Anda di halaman 1dari 21

Menguraikan mengenai pola pemanfaatan ruang di

BAB 4 Kabupaten Way Kanan yang terbagi menjadi zona kawasan


lindung dan zona kawasan budidaya.

LAPORAN AKHIR

II
4.1 Dasar Perumusan Rencana Pola Ruang
Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruangdalam
wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindungdan rencana
peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi:
1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan
pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;
2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk
dua puluh tahun.
4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan:
1. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
2. Daya dukung dan daya tampung wilayah kabupaten;
3. Kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan;
4. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:
1. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana rincinya;
2. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWP beserta rencana rincinya;
3. Mengakomodasi kebijakan pengembangan kawasan andalan nasional yang berada di wilayah
kabupaten bersangkutan;
4. Memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
5. Mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kabupaten yang terdiri atas kawasan lindung dan
kawasan budi daya, sebagai berikut:
a. Kawasan lindung yang terdiri atas :
- Kawasan hutan lindung;
- Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi:
kawasan bergambut dan kawasan resapan air;
b. Kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan
sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, serta kawasan lindung spiritual dan
kearifan lokal lainnya;
- Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: kawasan suaka alam,
kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan suaka
margasatwa laut, cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau,
taman nasional dan taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam dan
taman wisata alam laut, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

IV-1
c. Kawasan rawan bencana alam, meliputi: kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan
gelombang pasang dan kawasan rawan banjir;
d. Kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan bencana
alam geologi dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah;
e. Kawasan lindung lainnya, meliputi: cagar biosfer, ramsar, taman buru, kawasan perlindungan
plasma-nutfah, kawasan pengungsian satwa, terumbu karang dan kawasan koridor bagi jenis
satwa atau biota laut yang dilindungi.
6. Kawasan budidaya yang terdiri atas :
a. Kawasan peruntukan hutan produksi, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan
hutan produksi terbatas, peruntukan hutan produksi tetap, dan peruntukan hutan produksi
yang dapat dikonversi;
b. Kawasan hutan rakyat;
c. Kawasan peruntukan pertanian, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan
pertanian tanaman pangan lahan basah, peruntukan pertanian tanaman pangan lahan
kering, dan peruntukan hortikultura;
d. Kawasan peruntukan perkebunan;
e. Kawasan peruntukan perikanan, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan
perikanan tangkap, peruntukan budidaya perikanan, dan peruntukan kawasan pengolahan
ikan;
f. Kawasan peruntukan pertambangan, yang dirinci meliputi: kawasan-kawasan peruntukan
mineral dan batubara, peruntukan minyak dan gas bumi, peruntukan panas bumi, dan
peruntukan air tanah di kawasan pertambangan;.
g. Kawasan peruntukan industri, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan industri
besar, peruntukan industri sedang dan peruntukan industri rumah tangga;
- Kawasan peruntukan pariwisata, yang dirinci meliputi: kawasan-kawasanperuntukan
pariwisata budaya, peruntukan pariwisata alam, dan peruntukan pariwisata buatan.
- Kawasan peruntukan permukiman, yang dirinci meliputi: kawasan-kawasan
peruntukan permukiman perkotaan dan peruntukan permukiman perdesaan. Sebagai
kawasan budidaya maka permukiman diarahkan dalam kajian lokasi dan fungsi masing-
masing permukiman, terutama dikaitkan dengan karakter lokasi, misalnya di
pegunungan, dataran tinggi, permukiman pantai, dan sebagainya;
- Kawasan peruntukan lainnya.
7. Memuat kawasan-kawasan yang diprioritaskan pengembangannya dan kawasan-
kawasan yang diprioritaskan untuk dilindungi fungsinya;
8. Jelas, realistis dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada
wilayah kabupaten bersangkutan;

IV-2
9. Harus mengikuti peraturan perundang-undangan terkait.

4.2 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Way Kanan


Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Way Kanan ini terdiri dari zona kawasan lindung dan zona
kawasan budidaya yang terbagi dalambeberapa kawasan peruntukan, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel dan Gambar berikut.
Tabel 4. 1 Arahan Pola Ruang Kabupaten Way Kanan
No Pola Ruang Fungsi Luas (Ha) Persen (%)
1 Kawasan Peruntukan Permukiman Perdesaan 16.166,02 4,42
2 Kawasan Peruntukan Permukiman Perkotaan 19.010,74 5,20
3 Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Tetap 61.526,70 16,84
4 Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Kering 50.688,47 13,87
5 Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Basah 51.952,87 14,22
6 Kawasan Peruntukan Perkebunan Kawasan 91.749,37 25,11
7 Kawasan Peruntukan Pertanian Hortikultura Budidaya 23.984,30 6,56
8 Kawasan Peruntukan Budidaya Perikanan 10.145,13 2,78
9 Kawasan Peruntukan Pertambangan 769,19 0,21
10 Kawasan Peruntukan Industri 60,73 0,02
11 Kawasan Peruntukan Pariwisata 921,39 0,25
12 Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan 104,72 0,03
13 Kawasan Hutan Lindung 25.393,90 6,95
14 Sempadan Sungai 223,60 0,06
Kawasan
15 Kawasan Lindung Bagi Bawahannya 2.653,18 0,73
Lindung
16 Kawasan Rawan Banjir 9.929,94 2,72
17 Kawasan Rawan Tanah Longsor 168,53 0,05
Jumlah 365.448,80 100
Kawasan Budidaya 327.079,65 89,50
Kawasan Lindung 38.369,15 10,50
Sumber: Hasil Analisis, 2017.

4.2.1 Rencana Kawasan Lindung


4.2.1.1 Kawasan Hutan Lindung
Berdasarkan Kepmenhut No.256/KPTS-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000 luas Hutan Lindung di
Kabupaten Way Kanan adalah: 22.289,10 Ha yang sebagian besar berada di sebelah Selatan
Kabupaten Way Kanan.
Tabel 4. 2 Luas Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Way Kanan
Hutan Lindung Register Luas Keterangan
Bukit Punggur 24 20.831,00 Sudah ditata batas
Saka 42 1.116,80 Sudah ditata batas
Giham Tahmi - 341,30 HL eks HPK
Luas 22.289,10
Sumber: Kepmenhut No.256/KPTS-II/2000

IV-3
LAPORAN AKHIR
Berdasarkan kajian penggunaan lahan terhadap peta penggunaan lahan eksisting diketahui
penggunaan lahan untuk hutan telah mengalami perubahan pemanfaatandari kawasan hutan
lindung menjadi perkebunan dan pertanian lahan basah. Walaupun statusnya sebagai kawasan
hutan lindung, namun penggunaan lahan register 24 Bukit Punggur telah berubah menjadi kawasan
perkebunan kopi dan pertanian lahan basah lebih dari 75 %. Berdasarkan hasil konsultasi publik,
disepakati bahwa usaha perkebunan dan pertanian lahan basah yang berada di Kawasan Hutan
Lindung harus dihentikan, dan dikembalikan fungsinya sesuai peruntukan yaitu sebagai Hutan
Lindung.

4.2.1.2 Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan di Bawahnya


Kawasan dengan kelas lereng diatas 40% merupakan kawasan resapan air yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya. Kawasan dengan kelerengan di atas 40% diluar hutan
lindung mencapai luas 2.653,18 Ha. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
dibawahnya ini umumnya terdapat di bagian selatan Kabupaten Way Kanan.

4.2.1.3 Kawasan Perlindungan Setempat


Mengacu pada ketetapan sempadan yang sudah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 26
Tahun 2008 tentang RTRWN bahwa lebar sempadan adalah sebagai berikut :
1. Sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria :
a. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter
dari kaki tanggul sebelah luar.
b. Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai.
c. Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan permukiman
dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.
Setidaknya terdapat sekitar 6 sungai besar dengan anak sungainya yang harus diberikan
sempadan, yaitu:
1) Sungai Way Kanan, Luas DAS Sungai Way Kanan dengan anak-anak sungainya secara
2
keseluruhan ± 1.198 Km . Panjang alur Sungai Way Kanan secara keseluruhan adalah 51

Km dengan lebar rata-rata sungai yang ada di wilayah studi sekitar 100 meter. Areal
pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Negeri Besar, Negara Batin dan Pakuan Ratu.
2) Sungai Way Umpu, Luas DAS Sungai Way Umpu dengan anak–anak sungainya secara
keseluruhan ± 1.179 Km2. Panjang alur Sungai Way Umpu secara keseluruhan adalah 00
Km dengan lebar rata – rata sungai yang ada di wilayah studi sekitar 90-110 m. Areal
pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Bahuga, Bumi Agung, dan Blambangan Umpu.

LAPORAN AKHIR

II
3) Sungai Way Pisah, Luas DAS Sungai Way Pisang dengan anak-anak sungainya secara
2
keseluruhan ± 386 Km . Panjang alur Sungai Way Pisang secara keseluruhan adalah50

Km dengan lebar rata-rata sungai yang ada di wilayah studi sekitar 15-20 meter. Areal
pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Bahuga, Bumi Agung, Buay Bahuga, dan Way
Tuba.
4) Sungai Way Besai, Luas DAS Sungai Way Besai dengan anak-anak sungainya secara
2
keseluruhan ± 870 Km . Panjang alur Sungai Way Besai secara keseluruhan adalah 113 Km

dengan lebar rata-rata sungai yang ada di wilayah studi sekitar 60 - 70 meter. Areal
pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Pakuan Ratu, Negeri Agung, Blambangan
Umpu, Baradatu, Gunung Labuhan dan Banjit.
5) Sungai Way Tahmi, Luas DAS Sungai Way Tahmi dengan anak-anak sungainya secara
2
keseluruhan ± 448 Km . Panjang alur Sungai Way Tahmi secara keseluruhan adalah 60

Km dengan lebar rata-rata sungai yang ada di wilayah studi sekitar 15-20 meter. Areal
pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Blambangan Umpu dan Rebang Tangkas.
6. Sungai Way Giham, Luas DAS Sungai Way Giham dengan anak-anak sungainya secara
2
keseluruhan ± 506 Km . Panjang alur Sungai Way Giham secara keseluruhan adalah 80

Km dengan lebar rata-rata sungai yang ada di wilayah studi sekitar 15-20 meter. Areal
pelayanan sungai ini meliputi Kecamatan Blambangan Umpu dan Way Tuba
Berdasarkan hasil superimpose peta diperoleh luas kawasan sempadan di Kabupaten Way
Kanan adalah 223,60 Ha, meliputi sungai induk, sungai ordo I, ordo II, dan ordo III berada di
wilayah Kabupaten. Kawasan sempadan saluran irigasi berupa kawasan sepanjang kanan-kiri
saluran irigasi primer dan sekunder, baik irigasi bertangggul maupun tidak.
2. Kawasan sekitar danau atau waduk ditetapkan dengan kriteria :
a. Daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter dari titik
pasang air danau atau waduk tertinggi.
b. Daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya proporsional terhadap bentuk
dan kondisi fisik danau atau waduk.

4.2.1.4 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya


Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan kawasan cagar budaya meliputi kawasan suaka
perikanan yang berada pada Sungai Way Kanan, Sungai Way Pisang, Sungai Way Umpu, Sungai Way
Besai, Sungai Way Giham, dan Sungai Way Tahmi.

4.2.1.5 Kawasan Rawan Bencana Alam


Setidaknya terdapat dua kerawanan bencana di Kabupaten Way Kanan, yaitu kawasan rawan tanah
longsor dan kawasan rawan banjir.

IV-6
1. Kawasan Rawan Tanah Longsor
Tanah longsor/Gerakan Tanah adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,
bahan rombakan, tanah, atau material yang bergerak ke bawah atau keluar lereng. Tanah
longsor adalah suatu jenis gerakan tanah, umumnya gerakan tanah yang terjadi adalah longsor
bahan rombakan (debris avalanches) dan nendatan (slumps/rotational slides). Gaya-gaya
gravitasi dan rembesan (seepage) merupakan penyebab utama ketidakstabilan (instability) pada
lereng alami maupun lereng yang di bentuk dengan cara penggalian atau penimbunan.
Berdasarkan hasil superimpose peta diperoleh luas kawasan rawan bencana longsor/gerakan
tanah di Kabupaten Way Kanan adalah 168,53 Ha, dan berada di sebagianKecamatanBanjit,
Baradatu, Kasui, RabangTangkas, danNegeriAgung
2. Kawasan Rawan Banjir
Secara alamiah, pada umumnya banjir disebabkan oleh curahhujan yang tinggi dan di atas
normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai dan
anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampungbanjir buatan tidak
mampu menampung akumulasi air hujan sehingga meluap.Kemampuan/daya tampung sistem
pengaliran air berkurang akibat sedimentasi,maupun penyempitan sungai akibat fenomena
alam dan manusia. Secara umumpada sebuah sistem aliran sungai yang memiliki tingkat
kemiringan (gradien) sungaiyang relatif tinggi (lebih dari 30%) apabila di bagian hulunya terjadi
hujan yang cukuplebat, maka potensi terjadinya banjir bandang relatif tinggi. Tingkat
kemiringansungai yang relatif curam ini dapat dikatakan sebagai faktor “bakat” atau bawaan.
Sedangkan curah hujan adalah salah satu faktor pemicu.
Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga menyebabkan
peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk kedalam sistem pengaliran air
menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengalirandan menjadi pemicu terjadinya erosi
pada lahan curam yang menyebabkan terjadinyasedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah
air lainnya. Disamping ituberkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas
meningkatnya debit banjir. Berdasarkan hasil superimpose peta diperoleh luas kawasan rawan
bencana banjir di Kabupaten Way Kanan adalah 9.929,94 Ha, dan berada secara menyebar di
Kec. Bahuga, Way Tuba, Negeri Agung, Negeri Besar, dan Pakuan Ratu.
3. Kawasan Rawan Kebakaran Hutan
Kawasan rawan kebakaran hutan yang berada di Kabupaten Way Kanan adalah di Kawasan
Hutan Lindung Bukit Punggur, Saka dan Gilham Tami.

IV-7
LAPORAN AKHIR
4.2.2 Rencana Kawasan Budidaya
Rencana kawasan budidaya di Kabupaten Way Kanan terdiri dari kawasan peruntukan hutan
produksi, pertanian, perikanan, pertambangan, industri,pariwisata, permukiman, pertahanan dan
keamanan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dan Gambar berikut.

Tabel 4. 3 Rencana Kawasan Budidaya


No Pola Ruang Fungsi Luas (Ha)
1 Kawasan Peruntukan Permukiman Perdesaan 16.166,02
2 Kawasan Peruntukan Permukiman Perkotaan 19.010,74
3 Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Tetap 61.526,70
4 Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Kering 50.688,47
5 Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Basah 51.952,87
6 Kawasan Peruntukan Perkebunan Kawasan 91.749,37
7 Kawasan Peruntukan Pertanian Hortikultura Budidaya 23.984,30
8 Kawasan Peruntukan Budidaya Perikanan 10.145,13
9 Kawasan Peruntukan Pertambangan 769,19
10 Kawasan Peruntukan Industri 60,73
11 Kawasan Peruntukan Pariwisata 921,39
12 Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan 104,72
Kawasan Budidaya 327.079,65
Sumber: Hasil Analisis, 2017.

4.2.2.1 Kawasan Peruntukan Hutan Produksi


Kawasan peruntukan hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan. Hutan Produksi terbagi menjadi dua, yaitu hutan produksi tetap dan hutan
produksi terbatas. Berdasarkan hasil rencana luas hutan produksi tetap di Kabupaten Way Kanan
yaitu 61.526,70 Ha.
Adapun kriteria dari masing-masing hutan produksi tersebut adalah:
1. Hutan Produksi Terbatas (HPT)
Kawasan Hutan dengan faktor-faktor kelas lereng lapangan, kelas tanah dan kelas intensitas
hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai total nilai (skor)
125-174.
2. Hutan Produksi Tetap (HP)
Kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng lapngan, kelas tanah dan kelas intensitas
hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai total nilai (skor)
kurang dari 124.

LAPORAN AKHIR
LAPORAN AKHIR
Tabel 4. 4 Luas Kawasan Hutan Produksi di Kabupaten Way Kanan

Hutan Produksi Register Luas Keterangan


Rebang 42 13.151,50 sudah ditata batas
Sungai Muara Dua 44 21.172,58
Way Giham Tahmi - 12.655,95
Way Hanakau 46 20017,29
Luas 66.997,32
Sumber: Kepmenhut No.256/KPTS-II/2000

Dalam memanfaatkan hutan produksi yang ada, maka Dinas Kehutanan Kabupaten Way Kanan
mengembangkan program Hutan Tanaman Industri, dengan prioritas utama pada lokasi register 42,
44, dan 46. Adapun komoditas hasil hutan di Hutan Tanaman Industri tersebut adalah kayu rimba
campuran, kayu jati, sengon, akasia.

4.2.2.2 Kawasan Peruntukan Pertanian


Kawasan peruntukan pertanian di Kabupaten Way Kanan meliputi kawasan pertanian tanaman
pangan, kawasan pertanian holtikultura, kawasan perkebunan, dan kawasan peternakan.
A. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan
Kawasan pertanian tanaman pangan meliputi kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah
dan kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering.
a. Pertanian Tanaman Pangan pada Lahan Basah
Pertanian lahan basah adalah sistem usaha tani dengan menggunakan irigasi ataupun
sistem tadah hujan. Adapun sistem irigasi yang digunakan bisa berupa irigasi teknis,
irigasi setengah teknis, dan irigasi sederhana. Irigasi di Kabupaten Way Kanan masih
mengandalkan pengairan dari Sungai Way Umpu.
Pengembangan pertanian lahan basah diarahkan pada Pertanian Tanaman Pangan
Lahan Basah dengan irigasi teknis. Di tahun 2031 Kawasan Pertanian Tanaman Pangan
Lahan Basah diarahkan mencapai luas 51.952,87 Ha.
Adapun lokasi pengembangan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah adalah
di sebagian Kecamatan Baradatu, Way Tuba, Bahuga, Buay Bahuga, Bumi Agung, Negeri
Agung.
b. Pertanian Tanaman Pangan pada Lahan Kering
Dalam ilmu pertanian jenis pertanian ini dikenal denganpertanian tanpa genangan atau
unirrigated land, seperti tanaman palawija, kacang-kacangan, jagung dan lain-lain
(Tejoyuwono, 1989). Secara eksisting jenis tanamanpertanian lahan kering yang
bertumbuh di Kabupaten Way Kanan adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai,
kacan hijau, dan kacang tanah. Jenis pertanian lahan kering inidikembangkan pada lahan
yang bersesuaian, baik berdasarkan peta kesesuaian lahanmaupun fakta lapangan.
Kegiatan ini diarahkan untuk diintensifkan di beberapa kecamatan, seperti

LAPORAN AKHIR
KecamatanPakuan Ratu, Negeri Agung, Blambangan Umpu, Way Tuba, Bahuga, Negara
Batin, dan Negeri Besar dengan luas 50.688,47 Ha.
B. Kawasan Pertanian Hortikultura
Ciri khas dari pertanian hortikultura ini adalah tanaman lahankering yang bernilai ekonomi
tinggi (Tejoyuwono, 1989), seperti sayur-sayuran. Komoditas pertanian hortikultura yang
terdapat di Kabupaten Way Kanan adalah:
a. Sayur-sayuran: cabe, kacang panjang, terong, dan ketimun
b. Buah-buahan: mangga, pisang, pepaya dan nanas
Pengembangan pertanian hortikultura diarahkan di Kecamatan Negeri Besar, Rebang Tangkas,
Kasui, Banjit, dan Baradatu. Luas rencana peruntukan kawasan pertanian hortikultura adalah
23.984,30 Ha.
C. Kawasan Perkebunan
Sektor perkebunan selama ini mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah
Kabupaten Way Kanan. Sub-sektor perkebunan terus dikembangkan dengan melibatkan
perkebunan rakyat dan perkebunan skala besar. Luas kawasan peruntukan perkebunan hingga
tahun 2031 adalah 91.749,37 Ha.
Beberapa tanaman yang perkebunan yang bersifat kerakyatan yaitu perkebunan kopi, lada,
kakao, kelapa dalam, dan tebu, sementara perkebunan skala besar diarahkan untuk tanaman
tebu, karet, dan kelapa sawit yang produktivitasnya cukup tinggi. Secara signifikan
pengembangan komoditas perkebunan ini diarahkan untuk pengembangan kegiatan industri
yang pada akhirnya bermuara pada kebijakan ekonomi kerakyatan.
a. Perkebunan kerakyatan, berupa :
- Komoditas kopi, Berdasarkan hasil identifikasi dari Way Kanan dalam Angka Tahun 2017,
hasil terbesar komoditas kopi terdapat pada Kecamatan Banjit sebesar 2.934 ton,
Kecamatan Kasui sebesar 2.565 ton dan Kecamatan Rebang Tangkas sebesar 966 ton.
Ketiga kecamatan ini diarahkan menjadi sentra kopi di Kabupaten Way Kanan.
- Komoditas lada, Berdasarkan hasil identifikasi dari Way Kanan dalam Angka Tahun 2017,
kecamatan yang memberikan pasokan terbesar yaitu Kecamatan Kasui sebesar 110 ton,
Kecamatan Gunung Labuhan 131 ton dan Kecamatan Baradatu 47 ton serta Kecamatan
Rebang Tangkas sebesar 50 ton. Keempat kecamatan ini diarahkan menjadi sentra lada di
Kabupaten Way Kanan.
- Komoditas kakao, Berdasarkan hasil identifikasi dari Way Kanan dalam Angka Tahun 2017,
kecamatan yang memberikan pasokan terbesar yaitu Kecamatan Bumi Agung sebesar
446 ton, Kecamatan Kasui sebesar 578 ton, dan Kecamatan Rebang Tangkas sebesar 595
ton.
- Kelapa Dalam, Berdasarkan hasil identifikasi dari Way Kanan dalam Angka Tahun 2017,
kecamatan yang memberikan pasokan terbesar yaitu Kecamatan Negara Batin sebesar
750 ton, Kecamatan Banjit sebesar 300 ton, Kecamatan Way Tuba sebesar 450 ton,
Kecamatan Neger Agung 315 ton, Kecamatan Pakuan Ratu 450 ton dan Kecamatan
Baradatu sebesar 270 ton.
b. Perkebunan skala besar, berupa : tebu, karet, dan kelapa sawit, Berdasarkan hasil identifikasi
dari Way Kanan dalam Angka Tahun 2017, jumlah produksi perkebunan besar untuk
komoditas tebu adalah 541.548 ton, karet sebesar 90.160 ton, dan kelapa sawit sebesar 15.126
ton.
D. Kawasan Peternakan
Kawasan peternakan yang dikembangkan di Kabupaten Way Kanan adalah kawasan budidaya
ternak besar (sapi dan kerbau), ternak kecil (kambing dan domba), dan sentra peternakan unggas.
a. Pengembangan sentra peternakan ternak besar berada di Kec. Negeri Batin, Blambangan
Umpu, Banjit, Bahuga, dan Buay Bahuga.
b. Pengembangan sentra peternakan ternak kecil berada di Kec. Blambangan Umpu, Rebang
Tangkas, Negeri Batin, Baradatu, dan Gunung Labuhan
c. Pengembangan sentra peternakan unggas berada di Kec. Negari Batin, Baradatu, Way Tuba,
Gunung Labuhan, Blambangan Umpu, Kasui, dan Bumi Agung.

4.2.2.3 Kawasan Peruntukan Perikanan


Kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Way Kanan dibagi menjadi dua, yaitu: kawasan
peruntukan perikanan tangkap dan kawasan peruntukan perikanan budidaya.

Kawasan peruntukan perikanan tangkap meliputi seluruh badan sungai di wilayah Kabupaten Way
Kanan. Sedangkan kawasan peruntukan perikanan budidaya berupa budidaya pembibitan dan
budidaya pembesaran dengan luas rencana peruntukan kawasan perikanan adalah 10.145,13 Ha.

Adapun untuk menetapkan kawasan perikanan, digunakan pendekatan kesesuaian lahan untuk
kawasan budidaya air tawar, yaitu:
1. Kelerengan lahan < 8 %
2. Persediaan air cukup
3. Jauh dari sumber pencemaran, baik pencemaran domestik maupun industri.
4. Kualitas air baik (memenuhi kriteria kualitas air untuk budidaya perikanan).

Selain melihat kriteria kesesuaian lahan di atas, maka fakta mengenai produktivitas dan jumlah
petani ikan juga dipertimbangkan. Berdasarkan hasil identifikasi dari Way Kanan dalam Angka Tahun
2017, produksi budidaya perikanan di Kabupaten Way Kanan mencapai 1.583,98 ton. Hal ini
menunjukkan budidaya perikanan di Kabupaten Way Kanan belum terkelola secara optimal.
Memperhatikan luas lahan dan ketersediaan air dengan puluhansungai yang ada, diperlukan adanya
terobosan baru agar budidaya perikanan kolam, sungai dan danau lebih ditingkatkan.
Pengembangan budidaya perikanandarat di danau dan sungai sebaiknya dihindari penggunaan jaring
apung/karamba, karena rawan menimbulkan pencemaran danau/sungai itusendiri.Budidaya
perikanandarat diarahkan didikembangkan dalam bentuk kolam dan sungai. Berkenaan dengan
pengembangan terkini daribudidaya perikanan kolam, pendekatan minapolitan perlu dilakukan
terutama di kawasan pertanian lahan basah (minapadi).

4.2.2.4 Kawasan Peruntukan Pertambangan


Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan didasarkan pada potensi bahan tambang dan
lokasi usaha tambang yang ada di Kabupaten Way Kanan. Berdasarkan hasil analisis terhadap kedua
hal tersebut, maka luas rencana peruntukan kawasan pertambangan di Kabupaten Way Kanan
adalah 769,19 Ha, terdiri atas:

1. Kawasan peruntukan pertambangan mineral berada di Kecamatan Way Tuba, Kecamatan


Blambangan Umpu, Kecamatan Baradatu, Kecamatan Banjit, Kecamatan Kasui, Kecamatan
Gunung Labuhan dan Kecamatan Pakuan Ratu; dan
2. Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan gas bumi yang berada di Kecamatan Negara
Batin, Kecamatan Pakuan Ratu Bahuga, Kecamatan Buay Bahuga, Kecamatan Bumi Agung,
Kecamatan Negeri Agung, Kecamatan Blambangan Umpu, Kecamatan Way Tuba, Kecamatan
Kasui dan Kecamatan Rebang Tangkas.
Kawasan peruntukan pertambangan, pada dasarnya berada pada lahan perkebunan, pertanian
tanaman pangan (lahan kering dan lahan basah) dan permukiman, karena pemanfaatan lahan untuk
pertambangan tidak bersifat tetap, hanya dapat dimanfaatkan selama ketersediaan bahan
tambangnya masih ada. Begitu telah usai pemanfaatan untuk kegiatan pertambangan, maka harus
direvitalisasi kembali kepada pemanfaatan aslinya, yaitu perkebunan, pertanian tanaman pangan,
dan permukiman.

Berdasarkan informasi dari geologi binaan, di Kabupaten Way Kanan terdapat beberapa bahan
galian antara lain emas dan perak berada nada cetakan biji emas di dalam batuan atau urat-urat yang
mengandung kwarsa (SiO2) yang sudah mengalami pelapukan. Juga sebagai hasil pelapukan dari
endapan vertikal emas yang dialirkan oleh sungai-sungai sekitar, yang terdapat dibeberapa
kecamatan yaitu Blambangan Umpu, Baradatu dan Banjit.

Data tentang endapan mineral di Kabupaten Way Kanan belum banyak ditemukan sehingga
besarnya potensi edapan bahan belum banyak diketahui dengan pasti. Tetapi berdasarkan literatur
dan peta geologi dapat diinventarisir bahwa potensi bahan tambang utama yang ada di Kabupaten
Way Kanan, yaitu:
1. Andesit.
3
Potensi bahan galian Andesit diperkirakan sebesar 176,9 juta m , yang terdapat beberapa

kecamatan, seperti: Kecamatan Blambangan Umpu, Kecamatan Way Tuba (Kampung Bukit
Gemuruh), Kecamatan Banjit (Kampung Jukuh Batu), Kecamatan Kasui dan Kecamatan
Baradatu (Kampung Banjar Baru).
2. Riodasit.
3
Kandungan bahan galian Riodasit diperkirakan sebesar 3 jutam , yang terdapat di Kecamatan

Blambangan Umpu.
3. Marmer.
3
Besarnya kandungan bahan galian marmer diperkirakan sekitar 15,8 jutam yang terdapat di

Kecamatan Blambangan Umpu


4. Zeolit.
3
Bahan galian Zeolit diperkirakan sebesar 16,8 juta m yang terdapat di Kecamatan Blambangan

Umpu
5. Phospat.
Bahan galian phospat terdapat di Kecamatan Blambangan Umpu, sedangkan besarnya potensi
kandungan bahan galian ini belum diketahui.
6. Kaolin.
Besarnya kandungan bahan galian Kaolin yang terdapat di Kampung Tanjung Raya Giham,
3
Kecamatan Blambangan Umpu diperkirakan sebesar 7,5jutam , sedangkan di tempat lain

belum diketahui secara pasti besarnya kandungan bahan galian tersebut seperti di Kecamatan
Bahuga.
7. Benthonite.
3
Bahan galian ini diperkirakan memiliki kandungan sekitar 60 juta m , terdapat di Kecamatan

Blambangan Umpu.
8. Tufa.
3
Volume bahan galian Tufa diperkirakan sebesar 123,6juta m , yang terdapat di Kecamatan

Blambangan Umpu (Kampung Sidoarjo) dan di Kecamatan Baradatu.


9. Pasir Batu (Sirtu).
3
Potensi bahan galian ini diperkirakan sebesar1 ,3jutam , terdapat di Kecamatan Blambangan

Umpu, Kecamatan Baradatu dan Kecamatan Banjit.


10. Batu Gamping.
Bahan galian ini diperkirakan terdapat di Kecamatan Blambangan Umpu, tetapi besarnya
kandungan Batu Gamping tersebut belum diketahui secara pasti.
11. Lempung/Tanah Liat.
3
Bahan galian Lempung/Tanah Liat ini diperkirakan memiliki kandungan sebesar 0,4juta m ,

yang terdapat di Kecamatan Blambangan Umpu.


12. Basalt.
3
Kandungan bahan galian basalt diperkirakan sebesar 0,4 juta m , yang terdapat di Kecamatan

Banjit (Kampung Jukuh Batu).


Tabel 4. 5 Potensi Bahan Galian Tambang di Kabupaten Way Kanan
No Jenis Bahan Galian Bahan Galian Kandungan Lokasi
Formasi Baturaja dan Talang
Minyak Bumi 2.500 – 2.800 feet
Akar
- Cadangan
Minyak dan Hipotetik - Kampung Bukit Gemuruh
1
Batubara 131.250.000 ton Kec. Way Tuba
Batubara
- Luas ± 6.250.000 - Pakuan Ratu Formasi
m2 dan tebal 1,5 Muara Enim
m
- Cadangan Primer
= 6, 12.000 ton Dusun Ojolali Kampung
2 Mineral dan Logam Emas - Cadangan Gistang Kecamatan
Sekunder = Blambangan Umpu
258.309 ton
Kampung Harapan
Zeloit ± 17.000.000 m3
Kecamatan Way Tuba
- Kampung Tanjung Raja
Giham
± 7.500.000 m3 atau
- Kecamatan Blambangan
Kaolin 10.000 ton,Tebal
Umpu
2m, Luas 500 Ha
- Kampung Beringin Jaya
Kecamatan Way Tuba
- Kampung Gunung
Sangkaran Kecamatan
Blambangan Umpu
- Kampung Negeri Batin
Kecamatan Blambangan
± 60.000.000 m3
Bentonit 3 Umpu
± 3.500 m
- Kampung Gunung
Sangkaran (Talang Plastik)
Bahan Galian
3 Kecamatan Blambangan
Industri
Umpu

- Bukit Gemuruh Kecamatan


Way Tuba
± 47.000.000 m3 - Kampung Jukuh
± 500.000 m3 Kecamatan Way Tuba
Andesit
± 56.000.000 m3 - Kampung Campur
± 70.000.000 m3 Kecamatan Banjit –
Kecamatan Badaratu

Kampung Harapan Nasip


Ridosit ± 4.000.000 m3
Kecamatan Way Tuba
Kampung Harapan Nasip
Marmer ± 350.000.000 m3
Kecamatan Way Tuba
± 94.000.000 m3 - Kampung Sidoarjo
Tufa
± 30.500.000 m3 Kecamatan Blambangan
No Jenis Bahan Galian Bahan Galian Kandungan Lokasi
Umpu
- Kampung Campur Sari
Kecamatan Badaratu
- Gunung Katun dan Talang
Padang Kecamatan Banjit
± 145.000.000 m3 - Menanga Siamang dan
Sirtu
± 311.000 m3 Jukuh Batu Kecamatan
Banjit

Jukuh Batu Kecamatan


Basalt ± 37.500 m3
Banjit
Banjar Masin Kecamatan
Breksi Vulkanik ± 17.000.000 m3
Gunung Labuhan
Sungai Beti Beti Kampung
Batu Mulia ± 45.000 m3 Lembasung Kecamatan
Blambangan Umpu
Kayu Terkerisikan/ Bukit Gemuruh Kecamatan
Belum diketahui
Fosil Way Tuba
Sumber: RTRW Kabupaten Way Kanan, 2011-2031.

Bahan galian Batubara dan emas merupakan bahan tambang yang diperkirakan akan menjadi bahan
galian andalan. Kandungan masing-masing bahan galian tersebut, batu bara adalah 131.250.000 ton
di Kecamatan Way Tuba dan Kecamatan Pakuan Ratu, sedangkan emas untuk cadangan primer 61
2.000 ton dan untuk cadangan sekunder 258.309 ton keduanya terdapat di Kecamatan Blambangan
Umpu.
Saat ini kedua jenis bahan tambang tesebut belum diekploitasi, namun jika kedepannya dikelola
dengan maksimal, efektif, dan efisien diperkirakan bahan tambang ini akan menjadi salah satu
komoditas unggulan Kabupaten Way Kanan.
Dalam mengelola usaha pertambangan, pemerintah menetapkan wilayah pertambangan(WP), yang
terdiri dari wilayah usaha pertambangan (WUP), wilayah pertambanganrakyat (WPR) dan wilayah
pencadangan negara (WPN).
1. Wilayah usaha pertambangan (WUP), adalah bagian dari wilayah pertambangan (WP) yang
telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi geologi. WUP ditetapkan oleh
pemerintah pusat melalui koordinasi dengan pemerintah provinsi.
2. Wilayah pertambangan rakyat (WPR), adalah bagian dari wilayah pertambangan (WP) tempat
dilakukannya usaha pertambangan rakyat. WPR ditetapkan oleh bupati/walikota, sesuai pasal
21, UU nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan. Kriteria untuk menetapkan wilayah
pertambangan rakyat (WPR) adalah :
a. Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan/atau di antara tepi
dan tepi sungai;
b. Mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan kedalaman maksimal25 m
(dua puluh lima) meter;
c. Endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba;
d. Luas maksimal wilayah pertambangan rakyat adalah 25 (dua puluh lima)hektare;
e. Menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang; dan/atau
f. Merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan
sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun.
Wilayah pencadangan negara (WPN), adalah bagian dari wilayah pertambangan (WP) yang
dicadangkan untuk kepentingan strategis nasional. Penetapan wilayah pencadangan negara (WPN)
dilakukan oleh pemerintah pusat dengan tetap memperhatikan aspirasi daerah sebagai daerah yang
dicadangkan untuk komoditas tertentu dan daerah konservasi dalam rangka menjaga keseimbangan
ekosistem dan lingkungan. WPN yang ditetapkan untuk komoditas tertentu dapat diusahakan
sebagian luasnya, sedangkan WPN yang ditetapkan untuk konservasi ditentukan batasan waktunya.
WPN yang diusakan sebagaian luasnya statusnya berubah menjadi wilayah usaha pertambangan
khusus (WUPK). Perubahan status WPN menjadi WPUK dapat dilakukan dengan pertimbangan
sebagai berikut:
a. Pemenuhan bahan baku industri dan energi dalam negeri;
b. Sumber devisa negara;
c. Kondisi wilayah didasarkan pada keterbatasan sarana dan prasarana;
d. Berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi;
e. Daya dukung lingkungan;
f. Penggunaan teknologi tinggi dan modal investasi yang besar.
Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan di Kabupaten Way Kanan terdiri dari Wilayah
Usaha Pertambangan (WUP) dan Wilayah Pertambangan Rakyat yang dilakukan di Wilayah
Pertambangan (WP) yang tersebar di seluruh kecamatan yang memiliki potensi potensi bahan
tambang mineral serta minyak dan gas bumi.

4.2.2.5 Kawasan Peruntukan Industri


Mengingat semakin terbatasnya luas lahan untuk kegiatan usaha pertanian serta perlunya
peningkatan SDM masyarakat, maka kegiatan industri yang berbasis agro perlu didorong
pertumbuhannya. Oleh karena itu industri pengolahan hasil pertanian dan perikanan perlu mendapat
prioritas utama dalam pengembangan ekonomi kerakyatan. Industri Agro dikembangkan pada
Kawasan Agropolitan yang melingkupi Kota Terpadu Mandiri (KTM) Way Tuba dengan wilayah
hinterlandnya adalah Kecamatan Bumi Agung, Buay Bahuga, dan Bahuga dengan luas 60,73 Ha.

4.2.2.6 Kawasan Peruntukan Pariwisata


Kawasan peruntukan pariwisata merupakan kawasan dengan peruntukan untuk pengembangan
aktifitas pariwisata baik pariwisata budaya, pariwisata alam, maupun pariwisata buatan. Kawasan
pariwisata yang ada di Kabupaten Way Kanan ini direncanakan luas peruntukan pariwisata yaitu
921,39 Ha yang terdiri atas :

1. Kawasan peruntukan pariwisata budaya meliputi wisata adat budaya (Kecamatan Kasui, Banjit,
Pakuan Ratu, Negara Batin, Negeri Besar), seni kerajinan, dan situs purbakala (makam raja dan
peninggalan barang prasejarah).
2. Kawasan peruntukan pariwisata alam meliputi 13 wisata alam air terjun yang terletak di
beberapa tempat, air panas/belerang di Kecamatan Banjit dan Way Tuba, hutan wisata di
Kecamatan Bahuga, serta wisata sungai di 5 lokasi.
3. Kawasan peruntukan pariwisata buatan meliputi wisata danau (Way mencar, Sidoarjo, dan
Way Umpu), wisata off road di Kecamatan Rebang Tangkas, serta wisata agro perkebunan
karet, kopi, kakao, coklat, lada dan kelapa sawit di Kecamatan Blambangan Umpu, Kasui,
Banjit, Baradatu, Bahuga, dan Pakuan Ratu.

4.2.2.7 Kawasan Peruntukan Permukiman


Kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Way Kanan akan dikembangkan pada kawasan-
kawasan yang berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan lindung, kawasan hutan dan
kawasan rawan bencana serta memiliki daya dukung yang kuat untuk kegiatan permukiman. Dalam
menentukan kawasan peruntukan permukiman, digunakan pendekatan kesesuaian lahan
permukiman, lokasi permukiman eksisting, kebutuhan minimal lahan permukiman, serta alokasi
lahan untuk peruntukan lainnya.
1. Ditinjau dari kesesuaian lahannya
Luas wilayah yang sesuai untuk kawasan budidaya adalah 339.529,76 Ha.
2. Ditinjau dari lokasi sebaran permukiman eksisting.
Seiring dengan perkembangan kegiatan ekonomi yang relatif cukup pesat pada pusat-pusat
kecamatan, khususnya di Kecamatan Kasui, Banjit dan Baradatu yang terletak di sebelah
selatan pusat kota Blambangan Umpu serta Kecamatan Buay Bahuga yang terletak di sebelah
utara Blambangan Umpu. Kecenderung masyarakat untuk mendirikan permukiman di sekitar
kawasan tersebut diantaranya disebabkan oleh tingkat aksesibilitas pada kawasan tersebut
relatif cukup mudah dan tingkat pelayanan fasilitas yang lebih baik dibandingkan kecamatan
lainnya.
3. Alokasi lahan budidaya terbangun untuk permukiman
Alokasi lahan budidaya terbangun, yang meliputi bangunan Sarana Perkotaan, infrastruktur
jalan, kawasan industri, mencapai 81.378,85 Ha. Diasumsikan alokasi lahan terbangun untuk
permukiman mencapai ± 40-45% dari luas potensi lahan terbangun.
4. Kebutuhan minimal lahan permukiman
Dengan memperhitungkan proyeksi penduduk hingga tahun 2031 dan klasifikasi lahan
2 2
perumahan untuk rumah besar (900 m /persil), sedang (500 m /persil), dan kecil (100
2
m /persil), maka dapat dihitung luas kebutuhan minimal lahan permukiman, yaitu ± 3.575,02

Ha.
Dengan mempertimbangkan ketiga hal di atas, maka ditetapkan kawasan peruntukan permukiman
di Kabupaten Way Kanan dibagi menjadi 2 (dua) yaitu permukiman perkotaan dengan luas 19.010,74
Ha dan permukiman pedesaan dengan luas 16.166,02 Ha.

4.2.2.8 Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan


Kawasan peruntukan lainnya adalah kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan tertentu dengan
fungsi-fungsi khusus, dalam hal ini fungsi khusus yang ada di Kabupaten Way Kanan adalah fungsi
pertahanan dan keamanan. Elemen kawasan peruntukan pertahanan keamanan di Kabupaten Way
Kanan mencakup:
a. Komando Distrik Militer (KODIM) Way Kanan
b. Kepolisian Resort (POLRES) Way Kanan
c. Komando Rayon Militer (KORAMIL) terletak menyebar di seluruh kecamatan
d. Kepolisian Sektor (POLSEK) terletak menyebar di seluruh kecamatan
e. Bandara Gatot Subroto
Terkait dengan kawasan peruntukan lainnya ini, maka Pemerintah Kabupaten perlu mengalokasikan
lahan untuk pembangunan Koramil dan Polsek yang ada di setiap kecamatan yaitu dengan luas
kawasan peruntukan petahanan dan keamanan 104,72 Ha.

Anda mungkin juga menyukai