Daftar Isi..................................................................................................................................... 1
Pendahuluan............................................................................................................................. 2
Definisi........................................................................................................................................ 2
Epidemiologi............................................................................................................................. 3
Etiologi........................................................................................................................................ 4
Patofisiologi.............................................................................................................................. 5
Gejala Klinis.............................................................................................................................. 7
Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................... 8
Diagnosis................................................................................................................................. 12
Tatalaksana............................................................................................................................. 13
Medikamentosa..................................................................................................................... 18
Komplikasi.............................................................................................................................. 18
Prognosis................................................................................................................................. 19
Daftar Pustaka......................................................................................................................................... 20
1
1. Pendahuluan
Terdapat beberapa penyebab gangguan nafas pada bayi baru lahir, salah satu
diantaranya adalah sindrom aspirasi mekonium. Mekonium adalah kotoran intestinal
yang berbentuk cairan kental berwarna hijau gelap yang terdiri dari sel epitel usus,
lanugo, lendir dan skeresi usus (misalnya: cairan empedu) yang dikeluarkan pertama kali
oleh bayi baru lahir. Sekresi usus, sel mukosa, dan elemen padat dari cairan amnion yang
tertelan merupakan 3 elemen padat utama mekonium. Air merupakan elemen cair utama
terdiri dari 85-95% dari mekonium. 1
Aspirasi mekonium pada cairan amnion dapat terjadi sebelum atau selama
persalinan. Karena mekonium jarang ditemukan pada cairan amnion sebelum 34 minggu,
aspirasi mekonium terutama terjadi pada bayi aterm dan posterm.
Pada negara berkembang dimana perawatan prenatal masih kurang dan kelahiran
dirumah masih umum, insidensi sindrom aspirasi mekonium lebih tinggi dibanding
negara maju dan berhubungan dengan tingkat kematian yang tinggi.1 Oleh karena itu
penting bagi para tenaga medis untuk mengetahui mengenai diagnosis, penatalaksanaan
dan pencegahan untuk penyakit ini.
2. Definisi
Mekonium adalah kotoran intestinal yang berbentuk cairan kental berwarna hijau
gelap yang terdiri dari sel epitel usus, lanugo, lendir dan skeresi usus (misalnya: cairan
empedu) yang dikeluarkan pertama kali oleh bayi baru lahir. 1
2
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan nafas pada bayi baru lahir melalui
cairan amnion bercampur mekonium dengan gambaran radiologis yang khas dan
gejalanya tidak dapat dijelaskan.3
1. Takipnea
5. Sianosis
3. Epidemiologi
Amerika Serikat
Pada dunia industri, mekonium dalam cairan amnion dapat dideteksi pada 8-25%
kelahiran setelah kehamilan 34 minggu. Dulu, sekitar 10% bayi baru lahir dengan
mekonium dalam cairan amnion megalami sindrom aspirasi mekonium. Perubahan dalam
praktek obstetrik dan neonatus nampaknya menurunkan insidensi sindrom aspirasi
mekonium.5
3
Internasional
Pada Negara berkembang dimana perawatan prenatal masih kurang dan kelahiran
dirumah masih umum, insidensi sindrom aspirasi mekonium lebih tinggi dan
berhubungan dengan tingkat kematian yang tinggi.
Mortalitas/Morbiditas
Tingkat mortalitas untuk sindrom aspirasi mekonium yang dihasilkan dari penyakit
parenkim paru berat dan hipertensi pulmonal adalah setinggi 20%. Komplikasi lain
termasuk air block syndrome (misalnya: pneumotoraks, pneumomediastinum,
pneumoperikardium) dan emfisema interstisial paru, yang terjadi pada 10-30% bayi
dengan sindrom aspirasi mekonium.
Ras
Sex
Umur
Sindrom aspirasi mekonium merupakan penyakit pada bayi baru lahir, khususnya pada
bayi yang lahir sesuai tanggal taksiran atau lebih.6
4. Etiologi
Faktor yang mendorong pengeluaran mekonium intrauterin adalah sebagai
berikut1:
- Insufusiensi plasenta
- Hipertensi maternal
- Preeklamsia
- Oligohidramnion
- Pengguaan obat-obatan semasa kehamilan, terutama tembakau dan kokain
- Infeksi maternal / korioamnionitis
4
- Hipoksia fetus
5. Patofisiologi
Dalam rahim pengeluaran mekonium dihasilkan dari rangsangan saraf dari
saluran gastrointestinal yang telah matang dan biasanya akibat dari stress hipoksia fetus.
Begitu fetus mencapai aterm, traktus gastrointestinal menjadi matang, dan stimulasi
vagus dari kompresi kepala atau saraf tulang belakang dapat menyebabkan peristaltik dan
relaksasi sfingter anus menyebabkan keluarnya mekonium.
b. Disfungsi Surfaktan
5
c. Pneumonitis Kimia
Enzim, asam empedu, dan lemak pada mekonium mengiritasi saluran nafas dan
parenkim, menyebabkan pelepasan sitokin (termasuk TNF, IL-6, IL-8, IL-13, IL-1AY)
dan menyebabkan pneumonitis luas yang dapat dimulai dalam beberapa jam setelah
aspirasi.
Banyak bayi dengan sindrom aspirasi mekonium memiliki hipertensi pulmonal persisten
pada bayi baru lahir (PPHN) sebagai akibat dari stress intrauterin kronik dan penebalan
pembuluh darah pulmonal. PPHN kemudian menyebabkan hipoksemia yang sebabkan
oleh sindrom aspirasi mekonium. Akhirnya, walaupun mekonium steril, kehadirannya
pada saluran nafas dapat menjadi predisposisi terjadinya infeksi pulmonal pada bayi.
6
Gambar 1. Patofisiologi pengeluaran
mekonium dan sindrom aspirasi mekoium.4
6. Gejala Klinis
Adanya mekonium dalam air ketuban dibutuhkan untuk menyebabkan sindrom
aspirasi mekonium, tapi tidak semua neonatus dengan air ketuban bercampur mekonium
mengalami sindrom aspirasi mekonium. Adanya mekonium yang kental pada cairan
amnion meningkatkan kecenderungan terjadinya aspirasi.
Pembersihan mekonium dari saluran nafas yang tidak adekuat sebelum nafas
pertama dan penggunaan ventilasi tekanan positif sebelum membersihkan jalan nafas dari
mekonium meningkatkan kecenderungan neonatus mengalami sindrom aspirasi
mekonium.
7
Urin berwarna hijau dapat terjadi pada bayi baru lahir dengan sindrom aspirasi
mekonium kurang dari 24 jam setelah kelahiran. Pigmen mekonium dapat diserap oleh
paru dan dieksresikan melalui urin.
- Sianosis
- End-expiratory grunting
- Nafas cuping hidung
- Retraksi interkosta
- Takipnea
- Barrel chest
- Auskultasi ronki basah dan kering (pada beberapa kasus)
Kuku jari tangan, tali pusarm dan kulit berwarna kuning kehijauan dapat
ditemukan.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Analisa gas darah yaitu pengukuran pH, tekanan parsial karbon dioksida
(pCO2), tekanan parsial oksigen (pO2), dan pengukuran oksigen kontinu
dengan pulse oximetry penting untuk tatalaksana yang sesuai.
8
2. Elektrolit
3. Darah Lengkap
Kehilangan darah intrauterin atau perinatal, dan juga infeksi berperan pada
stress postnatal. Kadar hemoglobin dan hematokrit harus cukup untuk
memastikan kapasitas pembawa hemoglobin adekuat. Trombositopenia
meningkatkan resiko perdarahan pada neonatus. Neutropenia atau neutrofilia
dengan pergeseran ke kiri pada hitung jenis dapat mengindikasikan infeksi
bakteri perinatal.
Polisitemia dapat hadir sekunder terhadap hipoksia fetus akut atau kronik.
Polisitemia berhubungan dengan penurunan aliran darah paru dan dapat
memperburuk hipoksia berhubungan dengan sindrom aspirasi mekonium dan
hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir.
b. Pencitraan
9
diafragma. x-ray toraks yang normal pada bayi denga hipoksia berat dan tidak ada
malformasi jantung mengarah pada diagnosis hipertensi pulmonal.4
10
Gambar 4. Pneumomediastinum dari gas
yang terperangkap dan udara yang bocor.
11
Gambar 6. Pneumonitits kimia luas dari
komponen mekonium.
c. Pemeriksaan lain
8. Diagnosis
Penting untuk memonitor bayi yang lahir melalui cairan amnion bercampur
mekonium terhadap adanya distress pernafasan selama 24 jam. Diagnosis sindrom
aspirasi mekonium didasarkan oleh adanya distress pernafasan pada bayi baru lahir
melalui cairan amnion bercampur mekonium, tanpa adanya penyebab distress pernafasan
lainnya. X-ray toraks dan analisa gas darah sebaiknya dilakukan jika dibutuhkan. Temuan
radiologi klasik pada sindrom mekonium aspirasi adalah overekspansi paru dengan
infiltrat kasar yang luas. Namun, keparahan pola x-ray tidak selalu berhubungan dengan
gambarang klinis. Hubungan yang kurang antara keparahan klinis dan radiografik
memberi kesan bahwa sindrom aspirasi mekonium kurang bergantung pada jumlah
obstruksi mekonium dan kerusakan parenkim dibanding aspek lain dari sindrom aspirasi
mekonium, seperti adanya hipertensi pulmonal pada bayi baru lahir.3
12
9. Tatalaksana
a. Pencegahan sindrom aspirasi mekonium :
- Jika bayi tidak bertenaga (upaya bernafas kurang, tonus otot yang lemah, dan/
atau detak jantung <100x/menit) Gunakan laringoskopi langsung, intubasi,
dan segera sedot trakea setelah kelahiran. Penyedotan tidak lebih dari 5 detik.
Jika mekonium diambil dan tidak terdapat bradikardi, intubasi ulang dan
sedot. Jika detak jantung lemah, berikan ventilasi tekanan positif dan
pertimbangkan penyedotan ulang.
- Jika bayi bertenaga (upaya bernafas normal, tonus otot normal, dan detak
jantung >100x/menit) Jangan melakukan intubasi. Bersihkan sekret dan
13
mekonium dari mulut dan hidung dengan bulb syringe atau large bore suction
catheter.
- Pada kedua kasus, setelah resusitasi awal hal yang perlu dilakukan berikutnya
adalah mengeringkan, merangsang, memposisikan, dan memberikan oksigen.
Pertahankan suhu ruang yang optimal untuk meminimalkan konsumsi oksigen.
Diperlukan penanganan minimal karena bayi-bayi ini mudah mengalami agitasi.
Agitasi meningkatkan right to left shunt, sehingga dapat menyebabkan hipoksia
dan asidosis.
Sedasi seringkali dibutuhkan untuk menurunkan agitasi
Kateter arteri umbilikalis harus dipasang untuk memantau gas darah tanpa
mengagitasi bayi.
Perawatan pernafasan kontinu. Terapi oksigen dengan hood atau tekanan positif
penting dalam mempertahankan oksigenasi arteri yang adekuat. Ventilasi mekanik
dibutuhkan pada sekitar 30% bayi dengan sindrom aspirasi mekonium. Hal ini
meminimalkan tekanan rata-rata jalan nafas dan menggunakan waktu inspirasi
sependek mungkin. Saturasi oksigen harus dipertahankan pada 90-95%.
14
Terapi surfaktan telah umum digunakan untuk menggantikan surfaktan yang tidak
aktif dan sebagai deterjen untuk menghilangkan mekonium. Walaupun
penggunaan surfaktan nampaknya tidak mempengaruhi tingkat kematian, ia dapat
menurunkan keparahan penyakit (penggunaan oksigenasi membran
ekstrakorporeal)k, dan menurunkan lama rawat inap.
Tabel 1. Dosis yang direkomendasikan untuk penggunaan surfaktan eksogen
Walaupun ventilasi konvensional umumnya digunakan, oscillation ventilation dan
jet ventilation merupakan terapi alternatif yang efektif. Hipervetilasi untuk
menginduksi hipokapnea dan mengkompensasi metabolik asidosis sudah bukan
merupakan terapi utama untuk hipertensi pulmonal karena hipokarbia dapat
15
menurunkan perfusi otak (PaCO2 < 30 mmHg). Alkalosis berkepanjangan
menyebabkan kerusakan saraf, sehingga alkalosis harus dihindari pada pasien ini.1
Terapi ventilator dengan tekanan rata-rata jalan nafas dan volum tidal yang
minimal harus digunakan jika terdapat emfisema interstisial pulmonal atau
pneumotoraks.
Pada hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir (PPHN), nitrit oksida
inhalasi merupakan vasodilator paru pilihan. Oksigen juga merupakan vasodilator
yang poten. Penghambat fosfodiesterase, termasuk sildenafil dan milirinone,
digunakan sebagai terapi tambahan untuk PPHN.
Perhatikan tekanan volum darah sistemik dan tekanan darah sistemik. Ekspansi
volum, terapi transfusi, dan vasopresor sistemik penting dalam mempertahankan
tekanan darah sistemik lebih tinggi dari tekanan darah paru, karena itu
menurunkan right-to-left shunt pada pasien dengan Patent Ductus Arteriosus
(PDA).
Pastikan kapasitas pembawa oksigen adekuat dengan mempertahankan
hemoglobin > 13g/dL.
Kortikosteroid tidak direkomendasikan. Tidak cukup bukti yang mendukung
penggunaan steroid pada sindrom aspirasi mekonium.12
Tidak terdapat studi yang menunjukkan bahwa profilaksis antibiotik menurunkan
insidensi sepsis pada neonatus yang lahir melalui cairan amnion yng bercampur
dengan mekonium. Karena itu penggunaan antibiotik diberikan hanya pada pasien
yang mengalami atau diduga mengalami infeksi.
Walaupun Oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO) efektif dalam
penanganan sindrom aspirasi mekonium, ECMO berhubungan dengan hasil
keadaan neurologis yan buruk.
16
Gambar 8. Tatalaksana bayi yang lahir melalui cairan amnion bercampur
mekonium.13
Evaluasi oleh ahli jantung anak juga penting untuk penilaian ekokardiografi untuk
menilai struktur jantung dan keparahan hipertensi pulmonal, dan right-to-left shunt.
Evaluasi ahli neurologi juga penting apabila terdapat kasus ensealopati neonatorum atau
kejang.
17
tambahkan elektrolit, protein, lemak, dan vitamin untuk memastikan kebutuhan nutrisi
adekuat dan mencegah defisiensi asam amino dan asam lemak esensial.
10. Medikamentosa
Nitrit oksida (NO) inhalasi (INOmax) memiliki efek vasodilatasi langsung pada
paru tanpa efek samping hipotensi sistemik. NO secara endogen diproduksi melalui
enzym NO sintetase pada arginin. NO inhalasi ekgen digunakan untuk menurunkan
resisten pembuluh darah paru dan memperbaiki aliran darah paru.
11. Komplikasi
Anak dengan sindrom aspirasi mekonium dapat mengalami penyakit paru kronis
akibat intervensi paru yang sering. Bayi dengan sindrom aspirasi mekonium memiliki
18
insidensi infeksi saluran pernafasan yang sedikit lebih tinggi pada tahun pertama
kehidupan karena paru masih dalam perbaikan.1
12. Prognosis
Tingkat kematian pada bayi dengan mekonium lebih tinggi dibandingkan dengan
bayi tanpa mekonium; aspirasi mekonium cukup terhitung dalam proporsi yang
signifikan terhadap kematian bayi. Masalah paru residu jarang terjadi, namun batuk,
mengi, dan hiperinflasi persisten dapat terjadi 5-10 tahun. Bayi dengan penyakit yang
berat memiliki resiko sebesar 50% mengalami penyakit jalan nafas pada 6 bulan pertama
kehidupan. 1
Prognosis bergantung pada kerusakan susunan saraf pusat akibat asfiksia dan
adanya masalah yang berhubungan seperti hipertensi pulmonal.4 Kejadian prenatal dan
intrapartum yang merangsang pengeluaran mekonium dapat menyebabkan bayi
mengalami defisit neurologis jangka panjang, termasuk kerusakan sistem saraf pusat,
retardasi mental dan serebral palsi.1
19
Daftar Pustaka
1. Clark MB. Meconium Aspiration Syndrome. [homepage on the Internet]. 2012 [cited
2012 Dec 4]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/974110-overview
2. Kosim MS, Yunanto A & Dewi R Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI; 2008.
4. Behrman RE, Kliegman RM & Jenson HB Nelson Textbook of Pediatrics. 6th ed. New
Delhi: Thomson Press; 2006
5. Yoder BA, Kirsch EA, Barth WH, Gordon MC. Changing obstetric practices
associated with decreasing incidence of meconium aspiration syndrome. Obstet Gynecol.
May 2002;99(5 Pt 1):731-9.
6.Singh BS, Clark RH, Powers RJ, Spitzer AR. Meconium aspiration syndrome remains a
significant problem in the NICU: outcomes and treatment patterns in term neonates
admitted for intensive care during a ten-year period. J Perinatol. Jul 2009;29(7):497-503.
7. ACOG Committee No. 346: Amnioinfusion Does Not Prevent Meconium Aspiration
Syndrome. Obstet & Gynecol. Oct 2006;108(4):1053-1055.
10. Vain NE, Szyld EG, Prudent LM, Wiswell TE, Aguilar AM, Vivas NI. Oropharyngeal
and nasopharyngeal suctioning of meconium-stained neonates before delivery of their
20
shoulders: multicentre, randomised controlled trial. Lancet. Aug 14-20
2004;364(9434):597-602.
12. Ward M, Sinn J. Steroid therapy for meconium aspiration syndrome in newborn
infants. Cochrane Database Syst Rev. 2003;CD003485.
13. Vidyasagar, Bhat. Meconium aspiration syndrome. [homepage on the Internet]. 2012
[cited 2012 Dec 4]. Available from: http://www.google.com/imgres?imgurl=http://eso-
cdn.bestpractice.bmj.com/best-practice/images/bp/en-gb/1185-4-
iline_default.gif&imgrefurl=http://bestpractice.bmj.com/best-
practice/monograph/1185/treatment/step-by-
step.html&usg=__1nrdRIw1OV0mYPOQieDUznEmX2Y=&h=459&w=578&sz=11&hl
=id&start=7&zoom=1&tbnid=B_p-_1WpqtaHeM:&tbnh=106&tbnw=134&ei=ZU-
_ULWlLImErQfO8oHoBQ&prev=/search%3Fq%3DMeconium%2Baspiration
%2Bsyndrome%2Btreatment%2Balgorithm%26um%3D1%26hl%3Did%26client
%3Dsafari%26rls%3Den%26tbm%3Disch&um=1&itbs=1
14. Hermansen CL, Lorah KN. Respiratory Distress in the Newborn. American Family
Physician 2007; 76:987-994
21