Anda di halaman 1dari 6

Fidel Castro (Mantan Presiden Kuba)

Fidel Alejandro Castro Ruz (lahir 13 Agustus 1926) adalah Presiden Kuba sejak 1976 hingga 2008.
Sebelumnya, ia menjabat sebagai Perdana Menteri atas penunjukannya pada Februari 1959 setelah
tampil sebagai komandan revolusi yang gagal Presiden Dewan Negara merangkap jabatan sebagai Dewan
Menteri Fulgencio Batista pada tahun 1976. Castro tampil sebagai sekretaris pertama Partai Komunis
Kuba (Communist Party of Cuba) pada tahun 1965 dan mentransformasikan Kuba ke dalam republik
sosialis satu-partai.

Setelah tampil sebagai presiden, ia tampil sebagai komandan Militer Kuba. Pada 31 Juli 2006, Castro
menyerahkan jabatan kepresidenannya kepada adiknya, Raúl untuk beberapa waktu. Pada tahun 1947, ia
ikut dalam upaya kudeta diktator Republik Dominika Rafael Trujillo dan lari ke New York (Amerika Serikat)
karena adanya ancaman akan dihabisi lawan politiknya. Setelah meraih doktor di bidang hukum pada
1950, ia memprotes dan memimpin gerakan bawah tanah anti-pemerintah atas pengambil-alihan
kekuasaan lewat kudeta oleh Fulgencio Batista pada 1952. Tahun 1953, ia memimpin serangan ke barak
militer Moncada Santiago de Cuba, namun gagal. Setelah mendapatkan pengampunan dan dibebaskan
pada 15 Mei 1955, ia langsung memimpin upaya penggulingan diktator Batista. Perlawanan ini kemudian
dikenal dengan Gerakan 26 Juli. Pada 7 Juli 1955, ia lari ke Meksiko dan bertemu dengan pejuang
revolusioner Che Guevara. Bersama 81 orang lainnya, ia kembali ke Kuba pada 2 Desember 1956 dan
melakukan perlawanan gerilya selama 25 bulan di Pegunungan Sierra Maestra.

Patria o Muerte! Tanah Air atau Mati! Pekik itu yang kerap dikumandangkan oleh Fidel Castro dalam
setiap pidatonya yang panjang dan menggelora. Hidupnya seperti hendak ia berikan seluruhnya untuk
tanah air yang begitu ia banggakan:Kuba. Jika ada pemimpin sebuah Negara yang berkali-kali mengalami
percobaan pembunuhan dan lebih dari empat dekade menjadi musuh bagi negara lain, tentunya
pemimpin itu adalah pemimpin yang menarik. Awal kiprah Fidel Castro di dunia politik bermula dari
perlawanannya kepada rezim diktator Fulgencio Batista. Ia dan beberapa orang kawan seperjuangannya
bergerilya dari pegunungan Sierra Maestra dan mendapatkan simpati dari rakyat Kuba. Itu bukan
perjuangan yang mulus-mulus saja, membutuhkan beberapa tahun bagi Fidel Castro sampai ia benar-
benar berhasil menggulingkan Fulgencio Batista (Usman, 2006).

Semasa memerintah Fidel Castro dikenal sebagai sesosok pemimpin yang diktator. Ia dikenal sebagai
figur pemimpin yang tegas, keras, bahkan angkuh. Jules Archer (dalam Natamarga, 2005) mendefinisikan
diktator sebagai seorang penguasa yang mencari dan mendapatkan kekuasaan mutlak pemerintahan
tanpa (biasanya) memperhatikan keinginan-keinginan nyata rakyatnya. Kekuasaan mutlak itu dapat
diperolehnya baik dengan jalan sah (misalnya lewat pemilihan umum) ataupun tidak sah (misalnya
kudeta). Dalam hal ini Fidel Castro mendapatkan tampuk kekuasaannya melalui jalan yang tidak sah yaitu
seperti yang disebutkan di atas bahwa ia “mengkudeta” pemimpin Kuba sebelumnya yaitu Fulgencio
Batista.

Popularitas adalah hal penting bagi seorang diktator. Menjadi sangat wajar bagi seorang diktator untuk
meneriakkan perang pada negara lain atau mempengaruhi rakyat agar menentang kekuasaan dunia. Hal
ini terlihat jelas sesaat setelah merebut kekuasaan, Castro mulai mendirikan sistem intelijen dan
keamanan yang amat ketat. Sebagai menteri pertahanan, adik Castro mendirikan kembali pengadilan
militer, organisasi keamanan seksi pertama disebut Keamanan Negara (DGCI), dijuluki Gestapo merah.
Tugasnya adalah meresap dan menghancurkan kelompok anti Castro, membasmi dengan kejam gerakan
gerilya Escambrat, mengendalikan kamp kerja paksa dan penjara, juga ada bagian khusus mengawasi
seluruh pejabat pemerintah. Seksi ketiga bertanggung jawab atas pengawasan terhadap semua anasir
kebudayaan, olahraga, kesenian, pengarang dan bioskop. Seksi keenam bertanggung jawab atas
penyadapan telepon, seluruh personelnya mencapai 1.000 orang, memiliki kekuasaan istimewa yang
amat besar. Seksi ketiga DSMI departemen dalam negeri bertanggung jawab mengawasi agama dan
merembes kedalam organisasi keagamaan.

Kepemimpinan otoriter atau biasa di sebut kepemimpinan otokratis atau kepemimpinan diktator adalah
suatu kepemimpinan dimana seorang pemimpin bertindak sebagai diktator, pemimpin adalah penguasa,
semua kendali ada di tangan pemimpin. Seorang diktator jelas tidak menyukai adanya meeting, rapat
apalagi musyawarah karena bagi seorang diktator tidak menghendaki adanya perbedaan dan pastinya
suka dengan memaksakan kehendaknya. Dengan kepemimpinan diktator semua kebijakan ada di tangan
pemimpin, semua keputusan ada di tangan pemimpin, semua bentuk hukuman, larangan peraturan
dapat juga berubah sesuai dengan suasana hati pemimpin.

Dalam hal ini, di Kuba kebijakan k-ebijakan publik yang dibangun bersifat elitis dengan bertumpu pada
sosok Fidel Castro. Fidel Castro lebih menekankan mobilisasi massa rakyat dan menghalangi setiap
oposisi yang dijalankan oleh kelompok-kelompok yang berusaha menentang Castro. Dari sini dapat kita
lihat bahwa banyak kebijakan publik lebih mencerminkan padangan- pandangan elit Castro dibandingkan
dengan pandangan-pandangan rakyat (Winarno, 2008). Pada September 1960, Castro mendirikan Komite
Pembela Revolusi, bertugas mengawasi aktivitas kaum anti revolusi, sehingga tercapailah pengendalian
yang amat ketat terhadap masyarakat. Pada tahun ini juga semua surat kabar oposisi ditutup dan semua
stasiun radio dan televisi berada dalam kontrol negara. Castro jelas-jelas mengontrol dan membatasi
semua aspek kehidupan negara. Pada 1975 telah lolos sebuah UU pencegahan kejahatan, maka barang
siapa tidak sejalan dengan ideologi rezim Castro yang dianggap mungkin akan membahayakan
pemerintah, maka bisa ditangkap sebagai tersangka. Sejak 1996 hingga akhir 1990, lebih dari 100 ribu
orang pernah dipenjara, sebanyak 15 ribu-17 ribu orang telah dihukum mati. Kuba seperti halnya Korea
Utara, sama sekali tidak mempunyai kebebasan berideologi, berbicara, kebebasan pers, penerbitan buku
serta berorganisasi. Pada 2008 dinilai sebagai negara paling tidak bebas berinternet di seluruh dunia
(Guoding, 2010). Hal ini mengindikasikan adanya ketidakpercayaan Castro pada bawahan dan rakyatnya
sehingga muncul peraturan tersebut.

Gaya kepemimpinan Fidel Castro inilah yang membuatnya dibenci sekaligus dicintai warganya. Meskipun
ia sangat diktator tetapi tidak dapat dipungkiri ia mampu membangun Kuba menjadi lebih baik, misalnya
dengan melakukan pendidikan gratis, kebijakan agraria dengan sistem pembagian tanah, peningkatan
penghasilan pertanian, dan peningkatan kesehatan. Pun ternyata Castro juga merupakan seorang
pemimpin yang bertanggung jawab dan berjiwa besar. Di masa pemerintahannya, ia pernah
“menelantarkan” kaum homoseksual, tetapi baru – baru ini ia mengakui kesalahannya dan berupaya
bersama pemerintah Kuba untuk terus mengupayakan keberadaan bahkan pernikahan di antara kaum
homoseksual disahkan berdasarkan hukum Kuba.
You are here: Home / Sosbud / Politik / Biografi Singkat Fidel Castro, Pemimpin Revolusi Kuba

Biografi Singkat Fidel Castro, Pemimpin Revolusi Kuba

Amazine.co - Online Popular Knowledge

fidel castro

Baca juga

17 Fakta Menarik tentang Kuba yang Harus Anda Ketahui

Fidel Alejandro Castro Ruz lahir di Mayari di provinsi Oriente, Kuba, pada 13 Agustus 1926.

Dia bersekolah di Santiago de Cuba dan Havana serta pernah bersekolah di Colegio de Belen, sebuah
sekolah asrama Jesuit.

Pada tahun 1945, Castro mendaftar ke Universitas Havana untuk belajar hukum.

Saat masih mahasiswa, Fidel Castro menikah dengan Mirta Diaz-Balart pada tahun 1948. Anak mereka,
Fidel Castro Diaz-Balart, lahir pada tahun 1949.

Pada tahun 1954, Fidel Castro secara resmi bercerai dari istrinya.

Kisah Singkat
Saat masih anak-anak, Castro kecil menunjukkan minat yang besar pada sejarah dan militer Kuba.

Banyak yang mengatakan pemberontakan petani di Oriente mempengaruhi kecenderungan politiknya.


Saat mahasiswa, Castro sudah terlibat dengan kelompok-kelompok politik dan revolusioner.

Setelah menyelesaikan sekolah hukum, dia menawarkan layanan hukum gratis kepada orang miskin yang
membutuhkan.

Pada tahun 1952, Fidel Castro mencalonkan diri untuk kursi parlemen Kuba. Namun, sebelum pemilu
berlangsung, Fulgencio Batista menggulingkan parlemen Kuba dan membentuk pemerintahan militer.

Pada tahun 1953, Castro dan rekan-rekannya berupaya menggulingkan diktator militer. Namun, upaya itu
gagal dan dia dipenjara.

Meski demikian, Castro menjadi orang ternama di kalangan orang Kuba setelah serangan terhadap rezim
militer tersebut.

Pada tahun 1955, dia dibebaskan di bawah amnesti dan bersembunyi di Meksiko, dan kemudian di
Amerika Serikat.

Selama masa ini, Fidel Castro, adiknya, Raul, dan Ernesto (Che) Guevara, seorang revolusioner Argentina,
membuat rencana untuk menggulingkan rezim militer di Kuba.

Pada tanggal 2 Desember 1956, Castro bersama dengan delapan puluh satu pemberontak datang dengan
perahu untuk menyerang barak militer.
Serangan itu berujung kegagalan dengan hanya beberapa orang yang selamat, termasuk Guevara dan
Castro bersaudara.

Mereka melarikan diri ke Sierra Maestra Mountains, di mana mereka bersembunyi sampai berhasil
melancarkan serangan besar-besaran pada tahun 1958.

Pada bulan Januari 1959, Kuba dibebaskan dari Batista, dan Castro menjadi perdana menteri Kuba.
Posisinya segera diakui oleh Pemerintah AS.

Langkah pertama Castro adalah menasionalisasi pabrik dan perkebunan yang mengundang kemarahan
Amerika Serikat.

Pada tahun 1961, di bawah kepemimpinannya, invasi yang didukung AS di Teluk Babi berhasil digagalkan
untuk kemudian mengakhiri dominasi ekonomi Amerika.

Castro menjalin hubungan erat dengan Uni Soviet dan bergantung pada bantuan mereka. Di bawah
kepemimpinannya, Kuba menjadi negara komunis pertama di belahan bumi Barat.

Namun, Kuba harus menghadapi kesulitan ekonomi ketika Uni Soviet runtuh pada tahun 1991, dan
terpaksa membuka diri pada investor asing.

Pada Desember 1976, Fidel Castro diangkat menjadi presiden Kuba ke-22. Dia tercatat menjadi sasaran
CIA dengan sekitar 638 kali upaya pembunuhan yang berakhir pada kegagalan.

Saat menjadi presiden, Castro membuka 10.000 sekolah baru, berusaha memberantas buta huruf, dan
membangun banyak pusat kesehatan.

Dia adalah seorang diktator dengan caranya sendiri. Pada masa pemerintahannya, serikat pekerja
kehilangan kekuatan, banyak surat kabar ditutup, dan lembaga keagamaan dikebiri.
Akibatnya, banyak rakyat Kuba melarikan diri ke Amerika Serikat untuk mencari perlindungan.

Kondisi kesehatan Castro mulai menjadi isu utama di akhir tahun 1990-an. Pada 31 Juli 2006, Fidel Castro
menjalani operasi akibat perdarahan gastrointestinal.

Sejak saat itu, saudaranya Raul akhirnya terpilih sebagai pengganti Castro sebagai Presiden Kuba.[]

Anda mungkin juga menyukai