Anda di halaman 1dari 19

HORMON-HORMON PANKREAS

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Endokrinologi yang dibimbing
oleh Dr. Sri Rahayu Lestari, M.Si

Oleh :
Kelompok 2 :
1. Lusi Suciati (150342600695)
2. Maghfiroh Gesty Maharani (150342600207)
3. Muhammad Nurhasan (150342605661)
4. Yasinta Swastika Ayu (150342607572)
Offering GHI-K

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumuasan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Struktur Pankreas

Pankreas adalah suatu kelenjar majemuk terdiri atas jaringan eksorin dan endokrin.
Komponen eksokrin mesekresikan getah pankreas yang dicurahkan ke dalam duodennum lewat
saluran pankreas; Komponen endokrin adalah pulau Langerhans yang merupakan timbunan
sel yang membebaskan hormonnya secara langsung ke dalam sirkulasi. Pankreas manusia
mengandung sampai 2 juta pulau-pula yang bertebaran secara luas pada seluruh jaringan
asinus. Pulau-pulai langerhans berdiameter 20 sampai 300 mikron, dan jaringan pulau total
menyusun hanya 1 sampai 2 persen massa pankreas. Sel-sel pulau disusun dalam kapiler atau
sinusoid (Turner dan Bagnara).

Seperti tampak dalam Gambar 1, pankreas terdiri atas dua jenis jaringan utama, yakni:
(1) asini yang mensekresikan getah pencernaan ke dalam duodenum, dan (2) pulau langerhans
yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya ke luar namun sebaliknya
mensekresikan insulin dan glukagon langsung ke dalam darah (Guyon dan hall, 1997).

GAMBAR 1

Setiap pulai Langerhans tersusun mengelilingi pembuluh kapiler kecil yang merupakan
tempat penampungan hormon yang disekresikan oleh sel-sel tersebut. Pulau langerhans
mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel alfa, beta dan delta, yang dapat dibedakan dari ciri
morfologi dan pewarnaanya. Sel beta, yang mencakup kira-kira 60 persen dari semua sel,
terletak terutama di tengah dari setiap pulau dan mensekresikan insulin. Sel alfa, yang
mencakup kira-kira 25 persen dari seluruh sel, mensekresikan glukagon. Dan sel delta, yang
merupakan 10 persen dari seluruh jumlah sel, mensekresikan somatostatin. Selain itu, paling
sedikit terdapat satu jenis sel lain, yang disebut sel PP yang terdapat dalam jumlah yang sedikit
dalam pulau Langerhans dan mensekresikan hormon yang fungsinya masih diragukan yakni
polipeptida pankreas. Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel yang terdapat dalam pulai
Langerhans menyebabkan timbulnya pengaturan secara langsung sekresi beberapa jenis
hormon oleh hormon lainnya. Contohnya, insulin menghambat sekresi glukagon, dan
somatostatin menghambat sekresi hormon insulin dan glukagon (Guyton dan Hall, 1997).
2.2 Struktur Hormon Insulin

Hormon insulin merupakan hormone yang disintesis di sel β pancreas yang terdiri dari
dua rantai peptida, rantai pertama dengan 21 asam amino dan kedua dengan 30 asam amino
yang dihubungkan oleh ikatan disulfida, pada awalnya disintesis sebagai prekursor asam 81-
amino, proinsulin (Gambar 2). Kode genetik insulin terdapat di lengan pendek kromosom ke
11, sintesis insulin dimulai dari pembentukan preproinsulin pada reticulum endoplasma kasar
oleh sel β, dengan bantuan enzim pepetidase preproinsulin mengalami pemecahan terebentuk
proinsulin, kemudian oleh enzim peptidase proinsulin diurai menjadi insulin (Franklyn dan
Bolander, 2004).

Gambar 2. Struktur insulin


(Weiss et al, 2014)
Insulin adalah suatu polipeptida yang mengandung dua rantai asam amino yang
dihubungkan oleh jembatan disulfida. Terdapat perbedaan kecil dalam komposisi asam amino
molekul dari satu spesies ke spesies lain. Perbedaan in biasanya tidak cukup besar untuk dapat
mempengaruhi aktivitas biologis suatu insulin pad asepesies heterolog tetapi cukup besar untuk
menyebabkan insulin bersifar antigenik. Bila insulin dari satu spesies disuntikkan dalam jangka
lama pada spesies lain, akan terbentuk antibodi antiinsulin yang menghambat insulin yang
disuntikkan. Hampir semia penderita yang pernah mendapat insulin sapi komersial selama
lebih dari 2 bulan membentuk antibodi terhadap insulin sapi (Ganong, 2003).

Insulin diisolasi pertama kali dari pankreas pada tahun 1922 oleh Banting dan Best, dan
dengan cara memperhatikan pederita diabetes parah dalam waktu hampir semalam yang
dengan cepat memburuk dan meninggal dibandingkan dengan orang normal (Guyton dan
Hall,1997). Secara historis, insulin dihubungkan dengan “gula darah”, dan ada benarnya,
ternyata insulin sangat berpengarug terhadap metabolisme karbohidrat. Namun, kematian pada
pasien diabetes biasanya karena kelainan metabolisme lemak, yang menyebabkan keadaan
seperti asidosis dan arteriosklerosis. Juga, pada penderita yang menderita diabetes dalam
jangka waktu lama, hilangnya kemampuan untuk mensintesis protein akan menyebabkan
hilangnya jaringan demikian juga banyak kelainan fungsi sel. Oleh karena itu jelaslah sudah
bahwa pengaruh insulin terhadap metabolisme lemak dan protein itu sama besar dengan
pengaruh insulin terhadap metabolisme karbohidrat (Guyton dan Hall, 1997).

Efek Insulin

Menurut Turner dan Bagnara ( ) insulin mempunyai pengaruh luas di dalam tubuh dan
beraksi langsung atau tak langsung mempengaruhi banyak macam proses biokimiawi.
Pemgaruh menyeluruh hormon ini adalah memudahkan pemakaian glukosa oleh sel dan
mencegah pemecahan secara berlebihan glikogen (glikogenolisis) yang disimpan didalam hati
dan otot. Konsekuensinya, hormon ini merupakan zat hipoglikemik yang kuat. Disamping
mempengaruhi metabolisme karbohidrat, insulin mempunyai aksi pengaturan yang amat
penting pada metabolisme lemak dan protein. Glukosa adalah prekursor yang teramat penting
untuk lemak (lipogenesis). Insulin memudahkan lipogenesis dengan menggiatkan pengambilan
dan pemakaian secara metabolik glukosa oleh sel-sel lemak, juga menghambat pemeceahan
dan mobilisasi lemak tersimpan (antilipolisis). Glukosa yang berlebihan didalam plasma,
seperti pada subjek diabetik atau yang diambil pankreasnya, tidak efektif didalam memacu
lipogenesis pada ketiadaan insulin. Pada subjek-subjek normal, ransum karbohidrat yang tinggi
menumbulkan kenaikan kadar glukosa darah yang pada gilirannya memacu sekresi insulin.
Hormon tersebut kemudian akan menggiatkan lipogenesis dan menghambat lipolisis.
Sebaliknya, ransum yang kekurangan karbohidrat membatasi tersedianya glukosa , dan
mengurangi sekresi insulin dan juga menggaalakan mobilisasi serta oksidasi lemak.

Efek fisiologis insulin bersifat luas dan kompleks. Efek-efek tersebut biasanya dibagi
menjadi efek cepat, menengah dan lambat, seperti tercantum dalam tabel 1. Efek yang paling
banyak diketahui adalah efek hipoglikemik, tetapi terdapat efek lain pada transportasi elektrolit
dan asam amino, berbagai enzim dan pertumbuhan. Efek akhir hormon ini adalah penyimpanan
karbohidrat, protein dan lemak. Dengan demikian, insulin dapat disebut sebagai hormone of
abundance (Ganong, 2003).

Tabel 1. Efek utama Insulin (Ganong, 2003).

Efek utama insulin

Cepat (detik)

Peningkatan transportasi glukosa, asam amino dan K+ ke dalam sel peka- insulin

Menengah (menit)

Stimulasi sintesis protein

Penghambatan pemecahan protein

Pengaktifan glikogen sintase dan enzim-enzim glikolitik

Penghambatan fosforilase dan enzim-enzim glukoneogenik

Lambat (jam)

Peningkatan mRNA enzim lipogenik dan enzim lain

 Transporter Glukosa

Glukosa masuk ke dalam sel melalui difusi fasilitasi atau diusus dan ginjal melalui
transportasi aktif sekunder dengan Na+ . Di otot, jaringan lemak dan sebagian jaringan
lain, insulin mempermudah masuknya glukosa ke dalam sel dengan meningkatkan
jumlah transporter (pengangkut) glukosa di membran sel (Ganong,2003).
Transporter glukosa yang berperan dalam difusi fasilitasi glukosa melintasi
membran sel adalah sekelompok protein yang saling berhubungan yang memotong
membran sel 12 kali dan memiliki terminal amino dan karboksil di dalam sel. Mereka
berbeda, dan tidak memiliki homologi, dengan transporter glukosa dependen natrium
(sodium-dependent glucose transporter) SGLT 1 dan SGLT 2, yang berperan dalam
transportasi aktif sekunder glukosa keluar usus dan tubulus gunjal, walaupun SGLT
juga memiliki 12 doamin transmembran. Asam-asam amino transporter fasilitatid,
terutama segmen heliks transmembran 3,5,7, dan 11, tampaknya mengelilingi saluran
tempat masuk glukosa. Diperkirakan kemudian terjadi perubahan konformasi dan
glukosa dilepaskan ke dalam sel (Ganong,2003).

Telaah diketahui tujuh transporter glukosa yang berbeda, diberi nama sesuai
urutan penemuan menjadi GLUT 1 sampai GLUT 5. Molekul ini mengandung 492-524
asam amino, dan afinitasnya terhadap glukosa bervariasi. Setiap transporter tampak
memiliki tugas khusus. GLUT 4 adalah transpoter di jaringan otot dan adiposa yang
dirangsang oleh insulin. Dalam vesikel ditoplasma sel-sel peka insulin terdapat
cadangan molekul GLUT 4. Bila reseptor insulin di sel-sel ini diaktifkan, vesikel
tersebut bergerak cepat ke membran sel dan berfusi dengannya, memasukkan
transporter kedalam membran sel. Saat kerja insulin terhenti, bercak membran yang
mengandung transporter mengalami endositosis, dan vesikel siap terpajan ke insulin
berikutnya. Penggiatan reseptor insulin menyebabkan pergerakan vesikel ke membran
sel dengan memngaktifkan fosfoinostid 3 kinase. Tetapi bagaimana penggiatan ini
memicu pergerakan vesikel masih belum bisa dipastikan. Sebagian besar dari
transporter GLUT yang tidak peka insulin tampaknya tetap berda di membran sel
(Ganong, 2003).

Di jaringan yang insulinnya meningkatkan jumlah transporter glukosa di membran


sel, kecepatan fosforilasi glukosa, setelah masuk ke dalam sel, diatur oleh hormon lain.
Hormon pertumbuhan dan kortisol keduanya menghambat fosforilasi di jaringan
tertentu. Namun, proses ini dalam keadaan normal berlangsung sedemikian cepat
sehingga menjadi reaksi penentu-kecepatan (rate-limiting step) dalam metabolisme
glukosa hanya apabila kecepetan pemasukan glukosa tinggi. Insulin juga meningkatkan
masuknya glukosa ke dalam sel-sel hati, tetapi tidak menggunakan efeknya dengan
meningkatkan jumlah transporter GLUT 4 dalam membran sel. Insulin menginduksi
glukokinase, dan akan meningkatkan fosforilase glukosa, sehingga konsentrasi glukosa
bebas intrasel tetap rendah, mempermudah masuknya glukosa ke dalam sel (Ganong,
2003). Jaringan peka-insulin juga mengandung populasi vesikel GLUT 4 yang masuk
ke dalam membra sel sebagai respon terhadap olahraga dan independen terhadap kerja
insulin. Hal inilah yang menjadi penyebab mengapa olahraga menurunkan gula darah.
Suatu 5’-AMP- activaated kinase mungkin berperan dalam masuknya vesikel ini ke
membran sel.

GAMBAR 3

Insulin adalah sebuah hormon yang berhubungan dengan energi yang melimpah

Sewaktu kita membahas insulin , akan emnjadi jelas bahwa sekresi insulin berhubungan
dengan energi yang berlimpah. Yaitu apabila terdapat makanan yang menghasilkan energi yang
sangat banyak didalam asupan makanan, terutama kelebihan jumlah karbohidrat dan protein,
maka insulin akan disekresikan dalam jumlah banyak. Keadaan ini terutama terjadi pada
keadaan kelebihan karbohidrat, sedikit kelebihan protein, tetapi hanya sanga sedikit untuk
elmak (Guyon dah Hll,1997).

Selanjutnya, insulin memainkan peranan yang penting dalam penyimpanan zat yang
mempunyai kelebihan energi. Pad akeadaan kelebihan karbohidrat, insulin menyebabkan
karbohidrat disiman sebagai glikogen terutama didalam hati dan otot. Insulin menyebabkan
kelebihan lemak disimpan dalam jaringan adiposa. Juga semua kelebihan yang tidaka dapat
disimpan sebagai glikogen diubah dibawah rangsangan insulin menjadi lemak dan juga di
simpan di dalam jaringan adiposa. Pada keadaan kelebihan protein, insulin mempunyai efek
langsung dalam memacu asam amino oleh sel dan pengubahan asam amino ini menjadi protein,
selain itu, insulin menghambat pemecahan dari protein yang sudah terdapat di dalam sel
(Guyton dan Hall, 1997).

SiFat Kimia insulin

Insulin merupakan protein kecil. Insulin manusia mempunyai berat molekul sebesar
5805. Insulin terdiri atas dua rantai asam amino, seperti yang tampak dalam gambar 2, yang
satu sama linnya dihubungkan oleh ikatan disulfida. Bila kedua rantai asam amino dipisahkan,
maka aktivitas fungsional dari insulin akan hilang (Guyton dan Hall, 1997).

GAMBAR 4
Insulin disintesis oleh sel-sel beta dengan cara yang mirip dengan sintesis protein, yang
biasanya dipakai oleh sel, yakni diawali dengan translasi RNA insulin oleh ribosom yang
melekat pad aretikulum endoplasma untuk membentuk preprohormon insulin. Preprohormon
awal ini memiliki berat molekul kira-kira 11,500, namun selanjutnya akan melekat erat pada
retikulum endoplasma untuk membentuk proinsulin dengan berat molekul kira-kira 9000.
Kemudian proinsulin tersebut sebagian besar akan melekat erat pada alat Golgi untuk
membentukinsulin sebelum terbungkus dalam granula sekretorik. Akan tetapi, kira-kira
seperenam dari hasil akhirnya tetap dalam bentuk proinsulin. Proinsulin ini tidak mempunyai
aktivitas insulin (Guyton dan Hall, 1997).

Sewaktu insulin disekresikan ke dalam darah, hampir seluruhnya beredar dalam bentuk
yang tidak terikat; waktu paruhnya dalam plasma rata-rata hanya 6 menit, sehingga dalam
waktu 10 sampai 15 menit akan dibersihkan dari sirkulasi. Kecuali sebagian insulin yang
berikatan dengan reseptor yang ada pada sel target, sisa insulin didegradasi oleh enzim
insulinase terutaa di dalam hati, sebagian kecil dipecah didalam ginjal dan otot, dansedikit
didalam jaringan yang lain. Pembuangan dari plasma yang cepat ini penting sebab pada suatu
saat, penghentian fungsi pengaturan insulin dengan cepat adalah sama pentingnya dengan
menghidupkan kembali fungsi ini.
2.3 BIOSINTESIS INSULIN
Insulin dibentuk di retikulum endoplasma sel B. Insulin kemudian dipindahkan ke
aparatus golgi , tempat ia mengalami pengemasan dalam granula berlapis membran. Granula
ini bergerak ke membran plasma melalui suatu proses yang melibatkan mikrotubulusdan isi
granula dikeluarkan melalui eksositosis. Insulin kemudian melintasi lamina basalis sel B serta
kapiler dan endotel kapiler yang berpori untuk mencapai aliran darah (Ganong, 2003).

Seperti hormon polipeptida dan protein serupa lainnya yang masuk ke dalam retikulum
endoplasma , insulin disintesis sebagai suatu bagian dari praprohormon yang berukuran besar.
Pada manusia, gen untuk insulin terletak di lengan pendek kromosom 11. Gen ini memiliki dua
intron dan tiga ekson. Praproinsulin ini memiliki peptida sinyal 23 asam amino yang
dikeluarkan sewaktu molekul ini memasuki retikulum endoplasma. Molekul sisanya kemudian
berlipat, lalu terbentuk ikatan disulfida sehingga akhirnya terbentuk proinsulin. Segmen
peptida yang menghubungka rantai A dan B, connecting peptide (peptida C) , mempermudah
melipatnya molekul dan kemudian terlepas dari granula sebelum sekresi. Dua protease
berperan dalam pengolahan proinsulin. Proinsulin sejaih ini diketahui tidak memiliki aktivitas
fisiologis. Dalam keadaan normal, 90-97% produk yang dilepaskan dari sel B adalah insulin
disertai dengan peptida C dalam jumlah ekimolar. Sisanya sebagian besar adalah proinsulin.
Peptida C dapat diukur dengan radioimmunoassay dan kadarnya merupakan indeks fungsi sel
B pada penderita yang mendapat insulin eksogen (Ganong, 2003).

Pengaturan sekresi Insulin

Pada awaktu dahulu, ada anggapan bahwa sekresi insulin hampir seluruhnya diatur oleh
besarnya konsentrasi glukosa darah. Akan tetapi, dari penelitian lebih lanjut mengenai fungsi
metabolik insulin terhadap metabolisme protein dan metabolisme lemak, telah dipelajari bahwa
kadar asam amino dalam darah dan faktor-faktor lain juga berperan penting dalam pengaturan
sekresi insulin (Guyton dan Hall, 1997).

 Perangsangan sekresi insulin oleh Glukosa darah


Kadar normal glukosa darah waktu puasa adalah sebesar 80 sampai 90
mg/dl, maka kecepatan sekresi insulin akan minimum, yakni 25 ng/menit/kg
berat badan, suatu kadar glukosa darah yang hanya mempunyai aktivitas
fisiologis yang kecil. Bila konsentrasi gluosa dalam darah tiba-tiba
meningkat dua sampai tiga kali dari kadar normal dankemudian kadar
glukosa ini dipertahankan pada nilai ini maka sekresi insulin meningkat
dengan nyata dan berlangsung dalam dua tahap ,seperti yang ditunjukkan
pleh perubahan dalam konsentrasi insulin plasma yang terlihat dalam
gambar 3 (Guyton dan Hall, 1997).
1. Dalam waktu 3 sampai 5 menit sesudah terjadi peningkatan
segera kadar glukosa darah, insulin meningkat sampai hampir 10
kali lipat. Keadaan ini disebabkan oleh pengeluaran insulin yang
sudah terbentuk oleh sel-sel beta pulau Langerhans. Akan tetapi,
kecepatan sekresi awal yang tinggi ini tidak dapat dipertahankan.
Sebaliknya, dalam waktu 5 menit sampai 10 menit kemudian
kecepatan sekresi insulin akan berkurang sampai kira-kira
setengah dari kadar normalnya (Guyton dan Hall, 1997).
2. Kira-kira 15 menit kemudian, sekresi insulin meningkat untuk
kedua kalinya, sehingga dalam waktu 2 sampai 3 jam akan
mencapai gambaran seperti dataran yang baru, biasanya pada
saat ini kecepatan sekresinya bahkan lebih besar daripada
kecepatan pada tahap awal. Sekresi ini disebabkan oleh adanya
aktivitas beberapa sistem enzim yang mensintesis dan
melepaskan insulin baru dari sel (Guyton dan Hall, 1997).
o Hubungan umpanbalik antara konsentrasi glukosa darah dan kecepatan
sekresi insulin
Sewaktu konsentrasi glukosa dara meningkat diatas 100
mg/dl darah, kecepatan sekresi insulin meningkat dengan cepat,
mencapai puncak dengan kadar 10 sampai 25 kali dari kadar
basal pada konsentrasi glukosa darah antara 400 dan 600 mg/dl,
seperti yang ditunjukkan oleh gambar 4. Jadi meningkatnya
sekresi insulin akibat stimulus glukosa menyebabkan kecepatan
dan niilai sekresinya meningkat secara dramatis. Selanjutnya,
penghentian sekresi insulin hampir sama cepatnya, terjadi dalam
waktu 3 sampai 5 menit setelah pengurangan konsentrasi
glukosa kembali ke kadar puasa (Guyton dan Hall, 1997).
Respon sekresi insulin terhadap konsentrasi glukosa
darah menyebabkan timbulnya mekanisme umpan balik yang
sangat berguna untuk mengatur besarnya konsentrasi glukosa
darah. Mekanisme tersebut, yaitu peningkatan glukosa darah
apapun akan meningkatkan transpor glukosa ke dalam hati, otot,
dan sel lain sehingga mengurangi konsentrasi glukosa darah
kembali ke nilai normal (Guyton dan Hall, 1997).
 Perangsangan sekresi insulin oleh Asam amino
Sebagai tambahan terhadap rangsangan sekresi insulin oleh
kelebihan glukosa darah, beberapa asam amino mempunyai pengaruh
yang sama. Yang paling berpengaruh kuat adalah arginin dan lisin. Efek
ini berbeda dari rangsangan sekresi insulin oleh glukosa dalam cara
berikut ini: pemberian asam amino dilakukan swaktu tidak ada
peningkatan kadar glukosa darah, hanya menyebabkan peningkatan
sekresi insulin sedikit saja. Akan tetapi, bila pemberian itu dilakukan
pada saat terjadi peningkatan glukosa darah, sekresi insulin yang
diinduksi oleh glukosa dapat berlipat ganda pada saat ada kelebihan
asam amino. Jadi asama mino itu sangat memperkuat rangsangan
glukosa terhadap sekresi insulin.
Tampaknya perangsangan sekresi insulin oleh asam amino
merupakan respon yang sangat bermakna sebab insulin sendiri
sebaliknya meningkatkan pengangkutan asam amino ke dalam sel-sel
jaringan demikian juga meningkatkan pembentukkan protein
intraseluler. Jadi, insulin sangat berguna untuk pemakaian asam amino
yang berlebihan dalam cara yang sama bahwa insulin penting bagi
penggunaan karbohidrat (Guyton dan Hall, 1997).
 Perangsangan sekresi insulin oleh hormon gastrointestinal
Campuran beberapa macam hormon pencernaan yang penting
yakni gastrin, sekretin, kolesistokinin, dan peptida penghambat asam
lamung, akan meingkatkan sekresi insulin dalam jumlah yang cukup
banyak. Hormon-hormon ini dilepaskan oleh saluran cerna sesudah
seseorang makan. Selanjutnya hormon ini menyebabkan peningkatan
“antisipasi” insulin dalam darah yang merupakan suatu persiapan agar
glukosa dan asam amino dapat diabsorbsi dari makanan tersebut.
Hormon-hormon gastrointestinal biasanya berkerja dengan cara yang
sama seperti asam amino dalam meningkatkan sensivitas respon insulin
untuk meningkatkan glukosa darah, yang hampir menggandakan
kecepatan sekresi insulin bersamaan dengan naiknya kadar glukosa
darah (Guyton dan Hall, 1997).
 Perangsangan sekresi insulin oleh hormon-hormon lain dan sistem saraf otonom
Hormon-hormon lain yag secara langsung dapat meningkatkan sekresi
insulin atau yang dapat memperkuat rangsangan glukosa terhadap
sekresi insulin meliputi glukagon, hormon perumbuhan, kortisol, dan
yang lebih lemah adalah progesteron dan estrogen. Manfaat efek
perangsangan dari hormon-hormon ini adalah bahwa pemanjangan
sekresi dari salah satu jenis hormon ini dalam jumlah besar kadang-
kadang dapat mengakibatkan sel-sel beta pulau Langerhans menjadi
kelelahan dan akibatnya tumbul diabetes. Memang , diabetes sering
terjadi pada orang yang menggunakan dosis farmasi tinggi dari beberapa
hormon ini. Diabetes secara khusus terjadi pada orang raksasa atau
akromegali dengan tumor yang mensekresi hormon pertumbuhan atau
pada orang yang kelenjar adrenanya atau tumor kelenjar andrenalnya
mensekresikan kelebihan glukokortikoid (Guyton dan Hall, 1997).
2.4 MEKANISME KERJA INSULIN
2.5 STRUKTUR GLUKAGON
2.6 BIOSINTESIS GLUKAGON
2.7 MEKANISME KERJA GLUKAGON
2.8 KETERKAITAN KERJA HORMON
Efek Komplementer Glukagon Dan Insulin

Gambar Efek komplementer Glukagon dan Insulin


(Sherwood, 2001)
Penurunan glukosa darah menginduksi sel sel alfa pancreas meningkatkan sekresi
glucagon Gambar sehingga akan memulihkan konsentrasi glukosa darah dalam keadaan
normal. Sebaliknya peningkatan konsentrasi glukosa darah seperti yang terjadi setelah makan
akan menghambat sekresi glucagon dan memulihkan konsentrasi glukosa darah dalam
keadaan normal. Dengan demikian, terdapat umpsan balik negative langsung, namun secara
tidak langsung bekerja sama secara homeostasis untuk memulihkan kadar glukosa normal.
Hal ini tidak hanya berlaku pada konsentrasi glukosa darah saja melainkan juga konsentrasi
asam lemak darah.
Efek Berlawanan Glukagon Dan Insulin Pada Glukosa Darah

Gambar Efek Berlawanan Glukagon dan Insulin Pada Glukosa Darah


(Sherwood, 2001)
Peningkatan konsentrasi asam amino darah merangsang sekresi insulin dan glucagon
(Gambar ). Selama penyerapan makanan kaya protein hanya terdapat sedikit karbohidrat
untuk diserap dan peningkatan asam amino sehingga menyebabkan sekresi insulin
menyebabkan sebagian besar glukosa masuk kedalam sel, sehingga terjadi penurunan
mendadak kadar glukosa darah. Kadar asama amino yang tinggi juga memicu sekresi
glucagon dan akan memingkatkan pembentukan glukosa oleh hati. Sehingga apabila kita
mengonsumsi makanan kaya protein rendah karbohidrat adalah kestabilan kadar glukosa
darah (Sherwood, 2001).
Glukagon dengan Epinefrin

Gambar Interaksi Glukagon dan Epinefrin


(Turner dan Bagnara, 1988)
Epinefrin dan glucagon (Gambar ) akan melaksanakan pengaruhnya terhadap
metabolisme glikogen, keduanya lewat suatu interaksi dengan reseptornya hormone akan
mengaktifkan enzim adenilat siklase menjurus kepada sintesis AMP siklik, kemudian akan
mengaktifkan protein kinase akan mengaktifkan system fosforilase dan sintetase sehingga
glukosa akhirnya dilepaskan lewat aksi glikogen fosforilase. Pada waktu yang bersamaan
pembentukan glikogen dikurangi karena sintetase glikogen diinaktifkan (Turner dan Bagnara,
1988)

Insulin dengan Growth Hormone


Glukosa dalam dalam tubuh dijaga dalam kisaran normal dengan pengaturan dinamis
dari hati dan ginjal, serta pengaturan penggunaan glukosa oleh jaringan perifer termasuk hati,
otot, lemak, dan ginjal. Insulin merupaka pengatur utama keseimbangan glukosa, yang dapat
menurunkan glukosa plasma dengan meningkatkan pengambilan dan penggunaan glukosa dari
jaringan perifer dan menurunkan glukoneogenesis (sintesis glukosa dari prekursor
nonkarbohidrat seperti laktat dan alanin) dan glikogenolisis (pemecahan glikogen sampai
glukosa), memiliki sifat antagonisme dimana Growth hormone (GH) meningkatkan produksi
glukosa melalui glukoneogenesis dan glikogenolisis dari hati dan ginjal, GH juga dapat
menekan serapan glukosa dalam jaringan adiposa dengan menekan jumlah transporter glukosa
1 (GLUT1) dan GLUT4 pada membran plasma adipocyte GH merangsang lipolisis melalui
aktivasi lipase sensitif hormon, terutama pada jaringan adiposa viseral, yang menghasilkan
fluks asam lemak bebas (FFA) dari jaringan adiposa ke sirkulasi. Peningkatan FFA dalam
sirkulasi dapat menyebabkan resistensi insulin dengan penghambatan aktivitas reseptor
insulin-substrat-1 (IRS-1) (Kim dan Park, 2017).
Efek Somatostatin Terhadap Glukagon Dan Insulin
Hormon somatostatin disekresikan oleh sel sel delta pulau Langerhans, merupakan
senyawa polipeptida yang terdiri dari 14 asama amino yang memiliki waktu paruh didalam
peredaran darah selama 2 menit. Faktor yang merangsang sekresi somatostatin adalah (1)
naiknya glukosa darah, (2) naiknya asam amino, (3) naiknya asam lemak, (4) naiknya
konsentrasi beberapa hormone pencernaan makanan. Somatostatin bekerja secara local di
dalam pulau Langerhans untuk menekan sekresi insulin dan glucagon, menurunkan gerakan
lambung, duodenum. Dan kantung empedu, serta mengurangi sekresi dan absorbsi dalam
saluran cerna. Peran somatostatin meningkatkan waktu asimilasi makanan dari usus ke dalam
darah, dengan penghambatan sekresi insulin dan glucagon maka akan menurunkan
penggunaan zat nutrisi yang diabsorbsi oleh jaringan sehingga mencegah pemakaian makanan
yang cepat sehingga makananan akan tersedia dalam waktu yang lebih lama.

Gambar Mekanisme somatostatin dalam menghambat pelepasan glucagon


(Gosmanov et al, 2011)

Glukosa tinggi (Gambar) sehingga menyebabkan peningkatan rasio ATP / ADP sel
intra-alpha mengaktifkan adenilat siklase dan peningkatan yang dihasilkan pada AMP siklik
merangsang protein kinase A, yang menyebabkan penutupan saluran kalsium dan penurunan
kalsium intra-A, yang menghambat pelepasan glucagon.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Struktur pankreas sebagai organ endokrin memiliki pulau Langerhans yang terdiri atas
4 macam sel, dan setiap sel menghasilkan hormon yang berbeda, yaitu Sel α pankreas,
yang berfungsi untuk menghasilkan Hormon Glukagon. Sel β Pankreas, yang
berfungsi untuk menghasilkan hormon Insulin. Sel γ Pankreas menghasilkan
Polipeptida pankreas, dan Sel ϑ Pankreas yang berfungsi untuk menghasilkan
somatostatin.
2. Struktur hormon insulin terdiri dari dua rantai peptide yang dihubungkan oleh ikatan
disulfida yang awalnya disintesis dari prekusor insulin 81 asam amino. Struktur
hormone glucagon berupa peptida linier dengan 29 asam amino. Keduanya bekerja
secara berlawanan.
3. Mekanisme penghasilan hormone insulin diawali oleh ekspresi gen pada kromosom
11, kemudian di kemas di dalam granul-granul sekretorik kemudian pelepasannya
diinduksi oleh perubahan kadar glukosa, sedangkan stimulus sekresi glukagon adalah
kondisi hipoglisemia atau jika konsentrasi asam amino turun.
4. Mekanisme kerja hormone insulin menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam
amino dalam darah serta mendorong glikogenesis), sebaliknya perangsangan
glukagon bila kadar gula darah rendah, dan asam amino darah meningkat.
5. Keterkaitan antar hormone, glucagon, kortisol, GH dan epinefrin saling sinergis
dalam bekerja meningkatkan kadar gula darah, Glukagon merangsang glikogenolisis
(pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan transportasi asam amino
dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis (pemecahan glukosa dari yang bukan
karbohidrat), sedangkan hubungan antagonis ditunjukkan oleh hormone insulin dan
glucagon.
DAFTAR RUJUKAN

Franklyn F. Bolander, Jr. 2004. Molecular Endocrinology THIRD EDITION. Department of


Biological Sciences University of South Carolina Columbia, South Carolina.
Liddle, A,R. 2012. Physiology of the Gastrointestinal Tract. Elsevier Inc
Weiss, M., Steiner, and Philipson, L. 2014. Insulin Biosynthesis, Secretion, Structure, and
Structure-Activity Relationships (online).
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279029/ Diakses tanggal 15 Februari 2018,
Pukul 08.37 WIB
Kim, S.H, dan Park, M,J. 2017. Effects of growth hormone on glucose metabolism and
insulin resistance in human (online).
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5642081/Diakses tanggal 15 Februari
2018 pukul 09.35 WIB.
Gosmanov, M.D., Adair R Gosmanov, M.D., Ph.D., F.A.C.E., and John E Gerich, M.D.
2011. Glucagon Physiology (online) https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279127/
Diakses pada 20 Februari 2018 pukul 16.05

Anda mungkin juga menyukai