Anda di halaman 1dari 21

Daftar Isi

Daftar Isi..................................................................................................................................... 1
Pendahuluan............................................................................................................................. 2
Definisi........................................................................................................................................ 2
Epidemiologi............................................................................................................................. 3
Etiologi........................................................................................................................................ 4
Patofisiologi.............................................................................................................................. 5
Gejala Klinis.............................................................................................................................. 7
Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................... 8
Diagnosis................................................................................................................................. 12
Tatalaksana............................................................................................................................. 13
Medikamentosa..................................................................................................................... 18
Komplikasi.............................................................................................................................. 18
Prognosis................................................................................................................................. 19
Daftar Pustaka......................................................................................................................................... 20

1
1. Pendahuluan

Terdapat beberapa penyebab gangguan nafas pada bayi baru lahir, salah satu
diantaranya adalah sindrom aspirasi mekonium. Mekonium adalah kotoran intestinal
yang berbentuk cairan kental berwarna hijau gelap yang terdiri dari sel epitel usus,
lanugo, lendir dan skeresi usus (misalnya: cairan empedu) yang dikeluarkan pertama kali
oleh bayi baru lahir. Sekresi usus, sel mukosa, dan elemen padat dari cairan amnion yang
tertelan merupakan 3 elemen padat utama mekonium. Air merupakan elemen cair utama
terdiri dari 85-95% dari mekonium. 1

Mekonium steril dan tidak mengandung bakteri, faktor utama yang


membedakannya dengan tinja. Distress intrauterin dapat menyebabkan mekonium keluar
ke cairan amnion. Faktor yang mendorong keluarnya mekonium intrauterin adalah
insufisiensi plasenta, hipertensi maternal, preeklamsia, oligohidramnion, dan penggunaan
obat-obatan pada masa kehamilan terutama tembakau dan kokain.1

Aspirasi mekonium pada cairan amnion dapat terjadi sebelum atau selama
persalinan. Karena mekonium jarang ditemukan pada cairan amnion sebelum 34 minggu,
aspirasi mekonium terutama terjadi pada bayi aterm dan posterm.

Pada negara berkembang dimana perawatan prenatal masih kurang dan kelahiran
dirumah masih umum, insidensi sindrom aspirasi mekonium lebih tinggi dibanding
negara maju dan berhubungan dengan tingkat kematian yang tinggi.1 Oleh karena itu
penting bagi para tenaga medis untuk mengetahui mengenai diagnosis, penatalaksanaan
dan pencegahan untuk penyakit ini.

2. Definisi
Mekonium adalah kotoran intestinal yang berbentuk cairan kental berwarna hijau
gelap yang terdiri dari sel epitel usus, lanugo, lendir dan skeresi usus (misalnya: cairan
empedu) yang dikeluarkan pertama kali oleh bayi baru lahir. 1

2
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan nafas pada bayi baru lahir melalui
cairan amnion bercampur mekonium dengan gambaran radiologis yang khas dan
gejalanya tidak dapat dijelaskan.3

Gangguan nafas adalah suatu keadaan meningkatnya kerja pernafasan yang


ditandai dengan 2:

1. Takipnea

2. Retraksi interkosta dan atau substernal

3. Nafas cuping hidung

4. Merintih atau grunting

5. Sianosis

6. Apnu atau henti nafas

7. Dalam beberapa jam sesudah lahir didapatka gejala distress respirasi


(takipnea, retraksi, nafas cuping hidung, dan grunting)

8. Bila takipnea, retraksi, pernafasan cuping hidung, dan grunting menetap


beberapa ja msetelah lahir, ini merupakan indikasi adanya gangguan nafas
yang harus dilakukan tindakan segera.

3. Epidemiologi
Amerika Serikat

Pada dunia industri, mekonium dalam cairan amnion dapat dideteksi pada 8-25%
kelahiran setelah kehamilan 34 minggu. Dulu, sekitar 10% bayi baru lahir dengan
mekonium dalam cairan amnion megalami sindrom aspirasi mekonium. Perubahan dalam
praktek obstetrik dan neonatus nampaknya menurunkan insidensi sindrom aspirasi
mekonium.5

3
Internasional

Pada Negara berkembang dimana perawatan prenatal masih kurang dan kelahiran
dirumah masih umum, insidensi sindrom aspirasi mekonium lebih tinggi dan
berhubungan dengan tingkat kematian yang tinggi.

Mortalitas/Morbiditas

Tingkat mortalitas untuk sindrom aspirasi mekonium yang dihasilkan dari penyakit
parenkim paru berat dan hipertensi pulmonal adalah setinggi 20%. Komplikasi lain
termasuk air block syndrome (misalnya: pneumotoraks, pneumomediastinum,
pneumoperikardium) dan emfisema interstisial paru, yang terjadi pada 10-30% bayi
dengan sindrom aspirasi mekonium.

Ras

Tidak terdapat predileksi ras yang diketahui

Sex

Sindrom aspirasi mekonium terjadi sama pada kedua jenis kelamin.

Umur

Sindrom aspirasi mekonium merupakan penyakit pada bayi baru lahir, khususnya pada
bayi yang lahir sesuai tanggal taksiran atau lebih.6

4. Etiologi
Faktor yang mendorong pengeluaran mekonium intrauterin adalah sebagai
berikut1:
- Insufusiensi plasenta
- Hipertensi maternal
- Preeklamsia
- Oligohidramnion
- Pengguaan obat-obatan semasa kehamilan, terutama tembakau dan kokain
- Infeksi maternal / korioamnionitis

4
- Hipoksia fetus

5. Patofisiologi
Dalam rahim pengeluaran mekonium dihasilkan dari rangsangan saraf dari
saluran gastrointestinal yang telah matang dan biasanya akibat dari stress hipoksia fetus.
Begitu fetus mencapai aterm, traktus gastrointestinal menjadi matang, dan stimulasi
vagus dari kompresi kepala atau saraf tulang belakang dapat menyebabkan peristaltik dan
relaksasi sfingter anus menyebabkan keluarnya mekonium.

Mekonium mengubah cairan amnion secara langsung, menurunkan aktivitas


antibakteri dan selanjutnya meningkatkan resiko infeksi bakteri perinatal. Mekonium juga
mengiritasi kulit fetus, karena itu meningkatkan insidensi eritema toksikum. Namun,
komplikasi paling berat dari pengeluaran mekonium intrauterin adalah aspirasi sebelum,
selama, dan sesudah kelahiran. Aspirasi menyebabkan hipoksia melalui 4 efek mayor 1 :
obstruksi jalan nafas, disfungsi surfaktan, pneumonitis kimia, dan hipertensi pulmonal.

a. Obstruksi Jalan Nafas

Obstruksi jalan nafas total oleh mekonium menyebabkan atelektasis. Obstruksi


parsial menyebabkan udara terperangkap dan hiperdistensi alveoli, umumnya dikenal
dengan istilah ball-valve effect. Hiperdistensi alveoli terjadi dari ekspansi jalan nafas
selama inhalasi dan kolaps jalan nafas sekitar mekonium yang mengeras pada jalan nafas,
menyebabkan tahanan meningkat selama ekspirasi. Udara yang terperangkap (paru
hiperinflasi) dapat pecah ke pleura (pnemotoraks), mediastinum (pneumomediastinum),
atau pericardium (pneumoperikardium).

b. Disfungsi Surfaktan

Mekonium mendeaktivasi surfaktan dan dapat menghambat sintesis surfaktan.


Beberapa komponen mekonium, terutama asam lemak bebas (misalnya : palmatic,
stearic, oleic), memiliki tekanan permukaan yang lebih minimal dibanding surfaktan dan
menyebabkan atelektasis luas.

5
c. Pneumonitis Kimia

Enzim, asam empedu, dan lemak pada mekonium mengiritasi saluran nafas dan
parenkim, menyebabkan pelepasan sitokin (termasuk TNF, IL-6, IL-8, IL-13, IL-1AY)
dan menyebabkan pneumonitis luas yang dapat dimulai dalam beberapa jam setelah
aspirasi.

Semua efek pulmonari ini dapat menghasilkan ventilation-perfusion (V/Q)


mismatch.

d. Hipertensi Pulmonal Persisten pada Bayi Baru Lahir (PPHN)

Banyak bayi dengan sindrom aspirasi mekonium memiliki hipertensi pulmonal persisten
pada bayi baru lahir (PPHN) sebagai akibat dari stress intrauterin kronik dan penebalan
pembuluh darah pulmonal. PPHN kemudian menyebabkan hipoksemia yang sebabkan
oleh sindrom aspirasi mekonium. Akhirnya, walaupun mekonium steril, kehadirannya
pada saluran nafas dapat menjadi predisposisi terjadinya infeksi pulmonal pada bayi.

6
Gambar 1. Patofisiologi pengeluaran
mekonium dan sindrom aspirasi mekoium.4

6. Gejala Klinis
Adanya mekonium dalam air ketuban dibutuhkan untuk menyebabkan sindrom
aspirasi mekonium, tapi tidak semua neonatus dengan air ketuban bercampur mekonium
mengalami sindrom aspirasi mekonium. Adanya mekonium yang kental pada cairan
amnion meningkatkan kecenderungan terjadinya aspirasi.

Pembersihan mekonium dari saluran nafas yang tidak adekuat sebelum nafas
pertama dan penggunaan ventilasi tekanan positif sebelum membersihkan jalan nafas dari
mekonium meningkatkan kecenderungan neonatus mengalami sindrom aspirasi
mekonium.

7
Urin berwarna hijau dapat terjadi pada bayi baru lahir dengan sindrom aspirasi
mekonium kurang dari 24 jam setelah kelahiran. Pigmen mekonium dapat diserap oleh
paru dan dieksresikan melalui urin.

Diagnosis sindrom aspirasi mekonium membutuhkan adanya air ketuban atau


neonatus bercampur mekonium, distress pernafasan, dan kelainan radiografi.

Gejala distress pernafasan berat adalah sebagai berikut :

- Sianosis
- End-expiratory grunting
- Nafas cuping hidung
- Retraksi interkosta
- Takipnea
- Barrel chest
- Auskultasi ronki basah dan kering (pada beberapa kasus)

Kuku jari tangan, tali pusarm dan kulit berwarna kuning kehijauan dapat
ditemukan.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan berikut diindikasikan pada tersangka sindrom aspirasi mekonium :

1. Status Asam Basa

Ventilation-perfusion (V/Q) mismatch dan stress perinatal umum terjadi


dan penilaian status asam basa sangat penting. Asidosis metabolik dari stress
perinatal dikomplikasikan dengan asidosis respiratorik dari penyakit parenkim
dan hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir.

Analisa gas darah yaitu pengukuran pH, tekanan parsial karbon dioksida
(pCO2), tekanan parsial oksigen (pO2), dan pengukuran oksigen kontinu
dengan pulse oximetry penting untuk tatalaksana yang sesuai.

8
2. Elektrolit

Konsentrasi sodium, potasium, dan kalsium dalam 24 jam kehidupan pada


bayi dengan sindrom aspirasi mekonium penting untuk didapatkan, karena
syndrome o inappropriate secretion of antidiuetic hormone (SIADH) dan
gagal ginjal akut merupakan komplikasi yang sering pada stress perinatal.

3. Darah Lengkap

Kehilangan darah intrauterin atau perinatal, dan juga infeksi berperan pada
stress postnatal. Kadar hemoglobin dan hematokrit harus cukup untuk
memastikan kapasitas pembawa hemoglobin adekuat. Trombositopenia
meningkatkan resiko perdarahan pada neonatus. Neutropenia atau neutrofilia
dengan pergeseran ke kiri pada hitung jenis dapat mengindikasikan infeksi
bakteri perinatal.

Polisitemia dapat hadir sekunder terhadap hipoksia fetus akut atau kronik.
Polisitemia berhubungan dengan penurunan aliran darah paru dan dapat
memperburuk hipoksia berhubungan dengan sindrom aspirasi mekonium dan
hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir.

b. Pencitraan

Foto toraks penting untuk :

- Menegakkan diagnosis sindrom aspirasi mekonium dan menentukan perluasan


patologi intratoraks (lihat gambar dibawah)
- Menentukan daerah atelektasis dan air block syndrome (lihat gambar di
bawah)
- Memastikan posisi pipa endotrakeal dan kateter umbilical.

MRI, CT scan, cranial ultrasonography) diindikasikan, jika pemeriksaan


fisik neurologi abnormal.

Gambaran x-ray toraks dikarakteristikkan dengan infiltrat, garis kasar


pada kedua lapang paru, peningkatan diameter anteroposterior, pendataran

9
diafragma. x-ray toraks yang normal pada bayi denga hipoksia berat dan tidak ada
malformasi jantung mengarah pada diagnosis hipertensi pulmonal.4

Gambar 2. Udara terperangkap dan


hiperekspansi dari obstruksi jalan nafas.

Gambar 3. Atelektasis Akut

10
Gambar 4. Pneumomediastinum dari gas
yang terperangkap dan udara yang bocor.

Gambar 5. Pneumotoraks kiri dengan


depresi diafragma dan pergeseran mediastinum minimal karena paru yang tidak
mengembang.

11
Gambar 6. Pneumonitits kimia luas dari
komponen mekonium.

c. Pemeriksaan lain

Ekokardiografi penting untuk memastikan struktur jantung normal dan


untuk menilai fungsi jantung, dan juga menentukan keparahan hipertensi
pulmonal dan right to left shunt.

8. Diagnosis
Penting untuk memonitor bayi yang lahir melalui cairan amnion bercampur
mekonium terhadap adanya distress pernafasan selama 24 jam. Diagnosis sindrom
aspirasi mekonium didasarkan oleh adanya distress pernafasan pada bayi baru lahir
melalui cairan amnion bercampur mekonium, tanpa adanya penyebab distress pernafasan
lainnya. X-ray toraks dan analisa gas darah sebaiknya dilakukan jika dibutuhkan. Temuan
radiologi klasik pada sindrom mekonium aspirasi adalah overekspansi paru dengan
infiltrat kasar yang luas. Namun, keparahan pola x-ray tidak selalu berhubungan dengan
gambarang klinis. Hubungan yang kurang antara keparahan klinis dan radiografik
memberi kesan bahwa sindrom aspirasi mekonium kurang bergantung pada jumlah
obstruksi mekonium dan kerusakan parenkim dibanding aspek lain dari sindrom aspirasi
mekonium, seperti adanya hipertensi pulmonal pada bayi baru lahir.3

12
9. Tatalaksana
a. Pencegahan sindrom aspirasi mekonium :

Pencegahan merupakan hal paling penting. Ahli kandungan harus memonitor


status fetus dengan ketat untuk menidentifikasi adanya stress fetus. Ketika mekonium
dideteksi, amnioinfusion dengan salin steril dan hangat bermanfaat untuk mengencerkan
mekonium pada cairan amnion, karena itu meminimalkan keparahan aspirasi. Namun,
temuan saat ini tidak mendukung amnioinfusion untuk mencegah sindrom aspirasi
mekonium.7,8 Suatu studi menunjukkan bahwa amnioinfusion tidak menurunkan resiko
sindrom aspirasi mekonium sedang atau berat atau sindrom aspirasi mekonium yang
berhubungan denan kematian.f Rekomendasi terbaru tidak lagi menyerankan intrapartum
suction untuk bayi baru lahir dengan cairan amnion bercampur mekonium. 9,10 Ketika
terjadi aspirasi, intubasi dan penyedotan jalan nafas dapat membersihkan mekonium yang
teraspirasi.

Jangan melakukan teknik berikut untuk mencegah terjadinya aspirasi mekonium :

- Menekan dada bayi


- Memasukkan jari pada mulut bayi

The American Academy of Pediatrics Neonatal Resuscitation Program Steering


Committee and the American Heart Association telah mengembangkan pedoman
tatalaksana bayi yang terpapar dengan mekonium.Pedoman tersebut sedang terus direvisi.
Pedoman saat ini adalah sebagai berikut11 :

- Jika bayi tidak bertenaga (upaya bernafas kurang, tonus otot yang lemah, dan/
atau detak jantung <100x/menit)  Gunakan laringoskopi langsung, intubasi,
dan segera sedot trakea setelah kelahiran. Penyedotan tidak lebih dari 5 detik.
Jika mekonium diambil dan tidak terdapat bradikardi, intubasi ulang dan
sedot. Jika detak jantung lemah, berikan ventilasi tekanan positif dan
pertimbangkan penyedotan ulang.
- Jika bayi bertenaga (upaya bernafas normal, tonus otot normal, dan detak
jantung >100x/menit)  Jangan melakukan intubasi. Bersihkan sekret dan

13
mekonium dari mulut dan hidung dengan bulb syringe atau large bore suction
catheter.
- Pada kedua kasus, setelah resusitasi awal hal yang perlu dilakukan berikutnya
adalah mengeringkan, merangsang, memposisikan, dan memberikan oksigen.

Gambar 7. Algoritma penatalaksanaan bayi yang


lahir dengan cairan amnion bercampur mekonium.14

Perawatan selanjutnya dilakukan di ICU (NICU).


Pertahankan suhu ruang yang optimal untuk meminimalkan konsumsi oksigen.

Diperlukan penanganan minimal karena bayi-bayi ini mudah mengalami agitasi.
Agitasi meningkatkan right to left shunt, sehingga dapat menyebabkan hipoksia
dan asidosis.

Sedasi seringkali dibutuhkan untuk menurunkan agitasi

Kateter arteri umbilikalis harus dipasang untuk memantau gas darah tanpa
mengagitasi bayi.

Perawatan pernafasan kontinu. Terapi oksigen dengan hood atau tekanan positif
penting dalam mempertahankan oksigenasi arteri yang adekuat. Ventilasi mekanik
dibutuhkan pada sekitar 30% bayi dengan sindrom aspirasi mekonium. Hal ini
meminimalkan tekanan rata-rata jalan nafas dan menggunakan waktu inspirasi
sependek mungkin. Saturasi oksigen harus dipertahankan pada 90-95%.

14

Terapi surfaktan telah umum digunakan untuk menggantikan surfaktan yang tidak
aktif dan sebagai deterjen untuk menghilangkan mekonium. Walaupun
penggunaan surfaktan nampaknya tidak mempengaruhi tingkat kematian, ia dapat
menurunkan keparahan penyakit (penggunaan oksigenasi membran
ekstrakorporeal)k, dan menurunkan lama rawat inap.
Tabel 1. Dosis yang direkomendasikan untuk penggunaan surfaktan eksogen

Produk Dosis Dosis Tambahan

Calfactant 3mL/kg BB lahir diberikan Mungkin dapat diulangi


dalam 2 aliquot setiap 12 jam sampai dosis
3 kali berturut-turut dengan
interval 12 jam bila ada
indikasi

Beractant 4mL/kg BB lahir diberikan Mungkin dapat diulang


dalam 4 dosis minimal setelah 6 jam,
sampai jumlah total 4 dosis
dalam waktu 48 jam setelah
lahir

Colfosceril 5mL/kgBB lahir diberikan Mungkin dapat diulangi


dalam waktu 4 menit setelah 12 jam dan 24 jam
bila ada indikasi

Porcine 2.5mL/kgBB lahir diberikan Dua dosis berturutan 1.25


dalam 2 aliquots mL/kg, dosis diberikan
dengan interval 12 jam bila
ada indikasi


Walaupun ventilasi konvensional umumnya digunakan, oscillation ventilation dan
jet ventilation merupakan terapi alternatif yang efektif. Hipervetilasi untuk
menginduksi hipokapnea dan mengkompensasi metabolik asidosis sudah bukan
merupakan terapi utama untuk hipertensi pulmonal karena hipokarbia dapat

15
menurunkan perfusi otak (PaCO2 < 30 mmHg). Alkalosis berkepanjangan
menyebabkan kerusakan saraf, sehingga alkalosis harus dihindari pada pasien ini.1

Terapi ventilator dengan tekanan rata-rata jalan nafas dan volum tidal yang
minimal harus digunakan jika terdapat emfisema interstisial pulmonal atau
pneumotoraks.

Pada hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir (PPHN), nitrit oksida
inhalasi merupakan vasodilator paru pilihan. Oksigen juga merupakan vasodilator
yang poten. Penghambat fosfodiesterase, termasuk sildenafil dan milirinone,
digunakan sebagai terapi tambahan untuk PPHN.

Perhatikan tekanan volum darah sistemik dan tekanan darah sistemik. Ekspansi
volum, terapi transfusi, dan vasopresor sistemik penting dalam mempertahankan
tekanan darah sistemik lebih tinggi dari tekanan darah paru, karena itu
menurunkan right-to-left shunt pada pasien dengan Patent Ductus Arteriosus
(PDA).

Pastikan kapasitas pembawa oksigen adekuat dengan mempertahankan
hemoglobin > 13g/dL.

Kortikosteroid tidak direkomendasikan. Tidak cukup bukti yang mendukung
penggunaan steroid pada sindrom aspirasi mekonium.12

Tidak terdapat studi yang menunjukkan bahwa profilaksis antibiotik menurunkan
insidensi sepsis pada neonatus yang lahir melalui cairan amnion yng bercampur
dengan mekonium. Karena itu penggunaan antibiotik diberikan hanya pada pasien
yang mengalami atau diduga mengalami infeksi.

Walaupun Oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO) efektif dalam
penanganan sindrom aspirasi mekonium, ECMO berhubungan dengan hasil
keadaan neurologis yan buruk.

16
Gambar 8. Tatalaksana bayi yang lahir melalui cairan amnion bercampur
mekonium.13

Walaupun penanganan air block syndrome (pneumotoraks atau


pneumoperikardium) adalah dengan memasang drainase toraks, namun terpai dengan
fibrin glue efektif pada kasus kebocoran udara yang persisten. Karena itu dapat
dikonsultasikan pada bedah anak.

Evaluasi oleh ahli jantung anak juga penting untuk penilaian ekokardiografi untuk
menilai struktur jantung dan keparahan hipertensi pulmonal, dan right-to-left shunt.
Evaluasi ahli neurologi juga penting apabila terdapat kasus ensealopati neonatorum atau
kejang.

Distress perinatal dan distress pernafasan berat menghalangi pemberian makan.


Terapi cairan intravena dimulai dengan infus dekstrosa yang adekuat untuk mencegah
hipoglikemia. Cairan intravena harus sedikit dibatasi (60-70 mL/kg/hari). Secara bertahap

17
tambahkan elektrolit, protein, lemak, dan vitamin untuk memastikan kebutuhan nutrisi
adekuat dan mencegah defisiensi asam amino dan asam lemak esensial.

Terapi surfaktan seringkali digunakan. Ekstrak paru alami diberikan untuk


menggantikan surfaktan yang telah hilang. Surfaktan juga bekerja sebagai deterjen untuk
memecah mekonium yang tersisa, sehingga menurunkan keparahan penyakit paru.
Surfaktan digunakan pada pasien dengan sindrom aspirasi mekonium, namun,
keefektifan, dosis, dan produk yang paling efektif belum ditentukan.

10. Medikamentosa
Nitrit oksida (NO) inhalasi (INOmax) memiliki efek vasodilatasi langsung pada
paru tanpa efek samping hipotensi sistemik. NO secara endogen diproduksi melalui
enzym NO sintetase pada arginin. NO inhalasi ekgen digunakan untuk menurunkan
resisten pembuluh darah paru dan memperbaiki aliran darah paru.

Vasokonstriktor sistemik digunakan untuk mencegah right-to-left shunt dengan


meningkatkan tekanan darah sistemik di atas tekanan paru. Obat-obatan yang dapat
digunakan adalah dopamin, dobutamin, dan epinefrin. Namun, obat yang paling sering
digunakan adalah dopamin.

Sedatif memaksimalkan keefektifan ventilasi mekanik, meminimalkan konsumsi


oksigen, dan menghilangkan ketidaknyamanan terapi invasive. Obat-obatan sedatif yang
dapat digunakan adalah morfin, fentanil, fenobarbital, dan pentobarbital.

Obat-obatan yang memblok neuromuskular seperti pankuronium digunakan untuk


melumpuhkan otot rangka untuk memaksimalkan ventilasi. Juga digunakan untuk
menurunkan resiko baritrauma dan meminimalkan konsumsi oksigen.

11. Komplikasi
Anak dengan sindrom aspirasi mekonium dapat mengalami penyakit paru kronis
akibat intervensi paru yang sering. Bayi dengan sindrom aspirasi mekonium memiliki

18
insidensi infeksi saluran pernafasan yang sedikit lebih tinggi pada tahun pertama
kehidupan karena paru masih dalam perbaikan.1

12. Prognosis
Tingkat kematian pada bayi dengan mekonium lebih tinggi dibandingkan dengan
bayi tanpa mekonium; aspirasi mekonium cukup terhitung dalam proporsi yang
signifikan terhadap kematian bayi. Masalah paru residu jarang terjadi, namun batuk,
mengi, dan hiperinflasi persisten dapat terjadi 5-10 tahun. Bayi dengan penyakit yang
berat memiliki resiko sebesar 50% mengalami penyakit jalan nafas pada 6 bulan pertama
kehidupan. 1

Prognosis bergantung pada kerusakan susunan saraf pusat akibat asfiksia dan
adanya masalah yang berhubungan seperti hipertensi pulmonal.4 Kejadian prenatal dan
intrapartum yang merangsang pengeluaran mekonium dapat menyebabkan bayi
mengalami defisit neurologis jangka panjang, termasuk kerusakan sistem saraf pusat,
retardasi mental dan serebral palsi.1

19
Daftar Pustaka
1. Clark MB. Meconium Aspiration Syndrome. [homepage on the Internet]. 2012 [cited
2012 Dec 4]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/974110-overview

2. Kosim MS, Yunanto A & Dewi R Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI; 2008.

3. Swarnam K, Soarisham AS, Sivanandan S. Advances in the Management of Meconium


Aspiration Syndrome. International Journal of Pediatrics 2012; 2012:7

4. Behrman RE, Kliegman RM & Jenson HB Nelson Textbook of Pediatrics. 6th ed. New
Delhi: Thomson Press; 2006

5. Yoder BA, Kirsch EA, Barth WH, Gordon MC. Changing obstetric practices
associated with decreasing incidence of meconium aspiration syndrome. Obstet Gynecol.
May 2002;99(5 Pt 1):731-9.

6.Singh BS, Clark RH, Powers RJ, Spitzer AR. Meconium aspiration syndrome remains a
significant problem in the NICU: outcomes and treatment patterns in term neonates
admitted for intensive care during a ten-year period. J Perinatol. Jul 2009;29(7):497-503.

7. ACOG Committee No. 346: Amnioinfusion Does Not Prevent Meconium Aspiration
Syndrome. Obstet & Gynecol. Oct 2006;108(4):1053-1055.

8. Velaphi S, Vidyasagar D. Intrapartum and postdelivery management of infants born to


mothers with meconium-stained amniotic fluid: evidence-based recommendations. Clin
Perinatol. Mar 2006;33(1):29-42.

9.ACOG Committee Opinion No. 379: Management of delivery of a newborn with


meconium-stained amniotic fluid. Obstet Gynecol. Sep 2007;110(3):739.

10. Vain NE, Szyld EG, Prudent LM, Wiswell TE, Aguilar AM, Vivas NI. Oropharyngeal
and nasopharyngeal suctioning of meconium-stained neonates before delivery of their

20
shoulders: multicentre, randomised controlled trial. Lancet. Aug 14-20
2004;364(9434):597-602.

11.[Guideline] Neonatal resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for


Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Kattwinkel J,
Perlman JM, Aziz K, Colby C, Fairchild K, GallagherJ, Hazinski MF, Halamek LP,
Kumar P, Little G, McGowan JE, Nightengale B, Ramirez MM, Ringer S, Simon WM,
Weiner GM, Wyckoff M, ZaichkinJ. Circulation. 2010;122:S909 –S919.

12. Ward M, Sinn J. Steroid therapy for meconium aspiration syndrome in newborn
infants. Cochrane Database Syst Rev. 2003;CD003485.

13. Vidyasagar, Bhat. Meconium aspiration syndrome. [homepage on the Internet]. 2012
[cited 2012 Dec 4]. Available from: http://www.google.com/imgres?imgurl=http://eso-
cdn.bestpractice.bmj.com/best-practice/images/bp/en-gb/1185-4-
iline_default.gif&imgrefurl=http://bestpractice.bmj.com/best-
practice/monograph/1185/treatment/step-by-
step.html&usg=__1nrdRIw1OV0mYPOQieDUznEmX2Y=&h=459&w=578&sz=11&hl
=id&start=7&zoom=1&tbnid=B_p-_1WpqtaHeM:&tbnh=106&tbnw=134&ei=ZU-
_ULWlLImErQfO8oHoBQ&prev=/search%3Fq%3DMeconium%2Baspiration
%2Bsyndrome%2Btreatment%2Balgorithm%26um%3D1%26hl%3Did%26client
%3Dsafari%26rls%3Den%26tbm%3Disch&um=1&itbs=1

14. Hermansen CL, Lorah KN. Respiratory Distress in the Newborn. American Family
Physician 2007; 76:987-994

21

Anda mungkin juga menyukai