Anda di halaman 1dari 28

COVER

TUGAS MATA KULIAH


MANAJEMEN MUTU PROGRAM KESEHATAN

KONSEP PROSES PRODUKSI DAN KESESUAIAN MUTU:


PROSEDUR PENGAWASAN, JENIS PENGAWASAN, DAN ALAT
KENDALI MUTU

OLEH:
AYU PRASETYOWATI 101614453017
CANDRA JUNAEDI 101614453050
RAHMI DAMAYANTI 101614453061

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN
MINAT MANAJEMEN KESEHATAN
SURABAYA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “KONSEP PROSES PRODUKSI DAN KESESUAIAN
MUTU: PROSEDUR PENGAWASAN, JENIS PENGAWASAN, DAN ALAT
KENDALI MUTU”. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Mutu Program Kesehatan.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai pihak. Oleh sebab itu,
ucapan terimakasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:
1. Dr. drg. Setya Haksama., M.Kes. selaku dosen mata kuliah Manajemen Mutu
Program Kesehatan yang telah memberikan petunjuk, saran dan koreksi dalam
penyusunan makalah ini.
2. Teman-teman Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Minat
Manajemen Kesehatan yang telah membantu dan mendukung dalam
penyusunan makalah ini.
Demikian makalah ini telah disusun, namun tidak menutup kemungkinan
masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis terbuka menerima masukan,
kritik dan saran guna kesempurnaan penulisan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, 6 September 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Contents
COVER ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
1. Konsep Proses Produksi dan Kesesuaian Mutu.......................................... 1
2. Pengawasan dan Pengendalian Mutu .......................................................... 3
3. Gugus Kendali Mutu ................................................................................... 10
4. Alat Kendali Mutu ....................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hubungan 8 (delapan) langkah untuk peningkatan (8 Steps for


improvement) dengan Siklus Deming, 7 (tujuh) Alat Pengendalian
Mutu (Seventh Tools Controls) dan Brain Storming ......................... 15
Tabel 4.2 Contoh Lembar Pemeriksaan (chek sheet) ......................................... 16
Tabel 4.3 Contoh Stratifikasi.............................................................................. 16

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Delapan Langkah Pengendalian Mutu ............................................. 14


Gambar 4.2 Contoh Diagram Pareto ................................................................... 18
Gambar 4.3 Contoh Hitogram ............................................................................. 18
Gambar 4.4 Contoh Diagram Pencar ................................................................... 19
Gambar 4.5 Contoh Diagram Sebab Akibat ........................................................ 20

v
KONSEP PROSES PRODUKSI DAN KESESUAIAN MUTU:
PROSEDUR PENGAWASAN, JENIS PENGAWASAN, DAN ALAT
KENDALI MUTU

1. Konsep Proses Produksi dan Kesesuaian Mutu


Terdapat kaitan erat antara mutu, suatu produk dengan proses produksinya.
Suatu produk dibuat melalui proses pengolahan dari bahan baku menjadi barang
setengah jadi dan akhirnya menjadi barang jadi (finished goods) berdasarkan mutu
yang diciptakan. Secara umum pengertian produksi adalah suatu proses di mana
barang atau jasa diciptakan (production is the process by which goods and services
are cre-ated). Proses produksi terjadi karena adanya interaksi antara berbagai faktor
produksi seperti input (berupa bahan baku, tenaga kerja, mesin, dan sebagainya)
bersatu padu untuk menciptakan barang (jasa) yang mempunyai nilai tambah dan
nilai guna yang lebih tinggi yang diperlukan konsumen.
Mutu adalah kesesuaian serangkaian karakteristik produk atau jasa dengan
standar yang ditetapkan perusahaan berdasarkan syarat, kebutuhan dan keinginan
konsumen. Segala aspek termasuk pengertian dan pemahaman terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan mutu sangat penting untuk dimiliki oleh perusahaan, baik
untuk kepentingan internal maupun eksternal. Dengan persepsi yang sama
mengenai mutu maka tujuan dan cita-cita mutu perusahaan dapat dicapai dengan
lebih cepat dan efisien (Muhandri dan Kadarisman, 2006).
Terdapat delapan dimensi mutu menurut Gravin, yaitu sebagai berikut :
a. Performance yaitu kesesuaian produk dengan fungsi utama produk itu sendiri
atau karakteristik operasi dari suatu produk
b. Features, yaitu ciri khas produk yang membedakan dari produk lain yang
merupakan karakteristik pelengkap dan mampu menimbulkan kesan yang baik
bagi pelanggan.
c. Reliability, yaitu kepercayaan pelanggan terhadap produk karena
kehandalannya atau karena kemungkinan kerusakan yang rendah
d. Conformance, yaitu kesesuaian produk dengan syarat atau ukuran tertentu atau
sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar yang telah
ditetapkan.

1
e. Durability, yaitu tingkat ketahanan atau bebrapa lama produk dapat terus
digunakan
f. Serviceability, yaitu meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, kemudahan
dalam pemeliharaan dan penanganan keluhan yang memuaskan
g. Estetika, yaitu keindahan menyangkut corak, rasa dan daya tarik produk
h. Perceived, yaitu fanastisme konsumen menyangkut citra dan reputasi produk
serta tanggungjawab perusahaan terhadapnya.
Pengendalian/pengawasan (Controlling) adalah proses untuk “menjamin”
bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Pengawasan merupakan
tindakan seorang manejer untuk menilai dan mengendalikan jalan suatu kegiatan
yang mengarah demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Bila ditinjau dari
proses, maka proses itu adalah proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh
rangkaian kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan bisa berjalan sesuai
target yang diharapkan. Terdapat pengertian fungsi controlling menurut beberapa
pakar, di antaranya:
a. Henri Fayol (2001)
“Control consist in verifying whether everything occurs in conformity with the
plan adopted, the instruction issued and principles established. It has objective
to point out weaknesses and errors in order to rectify then prevent recurrance”.
b. George R. Terry (2001)
“Controlling can be defined as the process of determining what is to be
accomplished, that is the standard; what is being accomplished, that is the
performance, evaluating the performance and if necessary applying corrective
measure so that performance takes place according to plans, that is, in
conformity with the standard.”
c. Harold Koontz
Pengendalian adalah pengukuran dan koreksi kinerja dalam rangka untuk
memastikan bahwa tujuan-tujuan perusahaan dan rencana yang dirancang
untuk mencapainya tercapai.

2
d. EFL Breach
Pengendalian adalah perbandingan kinerja saat ini terhadap standar yang telah
ditentukan yang terkandung dalam rencana, dengan maksud untuk memastikan
kemajuan yang memadai dan kinerja yang memuaskan.
e. Dessler (2009)
Pengawasan (Controlling) merupakan penyusunan standar - seperti kuota
penjualan, standar kualitas, atau level produksi; pemeriksaan untuk mengkaji
prestasi kerja aktual dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan;
mengadakan tindakan korektif yang diperlukan

2. Pengawasan dan Pengendalian Mutu


Pengawasan mutu adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin bahwa
proses yang terjadi akan menghasilkan produk sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Kegiatan pengawasan mutu adalah mengevaluasi kinerja nyata proses
dan membandingkan kinerja nyata proses dengan tujuan. Hal tersebut meliputi
semua kegiatan dalam rangka pengawasan rutin mulai dari bahan baku, proses
produksi hingga produk akhir. Pengawasan mutu bertujuan untuk mencapai sasaran
dikembangkannya peraturan di bidang proses sehingga produk yang dihasilkan
aman dan sesuai dengan keinginan masyarakat dan konsumen (Puspitasari, 2004).
Berbagai fungsi di dalam manajemen yang dilaksanakan oleh para pimpinan
dalam rangka mencapai tujuan organisasi diantaranya adalah fungsi perencanaan
sampai dengan fungsi pengawasan (Controlling) (Griffin, 2004). Keempat fungsi
manajemen tersebut harus dilaksanakan oleh seorang manajer secara
berkesinambungan, sehingga dapat merealisasikan tujuan organisasi. Pengawasan
merupakan bagian dari fungsi manajemen yang berupaya agar rencana yang sudah
ditetapkan dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
Menurut Schroeder (1989), terdapat 3 tahapan jenis fungsi perencanaan
sistem pengawasan mutu yaitu :
a. Pengawasan mutu terhadap masuknya bahan baku
Guna mengawasi kualitas bahan baku berdampak besar terhadap kualitas akhir
produk yang dihasilkan.
b. Pengawasan mutu terhadap produk

3
Pemeriksaan dalam pendekataan ini dilakukan dengan melihat pelaksanaan
proses dibandingkan dengan petunjuk yang ada dengan standar proses.
Pendekatan proses ini dilakukan bila proses produksi lebih menentukan mutu
produk.
c. Pengawasan mutu proses dan tahapan akhir
Pengawasan mutu terhadap produk berfungsi sebagai kegiatan pemantau mutu
produk sejak memasuki proses melalui seluruh tahapan produksi sampai
kepada konsumen, sehingga kinerja produk dapat terjamin dan diperdalamkan.
Seperti telah dikatakan bahwa maksud dari pengawasan mutu adalah agar
spesifikasi produk yang telah ditetapkan sebagai standar dapat tercermin dalam
produk / hasil akhir. Secara tgerperinci dapatlah dikatalan bahwa tujuan dari
pengawasan mutu adalah :
a. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standart mutu yang ditetapkan.
b. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin
c. Mengusahakan agar biaya design dari produk dan proses dengan menggunakan
mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.
d. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.
Pada saat melakukan pengawasan (inspeksi) karakteristik kualitas menurut
Heizer dan Render (2006) dibagi menjadi dua hal yaitu:
a. Inspeksi atribut : menggolongkan barang baik dan barang cacat
b. Inspeksi variable : menghitung dimensi seperti berat, kecepatan, tinggi,
kekuatan untuk melihat apakah produk masuk kreteria batas yang dapat
diterima.
Proses pengawasan melalui beberapa tahapan-tahapan, yaitu sebagai
berikut:
a. Mengukur hasil/prestasi yang dicapai.
b. Membandingkan hasil yang dicapai dengan hasil yang diinginkan (standar) dan
mencari penyimpangan, kalau ada.
c. Memperbaiki penyimpangan tersebut.
Dalam pelaksanaan manajemen cara pengawasan tidak hanya dengan
membandingkan hasil. Ada cara pengawasan lain, yaitu pengawasan awal dan
bersifat preventif seperti pengaruh kebijaksanaan dan prosedur. Kebijaksanaan dan

4
prosedur bersifat mengawasi karena membatasi kegiatan-kegiatan yang diaturnya.
Untuk mendapatkan data hasil, proses pemgawasan dapat dilakuakn dengan
menggunakan teknik :
a. Pengawasan Langsung, yaitu pengawasan yang dilakukan sendiri oleh
pimpinan. Dalam hal ini pimpinan langsung datang dan memeriksa kegiatan
yang sedang dijalankan oleh bawahan. Pengawasan langsung dapat berbentuk:
1) Inspeksi langsung
2) On-the-Spot observatiton
3) On-the-spot report
b. Pengawasan tidak langsung, atau pengawasan dari jarak jauh. Pengawasan
dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh para bawahan. Baik itu
tertulis maupaun lisan (Siagian, 2003)

Sedangkan pengendalian adalah kegiatan yang telah melalui proses standar


yang ditetapkan dan merupakan kegiatan akhir dari proses kegiatan produksi.
Proses pengendalian terdiri dari kegiatan mengamati kinerja, membandingkan
kinerja dengan beberapa standar, dan kemudian mengambil keputusan atas kinerja
yang diamati secara signifikan dengan standar yang berbeda (Pasaribu MR, 2015).
Pengendalian adalah kegiatan pemeriksaan dan pengendalian atas kegiatan
yang telah dan sedang dilakukan, agar kegiatan-kegiatan tersebut dapat sesuai
dengan apa yang diharapkan atau direncanakan (Assauri S, 1980). Menurut
Gaspersz (2003) pengendalian mutu adalah aktifitas yang berorientasi pada
tindakan pencegahan kerusakan dan bukan berfokus pada upaya untuk mendeteksi
kerusakan saja. Usaha untuk pengendalian mutu lebih difokuskan pada tindakan
pencegahan sebelum terjadinya kerusakan dengan jalan melaksanakan aktivitas
secara baik dan benar pada waktu pertama kali mulai melaksanakan suatu aktivitas.
Dapat disimpulkan bahwa pengendalian adalah proses untuk mencapai hasil
yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Jadi suatu
pengendalian yang baik akan dapat membantu proses produksi dalam suatu
perusahaan, tidak hanya dalam segi preventifnya saja, tetapi juga dalam segi
korektifnya kerena pengedalian yang tepat akan memberikan hasil yang sesuai
dengan yang diharapkan.

5
Pada sistem kontrol terdapat elemen dasar yang saling berhubungan,
keempat elemen dasar tersebut antara lain:
a. Karakteristik atau kondisi yang akan dikontrol
Karakteristik tersebut dapat berupa output dari sistem dalam tahap pemrosesan
atau mungkin suatu kondisi yang merupakan hasil dari sistem. Sebagai contoh
dalam sistem sekolah dasar para jam kerja guru atau keunggulan pengetahuan
yang ditunjukkan oleh siswa pada ujian nasional adalah contoh karakteristik
yang dapat dipilih untuk pengukuran atau kontrol.
b. Sensor merupakan sarana untuk mengukur karakteristik atau kondisi. Sebagai
contoh dalam sistem kontrol pengukuran kualitas dapat diandaikan oleh
inspeksi visual dari produk.
c. Komparator
Menentukan kebutuhan koreksi dengan membandingkan apa yang terjadi
dengan apa yang telah direncanakan. Beberapa penyimpangan dari rencana
adalah biasa dan diharapkan, tetapi ketika berada di luar variasi yang dapat
diterima tindakan korektif diperlukan. Ini melibatkan semacam tindakan
pencegahan yang menunjukkan bahwa kontrol yang baik sedang dicapai.
d. Aktivator
Yang merupakan tindakan korektif diambil untuk mengembalikan sistem ke
output yang diharapkan. Contohnya adalah seorang karyawan diarahkan ulang
untuk bagian-bagian yang gagal lulus pemeriksaan mutu atau kepala sekolah
yang memutuskan untuk membeli buku-buku tambahan untuk meningkatkan
kualitas siswa. Selama rencana dilakukan dalam batas-batas yang diijinkan
tindakan korektif tidak diperlukan.

Pada kegiatan controlling yang efektif terdapat karakteristik, antara lain:


a. Akurat
Pelaksanaan kegiatan harus akurat karena data yang tidak akurat dari sistem
pengawasan dapat menyebabkan organisasi mengambil tindakan koreksi yang
keliru atau bahkan menciptakan masalah yang sebenarnya tidak ada.
b. Tepat-waktu

6
Informasi harus dikumpulkan, disampaikan, adan dievaluasi secepatnya bila
kegiatan perbaikan harus dilakukan segera.
c. Objektif dan menyeluruh
Informasi harus mudah dipahami dan bersifat objektif serta lengkap.
d. Terpusat pada titik-titik pengawasan strategik.
Sistem pengawasan harus memuaskan perhatian pada bidang-bidang dimana
penyimpangan-penyimpangan dari standar paling sering terjadi atau akan
mengakibatkan kerusakan paling fatal.
e. Realistik secara ekonomis.
Biaya pelaksanaan sistem pengawasan harus lebih rendah, atau paling tidak
sama, dengan kegunaan yang diperoleh dari sistem tersebut.
f. Realistik secara organisasional.
Sistem pengawasan harus cocok atau harmonis dengan kenyataan-kenyataan
organisasi.
g. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi.
Informasi pengawasan harus terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi
karena, setiap tahap dari proses pekerjaan dapat mempengaruhi sukses atau
kegagalan keseluruhan operasi, dan informasi pengawasan harus sampai pada
seluruh personalia yang memerlukannya.
h. Fleksibel.
Pengawasan harus mempunyai fleksibelitas untuk memberikan tanggapan atau
reaksi terhadap ancaman ataupun kesempatan dari lingkungan.
i. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional.
Sistem pengawasan efektif harus menunjukkan, baik deteksi atau deviasi dari
standar, tindakan koreksi apa yang seharusnya diambil.
j. Diterima para anggota organisasi.
Sistem pengawasan harus mampu mengarahkan pelaksanaan kerja para
anggota organisasi dengan mendorong perasaan otonomi, tanggung jawab dan
berprestasi.
Tujuan dari pengendalian mutu adalah:
a. Alat pengambil keputusan terhadap standar mutu barang yang diproduksi
sehingga mudah diterima oleh pelanggan atau konsumen.

7
b. Alat pemeriksa terhadap metode operasi yang digunakan selama dipabrik
c. Alat pencegahan mutu barang yang buruk agar tidak sampai ketangan
pelanggan atau konsumen
Dalam proses controlling, terdapat tiga tipe yaitu :
a. Pengawasan pendahuluan, tipe ini dirancang untuk mengantisipasi adanya
penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat
sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan.
b. Pengawasan yang dilakukan bersama dengan pelaksanaan kegiatan, tipe ini
merupakan proses di mana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui
dulu atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan dilanjutkan,
untuk menjadi peralatan “double check” yang telah menjamin ketepatan
pelaksanaan kegiatan.
c. Pengawasan umpan balik, yakni tipe pengawasan yang digunakan untuk
mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan.
Sedangkan Stoner James, A. F. dan Wankel, Charles (1988)
mengelompokkan jenis-jenis metode pengendalian dalam empat jenis, yaitu:
a. Pengendalian Pra-Tindakan (pre-action control)
Yaitu konsep pengendalian yang merupakan suatu tindakan yang diambil bila
sumberdaya manusia, bahan dan keuangan diseleksi dan tersedia dalam jenis,
jumlah dan mutu yang tepat.
b. Pengendalian Steering Control atau Freeforward Control
Yaitu metode yang dibentuk untuk mendeteksi penyimpangan dari beberapa
standar atau tujuan tertentu dan memungkinkan pengambilan tindakan koreksi
di depan. Bila pemimpin melihat adanya penyimpangan dia dimungkinkan
untuk melakukan koreksi, sekalipun kegiatan belum selesai dilakukan.
Pengendalian ini efektif bila pemimpin pada waktu yang tepat dapat
memperoleh informasi yang akurat.
c. Pengendalian Secara Skrining atau Pengendalian Ya/Tidak (Screening or
Yes/No Control)
Yaitu metode yang digunakan karena mampu melakukan penelitian ganda,
ketika pengmanan terhadap resiko tindakan manajer sangat diperhatikan.

8
Metode ini fungsional bila prosedur dan syarat-syarat tertentu disepakati
sebelum melakukan kegiatan.
d. Pengendalian Purna-Karya (Post-Action Control)
Yaitu metode pengendalian digunakan untuk melihat adanya penyimpangan
arah dan tujuan perusahaan setelah kegiatan selesai.

Untuk mencapai produk yang sesuai bagi penggunaan konsumen, terdapat


berbagai faktor yang berpengaruh dan harus diperhatikan sebagai berikut
(Prawirosentono, 2004).
a. Pengendalian mutu dalam proses produksi.
Terdapat keterkaitan antara mutu produk dengan proses produksi. Suatu
produk dibuat melalui pengolahan dari bahan baku menjadi bahan setengah
jadi dan akhirnya menjadi barang jadi berdasarkan mutu yang diciptakan.
b. Ruang lingkup standar mutu terpadu
Pengendalian mutu merupakan kegiatan terpadu mulai dari pengendalian
berdasarkan standar mutu bahan, standar mutu proses produksi, barang
setengah jadi, barang jadi hingga standar pengiriman produk akhir ke
konsumen agar barang tersebut sesuai degan spesifikasi mutu yang
direncanakan.
c. Pengendalian mutu dan dukungan manajemen
Pihak manajemen perusahaan maupun tenaga kerja harus saling menunjang
pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu produk sejak awal kegiatan produksi,
yaitu pemilihan bahan baku, proses produksi, hingga produk didistribusikan
hingga konsumen. Partisipasi manajemen dan seluruh tenaga kerja akan
mempengaruhi keberhasilan kendali mutu atas produk yang diproduksi.
d. Multi tujuan pengendalian mutu
Tujuan utama pengendalian mutu adalah untuk mengetahui sejauh mana proses
dan hasil produksi yang dibuat sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
perusahaan. Secara umum tujuan pengawasan mutu adalah:
1) Produk akhir memiliki spesifikasi sesuai dengan standar mutu yang telah
ditetapkan dan
2) biaya disain produk, biaya inspeksi dan biaya proses produksi dapat
berjalan secara efisien.

9
e. Faktor teknis yang mempengaruhi pengendalian mutu
Penggunaan teknologi dalam memproduksi barang berpengaruh terhadap
produk yang dihasilkan apakah sesuai dengan standar yang diinginkan atau
tidak.
f. Pengendalian mutu dan bahan sisa
Manfaat dan tujuan lain dalam mengawasi proses produksi adalah dapat
mengurangi bahan sisa. Bahan sisa yang terbuang harus diupayakan seminimal
mungkin. Dalam hal ini aspek efisiensi penggunaan bahan baku sangat
ditekankan. Jumlah bahan sisa yang sedikit berarti penggunaan bahan baku
yang efisien.
g. Organisasi dan unit pengendalian mutu
Unit pengendalian mutu berfungsi mengendalikan mutu dan bertanggung
jawab terhadap kesesuaian mutu produk yang dihasilkan.

3. Gugus Kendali Mutu


a. Pengertian Gugus Kendali Mutu
Gugus Kendali Mutu (GKM) merupakan konsep baru guna peningkatan
mutu dan produktivitas kerja industri. GKM adalah suatu teknik pengawasan
kualitas hasil kerja yang secara bersama-sama diwujudkan oleh karyawan dan
pimpinan. . GKM merupakan mekanisme formal yang dilembagakan dengan tujuan
untuk mencari pemecahan masalah dengan meningkatkan partisipasi dan kreatifitas
karyawan. GKM terdiri dari sekelompok orang dalam organisasi yang bertugas
mengendalikan mutu.
Menurut Kaoru Ishikawa (1989) Gugus Kendali Mutu adalah sekelompok
kecil orang yang secara sukarela (tidak terikat, atas inisiatif sendiri, secara otonom
dan seterusnya) menyelenggarakan kegiatan kendali mutu di dalam suatu
lingkungan kerja.
Menurut Dewar (1980) Gugus Kendali Mutu adalah sekelompok orang yang
secara sukarela bertemu secara teratur untuk mengidentifikasikan, mengawasi dan
memecahkan masalah pengendalian kualitas atas maslah lainnya di bidang mereka.
Sedangkan menurut Wahyudi; Suryohadi; Sudarsa (1984) Gugus Kendali
Mutu adalah sekelompok karyawan yang berjumlah antara 5 sampai 10 orang dari

10
bidang tugas yang sama atau kurang lebih sama, di mana mereka mengadakan
pertemuan secara berkala, dalam waktu tertentu untuk mengenal bidang masalah
yang ada dalam bidang tugas mereka, mempelajari dan menganalisis masalah
tersebut untuk menemukan faktor-faktor penyebabnya yang dominan, mencari
alternatif atau pemilihan pemecahan masalah tersebut, mengajukan usulan
pemecahan masalah kepada atasannya untuk hal-hal yang berada di luar
wewenangnya.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Gugus Kendali Mutu
tersebut mempunyai ciri sebagai berikut :
1) Terdiri dari sekelompok kecil orang yang sama bidang tugasnya.
2) Mengadakan pertemuan secara berkala untuk mengidentifikasi, menyelidiki
dan menemukan pemecahan masalah mutu dalam bidang tugasnya.
3) Keanggotaannya bersikap sukarela.
4) Memakai teknik kendali mutu dalam kegiatannya.
5) Menerapkan solusi masalah setelah mendapatkan persetujuan dari atasannya.
Sedangkan tolak ukur keberhasilan manajemen GKM adalah :
1) Jumlah kelompok atau gugus yang terbentuk.
2) Jumlah usulan kelompok yang disampaikan kepada manjemen atas.
3) Jumlah anggota kelompok atau gugus.
4) Jumlah keluar masuknya anggota kelompok.

b. Prinsip Dasar Gugus Kendali Mutu


Prinsip dasar GKM, antara lain:
1) Pembinaan manusia (people buliding) merupakan seni untuk membuat
manusia lebih dari keadaan saat ini. Pembinaan didasari pada keyakinan
bahwa manusia pada dasarnya adalah baik dan mempunyai kemampuan
untuk berkembang. Dengan demikian, perlu disediakan kesempatan latihan
untuk kebutuhan pengembangan individu.
2) Kegiatan sukarela (voluntary) adalah salah satu unsur pokok dari program
GKM, karyawan harus sadar akan pentingnya program GKM dan
memahami keuntungan yang dapat diperoleh dari program ini. Karyawan
harus sadar bahwa pelaksanaan GKM bermanfaat masyarakat sehingga

11
konsep tersebut diterima oleh para karyawan sehingga partisipasi meningkat
secara sukarela dan bersedia mempromosikan GKM pada teman-temannya.
3) Partisipasi dari setiap orang, setiap anggota diharapkan mau berpartisipasi
dalam pertemuan GKM. Setiap orang yang bergabung, terutama pimpinan
gugus harus menyadari bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama
untuk menyumbangkan apa yang ada dalam pikirannya. Seorang pemimpin
diharapkan mampu menciptakan suasana yang dapat mendorong orang yang
kurang aktif menjadi terpancing untuk berbicara.
4) Anggota membantu yang lain untuk berkembang, karena setiap anggota
tidak sama kemampuannya dalam memahami dan menggunakan teknik
GKM, maka semua anggota perlu saling menolong anggota lainnya yang
belum mengerti, agar setiap anggota dapat maju dan berkembang. Selain itu,
setiap anggota dapat menyumbangkan kemampuan yang dimilikinya dalam
memecahkan masalah yang ada.
5) Proses GKM adalah usaha kelompok bukan usaha perorangan. GKM adalah
suatu kelompok yang setiap angotanya bekerja sama dalam menyelesaikan
masalah yang ada. Segala sesuatu yang dilakukan oleh gugus, dikerjakan
dalam semua bentuk usaha kelompok. Hasil kerja GKM adalah hasil kerja
semua bukan hasil kerja perorangan.
6) Latihan untuk karyawan dan manajemen.
7) Penggalian kreatifitas, sasaran dari kegiatan GKM adalah untuk menggali
bakat semua anggotanya untuk mencapai perbaikan-perbaikan dan
mengadakan pertemuan. Perlu diciptakan lingkungan yang tepat agar setiap
anggota mengemukakan ide-idenya dengan leluasa.
8) Proyek berhubungan dengan kegiatan sehari-hari, karena para anggota
merupakan ahli pada apa yang mereka kerjakan, bukan apa yang orang lain
kerjakan.
9) Manajemen harus mendukung, keberhasilan GKM berdasarkan dukungan
dari manajemen. Dukungan terutama sekali sangat diperlukan pada saat
awal pembentukan GKM.
10) Pengembangan kesadaran akan peningkatan kualitas.
11) Penurunan mentalis “kami” dan “mereka”.

12
c. Langkah Pelaksanaan Gugus Kendali Mutu
1) Konsolidasi
a) Diadakan diskusi atau dialog bagi pemimpin perusahaan supaya dapat
memahami makna dan kepentingan gugus dalam meningkatkan mutu.
b) Pimpinan harus merekomendasi untuk mengadakan aktifitas Gugus
Kendali Mutu dalam perusahaan.
c) Mengangkat kepala dan anggota komite gugus.
d) Mengadakan pelatihan dan pendidikan GKM bagi anggota komite gugus.
e) Mengadakan pelatihan dan pendidikan GKM bagi calon pimpinan gugus.
2) Sosialisasi
a) Pendaftaran gugus dan pengangkatan pimpinan gugus.
b) Pelatihan GKM bagi pimpinan dan anggota gugus.
c) Pendafaran nama masing-masing gugus dan menentukan rencana
kegiatannya.
3) Operasional
a) Melaksanakan pertemuan semacam kick off meeting
b) Pelaksanaan aktifitas gugus melalui pekerjaan keseharian.
4) Publikasi
a) Menerbitkan majalah/ terbitan berkala yang isinya melaporkan aktifitas
dan hasil yang dicapai gugus.
b) Membantu segala aktifitas gugus dan peningkatan ketrampilan dan tehnik
gugus dalam memperbaiki mutu
c) Mengadakan evaluasi rutin untuk mengetahui perkembangan gugus.

4. Alat Kendali Mutu


Dalam rangka perbaikan dan peningkatan kualitas proses dan produk akhir,
maka dipergunakan 8 (delapan) langkah dan 7 (tujuh) tools pengendalian mutu
(quality control).
a. Delapan langkah untuk peningkatan (8 Steps for improvement)
Dalam rangka meningkatkan mutu atau kualitas proses dan produk akhir
dalam suatu sistem pengendalian kualitas dilakukan 8 (delapan} langkah, sebagai
berikut :

13
1) Menemukan persoalan/tema
2) Menemukan sebab dari persoalan
3) Mempelajarai factor-faktor yang paling berpengaruh
4) Merencanakan penanggulangan
5) Melaksanakan penanggulangan
6) Memeriksa hasil
7) Standarisasi
8) Rencana berikutnya
Adapun dalam pelaksanaan 8 (delapan) butir langkah-langkah tersebut di
atas, secara skematis dapat digambarkan hubungan atau interaksinya seperti pada
gambar dibawah.

Gambar 4.1. Delapan Langkah Pengendalian Mutu

Hubungan atau korelasi 8 (delapan) langkah untuk peningkatan (8 Steps for


improvement) dengan Siklus Deming, 7 (tujuh) Alat Pengendalian Mutu (Seventh
Tools Controls), dan Brain Storming dapat dilihat pada tabel 4.1. sebagai berikut :

14
Deming 8 Steps 7 Tools Brainstorming
Cycle
Plan 1. Menentukan persoalan Check Sheet Ya
Stratifikasi
Pareto Diagram
Graph and Control Chart
Histogram
2. Menemukan penyebab Fishbone Diagram Ya
3. Mempelajari faktor yang Pareto Diagram Tidak
berpengaruh Schetter Diagram
4. Merencanakan langkah 5H – 2W Ya
perbaikan (why, What, Where, When,
Who, How, How much)
Do 5. Menerapkan langkah Ya
perbaikan sesuai rencana
Check 6. Meneliti hasilnya apakah Check sheet Tidak
perbaikan sesuai rencana Pareto Diagram
Graph and Control Chart
Histogram
Action 7. Mencegah timbulnya Standarisasi (membuat / Ya
persoalan yang sama memperbaiki SOP / Flow
proses yang baru)
8. Memperhatikan Pareto Diagram Ya
persoalan yang belom
terpecahkan

b. Tujuh Alat Pengendalian Mutu (Seventh Tools Controls)


Alat Bantu dalam pelaksanaan pengendalian kualitas atau teknik
pengendalian mutu merupakan alat untuk mendeteksi sebab-sebab terjadinya
penyimpanngan diluar kendali dalam proses produksi dan cara bagaimana untuk
melakukan tindakan perbaikan. Terdapat tujuh macam alat pengendalian kualitas
yang dalam penerapannya dapat digunakan seluruhnya maupun sebagian
tergantung kebutuhan masing-masing perusahaan.
Menurut Kauro Ishikawa (1988:43) yang dialihbahasakan oleh Nawolo
Widodo, ketujuh alat tersebut antara lain:
1) Lembar Pemeriksaan (Check sheet)
Lembaran pemeriksaan data merupakan alat bantu untuk memudahkan
pemeriksaan data. Bentuk dan isinya disesuaikan dengan kebutuhan maupun
kondisi kerja yang ada. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat
lembaran pemeriksaan data, antara lain:
a) Maksud pembuatan harus jelas
i. Apa yang akan diketahui

15
ii. Apakah data yang didapat sudah cukup lengkap sebagai dasar untuk
bertindak
b) Stratifikasi yang baik
i. Mudah dipahami dan diisi
ii. Memberikan data yang lengkap tentang apa yang mau atau yang ingin
diketahui
c) Dapat diisi dengan cepat dan mudah, jika perlu menggunakan gambar
untuk memperjelas.
Tabel 4.2 Contoh Lembar Pemeriksaan (chek sheet)
LEMBAR CATATAN PEMERIKSAAN
Nama produk : No Mesin :
Karakteristik : Dept No : Dicatat oleh :
Jumlah yang Jumlah yang Batas Kendali
No Tanggal diperiksa ditolak Ket
Atas Bawah

Jumlah
Sumber: Kauro Ishikawa

2) Pengelompokan (Stratification)
Stratifikasi adalah menguraikan atau mengklasifikasikan persoalan menjadi
kelompok dalam golongan-golongan sejenis yang lebih kecil atau menjadi
unsur-unsur tunggal dari persoalan, misalnya menguraikan menurut:
a) Jenis kesalahan atau kerusakan
b) Penyebab dari kesalahan atau kerusakan
c) Lokasi kerusakan atau kesalahan
d) Material, hari pembuatan, unit orang yang mengerjakannya, penyalur,
waktu dan lain-lain.
Tabel 4.3 Contoh Stratifikasi
No Tanggal Jumlah yang Ditolak karena
Pemeriksaan ditolak
A B C D

Jumlah

Sumber: Kauro Ishikawa

16
3) Diagram Pareto (Pareto Diagram)
Diagram pareto merupakan diagram yang terdiri dari grafik balok dan
grafik garis yang menggambarkan perbandingan masing-masing jenis data
terhadap keseluruhan. Maksudnya adalah untuk menemukan atau mengetahui
problem dan penyebab utama yang merupakan kunci dalam penyelesaian
masalah dan perbandingan terhadap keseluruhan.
Diagram pareto ini mengkonsentrasikan arah penyelesaian persoalan,
karena kegunaan diagram pareto adalah:
a) Menunjukan persoalan utama dalam masalah kualitas
b) Menyatakan perbandingan masing-masing persoalan terhadap
keseluruhan
c) Menunjukan tingkat perbaikan setelah tindakan perbaikan pada daerah
yang terbatas
d) Menunjukan perbandingan masing-masing persoalan sebelum dan sesudah
perbaikan.
Langkah-langkah pembuatan diagram pareto adalah sebagai berikut:
a) Stratifikasi problem dengan angka yang jelas
b) Tentukan jangka waktu pengumpulan data
c) Atur masing-masing penyebab dengan nilai terbesar disisi kiri dan nilai
terkecil disisi paling kanan.
d) Gambarkan grafik garis yang menunjukan presentase kumulatif dari
penyebab terbesar sampai terkecil dari kiri ke kanan.
e) Pada grafik beri keterangan data diagram dan jumlah unit seluruhnya

17
Sumber: Kauro Ishikawa (1986:74)
Gambar 4.2 Contoh Diagram Pareto

4) Histogram
Gambaran bentuk distribusi spesifikasi kualitas yang dihasilkan oleh data yang
dikumpulkan melalui lembar pemeriksaan, berbentuk diagram batang.
Histogram diperlukan untuk mengetahui kualitas produk dengan menggunakan
nilai rata-rata dan penyebaran suatu data, sehingga bisa ditentukan apakah
suatu proses berjalan dengan baik, dengan demikian didapatkan informasi yang
lebih banyak dari data tersebut dan akan mempermudah penelitian dan
mendapatkan kesimpulan yang ada.

Gambar 4.3 Contoh Hitogram

5) Diagram Pencar (Scatter diagram)


Diagram pencar dipakai untuk melihat korelasi (hubungan) dari suatu
penyebab atau faktor continue terhadap karakteristik kualitas atau faktor lain.

18
Bila berbicara tentang hubungan antara dua macam data, sesungguhnya
membicarakan tentang:
a) Hubungan penyebab dan akibat
b) Hubungan antar satu penyebab dengan penyebab lainnya
c) Hubungan antara satu penyebab dengan dua penyebab
Dengan mennggunakan scatter diagram, kita dapat menilai peningkatan
dengan melihat hubungan atau korelasi dari variabel yang akan dievaluasi,
adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a) Kumpulkan data dan buatkan tabelnya
b) Gambarkan sumbu tegak dan datar beserta skala keterangannya lalu
gambarkan titik data tersebut.

Gambar 4.4 Contoh Diagram Pencar


6) Diagram Sebab Akibat (cause and effect diagram)
Diagram ini disebut juga diagram tulang ikan (fish bone diagram) dan
berguna untuk menemukan faktor yang berpengaruh pada karakteristik mutu.
Manfaat dari cause effect diagram ini adalah:
a) Menganalisis kondisi-kondisi aktual untuk tujuan peningkatan kualitas dari
produk atau jasa yang dihasilkan, semakin efisien penggunaan dari sumber
daya dan mengurangi biaya-biaya.
b) Menghilangkan kondisi-kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian
produk dan keluhan-keluhan dari konsumen.
c) Standarisasi dari operasi-operasi yang ada

19
d) Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada organisasi-organisasi yang
terlibat dan membuat keputusan-keputusan dan kegiatan tindakan
perbaikan.
Lima faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan diagram sebab
akibat yaitu manusia, bahan baku, metode, mesin, lingkungan dan keuangan.
Diagram sebab akibat dapat dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Tentukan masalah yang akan diperbaiki, gambarkan masalah tersebut
dalam kotak sebelah kanan.
b) Cari faktor-faktor utama yang berpengaruh pada masalah tersebut
c) Cari lebih lanjut, lebih rinci yang mempunyai akibat pada faktor utama
tersebut, kemudian tulis faktor-faktor tersebut disebelah kiri atau kanan
panah penghubung dan buatlah panah dibawah faktor utama.
d) Cari penyebab-penyebab utama dari diagram yang sudah lengkap,
kemudian carilah penyebab utama dengan meneliti masalah-masalah yang
ada.

Sumber: Kauro Ishikawa


Gambar 4.5 Contoh Diagram Sebab Akibat

7) Peta Kendali (Control Chart)


Grafik merupakan data yang dinyatakan dalam bentuk gambar, dimana
grafik tersebut berbentuk balok. Dengan memakai grafik, data lebih cepat,
lebih mudah dan lebih jelas dilihat. Hal ini dikarenakan hubungan dengan data
yang lalu dapat dijabarkan sekaligus dan perbandingan dengan data lain yang
berhubungan dapat dilihat jelas. Sedangkan peta kendali merupakan garis
dengan mencantumkan batas minimum yang merupakan batas daerah

20
pengendalian. Peta ini menunjukkan perubahan dari waktu ke waktu. walaupun
demikian, peta ini tidak menjelaskan penyebab apa yang menimbulkan
penyimpangan-penyimpangan.
Peta kendali ini sangat berguna sebagai pelengkap untuk mengetahui
apakah metode yang digunakan sudah menghasilkan jumlah kegagalan produk
yang terkecil sehingga jumlah kerugian sudah dapat diminimalkan. Ciri utama
dari peta kendali ini adalah terdiri dari tiga garis horizontal, yaitu:
a) UCL (Upper Control Limit) = Batas Kendali atas
b) CL (Control Limit) = Garis pusat
c) LCL (lower control limit) = Batas Kendali bawah
UCL dan LCL adalah garis yang menunjukan batas toleransi
(simpangan baku yang diinginkan) sedangkan CL adalah garis yang
menunjukan rata-rata pengukuran dan perhitungan. Jika perubahan-perubahan
yang terjadi berada di bawah UCL dan berada di atas LCL, maka dikatakan
bahwa perubahan–perubahan tersebut sebagai hal yang normal, yang
menunjukan hasil terbaik yang dicapai manusia dan mesin. Sedangkan apabila
ada perubahan yang keluar dari batas-batas pengendalian, maka hampir dapat
dipastikan telah terjadi kesalahan-kesalahan dalam proses produksi.
Manfaat pada peta kendali dan grafik bagi pengendalian kualitas adalah
sebagai berikut:
a) Membantu pengendalian kualitas produk
b) Mengurangi variasi yang terjadi pada waktu proses
c) Memberikan kepastian dalam mengambil tindakan perbaikan
d) Mengurangi biaya testing dan inspeksi
e) Membantu dalam mengalokasikan suatu kesalahan
Peta kendali p digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan
proporsi dari produk yang tidak memenuhi syarat spesifikasi mutu atau
proporsi produk yang cacat dalam suatu proses manufacturing.
Proporsi yang tidak memenuhi syarat diidentifikasikan sebagai rasio
banyaknya item yang tidak memenuhi syarat dalam suatu populasi terhadap
total banyaknya item dalam populasi. Item-item boleh mempunyai beberapa
karakteristik mutu yang diuji secara stimulant oleh pemeriksa. Jika item itu

21
tidak memenuhi standar pada satu atau lebih satu karakter ini, maka item itu
digolongkan sebagai tidak memenui syarat atau cacat. Proporsi sering
diungkapkan secara desimal, misalnya jika ada 30 produk yang cacat dari 100
produk yang diperiksa maka dikatakan proporsi yang cacat sebesar 0,30.
Langkah-langkah pembuatan peta kendali p menurut Kauro Ishikawa
(1986:119) yang dialihbahasakan oleh Nawolo Widodo adalah sebagai berikut:
a) Pengumpulan data
Data dikumpulkan sebanyak mungkin, dimana data ini menggambarkan
jumlah yang diperiksa (n) dan jumlah produk cacat (Pn).
b) Membagi data kedalam sub group.
Data dikelompokan berdasarkan tanggal atau lot.
c) Menghitung bagian yang cacat untuk sub group dan kemudian masukkan
ke dalam lembaran data. Untuk mencari bagian yang cacat, rumus yang di
gunakan adalah :

d) Mencari rata-rata bagian yang cacat dengan rumus :


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑐𝑎𝑐𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ∑ 𝑃𝑛
𝑝 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎 = ∑𝑛

e) Menghitung batas kendali


CL (Control limit) = Garis pusat (P)

22
DAFTAR PUSTAKA

Grant E., Leavenworth R.S., 1996. Statistik Quality Control, Mc. Graw Hill,

Douglas C. Montgomery; 1991. Introduction to Statistical Quality Control; John


Willey & Sons,

Besterfield, D.H.; 1998. Quality Control; Prentice Hall,

Feigenbaum; 1991. Total Quality Control, Mc. Graw Hill,

JM Juran, Frank M. Gryna; 1993. Quality Planning and Analysis, from Product
Development Though Use; Mc. Graw Hill,

Ishikawa; Guide to Quality Control. Duncen; Quality Control and Industrial


Statistics.

Dorothea W. A., 1999. Manajemen Kualitas, Penerbit Universitas Atma Jaya,


Jogyakarta.

Ronald E. Walpole, 1995. Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuwan,
Penerbit ITB, Bandung.

Henri Fayol, 1949. General and Industrial Management. New York: Pitman
Publishing. pp. 107–109.

Sael, Valentinus Christian. 2013. Pemberdayaan Sistem Pengendalian Manajemen


dalam Rangka Meningkatkan Kinerja pada PT. Fiva Medika Farma.
Surabaya; Vol.2 No.1

Herujito Yayat, M. 2001. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: PT Grasindo.


Jihad A. dan Haris A. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo

Majid A. 2009. Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi


Guru). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Luis Filipe Lages & Joana Cosme Fernandes, 2005, "The SERPVAL scale: A multi-
item instrument for measuring service personal values", Journal of Business
Research, Vol.58, Issue 11, pp 1562–1572

23

Anda mungkin juga menyukai