan yang menghilang spontan. Benign Paroxysmal Positional Vetigo didefinisikan
sebagai kelainan pada telinga bagian dalam yang mana ada pengulangan episodic dari vertigo
posisional. BPPV juga sering dikenal dengan kelainan pada bagian vestibular.
BPPV bukan suatu penyakit, melainkan suatu sindroma sebagai gejala sisa dari penyakit
pada telinga dalam.
Penelitian Baloh mendapatkan usia rata-rata penderita BPPV adalah 54 tahun, dengan
rentang usia 11-84 tahun. Wanita : pria 1.6 : 1.0, sedangkan pada yang idiopatik 2:1.
Insidensi dari BPPV berkisar 10.7-64 per 100.000 orang dan meningkat 38% setiap
dekadenya.
ETIOLOGI
a. Idiopatik
Sekitar 50% penderita BPPV tidak diketahui penyebabnya.
b. Simtomatik
Pasca trauma, pasca-labirinitis virus, insufisiensi vertebrobasilaris, Meniere, pasca-
operasi, ototoksisitas, mastoiditis kronik.
Pada orang tua, penyebab paling umum adalah degenerasi dari sistem vestibular dari telinga
bagian dalam.
Terdapat 2 hipotesa yang menerangkan patofisiologi BPPV, yaitu:
1. Hipotesa kupulotiasis
23
2. Hipotesa kanalitiasis
Hipotesa Kupulotiasis
Adanya debris yang berisi kalsium karbonat berasal dari fragmen otokonia yang
terlepas dari macula utrikulus yang berdegenerasi, menempel pada permukaan kupula
semisirkularis posterior yang letaknya langsung di bawah makula urtikulus. Debris ini
menyebabkannya lebih berat daripada endolimfe sekitarnya, dengan demikian menjadi lebih
sensitif terhadap perubahan arah gravitasi. Bilamana pasien berubah posisi dari duduk ke
berbaring dengan kepala tergantung, seperti pada tes Dix Hallpike, kanalis posterior berubah
posisi dari inferior ke superior, kupula bergerak secara utrikulofugal, dengan demikian timbul
nistagmus dan keluhan vertigo.
Pergeseran massa otokonia tersebut membutuhkan waktu, hal ini yang menyebabkan
adanya masa laten sebelum timbulnya nistagmus dan keluhan vertigo.
Gerakan posisi kepala yang berulang akan menyebabkan otokonia terlepas dan masuk
ke dalam endolimfe, hal ini yang menyebabkan timbulnya fatigue, yaitu berkurangnya atau
menghilangnya nistagmus/vertigo, disamping adanya mekanisme kompensasi sentral.
24
Nistagmus tersebut timbul secara paroksismal pada bidang kanalis posterior telinga
yang berada pada bidang kanalis posterior telinga yang berada pada posisi di bawah, dengan
arah komponen cepat ke atas.
Hipotesa Kanalitiasis
Menurut hipotesa ini debris otokonia tidak melekat pada kupula, melainkan
mengambang di dalam endolimfe kanalisis posterior. Pada perubahan posisi kepala debris
tersebut akan bergerak ke posisi paling bawah, endolimfe bergerak menjauhi ampula dan
merangsang nervus ampularis. Bila kepala digerakkan tertentu debris akan ke luar dari
kanalis posterior ke dalam krus komunis, lalu masuk ke dalam vestibulum, dan
vertigo/nistagmus menghilang.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala umum yang didapatkan yaitu pusing biasanya muncul setelah beberapa gerakan
kepala, bermasalah dengan keseimbangan, dan rasa ingin muntah (mual).
Vertigo muncul mendadak pada perubahan posisi, misalnya miring ke satu sisi pada
waktu berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk atau waktu menegakkan kembali badan,
menunduk atau menengadah. Serangan berlangsung dalam waktu singkat, biasanya kurang
dari 30 detik.
Vertigo pada BPPV dirasakan berputar, bisa disertai rasa mual, kadang-kadang muntah.
Setelah rasa berputar menghilang pasien bisa merasa melayang.
Umumnya BPPV menghilang sendiri dalam beberapa hari sampai minggu dan kadang-
kadang bisa kambuh lagi.
DIAGNOSIS
Diagnosis BPPV ditegakkan secara klinis berdasarkan:
a. Anamnesis
Adanya vertigo yang terasa berputar, timbul mendadak pada perubahan
posisi kepala atau badan, lamanya kurang dari 30 detik, bisa disertai oleh rasa
mual, kadang-kadang muntah.
b. Pemeriksaan fisik
Pada yang idiopatik tidak ditemukan kelainan. Pada yang sistomatik bisa
ditemukan kelainan neurologic fokal, atau kelainan sistemik.
1. Tes Dix Hallpike
25
Tes ini dilakukan sebagai berikut:
a. Sebelumnya pasien diberi penjelasan dulu mengenai prosedur pemeriksaan
supaya tidak tegang.
b. Pasien duduk dekat bagian ujung pemeriksa.
c. Dengan mata terbuka dan berkedip sedikit mungkin selama pemeriksaan, pada
posisi duduk kepala menengok ke kiri atau ke kanan, lalu dengan cepat badan
pasien dibaringkan sehingga kepala tergantung pada ujung meja pemeriksa,
lalu dilihat adanya nistagmus dan keluhan vertigo, pertahankan posisi tersebut
selama 10 sampai 15 detik, setelah itu pasien dengan cepat didudukkan
kembali. Berikutnya maneuver tersebut diulang dengan kepala menunjuk
kesisi lain. Untuk melihat adanya fatigue maneuver ini diulang 2-3 kali.
Interpretasi Tes Dix Hallpike
a. Normal : tidak timbul vertigo dan nistagmus dengan mata terbuka.
Kadang-kadang dengan mata tertutup bisa terekam dengan
elektronistagmografi adanya beberapa detak nistagmus.
b. Abnormal : timbulnya nistagmus posisional yang pada BPPV mempunyai
4 ciri, yaitu: ada masa laten, lamanya kurang dari 30 detk, disertai vertigo
yang lamanya sama dengan nistagmus, dan adanya fatigue, yaitu
nistagmus dan vertigo yang makin berkurang setiap kali manuver diulang
26
Gambar 1. Tes Dix Hallpike bagian I.
27
Electronystagmography (ENG) pengujian mungkin diperlukan untuk mencari karakteristik
nistagmus yang disebabkan oleh Dix-Hallpike tes. Telah diklaim bahwa BPPV disertai
dengan kelumpuhan unilateral kanal lateral adalah sugestif dari etiologi vaskuler. Untuk
diagnosis BPPV dengan tes laboratorium, adalah penting untuk memiliki tes ENG dilakukan
oleh laboratorium yang dapat mengukur gerakan mata vertikal. Sebuah Magnetic Resonance
Imaging (MRI) scan akan dilakukan jika tumor otak stroke atau dicurigai. Sebuah tes kursi
berputar dapat digunakan untuk masalah diagnostik sulit.. Hal ini mungkin tetapi jarang (5%)
untuk memiliki BPPV di kedua telinga (bilateral BPPV).
Pasien perlu untuk diedukasi tentang BPPV. Satu dari tiga pasien sembuh dalam
jangka waktu 3 minggu, tetapi kebanyakan sembuh setelah 6 bulan dari serangan. Pasien
harus diberitahu bahwa BPPV dapat dengan mudah ditangani, tetapi harus diingatkan bahwa
kekambuhan sering terjadi bahkan jika terapi manuvernya berhasil, jadi terapi lainnya
mungkin dibutuhkan. Beberapa studi menunjukkan bahwa 15% terjadi kekambuhan pada
tahun pertama, kemudian 50% kekambuhan terjadi pada 40 bulan setelah terapi (Bunjamin et
al., 2013). Kekambuhan dari BPPV adalah masalah yang umum terjadi. Meniere’s disease,
CNS disease, migraine headaches,dan post-traumatic BPPV merupakan faktor resiko yang
lebih memungkinkan untuk terjadinya kekambuhan.
28