MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Endokrinologi yang dibimbing
oleh Dr. Sri Rahayu Lestari, M.Si
Oleh :
Kelompok 2 :
1. Lusi Suciati (150342600695)
2. Maghfiroh Gesty Maharani (150342600207)
3. Muhammad Nurhasan (150342605661)
4. Yasinta Swastika Ayu (150342607572)
Offering GHI-K
Pankreas adalah suatu kelenjar majemuk terdiri atas jaringan eksorin dan endokrin.
Komponen eksokrin mesekresikan getah pankreas yang dicurahkan ke dalam duodennum lewat
saluran pankreas; Komponen endokrin adalah pulau Langerhans yang merupakan timbunan
sel yang membebaskan hormonnya secara langsung ke dalam sirkulasi. Pankreas manusia
mengandung sampai 2 juta pulau-pula yang bertebaran secara luas pada seluruh jaringan
asinus. Pulau-pulai langerhans berdiameter 20 sampai 300 mikron, dan jaringan pulau total
menyusun hanya 1 sampai 2 persen massa pankreas. Sel-sel pulau disusun dalam kapiler atau
sinusoid (Turner dan Bagnara).
Seperti tampak dalam Gambar 1, pankreas terdiri atas dua jenis jaringan utama, yakni:
(1) asini yang mensekresikan getah pencernaan ke dalam duodenum, dan (2) pulau langerhans
yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya ke luar namun sebaliknya
mensekresikan insulin dan glukagon langsung ke dalam darah (Guyon dan hall, 1997).
GAMBAR 1
Setiap pulai Langerhans tersusun mengelilingi pembuluh kapiler kecil yang merupakan
tempat penampungan hormon yang disekresikan oleh sel-sel tersebut. Pulau langerhans
mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel alfa, beta dan delta, yang dapat dibedakan dari ciri
morfologi dan pewarnaanya. Sel beta, yang mencakup kira-kira 60 persen dari semua sel,
terletak terutama di tengah dari setiap pulau dan mensekresikan insulin. Sel alfa, yang
mencakup kira-kira 25 persen dari seluruh sel, mensekresikan glukagon. Dan sel delta, yang
merupakan 10 persen dari seluruh jumlah sel, mensekresikan somatostatin. Selain itu, paling
sedikit terdapat satu jenis sel lain, yang disebut sel PP yang terdapat dalam jumlah yang sedikit
dalam pulau Langerhans dan mensekresikan hormon yang fungsinya masih diragukan yakni
polipeptida pankreas. Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel yang terdapat dalam pulai
Langerhans menyebabkan timbulnya pengaturan secara langsung sekresi beberapa jenis
hormon oleh hormon lainnya. Contohnya, insulin menghambat sekresi glukagon, dan
somatostatin menghambat sekresi hormon insulin dan glukagon (Guyton dan Hall, 1997).
2.2 Struktur Hormon Insulin
Hormon insulin merupakan hormone yang disintesis di sel β pancreas yang terdiri dari
dua rantai peptida, rantai pertama dengan 21 asam amino dan kedua dengan 30 asam amino
yang dihubungkan oleh ikatan disulfida, pada awalnya disintesis sebagai prekursor asam 81-
amino, proinsulin (Gambar 2). Kode genetik insulin terdapat di lengan pendek kromosom ke
11, sintesis insulin dimulai dari pembentukan preproinsulin pada reticulum endoplasma kasar
oleh sel β, dengan bantuan enzim pepetidase preproinsulin mengalami pemecahan terebentuk
proinsulin, kemudian oleh enzim peptidase proinsulin diurai menjadi insulin (Franklyn dan
Bolander, 2004).
Insulin diisolasi pertama kali dari pankreas pada tahun 1922 oleh Banting dan Best, dan
dengan cara memperhatikan pederita diabetes parah dalam waktu hampir semalam yang
dengan cepat memburuk dan meninggal dibandingkan dengan orang normal (Guyton dan
Hall,1997). Secara historis, insulin dihubungkan dengan “gula darah”, dan ada benarnya,
ternyata insulin sangat berpengarug terhadap metabolisme karbohidrat. Namun, kematian pada
pasien diabetes biasanya karena kelainan metabolisme lemak, yang menyebabkan keadaan
seperti asidosis dan arteriosklerosis. Juga, pada penderita yang menderita diabetes dalam
jangka waktu lama, hilangnya kemampuan untuk mensintesis protein akan menyebabkan
hilangnya jaringan demikian juga banyak kelainan fungsi sel. Oleh karena itu jelaslah sudah
bahwa pengaruh insulin terhadap metabolisme lemak dan protein itu sama besar dengan
pengaruh insulin terhadap metabolisme karbohidrat (Guyton dan Hall, 1997).
Efek Insulin
Menurut Turner dan Bagnara ( ) insulin mempunyai pengaruh luas di dalam tubuh dan
beraksi langsung atau tak langsung mempengaruhi banyak macam proses biokimiawi.
Pemgaruh menyeluruh hormon ini adalah memudahkan pemakaian glukosa oleh sel dan
mencegah pemecahan secara berlebihan glikogen (glikogenolisis) yang disimpan didalam hati
dan otot. Konsekuensinya, hormon ini merupakan zat hipoglikemik yang kuat. Disamping
mempengaruhi metabolisme karbohidrat, insulin mempunyai aksi pengaturan yang amat
penting pada metabolisme lemak dan protein. Glukosa adalah prekursor yang teramat penting
untuk lemak (lipogenesis). Insulin memudahkan lipogenesis dengan menggiatkan pengambilan
dan pemakaian secara metabolik glukosa oleh sel-sel lemak, juga menghambat pemeceahan
dan mobilisasi lemak tersimpan (antilipolisis). Glukosa yang berlebihan didalam plasma,
seperti pada subjek diabetik atau yang diambil pankreasnya, tidak efektif didalam memacu
lipogenesis pada ketiadaan insulin. Pada subjek-subjek normal, ransum karbohidrat yang tinggi
menumbulkan kenaikan kadar glukosa darah yang pada gilirannya memacu sekresi insulin.
Hormon tersebut kemudian akan menggiatkan lipogenesis dan menghambat lipolisis.
Sebaliknya, ransum yang kekurangan karbohidrat membatasi tersedianya glukosa , dan
mengurangi sekresi insulin dan juga menggaalakan mobilisasi serta oksidasi lemak.
Efek fisiologis insulin bersifat luas dan kompleks. Efek-efek tersebut biasanya dibagi
menjadi efek cepat, menengah dan lambat, seperti tercantum dalam tabel 1. Efek yang paling
banyak diketahui adalah efek hipoglikemik, tetapi terdapat efek lain pada transportasi elektrolit
dan asam amino, berbagai enzim dan pertumbuhan. Efek akhir hormon ini adalah penyimpanan
karbohidrat, protein dan lemak. Dengan demikian, insulin dapat disebut sebagai hormone of
abundance (Ganong, 2003).
Cepat (detik)
Peningkatan transportasi glukosa, asam amino dan K+ ke dalam sel peka- insulin
Menengah (menit)
Lambat (jam)
Transporter Glukosa
Glukosa masuk ke dalam sel melalui difusi fasilitasi atau diusus dan ginjal melalui
transportasi aktif sekunder dengan Na+ . Di otot, jaringan lemak dan sebagian jaringan
lain, insulin mempermudah masuknya glukosa ke dalam sel dengan meningkatkan
jumlah transporter (pengangkut) glukosa di membran sel (Ganong,2003).
Transporter glukosa yang berperan dalam difusi fasilitasi glukosa melintasi
membran sel adalah sekelompok protein yang saling berhubungan yang memotong
membran sel 12 kali dan memiliki terminal amino dan karboksil di dalam sel. Mereka
berbeda, dan tidak memiliki homologi, dengan transporter glukosa dependen natrium
(sodium-dependent glucose transporter) SGLT 1 dan SGLT 2, yang berperan dalam
transportasi aktif sekunder glukosa keluar usus dan tubulus gunjal, walaupun SGLT
juga memiliki 12 doamin transmembran. Asam-asam amino transporter fasilitatid,
terutama segmen heliks transmembran 3,5,7, dan 11, tampaknya mengelilingi saluran
tempat masuk glukosa. Diperkirakan kemudian terjadi perubahan konformasi dan
glukosa dilepaskan ke dalam sel (Ganong,2003).
Telaah diketahui tujuh transporter glukosa yang berbeda, diberi nama sesuai
urutan penemuan menjadi GLUT 1 sampai GLUT 5. Molekul ini mengandung 492-524
asam amino, dan afinitasnya terhadap glukosa bervariasi. Setiap transporter tampak
memiliki tugas khusus. GLUT 4 adalah transpoter di jaringan otot dan adiposa yang
dirangsang oleh insulin. Dalam vesikel ditoplasma sel-sel peka insulin terdapat
cadangan molekul GLUT 4. Bila reseptor insulin di sel-sel ini diaktifkan, vesikel
tersebut bergerak cepat ke membran sel dan berfusi dengannya, memasukkan
transporter kedalam membran sel. Saat kerja insulin terhenti, bercak membran yang
mengandung transporter mengalami endositosis, dan vesikel siap terpajan ke insulin
berikutnya. Penggiatan reseptor insulin menyebabkan pergerakan vesikel ke membran
sel dengan memngaktifkan fosfoinostid 3 kinase. Tetapi bagaimana penggiatan ini
memicu pergerakan vesikel masih belum bisa dipastikan. Sebagian besar dari
transporter GLUT yang tidak peka insulin tampaknya tetap berda di membran sel
(Ganong, 2003).
GAMBAR 3
Insulin adalah sebuah hormon yang berhubungan dengan energi yang melimpah
Sewaktu kita membahas insulin , akan emnjadi jelas bahwa sekresi insulin berhubungan
dengan energi yang berlimpah. Yaitu apabila terdapat makanan yang menghasilkan energi yang
sangat banyak didalam asupan makanan, terutama kelebihan jumlah karbohidrat dan protein,
maka insulin akan disekresikan dalam jumlah banyak. Keadaan ini terutama terjadi pada
keadaan kelebihan karbohidrat, sedikit kelebihan protein, tetapi hanya sanga sedikit untuk
elmak (Guyon dah Hll,1997).
Selanjutnya, insulin memainkan peranan yang penting dalam penyimpanan zat yang
mempunyai kelebihan energi. Pad akeadaan kelebihan karbohidrat, insulin menyebabkan
karbohidrat disiman sebagai glikogen terutama didalam hati dan otot. Insulin menyebabkan
kelebihan lemak disimpan dalam jaringan adiposa. Juga semua kelebihan yang tidaka dapat
disimpan sebagai glikogen diubah dibawah rangsangan insulin menjadi lemak dan juga di
simpan di dalam jaringan adiposa. Pada keadaan kelebihan protein, insulin mempunyai efek
langsung dalam memacu asam amino oleh sel dan pengubahan asam amino ini menjadi protein,
selain itu, insulin menghambat pemecahan dari protein yang sudah terdapat di dalam sel
(Guyton dan Hall, 1997).
Insulin merupakan protein kecil. Insulin manusia mempunyai berat molekul sebesar
5805. Insulin terdiri atas dua rantai asam amino, seperti yang tampak dalam gambar 2, yang
satu sama linnya dihubungkan oleh ikatan disulfida. Bila kedua rantai asam amino dipisahkan,
maka aktivitas fungsional dari insulin akan hilang (Guyton dan Hall, 1997).
GAMBAR 4
Insulin disintesis oleh sel-sel beta dengan cara yang mirip dengan sintesis protein, yang
biasanya dipakai oleh sel, yakni diawali dengan translasi RNA insulin oleh ribosom yang
melekat pad aretikulum endoplasma untuk membentuk preprohormon insulin. Preprohormon
awal ini memiliki berat molekul kira-kira 11,500, namun selanjutnya akan melekat erat pada
retikulum endoplasma untuk membentuk proinsulin dengan berat molekul kira-kira 9000.
Kemudian proinsulin tersebut sebagian besar akan melekat erat pada alat Golgi untuk
membentukinsulin sebelum terbungkus dalam granula sekretorik. Akan tetapi, kira-kira
seperenam dari hasil akhirnya tetap dalam bentuk proinsulin. Proinsulin ini tidak mempunyai
aktivitas insulin (Guyton dan Hall, 1997).
Sewaktu insulin disekresikan ke dalam darah, hampir seluruhnya beredar dalam bentuk
yang tidak terikat; waktu paruhnya dalam plasma rata-rata hanya 6 menit, sehingga dalam
waktu 10 sampai 15 menit akan dibersihkan dari sirkulasi. Kecuali sebagian insulin yang
berikatan dengan reseptor yang ada pada sel target, sisa insulin didegradasi oleh enzim
insulinase terutaa di dalam hati, sebagian kecil dipecah didalam ginjal dan otot, dansedikit
didalam jaringan yang lain. Pembuangan dari plasma yang cepat ini penting sebab pada suatu
saat, penghentian fungsi pengaturan insulin dengan cepat adalah sama pentingnya dengan
menghidupkan kembali fungsi ini.
2.3 BIOSINTESIS INSULIN
Insulin dibentuk di retikulum endoplasma sel B. Insulin kemudian dipindahkan ke
aparatus golgi , tempat ia mengalami pengemasan dalam granula berlapis membran. Granula
ini bergerak ke membran plasma melalui suatu proses yang melibatkan mikrotubulusdan isi
granula dikeluarkan melalui eksositosis. Insulin kemudian melintasi lamina basalis sel B serta
kapiler dan endotel kapiler yang berpori untuk mencapai aliran darah (Ganong, 2003).
Seperti hormon polipeptida dan protein serupa lainnya yang masuk ke dalam retikulum
endoplasma , insulin disintesis sebagai suatu bagian dari praprohormon yang berukuran besar.
Pada manusia, gen untuk insulin terletak di lengan pendek kromosom 11. Gen ini memiliki dua
intron dan tiga ekson. Praproinsulin ini memiliki peptida sinyal 23 asam amino yang
dikeluarkan sewaktu molekul ini memasuki retikulum endoplasma. Molekul sisanya kemudian
berlipat, lalu terbentuk ikatan disulfida sehingga akhirnya terbentuk proinsulin. Segmen
peptida yang menghubungka rantai A dan B, connecting peptide (peptida C) , mempermudah
melipatnya molekul dan kemudian terlepas dari granula sebelum sekresi. Dua protease
berperan dalam pengolahan proinsulin. Proinsulin sejaih ini diketahui tidak memiliki aktivitas
fisiologis. Dalam keadaan normal, 90-97% produk yang dilepaskan dari sel B adalah insulin
disertai dengan peptida C dalam jumlah ekimolar. Sisanya sebagian besar adalah proinsulin.
Peptida C dapat diukur dengan radioimmunoassay dan kadarnya merupakan indeks fungsi sel
B pada penderita yang mendapat insulin eksogen (Ganong, 2003).
Pada awaktu dahulu, ada anggapan bahwa sekresi insulin hampir seluruhnya diatur oleh
besarnya konsentrasi glukosa darah. Akan tetapi, dari penelitian lebih lanjut mengenai fungsi
metabolik insulin terhadap metabolisme protein dan metabolisme lemak, telah dipelajari bahwa
kadar asam amino dalam darah dan faktor-faktor lain juga berperan penting dalam pengaturan
sekresi insulin (Guyton dan Hall, 1997).
Glukosa tinggi (Gambar) sehingga menyebabkan peningkatan rasio ATP / ADP sel
intra-alpha mengaktifkan adenilat siklase dan peningkatan yang dihasilkan pada AMP siklik
merangsang protein kinase A, yang menyebabkan penutupan saluran kalsium dan penurunan
kalsium intra-A, yang menghambat pelepasan glucagon.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Struktur pankreas sebagai organ endokrin memiliki pulau Langerhans yang terdiri atas
4 macam sel, dan setiap sel menghasilkan hormon yang berbeda, yaitu Sel α pankreas,
yang berfungsi untuk menghasilkan Hormon Glukagon. Sel β Pankreas, yang
berfungsi untuk menghasilkan hormon Insulin. Sel γ Pankreas menghasilkan
Polipeptida pankreas, dan Sel ϑ Pankreas yang berfungsi untuk menghasilkan
somatostatin.
2. Struktur hormon insulin terdiri dari dua rantai peptide yang dihubungkan oleh ikatan
disulfida yang awalnya disintesis dari prekusor insulin 81 asam amino. Struktur
hormone glucagon berupa peptida linier dengan 29 asam amino. Keduanya bekerja
secara berlawanan.
3. Mekanisme penghasilan hormone insulin diawali oleh ekspresi gen pada kromosom
11, kemudian di kemas di dalam granul-granul sekretorik kemudian pelepasannya
diinduksi oleh perubahan kadar glukosa, sedangkan stimulus sekresi glukagon adalah
kondisi hipoglisemia atau jika konsentrasi asam amino turun.
4. Mekanisme kerja hormone insulin menurunkan kadar glukosa, asam lemak, dan asam
amino dalam darah serta mendorong glikogenesis), sebaliknya perangsangan
glukagon bila kadar gula darah rendah, dan asam amino darah meningkat.
5. Keterkaitan antar hormone, glucagon, kortisol, GH dan epinefrin saling sinergis
dalam bekerja meningkatkan kadar gula darah, Glukagon merangsang glikogenolisis
(pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan transportasi asam amino
dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis (pemecahan glukosa dari yang bukan
karbohidrat), sedangkan hubungan antagonis ditunjukkan oleh hormone insulin dan
glucagon.
DAFTAR RUJUKAN