Anda di halaman 1dari 32

ASPEK LEGAL SERTA MANAJEMEN RESIKO DALAM PENDOKUMENTASIAN KEPERAWATAN

Jul

POLITEKNIK KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

ASPEK LEGAL SERTA MANAJEMEN RESIKO DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN


KEPERAWATAN

MATA KULIAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN

TA. 2011/2012
Dosen Pengajar :

Ns.Apriyani Puji Hastuti, S.Kep

POLITEKNIK KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

MALANG 2011

PRINSIP ASPEK LEGAL, ETIKA KEPERAWATAN DAN

MANAJEMEN RESIKO DALAM PENDOKUMENTASIAN

Oleh : Ns.Apriyani Puji Hastuti, S.Kep

A. Aspek Legal dan etik Dokumentasi Keperawatan

v Aspek legal yang sering pula disebut dasar hukum praktik keperawatan mengacu pada
hukum nasional yang berlaku di suatu negara. Hukum adalah aturan tingkah laku yang
ditetapkan dan diberlakukan oleh pemerintahan suatu masyarakat.

v Di indonesia hukum dibagi dua, yakni hukum pidana dan hukum perdata.

v Hukum pidana atau hukum publik adalah produk hukum yang mengatur hubungan
individu dengan pemerintah, yang menggambarkan kekuasaan pemerintah yang berwenang
(pemerintah terlibat langsung didalamnya).

v Hukum perdata atau hukum sipil adalah produk hukum yang mengatur hubungan antar
manusia. Misalnya: kontrak, pemilikan harta, praktik keperawatan, pengobatan dll.
v Sumber hukum utama:

Konstitusi

Badan legislatif

Sistem peradilan (yudikatif)

Peraturan administratif

v Peraturan perundang-undangan di bidang keperawatan:

Untuk melindungi masyarakat dan perawat dalam praktik keperawatan, perlu disusun
peraturan perundang-undangan keperawatan sebagai aspek legal dari profesi keperawatan.
Perundang-undangan yang mengatur praktik keperawatan disebut undang-undang atau
peraturan praktik keperawatan. Bentuk perundang-undangan tersebut diatur sesuai dengan
kebutuhan dan jenjang peraturan perundang-undangan.

Jenjang peraturan perundang-undangan, yaitu sebagai berikut:

UUD

UU

Peraturan pengganti undang-undang (PERPU)

Peraturan pemerntah (PP)

Keputusan presiden (Keppres)

Keputusan menteri (Kepmen)

v Dalam praktik keperawatan, perlu diperhatikan peraturan perundangan tentang


pendidikan keperawatan dan peraturan perundang-undangan setelah lulus pendidikan
keperawatan sebagai berikut:

Peraturan perundangan tentang pendidikan keperawatan


Peraturan perundangan ini memuat aturan yang mengatur penyelenggaraan pendidikan
keperawatan, baik perangkat keras maupun perangkat lunaknya. Program yang perlu diatur
antara lain sebagai berikut:

Program vokasional dengan jenjang pendidikan setingkat SLTA, misalnya Sekolah perawat
kesehatan.

Program diploma dengan jenjang pendidikan D III keperawatan dan D IV keperawatan.

Program bakaloriat dengan jenjang pendidikan peguruan tinggi di fakultas/universitas.


Program bakaloriat ini terdiri atas program sarjana strata I, sarjana strata II (master), dan
program sarjana strata III (doktor).

Program pendidikan berkelanjutan/pelatihan yang dapat diprogramkan sesuai dengan


jenjang pendidikan yang ada.

Program rumah sakit dan puskesmas untuk praktik mahasiswa pendidikan keperawatan,
yang memuat standar peralatan dan tenaga minimal untuk tempat praktik mahasiswa
keperawatan yang dapat menjemin mutu praktik yang optimal.

Peraturan perundangan yang mengatur setelah lulus pendidikan keperawatan

Dalam kaitan dengan praktik kepeerawatan ini, disiapkan peraturan perundangan yang
mengatur penempatan dan praktik keperawatan, antara lain sebagai berikut:

Peraturan perundangan tentang sistem penempatan tenaga perawat, baik di dalam negeri
maupun diluar negeri.

Peraturan perundangan tentang kewenangan praktik keperawatan yang dikaitkan dengan


sertifikasi registrasi dan lisensi keperawatan.

Peraturan perundangan tentang etika profesi keperawatan yang dikeluarkan oleh organisasi
profesi dan pemerintah.

Peraturan perundangan tentang standar profesi keperawatan sesuai dengan undang-


undang kesehatan No.23 tahun 1992, pasal 53 ayat 1-4 yang diatur oleh peraturan
pemerintah. Peraturan perundangan ini pada hakikatnya mencegah pelanggaran dan
kejahatan dalam praktk keperawatan. Jika pelanggaran terjadi dengan alasan tertentu,
peraturan perundangan ini juga mengatur bagaimana mengatasinya dan sanksi-sanksinya.
v Pelanggaran yang sering terjadi dalam perawatan adalah sebagai berikut:

Pelanggaran

Perlakuan seseorang yang dapat merugikan orang lain berupa harta atau milik lainnya
secara disengaja atau pun tidak disengaja. Jika ada tuntutan hukum, biasanya diselesaikan
secara perdata dengan mengganti kerugian tersebut.

Contoh: menghilangkan barang titipan klien atau merugikan nama baik klien

Kejahatan

Suatu perlakuan merugikan orang lain, tetapi perbuatan tersebut dianggap merugikan
publik. Karena terlalu parah, kejahatan yang dianggap tindakan perdata (tort) dapat
digolongkan sebagai tindakan kriminal (tindakan pidana). Tindak kriminal/pidana ini dapat
dijatuhi hukum denda atau penjara atau kedua-duanya.

Contoh:

Kecerobohan luarbiasa yang menunjukkan bahwa pelaku tidak mengindahkan sama sekali
nyawa orang lain (korban). Kejahatan ini dapat dikenakan tindak perdata maupun pidana

Kealpaan mematuhi undang-undang kesehatan yang mengakibatkan tewasnya orang lain


atau mengonsumsi/mengedarkan obat-obat terlarang. Kejahatan ini dapat dianggap sebagai
tindakan kriminal (lepas dari kenyataan disengaja atau tidak)

Kecerobohan dan praktik sesat

Kecerobohan adalah suatu perbuatan yang tidak akan dilakukan oleh seseorang yang
bersikap hati-hati dalam situasi yang sama. Dengan kata lain, perbuatan yang dilakukan di
luar koridor standar keperawatan yang telah ditetapkan dan dapat menimbulkan kerugian.
Apabila hal tersebut terjadi dan ada penuntutan, hakim/juri biasanya menggunakan saksi
ahli (orang yang ahli di bidang tersebut).

Contoh:

Sembarangan mengurus barang pribadi klien (pakaian, uang, kacamata dll) sehingga rusak
atau hilang

Tidak menjawab tanda panggilan klien yang dirawat sehingga klien mencoba mengatasinya
sendiri dan terjadi cedera
Tidak melakukan tindakan perlindungan pada klien yang mengakibatkan klien cedera,
misalnya tidak mengambilkan air panas dari dekat klien yang mengakibatkan air tersebut
tumpah kena klien dan klien mengalami luka bakar

Gagal melaksanakan perintah perawatan, gagal memberi obat secara tepat atau
melaporkan tanda/gejala yang tidak sesuai dengan kenyataan, tidak menyelidiki perintah
yang meragukan sebelumnya sehingga dengan kelalaian/kegagalan tersebut menimbulkan
cedera

Selanjutnya secara profesional dikatakan bahwa kecerobohan sama dengan pelaksanaan


praktik buruk, praktik sesat atau malpraktik.

Pelanggaran penghinaan

Suatu perkataan atau tulisan yang tidak benar mengenai seseorang sehingga orang tersebut
merasa terhina atau dicemooh. Jika pernyataan tersebut dalam bentuk lisan, disebut
slander dan jika berbentuk tulisan disebut libel.

Contoh:

Pernyataan palsu

Menuduh orang secara keliru

Memberi keterangan palsu kepada klien

Orang yang didakwa dengan tuduhan slander atau libel tidak dapat diancam hukuman jika ia
dapat membuktikan kebenaran pernyataannya (lisan atau tulisan). Tuduhan ini dapat dibela
dengan komunikasi berprivilese, yakni komunikasi yang didasarkan pada anggapan bahwa
petugas profesional tidak dapat memberi pelayanan yang baik tanpa pembeberan fakta
secara lengkap mengenai masalah yang dihadapinya. Jadi informasi berprivilese merupakan
informasi rahasia antar petugas profesional dengan kliennya, antara pengacara dengan
kliennya, antara kiai dengn pemeluk agamanya.

Penahanan yang keliru

Penahanan klien tanpa alasan yang tepat atau pencegahan gerak seseorang tanpa
persetujuannya, misalnya menahan klien pulang dari rumah sakit guna mendapat
perawatan tambahan tanpa persetujuan klien yang bersangkutan, kecuali jika klien tersebut
mengalami gangguan jiwa atau penyakit menular yang apabila dipulangkan dari rumah sakit
akan membahayakan masyarakat. Untuk itu rumah sakit mempunyai formulir khusus yang
ditandatangani klien/keluarga, yang menyatakan bahwa rumah sakit yang bersangkutan
tidak bertanggung jawab apabila klien cedera karena meninggalkan rumah sakit tersebut.
Pelanggaran privasi

Tindakan mengekspose/memamerkan/menyampaikan seseorang (klien) kepada publik, baik


orangnya langsung, gambar ataupun rekaman, tanpa persetujuan orang/klien yang
bersangkutan, kecuali ekspose klien tersebut memang diperlukan menurut prosedur
perawatannya

Contoh:

Menyebar gosip atau memberi informasi klien kepada orang yang tidak berhak memperoleh
informasi itu

Memberi perawatan tanpa memerhatikan kerahasiaan klien, yaitu klien dilihat/didengar


orang lain sehingga klien merasa malu

Ancaman dan pemukulan

Ancaman (assault) adalah suatu percobaan/ancaman, melakukan kontak badan dengan


orang lain tanpa persetujuannya

Pemukulan (batter) adalah ancaman yang dilaksanakan]

Setiap orang diberi kebebasan dari kontak badan dengan orang lain, kecuali jika ia telah
menyatakan persetujuannya.

Contoh: jika klien dioperasi tanpa persetujuan yang bersangkutan/keluarganya,


dokter/rumah sakit tersebut dapat dituntut secara hukum.

Garis besar tentang persetujuan:

MASALAH

IZIN KONTAK BADAN

Kapan diperlukan atau tidak diperlukan

Diperlukan:

Pelayanan rutin rumah sakit

Prosedur diagnosis
Pengobatan non rutin pembedahan

Tidak diperlukan:

Keadaan darurat: ancaman langsung terhadap keselamatan atau kesalahan

Para ahli sependapat bahwa keadaan klien darurat

Klien tidak mampu memberi persetujuan dan orang yang berwenang tidak dapat dihubungi

Aksi sebagai respons terhadap komplikasi selama operasi dan jika orang yang berwenang
tidak dapat dihubungi

Jika klien pasrah saja

Konsekuensi tidak memperoleh persetujuan

Perawat dan dokter dapat dituntut dengan tuduhan penyiksaan

Rumah sakit dapat dituntut dengan tuduhan penyiksaan karena rumah sakit bertanggung
jawab atas tindakan pegawainya

Kriteria persetujuan yang sah

Tertulis (lisan, asal dapat dibuktkan dipengadilan)

Ditandatangani klien atau orang yang secara hukum bertanggung jawab

Klien (atau penandatangan) memahami corak prosedur, resiko yang terkandung dan
kemungkinan konsekuensinya

Prosedur yang dilaksanakan disetujui

Siapa yang menandatangani

Klien jika ia mampu

Orang lain jika:

ü Klien tidak mampu secara fisik, tidak kompeten menurut hukum, masih di bawah umur
kecuali jika ia sudah menikah atau mandiri
ü Jika kemampuan reproduksi klien telah berakhir, pasangan hidupnya yang
menandatangani

Jika klien tidak mau menandatangani

Klien berhak menolak, tetapi ia harus menandatangani formulir sebagai bukti penolakannya

Pihak rumah sakit dapat memintakan perintah pengadilan jika penolakan klien
membahayakan keselamatannya

Penipuan

Pemberian gambaran salah secara sengaja yang dapat mengakibatkan atau telah
mengakibatkan kerugian atau cedera pada seseorang atau hartanya.

Contoh: memberi data yang keliru guna mendapat lisensi keperawatan

v Pelanggaran disengaja yang penting diketahui oleh seorang perawat:

Istilah hukum

Definisi

Contoh

Ancaman

Membuat orang lain takut, kontak badan tanpa persetujuannya


Mengancam memukul seseorang

Penyiksaan

Melakukan kontak badan dengan seseorang tanpa persetujuannya

Memukul seseorang

Penahanan yang keliru

Penahanan seseorang dengan cara yang melanggar hukum tanpa persetujuannya

Menahan klien di rumah sakit sampai ia membayar biaya pengobatannya

Pelanggaran hak privasi

Pelanggaran hak seseorang untuk tidak diganggu dan masalah pribadi tertentu tidak
dibeberkan kepada umum

Mengambil foto seorang anak cacat tanpa persetujuan orang tuanya

Penghinaan

Merugikan nama baik orang lain dngan menyebar berita bohong mengenai dia kepada pihak
ketiga

Membuka aib klien kepada orang lain


Libel

Penghinaan tertulis

Menuliskan bahwa seseorang adalah pencuri

Slander

Penghinaan lisan

Mengatakan seseorang adalah pencuri

v Dokumentasi legal yang isinya merupakan kondisi perkembangan klien biasanya ditulis
dalam bentuk chart. Chart memuat segala proses dan perkembangan klien yang ditulis
secara akurat. Chart mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai penyedia data mengenai klien
dan merupakan laporan yang dapat menjaga standar pelayanan. Adapun komponen-
komponen dari data yang legal adalah sebagai berikut:

Kondisi fisik, mental dan emosional.

Pengkajian, observasi, status kesehatan, dan hasil laboratorium.

Perilaku.

Respon terhadap stimulus, perubahan visual dan pendengaran, respon verbal terhadap
pertanyaan, respons terhadap lingkungan, dan perubahan perilaku.

Asuhan keperawatan terapeutik.

Perawatan yang rutin, kontrol nyeri, terapi darah, dan penggantian cairan intravena.
Pengawasan asuhan keperawatan.

Memonitor aktivitas motorik, tanda-tanda vital, status neurologi, kardiovaskuler, cairan dan
nutrisi.

Respon klien terhadap terapi.

10. Keseimbangan cairan, konsumsi makanan, intake dan output, status sirkulasi dan
pernapasan, serta edukasi dan nyeri.

v Berikut ini adalah pedoman dalam membuat sebuah dokumen yang legal:

Mengetahui tentang konteks malpraktik.

Memberi informasi yang akurat mengenai informasi klien seperti terapi dan asuhan
keperawatan.

Mencerminkan keakuratan penggunaan proses keperawatan, misalnya: pengkajian


keperawatan, riwayat kesehatan klien, rencana asuhan keperawatan, dan intervensi.

Waspada terhadap situasi tertentu, misalnya klien dengan masalah yang komleks atau yang
membutuhkan perawatan yang intensif.

Dokumentasi yang legal selalu mencerminkan apa yang telah terjadi dan yang telah
dilakukan.

Dokumentasi keperawatan mencerminkan kolaborasi antara penyediaan asuhan antara


tenaga kesehatan lain dan perawat.

Dokumentasi yang rutin selalu mencerminkan gejala dan komplain oleh klien

v Ruang lingkup jenis tindakan keperawatan yang didokumentasikan adalah sebagai


berikut:

Aspek legal: isinya data tentang kondisi.


Kesalahan: cedera dimana peraturan menyebabkan kerugian.

Kelalaian: kegagalan untuk merawat.

Malpraktik: kegagalan untuk menerapkan standar.

Duty: obligasi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Standar pelayanan: standar yang berlaku yang harus ditepati oleh orang yang bersangkutan

v Menurut Sue Dill Calloway, berikut ini adalah beberapa situasi yang mempengaruhi proses
litigasi:

Kesalahan pemberian pengobatan.

Kegagalan untuk melindungi klien.

Kegagalan untuk mengembalikan objek setelah pembedahan.

Klien terbakar.

Kegagalan untuk memonitor, mencatat dan melaporkan.

Dispensasi pengobatan.

Kesalahan mengidentifikasi klien.

Menggunakan alat yang rusak.

Kerusakan peralatan klien.

10. Kegagalan untuk menjelaskan tentang pekerjaan perawat dan edukasi.

11. Kegagalan dalam menggunakan teknik antiseptik.

12. Kegagalan untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan.

13. Kegagalan untuk melaporkan chart yang adekuat.


v Prinsip dalam memberikan asuhan harus disesuaikan dengan standar. Berikut ini adaah
elemen-elemen kelalaian yang dapat menjadi tuntutan:

Kegagalan untuk memberi asuhan sesuai dengan standar dan menyebabkan kerugian.

Kegagalan untuk memberitahu standar yang berlaku.

Hubungan antara cedera dan perilaku.

Kerugian yang disebabkan karena kelalaian.

v Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam penulisan dokumentasi
keperawatan:

Jangan dihapus.

Gunakan tulisan yang mudah terbaca.

Jangan menulis komentar kritis bersifat pembalasan.

Betulkan semua kesalahan dengan segera.

Gunakan ejaan dengan segera.

Mencatat semua fakta.

Jangan dokumentasikan hasil pengkajian yang tidak menunjang masalah; data bias dan
terlalu subyektif; dapat menyebabkan perbedaan interpretasi; dan ada istilah atau singkatan
yang tidak lazim.

v Aspek Legal Dalam Pendokumentasian Keperawatan


Terdapat 2 tipe tindakan legal :

Tindakan sipil atau pribadi

Tindakan sipil berkaitan dengan isu antar individu

Tindakan kriminal

Tindakan kriminal berkaitan dengan perselisihan antara individu dan masyarakat secara
keseluruhan.

Menurut hukum jika sesuatu tidak di dokumentasikan berarti pihak yang bertanggung jawab
tidak melakukan apa yang seharusnya di lakukan. Jika perawat tidak melaksanakan atau
tidak menyelesaikan suatu aktifitas atau mendokumentasikan secara tidak benar, dia bisa di
tuntut melakukan mal praktik. Dokumentasi keperawatan harus dapat diparcaya secara
legal, yaitu harus memberikan laporan yang akurat mengenai perawatan yang diterima
klien. Tappen,weiss,dan whitehead (2001) manyatakan bahwa dokumen dapat dipercaya
apabila hal-hal sbb :

Dilakukan pada periode yang sama.Perawatan dilakukan pada waktu perawatan diberikan.

Akurat. Laoran yang akurat ditulis mengenai apa yang dilakukan oleh perawwat dan bagian
klien berespon.

Jujur. Dokumentasi mencakup laporan yang jujur mangenai apa yang sebenarnya dilakukan
atau apa yang sebenarnya diamati.

Tepat. Apa saja yang dianggap nyaman oleh seseorang untuk dibahas di lingkungan umum
di dokumentasikan
v PEDOMAN PENDOKUMENTASIAN

1. Pengobatan

Catat waktu,rute,dosis dan respon

Catat obat dan respon klien

Catat saat obat tidak diberikan dan intervensi keperawatan

Catat semua penolakan obat dan laporkan hal tersebut kepada orang yang tepat.

2. Dokter

Dokumentasikan tiap kali menghubungi dokter bahkan jika dokter tersebut tidak dapat
dihubungi.Cantumkan waktu tepatnya panggilan dilakukan jika dokter dapat dihubunhi
dokumentasikan rincuan pesan dan respon dokter.

Bacakan kembali program lisan kepeda dokter dan klarifikasi nama klien di catatan klien
untuk memastikan identitas klien.

Catat program lisan hanya jika anda pernah mendengarnya, bukan yang di beritahu kepada
anda oleh perawat lain atau oleh personal unit.

3. Isu formal dalam pencatatan

Sebelum menulis pastikan anda mengambil catatan klien yang benar.

Koreksi semua pencatatan yang salah sesuai dalam kebijakan dan prosedur di institusi anda.

Catat dengan gaya yang terorganisasi mengikuti proses keperawatan

Tulis dengan jelas dan singkat agar menghindari pernyataan subyektif


Catat deskripsi yang akurat dan spesifik

MANAJEMEN RESIKO

v Manajemen resiko adalah sistem yang menjamin pelayanan keperawatan yang tepat dan
berusaha mengenai potensial bahaya dan menghilangkannya sebelum terjadi (Guido, 2006).

v Langkah-langkah dalam manajemen resiko adalah mengenali resiko yang mungkin,


menganalisisnya, melakukan tindakan untuk mengurangi resiko tersebut dan mengevaluasi
langkah yang telah diambil.

v Salah satu alat yang digunakan dalam manajemen resiko adalah laporan insiden atau
laporan kejadian.

v Laporan kejadian memberikan data dasar untuk penelitian selanjutnya dalam upaya
menjelaskan penyimpangan dari standar pelayanan, memperbaiki tindakan yang diperlukan
untuk mencegah rekurensi, dan untuk mengingatkan manajemn resiko terhadap situasi
yang berpotensi menjadi tuntutan.

v Contoh dari kejadian adalah klien atau pengunjung terjatuh atau cedera; gagal mengikuti
perintah dokter atau penyelenggara pelayanan kesehatan; keluhan dari klien, keluarga,
dokter atau penyelenggara pelayanan kesehatan atau departemen rumah sakit lain;
kesalahan teknik atau prosedural; dan malfungsi alat atau produk.

v Secara umum institusi memiliki petunjuk khusus untuk mengarahkan penyelenggara


layanan kesehatan dalam melengkapi laporan kejadian.

v Jangan pernah menulis laporan kejadian di dalam rekam medis

v Manajemen resiko juga membutuhkan dokumentasi yang baik


v Dokumentasi perawat merupakan bukti pelayanan bagi klien dan juga bukti pelayanan
yang baik dan aman oleh perawat. Jika terjadi tuntutan hukum, maka catatn perawat
merupakan hal pertama yang ditinjau oleh pengacara (Austin, 2006). Pengkajian dan
laporan perubahan kondisi klien oleh perawat merupakan faktor pembela yang penting di
dalam tuntutan hukum. Oleh karena itu, perawat harus mengidentifikasi kepastian bahwa
dokter atau penyelenggara layanan kesehatan telah dihubungi; informasi kepada dokter
atau penyelenggara layanan kesehatan telah disampaikan; dan juga respon dokter atau
penyelenggara layanan kesehatan.

v Tujuan manajemen resiko adalah untuk mengidentifikasikan resiko, mengendalikan


kejadian-kejadian , mencegah kerusakan dan mengendalikan liabilitas (huber 2000).

v Departemen manajemen resiko memutuskan apakah akan menginvestigasi insiden labih


lanjut. Perawat mungkin harus menjawab pertanyaan khusus seperti apa perawat di anggap
sebagai alasan terjadinya insiden, bagaimana insiden itu dapat di cegah dan apakah ada
peralatan yang harus disesuaikan. Perawat yang yakin mereka akan di pecat atau meraka
akan dituntut harus mendapatkan nasihat hukum bahkan jika departemen manajemen
resiko membebaskan perawat dari tanggung jawab ,klien atau keluarga klien dapat
mengajukan tuntutan. Namun penuntut harus membuktikan bahwa insiden terjadi karena
parawatan yang layak tidak dilakukan bahkan jika standar parawatan yang baik tidak
terpenuhi , penuntut harus membuktikan bahwa insiden merupakan akibat langsung dari
kegagalan dalam memenuhi strandar perawatan yang baik dan bahwa insiden tersebur
menyebabkan cidera fisik, emosi atau finansial.

C. MALPRAKTIK

Mal = salah; Praktek = pelaksanaan/tindakan.

Tindakan yang salah dalam melaksanakan profesi

Nursing Malpractice :
Tindakan perawat yg salah dlm melaksanakan profesinya di bidang asuhan keperawatan.

Setiap profesi berlaku norma etik dan hukum, jadi terdapat Malpraktek Etik dan Malpraktek
Yuridis.

Malpraktek Profesi Kesehatan:

“Kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan
ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan
terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama”
(valentin v la society de bienfaisance mutuelle de los angelos, california, 1956)

l KBBI (1990) :

l praktek kedokteran yg.dilakukan salah atau tidak tepat, menyalahi UU atau Kode Etik.

l “mala” (Latin) berarti “bad”, “evil”, “wrongful”, salah.

Gugatan Malpraktek bagi Tenaga Kesehatan

Lebih sering dikonstruksikan sbg kesalahan atau kealpaan, bukan kesengajaan.


Van Bemmelen :“..Seorang dokter yg.bertindak sesuai keyakinan dan pengetahuannya dan
menurut opini yg.berlaku pd.waktuitu di antara teman sejawatnya, tidak dapat dikenakan
pidana ….. Karena tujuannya bukanlah utk.menganiaya.”

Proses terjadinya malpraktik


l Tidak setiap ethical malpractice merupakan yuridical malpractice akan tetapi semua
bentuk yuridical malpractice pasti merupakan ethical malpractice (lord chief justice, 1893).
Ada tiga jenis malpraktik yuridis, antara lain:

Malpraktik pidana (criminal malpractice)


Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala
perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana yakni:

1. Perbuatan tercela

2. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens area) yang berupa kesengajaan
(intensional), kecerobohan (reklessness) atau kelapaan (negligence)

Pertanggungjawaban di depan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat


individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada
rumah sakit/sarana kesehatan.

Malpraktik pidana timbul karena:

Kesengajaan (intensional)

Euthanasia (pasal 644 KUHP)

Membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP)

Membuat surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP)

Melakukan Aborsi Tanpa Indikasi Medis (299 KUHP)

Kecerobohan (recklessness)

Misalnya melakukan tindakan medis tanpa persetujuan klien inform consent

Kealpaan (negligence)

Misalnya kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau meninggalnya klien, ketinggalan
klem dalam perut pasien saat melakukan operasi.

Malpraktik perdata (civil malpractice)

Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak
melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagai mana yang telah
disepakati (ingkar janji).

Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan


Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat
melakukannya

Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna

Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan

Pertanggungjawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat
pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicariusliability.

Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat atas
kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan
tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya.

Malpraktik administratif (administrative malpractice)

Untuk melakukan police power, Pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai


ketentuan di bidang kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk
menjalankan profesinya (surat ijin kerja, surat ijin praktek), batas kewenangan serta
kewajiban tenaga perawatan. Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan
yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hukum administrasi.

Contoh malpraktik administratif:

Menjalankan praktik tanpa izin praktik

Melakukan asuhan keperawatan yang tidak sesuai izin

Menjalankan praktik dengan izin kadaluarsa

Menjalankan praktik tanpa rekam medik

Melanggar ketentuan administratif yang lain

Contoh…

l Adanya komplain terhadap tenaga perawatan dari klien yang menderita radang uretra
setelah pemasangan kateter.apakah hal ini dapat dimintakan tanggung jawab hukum
kepada tenaga perawatan?
l Yang perlu dipahami semua pihak adalah apakah ureteritis bukan merupakan resiko yang
melekat terhadap pemasangan kateter?apakah tenaga perawatan dalam memasang kateter
telah sesuai dengan prosedur profesional?beberapa hal inilah yang menjadi pegangan untuk
menentukan ada tidaknya malpraktek. Apabila tenaga perawatan didakwa telah melakukan
kesalahan profesi, hal ini bukanlah merupakan hal yang mudah bagi siapa saja yang tidak
memahami profesi kesehatan dalam membuktikan ada tidaknya kesalahan

l Pembuktian bila ada kasus atau gugatan adanya civil malpractice dengan dua cara:

Cara Langsung

Menurut taylor, untuk membuktikan adanya kelalaian memakai tolak ukur 4 D yakni:

Duty (kewajiban)

Dalam hubungan perjanjian tenaga perawatan dengan klien, tenaga perawatan haruslah
bertindak berdasarkan:

1. Adanya indikasi medis

2. Bertindak secara hati-hati dan teliti

3. Bekerja sesuai standar profesi

4. Sudah ada informed consent

2. Dereliction of duty (penyimpangan dari kewajiban)

Jika seorang tenaga perawatan melakukan asuhan keperawatan menyimpang dari apa yang
seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard
profesinya, maka tenaga perawatan tersebut dapat dipersalahkan
3. Direct causation (penyebab langsung)

4. Damage (kerugian)

Tenaga perawatan untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan kausal (langsung)
antara penyebab (causal) dan kerugian (damage) yang diderita oleh karenanya dan tidak ada
peristiwa atau tindakan sela diantaranya, dan hal ini haruslah dibuktikan dengan jelas. Hasil
(outcome) negatif tidak dapat digunakan sebagai dasar menyalahkan tenaga perawatan

2. Cara Tidak Langsung

Merupakan cara pembuktian yang mudah bagi klien, yakni dengan mengajukan fakta-fakta
yang diderita olehnya sebagai layanan perawatan (doktrin res ispa loquitur)

Doktrin Res Ispa Loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria:

Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tenaga perawatan tidak lalai

Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab tenaga perawatan

Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari klien dengan perkataan lain tidak ada contributory
negligence

Macam-macam tanggung gugat dalam transaksi terapeutik:

l Contractual liability
Tanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak terpenuhinya kewajiban dari hubungan
kontraktual yang sudah disepakati. Di lapangan pengobatan, kewajiban yang harus
dilaksanakan adalah daya upaya maksimal, bukan keberhasilan, karena health care provider
baik tenaga kesehatan maupun rumah sakit hanya bertanggung jawab atas pelayanan
kesehatan yang tidak sesuai standar profesi/standard pelayanan

l Vicarius liability

Vicarius liability atau respondent superior ialah tanggung gugat yang tibul atas kesalahan
yang dibuat oleh tenaga kesehatan yang ada dalam tanggung jawabnya
(subordinate).misalnya rumah sakit akan bertanggung gugat atas kerugian klien yang
diakibatkan kelalaian perawat sebagai karyawannya

l liability in tort

Adalah tanggung gugat atas perbuatan melawan hukum (onrechmatige daad). Perbuatan
melawan hukum tidak terbatas hanya perbuatan yang melawan hukum, kewajiban hukum
baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain akan tetapi termasuk juga yang
berlawanan dengan kesusilaan atau berlawanan dengan ketelitian yang patut dilakukan
dalam pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda orang lain (hogemad 31 Januar
1919)

Ilustrasi Kasus

l Di ruang ugd datang seorang klien yang bhabis bermain perahu selancar dengan keluhan
telinganya terdengar bunyi gemuruh. Setelah diperiksa oleh seorang dokter residen, dokter
tersebut memberi instruksi kepada seorang siswa perawat untuk memberikan tetes telinga
kepada pasien.dokter bermaksud memberikan obat tetes telinga glycerine dan acid carbol
tetapi tidak mencatatnya pada kartu pasien.
l Klien komplain karena setelah mendapat obat tetes telinga (yang meneteskannya teman
si klien) ternyata obat tersebut mengakibatkan kerusakan sebagian kendang telinga dan
pendengarannya rusak secara permanen

l Pada saat mengajukan bukti-bukti dokter menyatakan bahwa ia telah memerintahkan


untuk diberikan guttae pro auribus acid carbol atau glyserine dan acid carbol drops. Si murid
perawat yang baru berpengalaman 18 bulan di rumah sakit tersebut mendengarnya dokter
mengatakan memberikan instruksi “acid carbol”

l Hakim berpendapat bahwa dokter telah lalai dalam memberikan instruksi kepada
seoarang murid perawat yang tidak kompeten untuk melakukan serta disalahkan cara
instruksinya (tidak ditulis dalam kartu pasien)

l Lebih lanjut hakim mengatakan bahwa dalam memberikan instruksi kepada seorang murid
perawat, maka dokter harus menjaga agar instruksinya itu dimengerti sepenuhnya. Dokter
itu seharusnya sebelum memberikan instruksi harus yakin benar dan mengecek kembali
bahwa murid perawat tersebut cukup kompeten untuk melakukannya dsan tahu apa yang
dimaksudkan (hanson v. the board of managemen of the perth hospital and another, 1938)

Upaya pencegahan dan menghadapi tuntutan malpraktek:

l Upaya pencegahan malpraktek dalam pelayanan kesehatan dengan adanya


kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga perawatan karena adanya malpraktek,
diharapkan membuat para perawat dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati,
yakni:

Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena perjanjian
berbentuk daya upaya (inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultan
verbintenis)

Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent


Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis

Apabila trerjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter

Memperlakukan klien secara manusiawi dengan memperhatikan segala kebutuhannya

Menjalin komunikasi yang baik dengan klien, keluarga dan masyarakat sekitarnya

Upaya menghadapi tuntutan hukum

l Apabila upaya kesehatan yang dilakukan kepada klien tidak memuaskan sehingga perawat
menghadapi tuntutan hukum, maka tenaga perawatan seharusnya bersikap pasif dan pasien
atau keluarganyalah yang aktif membuktikan kelalaian perawat.

l Apabila tuduhan kepada perawat merupakan criminal malpractice, maka tenaga


perawatan dapat melakukan:

Informal Defense

Dengan mengajukan bukti untuk menangkis/menyangkal bahwa tuduhan yang diajukan


tidak berdasar atau tidak menunjuk pada doktrin-doktrin yang ada, misalnya perawat
mengajukan bukti bahwa yang terjadi bukan disengaja, akan tetapi merupakan resiko medik
(risk of treatment), atau mengajukan alasan bahwa dirinya tidak mempunyai sikap batin
(men rea) sebagaimana diisyaratkan dalam perumusan delik yang tidak dituduhkan

Formal/Legal Defence

Melakukan pembelaan dengan mengajukan atau menunjuk pada doktrin-doktrin hukum


yakni dengan menyangkal tuntutan dengan cara menolak unsur-unsur pertanggung jawaban
atau melakukan pembelaan untuk membebaskan diri dari pertanggungjawaban, dengan
mengajukan bukti bahwa yang dilakukan adalah pengaruh daya paksa

Anda mungkin juga menyukai