LAPORAN AKHIR
II
4.1 Dasar Perumusan Rencana Pola Ruang
Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruangdalam
wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindungdan rencana
peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi:
1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan
pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;
2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk
dua puluh tahun.
4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:
1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
2. Daya dukung dan daya tampung wilayah kabupaten;
3. Kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan;
4. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:
1. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana rincinya;
2. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWP beserta rencana rincinya;
3. Mengakomodasi kebijakan pengembangan kawasan andalan nasional yang berada di wilayah
kabupaten bersangkutan;
4. Memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
5. Mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kabupaten yang terdiri atas kawasan lindung dan
kawasan budi daya, sebagai berikut:
a. Kawasan lindung yang terdiri atas :
- Kawasan hutan lindung;
- Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi:
kawasan bergambut dan kawasan resapan air;
b. Kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan
sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, serta kawasan lindung spiritual dan
kearifan lokal lainnya;
- Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: kawasan suaka alam,
kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan suaka
margasatwa laut, cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau,
taman nasional dan taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam dan
taman wisata alam laut, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
IV-1
c. Kawasan rawan bencana alam, meliputi: kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan
gelombang pasang dan kawasan rawan banjir;
d. Kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan bencana
alam geologi dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah;
e. Kawasan lindung lainnya, meliputi: cagar biosfer, ramsar, taman buru, kawasan perlindungan
plasma-nutfah, kawasan pengungsian satwa, terumbu karang dan kawasan koridor bagi jenis
satwa atau biota laut yang dilindungi.
6. Kawasan budidaya yang terdiri atas :
a. Kawasan peruntukan hutan produksi, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan
hutan produksi terbatas, peruntukan hutan produksi tetap, dan peruntukan hutan produksi
yang dapat dikonversi;
b. Kawasan hutan rakyat;
c. Kawasan peruntukan pertanian, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan
pertanian tanaman pangan lahan basah, peruntukan pertanian tanaman pangan lahan
kering, dan peruntukan hortikultura;
d. Kawasan peruntukan perkebunan;
e. Kawasan peruntukan perikanan, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan
perikanan tangkap, peruntukan budidaya perikanan, dan peruntukan kawasan pengolahan
ikan;
f. Kawasan peruntukan pertambangan, yang dirinci meliputi: kawasan-kawasan peruntukan
mineral dan batubara, peruntukan minyak dan gas bumi, peruntukan panas bumi, dan
peruntukan air tanah di kawasan pertambangan;.
g. Kawasan peruntukan industri, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan industri
besar, peruntukan industri sedang dan peruntukan industri rumah tangga;
- Kawasan peruntukan pariwisata, yang dirinci meliputi: kawasan-kawasanperuntukan
pariwisata budaya, peruntukan pariwisata alam, dan peruntukan pariwisata buatan.
- Kawasan peruntukan permukiman, yang dirinci meliputi: kawasan-kawasan
peruntukan permukiman perkotaan dan peruntukan permukiman perdesaan. Sebagai
kawasan budidaya maka permukiman diarahkan dalam kajian lokasi dan fungsi masing-
masing permukiman, terutama dikaitkan dengan karakter lokasi, misalnya di
pegunungan, dataran tinggi, permukiman pantai, dan sebagainya;
- Kawasan peruntukan lainnya.
7. Memuat kawasan-kawasan yang diprioritaskan pengembangannya dan kawasan-
kawasan yang diprioritaskan untuk dilindungi fungsinya;
8. Jelas, realistis dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada
wilayah kabupaten bersangkutan;
IV-2
9. Harus mengikuti peraturan perundang-undangan terkait.
IV-3
LAPORAN AKHIR
Berdasarkan kajian penggunaan lahan terhadap peta penggunaan lahan eksisting diketahui
penggunaan lahan untuk hutan telah mengalami perubahan pemanfaatandari kawasan hutan
lindung menjadi perkebunan dan pertanian lahan basah. Walaupun statusnya sebagai kawasan
hutan lindung, namun penggunaan lahan register 24 Bukit Punggur telah berubah menjadi kawasan
perkebunan kopi dan pertanian lahan basah lebih dari 75 %. Berdasarkan hasil konsultasi publik,
disepakati bahwa usaha perkebunan dan pertanian lahan basah yang berada di Kawasan Hutan
Lindung harus dihentikan, dan dikembalikan fungsinya sesuai peruntukan yaitu sebagai Hutan
Lindung.
Km dengan lebar rata-rata sungai yang ada di wilayah studi sekitar 100 meter. Areal
pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Negeri Besar, Negara Batin dan Pakuan Ratu.
2) Sungai Way Umpu, Luas DAS Sungai Way Umpu dengan anak–anak sungainya secara
keseluruhan ± 1.179 Km2. Panjang alur Sungai Way Umpu secara keseluruhan adalah 00
Km dengan lebar rata – rata sungai yang ada di wilayah studi sekitar 90-110 m. Areal
pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Bahuga, Bumi Agung, dan Blambangan Umpu.
LAPORAN AKHIR
II
3) Sungai Way Pisah, Luas DAS Sungai Way Pisang dengan anak-anak sungainya secara
2
keseluruhan ± 386 Km . Panjang alur Sungai Way Pisang secara keseluruhan adalah50
Km dengan lebar rata-rata sungai yang ada di wilayah studi sekitar 15-20 meter. Areal
pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Bahuga, Bumi Agung, Buay Bahuga, dan Way
Tuba.
4) Sungai Way Besai, Luas DAS Sungai Way Besai dengan anak-anak sungainya secara
2
keseluruhan ± 870 Km . Panjang alur Sungai Way Besai secara keseluruhan adalah 113 Km
dengan lebar rata-rata sungai yang ada di wilayah studi sekitar 60 - 70 meter. Areal
pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Pakuan Ratu, Negeri Agung, Blambangan
Umpu, Baradatu, Gunung Labuhan dan Banjit.
5) Sungai Way Tahmi, Luas DAS Sungai Way Tahmi dengan anak-anak sungainya secara
2
keseluruhan ± 448 Km . Panjang alur Sungai Way Tahmi secara keseluruhan adalah 60
Km dengan lebar rata-rata sungai yang ada di wilayah studi sekitar 15-20 meter. Areal
pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Blambangan Umpu dan Rebang Tangkas.
6. Sungai Way Giham, Luas DAS Sungai Way Giham dengan anak-anak sungainya secara
2
keseluruhan ± 506 Km . Panjang alur Sungai Way Giham secara keseluruhan adalah 80
Km dengan lebar rata-rata sungai yang ada di wilayah studi sekitar 15-20 meter. Areal
pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Blambangan Umpu dan Way Tuba
Berdasarkan hasil superimpose peta diperoleh luas kawasan sempadan di Kabupaten Way
Kanan adalah 223,60 Ha, meliputi sungai induk, sungai ordo I, ordo II, dan ordo III berada di
wilayah Kabupaten. Kawasan sempadan saluran irigasi berupa kawasan sepanjang kanan-kiri
saluran irigasi primer dan sekunder, baik irigasi bertangggul maupun tidak.
2. Kawasan sekitar danau atau waduk ditetapkan dengan kriteria :
a. Daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter dari titik
pasang air danau atau waduk tertinggi.
b. Daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya proporsional terhadap bentuk
dan kondisi fisik danau atau waduk.
IV-6
1. Kawasan Rawan Tanah Longsor
Tanah longsor/Gerakan Tanah adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,
bahan rombakan, tanah, atau material yang bergerak ke bawah atau keluar lereng. Tanah
longsor adalah suatu jenis gerakan tanah, umumnya gerakan tanah yang terjadi adalah longsor
bahan rombakan (debris avalanches) dan nendatan (slumps/rotational slides). Gaya-gaya
gravitasi dan rembesan (seepage) merupakan penyebab utama ketidakstabilan (instability) pada
lereng alami maupun lereng yang di bentuk dengan cara penggalian atau penimbunan.
Berdasarkan hasil superimpose peta diperoleh luas kawasan rawan bencana longsor/gerakan
tanah di Kabupaten Way Kanan adalah 168,53 Ha, dan berada di sebagianKecamatanBanjit,
Baradatu, Kasui, RabangTangkas, danNegeriAgung
2. Kawasan Rawan Banjir
Secara alamiah, pada umumnya banjir disebabkan oleh curahhujan yang tinggi dan di atas
normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai dan
anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampungbanjir buatan tidak
mampu menampung akumulasi air hujan sehingga meluap.Kemampuan/daya tampung sistem
pengaliran air berkurang akibat sedimentasi,maupun penyempitan sungai akibat fenomena
alam dan manusia. Secara umumpada sebuah sistem aliran sungai yang memiliki tingkat
kemiringan (gradien) sungaiyang relatif tinggi (lebih dari 30%) apabila di bagian hulunya terjadi
hujan yang cukuplebat, maka potensi terjadinya banjir bandang relatif tinggi. Tingkat
kemiringansungai yang relatif curam ini dapat dikatakan sebagai faktor “bakat” atau bawaan.
Sedangkan curah hujan adalah salah satu faktor pemicu.
Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga menyebabkan
peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk kedalam sistem pengaliran air
menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengalirandan menjadi pemicu terjadinya erosi
pada lahan curam yang menyebabkan terjadinyasedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah
air lainnya. Disamping ituberkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas
meningkatnya debit banjir. Berdasarkan hasil superimpose peta diperoleh luas kawasan rawan
bencana banjir di Kabupaten Way Kanan adalah 9.929,94 Ha, dan berada secara menyebar di
Kec. Bahuga, Way Tuba, Negeri Agung, Negeri Besar, dan Pakuan Ratu.
3. Kawasan Rawan Kebakaran Hutan
Kawasan rawan kebakaran hutan yang berada di Kabupaten Way Kanan adalah di Kawasan
Hutan Lindung Bukit Punggur, Saka dan Gilham Tami.
IV-7
LAPORAN AKHIR
4.2.2 Rencana Kawasan Budidaya
Rencana kawasan budidaya di Kabupaten Way Kanan terdiri dari kawasan peruntukan hutan
produksi, pertanian, perikanan, pertambangan, industri,pariwisata, permukiman, pertahanan dan
keamanan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dan Gambar berikut.
LAPORAN AKHIR
LAPORAN AKHIR
Tabel 4. 4 Luas Kawasan Hutan Produksi di Kabupaten Way Kanan
Dalam memanfaatkan hutan produksi yang ada, maka Dinas Kehutanan Kabupaten Way Kanan
mengembangkan program Hutan Tanaman Industri, dengan prioritas utama pada lokasi register 42,
44, dan 46. Adapun komoditas hasil hutan di Hutan Tanaman Industri tersebut adalah kayu rimba
campuran, kayu jati, sengon, akasia.
LAPORAN AKHIR
KecamatanPakuan Ratu, Negeri Agung, Blambangan Umpu, Way Tuba, Bahuga, Negara
Batin, dan Negeri Besar dengan luas 50.688,47 Ha.
B. Kawasan Pertanian Hortikultura
Ciri khas dari pertanian hortikultura ini adalah tanaman lahankering yang bernilai ekonomi
tinggi (Tejoyuwono, 1989), seperti sayur-sayuran. Komoditas pertanian hortikultura yang
terdapat di Kabupaten Way Kanan adalah:
a. Sayur-sayuran: cabe, kacang panjang, terong, dan ketimun
b. Buah-buahan: mangga, pisang, pepaya dan nanas
Pengembangan pertanian hortikultura diarahkan di Kecamatan Negeri Besar, Rebang Tangkas,
Kasui, Banjit, dan Baradatu. Luas rencana peruntukan kawasan pertanian hortikultura adalah
23.984,30 Ha.
C. Kawasan Perkebunan
Sektor perkebunan selama ini mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah
Kabupaten Way Kanan. Sub-sektor perkebunan terus dikembangkan dengan melibatkan
perkebunan rakyat dan perkebunan skala besar. Luas kawasan peruntukan perkebunan hingga
tahun 2031 adalah 91.749,37 Ha.
Beberapa tanaman yang perkebunan yang bersifat kerakyatan yaitu perkebunan kopi, lada,
kakao, kelapa dalam, dan tebu, sementara perkebunan skala besar diarahkan untuk tanaman
tebu, karet, dan kelapa sawit yang produktivitasnya cukup tinggi. Secara signifikan
pengembangan komoditas perkebunan ini diarahkan untuk pengembangan kegiatan industri
yang pada akhirnya bermuara pada kebijakan ekonomi kerakyatan.
a. Perkebunan kerakyatan, berupa :
- Komoditas kopi, Berdasarkan hasil identifikasi dari Way Kanan dalam Angka Tahun 2017,
hasil terbesar komoditas kopi terdapat pada Kecamatan Banjit sebesar 2.934 ton,
Kecamatan Kasui sebesar 2.565 ton dan Kecamatan Rebang Tangkas sebesar 966 ton.
Ketiga kecamatan ini diarahkan menjadi sentra kopi di Kabupaten Way Kanan.
- Komoditas lada, Berdasarkan hasil identifikasi dari Way Kanan dalam Angka Tahun 2017,
kecamatan yang memberikan pasokan terbesar yaitu Kecamatan Kasui sebesar 110 ton,
Kecamatan Gunung Labuhan 131 ton dan Kecamatan Baradatu 47 ton serta Kecamatan
Rebang Tangkas sebesar 50 ton. Keempat kecamatan ini diarahkan menjadi sentra lada di
Kabupaten Way Kanan.
- Komoditas kakao, Berdasarkan hasil identifikasi dari Way Kanan dalam Angka Tahun 2017,
kecamatan yang memberikan pasokan terbesar yaitu Kecamatan Bumi Agung sebesar
446 ton, Kecamatan Kasui sebesar 578 ton, dan Kecamatan Rebang Tangkas sebesar 595
ton.
- Kelapa Dalam, Berdasarkan hasil identifikasi dari Way Kanan dalam Angka Tahun 2017,
kecamatan yang memberikan pasokan terbesar yaitu Kecamatan Negara Batin sebesar
750 ton, Kecamatan Banjit sebesar 300 ton, Kecamatan Way Tuba sebesar 450 ton,
Kecamatan Neger Agung 315 ton, Kecamatan Pakuan Ratu 450 ton dan Kecamatan
Baradatu sebesar 270 ton.
b. Perkebunan skala besar, berupa : tebu, karet, dan kelapa sawit, Berdasarkan hasil identifikasi
dari Way Kanan dalam Angka Tahun 2017, jumlah produksi perkebunan besar untuk
komoditas tebu adalah 541.548 ton, karet sebesar 90.160 ton, dan kelapa sawit sebesar 15.126
ton.
D. Kawasan Peternakan
Kawasan peternakan yang dikembangkan di Kabupaten Way Kanan adalah kawasan budidaya
ternak besar (sapi dan kerbau), ternak kecil (kambing dan domba), dan sentra peternakan unggas.
a. Pengembangan sentra peternakan ternak besar berada di Kec. Negeri Batin, Blambangan
Umpu, Banjit, Bahuga, dan Buay Bahuga.
b. Pengembangan sentra peternakan ternak kecil berada di Kec. Blambangan Umpu, Rebang
Tangkas, Negeri Batin, Baradatu, dan Gunung Labuhan
c. Pengembangan sentra peternakan unggas berada di Kec. Negari Batin, Baradatu, Way Tuba,
Gunung Labuhan, Blambangan Umpu, Kasui, dan Bumi Agung.
Kawasan peruntukan perikanan tangkap meliputi seluruh badan sungai di wilayah Kabupaten Way
Kanan. Sedangkan kawasan peruntukan perikanan budidaya berupa budidaya pembibitan dan
budidaya pembesaran dengan luas rencana peruntukan kawasan perikanan adalah 10.145,13 Ha.
Adapun untuk menetapkan kawasan perikanan, digunakan pendekatan kesesuaian lahan untuk
kawasan budidaya air tawar, yaitu:
1. Kelerengan lahan < 8 %
2. Persediaan air cukup
3. Jauh dari sumber pencemaran, baik pencemaran domestik maupun industri.
4. Kualitas air baik (memenuhi kriteria kualitas air untuk budidaya perikanan).
Selain melihat kriteria kesesuaian lahan di atas, maka fakta mengenai produktivitas dan jumlah
petani ikan juga dipertimbangkan. Berdasarkan hasil identifikasi dari Way Kanan dalam Angka Tahun
2017, produksi budidaya perikanan di Kabupaten Way Kanan mencapai 1.583,98 ton. Hal ini
menunjukkan budidaya perikanan di Kabupaten Way Kanan belum terkelola secara optimal.
Memperhatikan luas lahan dan ketersediaan air dengan puluhansungai yang ada, diperlukan adanya
terobosan baru agar budidaya perikanan kolam, sungai dan danau lebih ditingkatkan.
Pengembangan budidaya perikanandarat di danau dan sungai sebaiknya dihindari penggunaan jaring
apung/karamba, karena rawan menimbulkan pencemaran danau/sungai itusendiri.Budidaya
perikanandarat diarahkan didikembangkan dalam bentuk kolam dan sungai. Berkenaan dengan
pengembangan terkini daribudidaya perikanan kolam, pendekatan minapolitan perlu dilakukan
terutama di kawasan pertanian lahan basah (minapadi).
Berdasarkan informasi dari geologi binaan, di Kabupaten Way Kanan terdapat beberapa bahan
galian antara lain emas dan perak berada nada cetakan biji emas di dalam batuan atau urat-urat yang
mengandung kwarsa (SiO2) yang sudah mengalami pelapukan. Juga sebagai hasil pelapukan dari
endapan vertikal emas yang dialirkan oleh sungai-sungai sekitar, yang terdapat dibeberapa
kecamatan yaitu Blambangan Umpu, Baradatu dan Banjit.
Data tentang endapan mineral di Kabupaten Way Kanan belum banyak ditemukan sehingga
besarnya potensi edapan bahan belum banyak diketahui dengan pasti. Tetapi berdasarkan literatur
dan peta geologi dapat diinventarisir bahwa potensi bahan tambang utama yang ada di Kabupaten
Way Kanan, yaitu:
1. Andesit.
3
Potensi bahan galian Andesit diperkirakan sebesar 176,9 juta m , yang terdapat beberapa
kecamatan, seperti: Kecamatan Blambangan Umpu, Kecamatan Way Tuba (Kampung Bukit
Gemuruh), Kecamatan Banjit (Kampung Jukuh Batu), Kecamatan Kasui dan Kecamatan
Baradatu (Kampung Banjar Baru).
2. Riodasit.
3
Kandungan bahan galian Riodasit diperkirakan sebesar 3 jutam , yang terdapat di Kecamatan
Blambangan Umpu.
3. Marmer.
3
Besarnya kandungan bahan galian marmer diperkirakan sekitar 15,8 jutam yang terdapat di
Umpu
5. Phospat.
Bahan galian phospat terdapat di Kecamatan Blambangan Umpu, sedangkan besarnya potensi
kandungan bahan galian ini belum diketahui.
6. Kaolin.
Besarnya kandungan bahan galian Kaolin yang terdapat di Kampung Tanjung Raya Giham,
3
Kecamatan Blambangan Umpu diperkirakan sebesar 7,5jutam , sedangkan di tempat lain
belum diketahui secara pasti besarnya kandungan bahan galian tersebut seperti di Kecamatan
Bahuga.
7. Benthonite.
3
Bahan galian ini diperkirakan memiliki kandungan sekitar 60 juta m , terdapat di Kecamatan
Blambangan Umpu.
8. Tufa.
3
Volume bahan galian Tufa diperkirakan sebesar 123,6juta m , yang terdapat di Kecamatan
Bahan galian Batubara dan emas merupakan bahan tambang yang diperkirakan akan menjadi bahan
galian andalan. Kandungan masing-masing bahan galian tersebut, batu bara adalah 131.250.000 ton
di Kecamatan Way Tuba dan Kecamatan Pakuan Ratu, sedangkan emas untuk cadangan primer 61
2.000 ton dan untuk cadangan sekunder 258.309 ton keduanya terdapat di Kecamatan Blambangan
Umpu.
Saat ini kedua jenis bahan tambang tesebut belum diekploitasi, namun jika kedepannya dikelola
dengan maksimal, efektif, dan efisien diperkirakan bahan tambang ini akan menjadi salah satu
komoditas unggulan Kabupaten Way Kanan.
Dalam mengelola usaha pertambangan, pemerintah menetapkan wilayah pertambangan(WP), yang
terdiri dari wilayah usaha pertambangan (WUP), wilayah pertambanganrakyat (WPR) dan wilayah
pencadangan negara (WPN).
1. Wilayah usaha pertambangan (WUP), adalah bagian dari wilayah pertambangan (WP) yang
telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi geologi. WUP ditetapkan oleh
pemerintah pusat melalui koordinasi dengan pemerintah provinsi.
2. Wilayah pertambangan rakyat (WPR), adalah bagian dari wilayah pertambangan (WP) tempat
dilakukannya usaha pertambangan rakyat. WPR ditetapkan oleh bupati/walikota, sesuai pasal
21, UU nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan. Kriteria untuk menetapkan wilayah
pertambangan rakyat (WPR) adalah :
a. Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan/atau di antara tepi
dan tepi sungai;
b. Mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan kedalaman maksimal25 m
(dua puluh lima) meter;
c. Endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba;
d. Luas maksimal wilayah pertambangan rakyat adalah 25 (dua puluh lima)hektare;
e. Menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang; dan/atau
f. Merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan
sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun.
Wilayah pencadangan negara (WPN), adalah bagian dari wilayah pertambangan (WP) yang
dicadangkan untuk kepentingan strategis nasional. Penetapan wilayah pencadangan negara (WPN)
dilakukan oleh pemerintah pusat dengan tetap memperhatikan aspirasi daerah sebagai daerah yang
dicadangkan untuk komoditas tertentu dan daerah konservasi dalam rangka menjaga keseimbangan
ekosistem dan lingkungan. WPN yang ditetapkan untuk komoditas tertentu dapat diusahakan
sebagian luasnya, sedangkan WPN yang ditetapkan untuk konservasi ditentukan batasan waktunya.
WPN yang diusakan sebagaian luasnya statusnya berubah menjadi wilayah usaha pertambangan
khusus (WUPK). Perubahan status WPN menjadi WPUK dapat dilakukan dengan pertimbangan
sebagai berikut:
a. Pemenuhan bahan baku industri dan energi dalam negeri;
b. Sumber devisa negara;
c. Kondisi wilayah didasarkan pada keterbatasan sarana dan prasarana;
d. Berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi;
e. Daya dukung lingkungan;
f. Penggunaan teknologi tinggi dan modal investasi yang besar.
Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan di Kabupaten Way Kanan terdiri dari Wilayah
Usaha Pertambangan (WUP) dan Wilayah Pertambangan Rakyat yang dilakukan di Wilayah
Pertambangan (WP) yang tersebar di seluruh kecamatan yang memiliki potensi potensi bahan
tambang mineral serta minyak dan gas bumi.
1. Kawasan peruntukan pariwisata budaya meliputi wisata adat budaya (Kecamatan Kasui, Banjit,
Pakuan Ratu, Negara Batin, Negeri Besar), seni kerajinan, dan situs purbakala (makam raja dan
peninggalan barang prasejarah).
2. Kawasan peruntukan pariwisata alam meliputi 13 wisata alam air terjun yang terletak di
beberapa tempat, air panas/belerang di Kecamatan Banjit dan Way Tuba, hutan wisata di
Kecamatan Bahuga, serta wisata sungai di 5 lokasi.
3. Kawasan peruntukan pariwisata buatan meliputi wisata danau (Way mencar, Sidoarjo, dan
Way Umpu), wisata off road di Kecamatan Rebang Tangkas, serta wisata agro perkebunan
karet, kopi, kakao, coklat, lada dan kelapa sawit di Kecamatan Blambangan Umpu, Kasui,
Banjit, Baradatu, Bahuga, dan Pakuan Ratu.
Ha.
Dengan mempertimbangkan ketiga hal di atas, maka ditetapkan kawasan peruntukan permukiman
di Kabupaten Way Kanan dibagi menjadi 2 (dua) yaitu permukiman perkotaan dengan luas 19.010,74
Ha dan permukiman pedesaan dengan luas 16.166,02 Ha.