TINJAUAN OBJEK
DAN DASAR BERGERAK
3.2.2 COTTAGE
Dalam bahasa Indonesia, cottage bermakna gubuk. Istilah ini memiliki kesan yang begitu
berbeda dengan kesannya dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia, “gubuk” diasosiasikan
dengan kemiskinan dan masa lalu. Sedangkan dalam Bahasa Inggris, istilah tersebut sejajar
dengan bungalow dan berbagai bangunan rekreaktif yang lain.
Yang dimaksud dengan cottage sendiri secara umum merujuk pada bangunan dengan ciri-ciri
sederhana. Dulu bangunan dengan nama ini dikaitkan dengan karakter:
Tri Angga adalah ungkapan tata nilai pada ruang terbesar jagat raya mengecil
sampai elemen-elemen terkecil pada manusia dan arsitektur. Pada alam semesta
(bhuwana agung) susunan tersebut tampak selaku bhur, bhuwah dan swah (tiga dunia/tri
loka) bhur sebagai alam ‘bawah’ adalah alam hewan atau butha memiliki nilai ‘nista’,
bwah adalah alam manusia dengan nilai ‘madya’ dan swah alam para Dewa memiliki
nilai ‘utama’. Demikin pula pada manusia (bhuwana alit) ungkapan tata nilai ini terlihat
pada tubuhnya yang tersusun atas: kaki sebagai ‘nista angga’, badan sebagai ‘madya
angga’ dan kepala adalah ‘utama angga’. Konsep Tri Angga ini diproyeksikan dalam
setiap wujud fisik arsitektur, teritorial perumahan dan teritorial desa.
Pada arsitektur konsep Tri Angga menampakan dirinya dengan jelas, yakni rab/atap
bangunan adalah kepalanya; pengawak atau badan bangunan selaku madya angga; serta
bebataran merupakan kaki sebagai nista angga. Penyusunan Tri Angga pada areal
pekarangan rumah, yakni teba (tempat ternak, pembuangan sampah dan kotoran rumah
tangga lainnya) selaku nista angga, tegak umah atau tempat massa bangunan adalah
madya angga, dan pelataran pemerajan/tempat suci adalah utama angganya. Dalam pola
tata ruang desa, pura-pura desa sebagai utama angga, desa pakraman (daerah
pemukiman) sebagai madya angga, dan setra atau kuburan sebagai nista angga.
Pada badan manusia yang berdiri vertikal dengan mudah tampak bahwa yang ‘nista’ di
bawah, ‘madya’ di tengah dan ‘utama’ di atas. Pada bidang yang horizontal seperti
pekarangan rumah dan areal desa, pola tata letak ‘nista-madya-utama’ berpedoman pada
orientasi kosmologis dan tata nilai ritual yang menempatkan arah kaja dan kangin sebagai
arah ‘utama’, serta kelod dan kauh sebagai arah ‘nista’.
3.2.2 ARSITEKTUR VERNAKULAR
Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang terbentuk dari proses yang berangsur
lama dan berulang-ulang sesuai dengan perilaku, kebiasaan, dan kebudayaan di tempat
asalnya. Vernakular, berasal dari vernacullus yang berarti lokal, pribumi. Pembentukan
arsitektur berangsur dengan sangat lama sehingga sikap bentuknya akan mengakar. Latar
belakang indonesia yang amat luas dan memiliki banyak pulau menyebabkan perbedaan
budaya yang cukup banyak dan arsitektur merupakan salah satu parameter kebudayaan
yang ada di indonesia karena biasanya arsitektur terkait dengan sistem sosial, keluarga,
sampai ritual keagamaan.