BAB IIIp - Previa
BAB IIIp - Previa
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Plasenta previa ialah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sedemikian rupa sehingga menutupi sebagian atau seluruh dari ostium uteri
internum.2
3.2 Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa berdasarkan lokasinya yaitu:3
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh
ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir
ostium uteri internum.
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim sehingga tepi plasenta terletak dekat dengan ostium.
9
10
3.3 Epidemiologi
Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan multipara dan pada usia
lanjut. Pada beberapa rumah sakit umum pemerintah dilaporkan insiden plasenta
previa berkisar 1,7% sampai dengan 2,9%. Di Negara maju insidensinya lebih
rendah yaitu kurang dari 1%. Dengan meluasnya penggunaan ultrasnografi dalam
obstetrik menungkinkan deteksi lebih dini insiden plasenta previa sehingga
insidennya dapat lebih tinggi.2.4
3.4 Etiologi
Beberapa faktor etiologi penyebab plasenta previa adalah3
1. Kehamilan dengan ibu berusia lanjut
2. Multiparitas
3. Riwayat seksio sesarea sebelumnya
4. Riwayat tindakan medis yang dilakukan pada uterus, seperti kuretase atau
aborsi medisinalis.
5. Kehamilan dengan janin lebih dari satu.
6. Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim sehingga mempersempit
permukaan bagi penempelan plasenta.
7. Riwayat plasenta previa sebelumnya, berisiko 12 kali lebih besar.
3.5 Patofisiologi
Penyebab plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim belum diketahui
dengan pasti. Implantasi mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor etiologi,
sedangkan pendarahan pada plasenta previa biasa nya terjadi pada usia kehamilan
yang lanjut, umumnya pada transmiter ketiga dan mungkin juga lebih awal, oleh
karena telah mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan
mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari
jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian
dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka
plasenta yang berimplantasi di situ sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat
pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks
mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang
11
terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasasl dari
sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus dari plasenta. Oleh karena
fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa
betapa pun pasti akan terjadi (unavoidable bleeding).2.6
Demikian perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab lain (causeless).
Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri (painless). Pada
plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum perdarahan terjadi lebih
awal dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu
pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri internum. Sebaliknya, pada plasenta
previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati
atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cendrung lebih
banyak pada perdarahan berikutnya. 2.6
2. MRI7
Juga dapat dipergunakan untuk mendeteksi kelainan pada plasenta termasuk
plasenta previa. MRI kalah praktis jika dibandingkan dengan USG, terlebih
dalam suasana yang mendesak.
3. Pemeriksaan in spekulo5
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium
uteri eksternum atau dari kelainan cervix dan vagina. Apabila perdarahan
berasal dari ostium uteri eksternum, adanya perdarahan yang berasal dari
plasenta harus dicurigai.
b. Perdarahan sedikit
c. Belum ada tanda-tanda persalinan
d. Relaksasi uterus baik
e. Bunyi jantung janin teratur
f. Keadaan umum pasien baik (Hb lebih dari 9 gr %)
Rencana:
a. Rawat inap
b. Tirah baring
c. Berikan antibiotik profilaksis
d. Observasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi, pernafasan
dan bunyi jantung janin
e. Sediakan darah sekurang-kurangnya 1000 cc
f. Infus glukosa 5% dan elektrolit, puasa dalam 24 jam pertama untuk
menghadapi kemungkinan operasi
g. Pemeriksaan rongent atau USG. Bila memperlihatkan tanda-tanda
plasenta previa, dilarang keras periksa dalam kecuali PDMO
h. Bila dalam perawatan terjadi perdarahan berulang cukup banyak, segera
transfusi darah dan penanganan aktif
i. Berikan tokolitik bila ada kontriksi :
1. MgSO4 4 gr IV, dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam
2. Nifedipin 3 x 20 mg/hari
3. Betamethason 24 mg IV, dosis tunggal untuk pematangan paru
janin
j. Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari test
amniosentesis
k. Bila pada evaluasi tidak ada tanda-tanda plasenta previa, perdarahan
tidak ada lagi setelah 10 hari perawatan, pasien diizinkan pulang dengan
peringatan keras bila terjadi perdarahan cepat kembali ke rumah sakit
(bila tempat tinggal jauh, jangan dipulangkan)
l. Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu plasenta masih berada di
sekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas
sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi
14
2. Penanganan aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif
dan banyak harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang
maturitas janin.
Kriteria:
a. Masa gestasi lebih dari 37 minggu atau besar janin sesuai dengan masa
gestasi tersebut
b. Keadaan umum pasien jelek
c. Perdarahan banyak
d. Ada tanda-tanda persalinan
e. Bunyi jantung janin tidak teratur atau kurang dari 120/menit atau lebih
dari 160/menit
f. Relaksasi uterus jelek.
Rencana:
a. Perhatikan keadaan umum pasien
b. Segera infus garam faal atau glukosa 5%
c. Periksa bunyi jantung janin dengan teratur tiap 15 menit
d. Sedia darah 1000 – 2000 cc yang sesuai dengan golongan darah pasien
e. Periksa Hb, Ht dan uji pembekuan; kalau dapat periksa fibrinogen
kuantatif dan kualitatif
f. Urinalisis
g. Catat masukan dan keluaran cairan dan perdarahan
h. Catat tekanan darah dan nadi pasien tiap 15 menit
i. Beri atropin 4 mg atau 2 mg IV
j. Siapkan kamar operasi
k. Lakukan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan spekulum di atas meja
operasi
l. Bila ternyata diagnosis:
1. Plasenta previa totalis : segera lakukan seksio sesaria.
15
4. Terjadinya ruptura uteri karena susunan jaringan rapuh dan sulit diketahui.
Komplikasi pada janin, antara lain:
1. Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
2. Mudah terinfeksi
3. Asfiksia intrauterine sampai dengan kematian.