Anda di halaman 1dari 18

2.

Konsep Masa Nifas

a. Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah dimalai setelah partus dan berakhir

kira-kira setelah 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru pulih

kembali sebelum waktu 3 bulan (Sarwono, 2005).

Masa nifas (puerperium) adalah masa waktu antara kelahiran

plasenta dan membran yang menandai berakhirnya periode

intrapartum sampai waktu menuju kembalinya sistem reproduksi

wanita tersebut kekondisi tidak hamil (Vervney H, 2007).

Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah

masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari

rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya

kembali organ – organ yang berkaitan dengan kandungan, yang

mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan

saat melahirkan (Suherni dkk, 2009).

Masa nifas dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai

dengan 6 minggu (42 hari setelah itu). Puerperium yaitu dari kata puer

yang artinya bayi dan parous melahirkan. Jadi, puerperium berarti

masa setelah melahirkan bayi yaitu masa pulih kembali mulai dari

persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti

prahamil (Rini susilo, 2009).

Masa nifas, disebut juga masa postpartum atau puerperium, adalah

masa sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan, penyembuhan,

dan pengembalian alat-alat kandungan/reproduksi, seperti sebelum


hamil yang lamanya 6 minggu atau 40 hari pasca persalinan (Jannah,

2011).

b. Pembagian Masa Nifas

Adapun tahapan masa nifas adalah :

a. Puerperium dini : Masa kepulihan, yakni saat – saat ibu

dibolehkan berdiri dan berjalan – jalan.

b. Puerperium Intermedial : Masa kepulihan menyelurh dari organ –

organ genital, ± antara 6 – 8 minggu.

c. Remot Puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama apaila ibu selama hamil atau persalinan

mempunyai komplikasi. (menurut Suheri,2009)

c. Perubahan Psikologis Masa Nifas

Perubahan psikologi masa nifas :

a. Fase Taking-In ( Fase Ketergantungan )

1) Mulai dari hari 1-2 post partum.

2) Perhatian klien terhadap kebutuhan dari diri sendiri sehingga

menimbulkan kekhawatiran tentang perubahan badannya dan

pasif terhadap lingkungan.

3) Ibu nifas mungkin akan bercerita berulang-ulang tentang

pengalamannya bersalin.

4) Kondisi ini perlu dipahami oleh keluarga atau orang-orang

terdekat dengan menjaga komunikasi yang baik.

5) Istirahat tidur yang tidak terganggu sehingga berpengaruh pada

kembalinya kesehatan.
b. Fase Taking Hold

1) Dimulai pada 3-10 hari post partum.

2) Jika tidak tercapai akan berakibat post partum blues.

3) Ibu merasa kawatir dengan kemampuannya dan tanggung jawab

dalam merawat bayinya.

4) Perasaan Ibu sangat sensitif sehingga mudah tersinggung

5) Pada fase ini dukungan bidan sangat dubutuhkan.

Merupakan waktu yang tepat bagi Ibu untuk mendapatkan

penyuluhan dari bidan dalam merawat diri dan bayinya sehingga

Ibu tumbuh percaya diri.

c. Fase Letting Go

1) Terjadi pada 10 hari post partum.

2) Jika tidak tercapai menyebabkan depresi.

3) Ibu sudah menerima tanggung jawabnya sebagai seorang Ibu

4) Ibu sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan

bayinya,sudah ada keinginan untk merawat diri sendiri dan

bayinya.

(menurut Yetti Anggraini, 2010)

d. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

1. Perubahan Pada system Reproduksi

a) Perubahan Uterus
Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar. Hal

ini menyebabkan iskemia pada lokasi tempat perlengketan

plasenta (plasenta site) sehingga jaringan perlengketan antara

plasentaa dan dinding uterus mengalami nekrosis dan lepas.

Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca

persalinan, setinggi sekitar umbilikus , setelah 2 minggu masuk

panggul, setelah 4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil)

Berikut merupakan tinggi fundus uterus dan berat uterus

menurut masa involusi :

Involusi Tinggi fundus uterus Berat uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Uri lahir Dua jari dibawah 750 gram

pusat

1 minggu Pertengahan pusat- 500 gram

symphisis

2 minggu Tak teraba diatas 350 gram

symphisis

6 minggu Bertambah kecil 50 gram

8 minggu Sebesar normal 30 gram

Di samping itu akan dari cavum uteri akan keluar cairan sekret

yang disebut lochia. Ada beberapa jenis lochia yakni :

I. Lochia rubra (Cruenta)


Ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel

desidua (selaput lendir rahim dalam keadaan hamil) , vernix

caseosa (palit bayi yang merupakan noda atau sel-sel yang

menyelimuti kulit janin), lanugo (rambut halus pada anak

yang baru lahir), dan meconium (isis usus janin yang cukup

bulan yang terdiri atas getah kelenjar usus dan dan air

ketuban, berwarna hijau kehitaman), selma 2 hari pasca

persalinan.

II. Lochia sanguinolenta

Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi

pada hari ke 3-7 pasca persalinan.

III. Lochia serosa

Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada

hari ke 7-14 pasca persalinan

IV. Lochia alba

Cairan putih yang terjadi pada hari setelah 2 minggu

V. Lochia purulenta

Ini terjadi karena adanya infeksi, kluar cairan seperti nanah

dan berbau busuk.

VI. Lochiotosis

Lochia tidak lancar keluarnya

b) Perubahan vagina dan perinium

I. Vagina
Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae

(lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali.

II. Perlukaan vagina

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan perinium

tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah

persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi akibat ekstraksi

dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar.

Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada

pemeriksaan spekulum.

III. Perubaahan pada perinium

Terjadi robekan perinium pada hampir semua persalinan

pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.

Robekan perinium umumnya tejadi pada garis tengah dan

bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat,

sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin

melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih

besar daripada sirkumferensia suboksipito bregmatika.bila

ada lacerasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi

(penyayatan mulut seraambi kemaluan untuk

mempermudah kelahiran bayi) lakukan penjahitan dan

perawatan dengan baik.

2. Perubahan Pada Sistem Pencernaan

Sering terjadi konstipasi yang disebabkan karena makanan

padat dan kurang berserat selama persalinan. Di samping itu


adanya rasa taut untuk buang air besar yang disebabkan

sehubungan dengan adanya luka jahitan pada perinium. Buang

air besar harus dilakukan 3-4 hari setelah persalinan. Bila

masih konstipasi atau tinja masih keras maka diberikan obat

laksan per oral atau per rektal. Bila belum berhasil maka

dilakukan enema.

3. Perubahan Perkemihan

Saluran akan kembali normal pada waktu 2 sampai 8 minggu

tergantung pada beberapa hal yaitu keadaan/status sebelum

persalinan, lamanya partus kala 2 dilalui, besarnya tekanan

kepala yang menekan pada saat persalinan. Distensi

(peregangan) berlebihan pada vesika urinaria adalah hal yang

umum terjadi karena peningkatan kapasitas vesika urinaria,

pembengkakan memar jaringan disekitar uretra dan hilangnya

sensasi terhadap tekanan yang meninggi. Vesika urinaria yang

penuh menggeser uterus dan dapat menyebabkan perdarahan

postpartum, distensi vesika urinaria dapat disebabkan oleh

retensi urine. Pengosongan vesika urinaria yang adekuat terjadi

pada 5-7 hari setelah pemulihan jaringan yang memar dan

bengkak.

4. Perubahan Tanda-tanda vital pada Masa Nifas

1) Suhu badan

Sekitar hari ke 4 setelah persalinan suhu tubuh ibu akan

naik sedikit antara 37.2 C-37.5. biasanya disebabkan


karena adanya aktivitas payudara. Apabila terjadi kenaikan

hingga 38 C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya

harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.

2) Denyut nadi

Denyut nadi akan melambat sekitar 60x/menit yakni pada

saat selesai persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat

penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama

postpartum. Pada ibu yang nervus, nadinya cepat yaitu

kira-kira 110x/menit. Bisa juga terjadi gejala shock karena

infeksi, khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh.

3) Tekanan darah

Tekanan darah berkisar kira-kira <140/90 mmHg, tekanan

darah tersebut bisa meningkat dari prapersalinan pada 1-3

hari postpartum. Bila tekanan darah menjadi rendah

menunjukkan adanya perdarahan post partum. Sebaliknya

bila tekanan darah tinggi merupakan petunjuk

kemungkinan adanya pre-eklamsi yang bisa timbul pada

masa nifas.

4) Respirasi

Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Hal

ini terjadi karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam

kondisi istirahat. Bila pada masa postpartum terjadi

respirasi cepat (>30x/menit) mungkin karena adanya tanda-

tanda syok.
(Bahiyatun,2009)

5. Perubahan sistem endokrin

Hormon-hormon yang berperan pada masa nifas, antara lain:

1) Hormon Plasenta

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.

Penurunan hormon estrogen, progesteron dan enzim insulinasi

membalik efek diabetogenik kehamilan sehingga kadar gula darah

menurun secara bermakna. Human Chorionic Gonadotropin

(HCG) juga menurun dengan cepat dan menetap sampai 10%

dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum.

2) Hormon Pituitari

Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak

menyusui turun dalam waktu 2 minggu. Folicle Stimulating

Hormone (FSH) dan Leutinizing Hormone (LH) meningkat

dengan fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3 dan LH tetap

rendah hingga ovulasi terjadi.

3) Hormon Oksitosin

Selama tahap ke-3 persalinan, oksitosin menyebabkan pemisahan

plasenta. Kemudian seterusnya bertindak atas otot yang menahan

kontraksi, mengurangi tempat plasenta dan mencegah perdarahan.

Pada wanita yang memilih menyusui bayinya, isapan sang bayi

merangsang keluarnya oksitosin lagi dan ini membantu uterus

kembali ke bentuk normal dan pengeluaran air susu.


6. Perubahan sistem integumen

Peningkatan aktivitas melanin pada kehamilan yang

menyebabkan hiperpigmentasi pada puting susu, areola, dan linea

nigra secara berangsur-angsur menurun setelah melahirkan.

Meskipun perubahan warna menjadi lebih gelap pada area-area

ini menurun, namun warna tidak bisa kembali total seperti

sebelum hamil. Kloasma gravidarum yang timbul pada masa

hamil biasanya tidak akan terlihat saat nifas, namun

hiperpigmentasi pada areola dan linea nigra mungkin belum

menghilang sempurna sesudah melahirkan. (Maryunani, 2009).

7. Perubahan sistem muskuloskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal pada ibu masa nifas

berlangsung terbalik dengan masa hamil. Perubahan ini meliputi

hal-hal yang dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi

serta perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Untuk

menstabilkan sendi dengan lengkap diperlukan waktu smapai

minggu ke-8 setelah ibu melahirkan (Maryunani, 2009).


3. Senam Nifas

a. Pengertian

Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu-ibu setelah

melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas

bertujuan untuk mempercepat penyembuhan ,mencegah timbulnya

komplikasi, memulihkan dan menguatkan otot – otot punggung, otot

dasar panggul dan otot perut (Rini susilo, 2009).

Senam nifas adalah latihan jasmani yang dilakukan oleh ibu-ibu setelah

melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih dimana fungsinya adalah

untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk mempercepat

penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan

memperbaiki regangan pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada

otot-otot bagian punggung, dasar panggul dan perut (Anggriyana, 2010).

b. Tujuan Senam Nifas

Senam nifas berupa gerakan-gerakan yang berguna untyk

mengencangkan otot, terutama otot-otot perut yang menjadi longgar

setelah kehamilan. Tujuan dari senam nifas yaitu :

1. Mengurangi rasa sakit pada otot

2. Memperbaiki peredaran darah

3. Mengencangkan otot-otot perut dan perineum

4. Melancarkan pengeluaran lokhea

5. Mempercepat involusi
6. Menghindarkan kelainan (misalnya : emboli, trombosis dan lali-

lain)

7. Untuk mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi dan

meningkatkan otot-otot punggung, pelvis, dan abdomen.

(Bahiyatun, 2009)

c. Langkah – langkah senam nifas

Berikut adalah 14 langkah senam nifas pasca persalinan :

1. Berbaringlah terlentang, tubuh dan kaki lurus. Lakukan kontraksi

pada otot perut dan tekankan punggung bagian bawah anda ke

lantai. Bertahanlah pada posisi ini, lalu rileks. Ulangi 5 kali

2. Berbaringlah terlentang, kedua tungkai ditekuk, kedua tangan

diatas perut, tarik nafas dengan mulut mencucu, kencangkan otot

perut dan dubur kembali lemas. Ulangi 8 kali.

3. Berbaringlah terlentang, kedua lengan di samping badan, silangkan

tungkai kanan ke atas tungkai kiri, tarik nafas kemudian keluarkan

melalui celah bibir. Kempiskan perut dan kerutkan dubur, lemaskan

kembali, ulangi 8 kali kemudian danti tungkai kiri sebanyak 8 kali.

4. Berbaringlah terlentang , kedua lengan disamping badanm putar

kedua kaki kiri 4 kali, kekanan 4 kali, dorong kaki kanan dan kiri

ke depan dan gerakkan ke belakang, ulangi 8 kali.

5. Berbaringlah terlentang, silangkan kedua tangan pada dada anda.

Angkatlah bagian atas tubuh ke posisi duduk. Bila anda merasa fit,

letakkan tangan dibelakang kepala dan angkat tubuh ke posisi

duduk.
6. Berbaringlah di lantai, angkat lutut anda dan kedua telapak kaki

lantai. Angkatlah bagian tubuh dari pundak dan lakukan kontraksi

pada otot pantat.

7. Berbaringlah di lantai, ke dua lengan dibentangkan, lalu angkatlah

kedua lengan anda hingga bersentuhan satu sama yang lain,

perlahan-lahan turunkan kembali ke lantai.

8. Berbaringlah terlentang, lipatkan salah satu kaki anda dan

angkatlah lutut setinggi mungkin, hingga telapak kaki menyentuh

pangkal paha.

9. Berbaringlah terlentang, angkat kepala anda dan usahakan agar

dagu menyentuh dada. Tubuh dan kaki tetap pada tempatnya.

10. Berbaringlah terlentang, kedua tangan disisi tubuh. Angkatlah

salah satu kaki anda dengan tetap lurus hingga mencapai 90 derajat.

Ulangi dengan kaki yang lain. Bila anda merasa lebih kuat, cobalah

dengan bersamaan.

11. Berbaringlah terlentang kedua tungkai ditekuk, letakkan kedua

lengan di samping badan, tarik lutut kiri kedada pelan - pelan,

luruskan tungkai dan kaki kiri, tekuk kaki kiri ke belakang kea rah

punggung, turunkan perlahan kembali pada posisi awal, ulangi 4

kali, ganti dengan tungkai kanan, ulangi kembali 4 kali.

12. Berlututlah, kedua lutut terpisah, letakkan dada dilantai sedekat

mungkin kepada kedua lutut. Jagalah agar tubuh tetap diam dan

kaki sedikit terpisah.


13. Pada posisi duduk, kepala menunduk dan relaks, putar kepala

kekiri 4 kali kemudian kepala ke kanan 4 kali.

14. Pada posisi duduk, kedua tangan saling memegang pergelangan

tangan, angkat setinggi bahu, geserkan tangan kesiku sekuat-

kuatnya, kemudian geser ke posisi awal pelan-pelan, ulangi 8 kali.

4. Inisiasi Menyusui Dini

Menyusui merupakan suatu cara yang optimal dalam memberikan

nutrisi dan mengasuh bayi, dan dengan penambahan makanan

pelengkap pada paruh kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi,

imunologi, dan psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan

tahun -tahun berikutnya ( Roesli,2000 ).

Laktasi merupakan keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di

produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI (

Purwanti,2004 ).

Menyusui Dini merupakan suatu aktivitas menyusui bayi segera

setelah melahirkan sampai satu jam pertama post partum ( Rosita,

2008).

1. Anatomi dan Fisiologi Payudara.

Secara vertikal mamae terletak diantara kosta II dan IV, secara

horisontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis.

Kelenjar susu berada di jaringan sub cutan superfisial dan profundus,

menutupi muskulus pectoralis mayor. Ukuran normal 10-12cm dengan


berat pada perempuan 200gram, pada wanita hamil aterm 400-600gram

dan masa laktasi sekitar 600-800gram.

Ada 3 bagian payudara, corpus, areola, papilla. areola mamae

letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang

disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya.

Papila mamae terdapat lubang - lubang kecil yang merupakan muara

dari duktus laktiferus, ujung - ujung serat otot polos yang tersusun

secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan

memadat dan menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat - serat

otot yang longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut (

Farrer, 1999 ).

Ada empat macam bentuk puting yaitu : bentuk normal /

umum, pendek/ datar, panjang dan terbenam ( inverted ).

Struktur payudara terdiri 3 bagian yaitu kulit, jaringan sub cutan, dan

corpus mamae. Corpus mamae terdiri struktur parenkim dan stoma.

Parenkim merupakan suatu struktur terdiri duktus laktiferus, duktulus,

lobus dan alveoli. Ada 15-20 duktus laktiferus, tiap-tiap duktus

bercabang menjadi 20-40 duktuli. Duktuli bercabang menjadi 1710-100

alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu

sehingga merupakan suatu pohon .Bila diikuti pohon tersebut dari

akarnya pada puting susu, akan didapatkan saluran air susu yang

disebut duktus laktiferus, dan melebar membentuk sinus laktiferus

tempat penampungan air susu, selanjutnya duktus laktiferus terus

bercabang menjadi duktus dan duktulus pada kelompok alveoli


Didalam alveoli terdiri dari duktulus yang terbuka, sel-sel kelenjar yang

menghasilkan air susu dan mioepitelium yang berfungsi memeras air

susu keluar dari alveoli ( Van esterik,1977).

2. Fisiologi Meyusui Selama kehamilan

Hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya

belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi.

Pada hari kedua atau ketiga pasca partum, kadar estrogen

dan progesteron turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih

dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan

menyusukan labih dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah

prolactin oleh hipofise, sehingga sekresi ASI semakin lancar. Dua

refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses menyusui yaitu

refleks prolaktin dan refleks aliran timbul akibat perangsangan puting

susu oleh hisapan bayi.

a. Refleks Prolaktin

Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting

susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke

hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk

mengeluarkan hormon prolaktin kedalam darah. Melalui sirkulasi

prolaktin memacu sel kelenjar ( alveoli ) untuk memproduksi air susu.

Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi

berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan

lamanya bayi menghisap.

b. Refleks Aliran ( Let Down Reflek )


Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain

mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormon prolaktin juga

mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitoksin.

Dimana setelah oksitoksin dilepas kedalam darah akan mengacu otot -

otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkontraksi sehingga

memeras air susu dari alveoli, duktulus dan sinus menuju puting susu .

Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau dapat

juga ibu rasakan dalam sensasi apapun. Tanda-tanda lain dari let-down

adalah tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi.

Refleks ini dipengaruhi oleh kejiwaan ibu ( Roesli,2000).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi menyusui dini diantaranya :

Menurut ( Doengoes, 2001 ). Kondisi ibu baik fisik setelah

melahirkan oleh karena faktor kelelahan , dapat mempengaruhi penilaian

psikologis suplai ASI dan penurunan refleks secara psikologis.

Ketenangan jiwa dan pikiran akan meningkatkan produksi ASI yang baik

Faktor makanan karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan

sempurna tanpa makanan. Faktor anatomis buah dada , bila jumlah lobus

dalam buah dada berkurang lobuluspun berkurang. Dengan demikian

produksi ASI juga berkurang karena sel-sel acini yang memghisap zat-zat

makan dari pembuluh darah akan berkurang. Faktor fisiologi dipengaruhi

hormon terutama prolaktin yang merupakan hormone laktogenik yang

menentukan dalam hal pengadaan dan mempertahankan sekresi ASI.


Faktor isapan bayi yang pertama diabaikan atau hisapan bayi keputing

berkurang dengan demikian pengeluaran ASI berkurang.

Menurut ( Hubertin, 2004 ) faktor – faktor yang mempengaruhi

aktifitas ibu selama menyusui dini diantaranya masalah-masalah yang

berkaitan dengan payudara yaitu bentuk puting yang abnormal misal

puting kedalam atau retracted nipple menyebabkan ibu kesulitan untuk

menyusui bayinya, puting susu lecet akibat tehnik menyusu yang salah,

bayi tidak mengisap sampai areola mamae tapi hanya dibagian putting saja

, putting susu nyeri pada waktu awal menyusui payudara bengkak terjadi

pada hari- hari pertama sekitar 2 – 4 jam disebabkan bertambahnya aliran

darah ke payudara bersamaan dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah

banyak , mastitis atau abses payudara merupakan peradangan pada

payudara dengan gejala merah , bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan

panas, suhu tubuh meningkat , didalam payudara terasa masa padat

kejadian ini terjadi pada masa nifas 1 - 3 minggu setelah persalinan yang

diakibatkan oleh sumbatan saluran ASI yang berlanjut.

5. Pengaruh senam nifas dan Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Involusi

Uteri

Anda mungkin juga menyukai