Anda di halaman 1dari 15

TUGAS TEKNOLOGI BAHAN TANAMAN

OBSERVASI TUNAS BENIH PADI DI DUSUN KAUMAN, GILANGHARJO,


PANDAK, BANTUL, YOGYAKARTA.

PAPER

Oleh :

Abdi Ikhsan Nugroho 20160210041

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
Mei, 2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Sejarah dan Latar Belakang


Benih merupakan bagian dari organ tanaman yang dijadikan sebagai bakal
atau calon tanaman (UU NO 13 Tahun 2010 Tentang Hortikultur). Ketertarikan
memproduksi benih karena pengusaha mampu menangani permasalahn
perbenihan yang terdapat di daerah bantul tertama di Desa Gilangharjo. Setelah
dihitung-hitung, hasil yang didapat dari pengusaha tergolong lumayan sehingga
membuka peluang untuk dijadikan dalam lingkungan bisnis.
Jenis benih yang diproduksi berupa jenis benih Lugawa, varietas Lugawa
merupakan suatu varietas beras ketika dikonsumsi rasanya kurang enak. Varietas
ini ditanam diluar pulau Jawa, alasan kenapa pengusaha atau produsen benih
memproduksi benih varietas lugawakarena kebanyakan dari pemesan berasal dari
luar pulau Jawa. Sehingga, ini dipandang sebagai peluang untuk meneruskan
usaha, dimana target dari usaha pembenihan tersebut ialah pemesan dari Luar
pulau Jawa itu sendiri. Alasan lain yang menyebabkan varietas Lugawa tidak
diperjual belikan di Plau Jawa dikarenakan harga dari varietas tersebut tergolong
rendah. Disamping itu, jika varietas ini di tanam di luar Pulau Jawa menghasilkan
produksi tinggi dengan keunggulan berupa adanya tingkat ketahanan terhadap
hama dan penyakit. Hasil dari padi varietas Lugawa jika ditanaman pada lahan
satu hektar menghasilkan produktivitas dengan angka 1,2 Ton. Sementara itu jika
ditanami varietas situbagendit pada lahan satu hektar menghasilkan 800 kwintal.
Tentu saja dilihat dari angka tersebut, menempatkan angka varietas Lugawa
sangat optimal.
Mulanya usaha pembenihan ini dirintis pada tahun 2010 pasca kejadian
gempa menimpa Yogyakarta. Dengan adanya kejadian tersebut mengakibatkan
terjadinya hambatan bagi para petani untuk memproduksi benih terutama padi.
Sehingga peluang ini diambil menjadi suatu profesi bagi produsen benih padi itu
sendiri. Dengan memanfaatkan lahan seluas 8 Hektar, satu hektar dapat
menghasilkan 48 ton sehingga menghasilkan 25% gabah kering yaitu sebanyak
12 ton. Hasil ini menjadikan tingkat efisiensi pada produksi benih berasa optimal.
Sebelum melayani penjualan varietas Lugawa, produsen melayani permintaan
varietas dari pihak kelompok tani. Seperti ciherang, IR 64, situbagendit, PP, dan
varietas lainnya. Khusus untuk masyarakat atau kelompok tani sekitar, produsen
masih melayani pengadaan varietas-varietas tersebut dikarenakan cakupan dari
wilayah pengedaran tidak terlalu luas.

B. PERSIAPAN PRODUKSI
Dalam melakukan produksi benih, penyedia benih melakukan proses
pemilihan benih melalui BPSB dengan mmilih benih murni yang berlabel putih.
Kemudian dalam produksinya, penyedian benih memasarkan benih tersebut
dengan menggunakan label ungu. Proses produksi tersebut dilakukan di
laboratorium tanam untuk mendapatkan perbanyakan benih yang layak untuk
dipasarkan. Adapun terdapat berbagai syarat dalam melakukan sertifikasi dalam
memproduksi benih, yaitu :
1. Syarat sertifikasi menjadi produsen benih (Pertanian Malang, 2014) :
a. Benih Pejenis (BS) adalah benih yang dihasilkan oleh atau dibawah
pengawasan pemulia tanaman atau instansidan merupakan sumber
untuk peranyakan benih.
b. Benih Dasar (BD atau FS) adalah benih bersertifikat yang merupakan
keturunan pertama dari benih pejenis (BP) yang dihasilkan oleh BPTP,
BBI atau Badan/Instansi lain yang ditunjuk dan merupakan sumber
untuk perbanyakan benih pokok.
c. Benih Pokok (BP atau SS) adalah benih bersertifikat yang merupakan
turunankedua dari Benih Pejenis (BS) atau keturunan pertama dari
Benih Dasar (BD) yang dihasilkan oleh BBI, BBU atau Badan Usaha
lainnya yang memenuhi syarat dan merupakan sumer untuk
perbanyakan Benih Sebar (BR).
d. Benih Sebar (BR atau ES) adalah benih bersertifikat yang
meruapakanketurunn dari Benih Pejenis, Benih Dasar, Benih Pokkok
yang dihasilkan oleh BBU. Penangkar Benih merupakan benih yang
dianjurkan untuk dipergunakanoleh para petani konsumen benih.
2. Tahap yang dipersiapkan dalam memproduksi benih
a. Menjamin ketersediaan lahan atau area penangkaran yang terjamin,
dimana area ini terdiri dari satu hamparan berupa petakan yang
terpisah-pisah. Tetapi jarak antar petakan ssatu dengan ainnya ialah 10
meter dan tidak dipisahkan oleh varietas lain.
b. Menyediakan ketersediaan benih sumber benih yang diinginkan,
produsen mulanya menggunakan benih yang notabene dimintai oleh
masyarakat setempat.
c. Melaksanakan pengolahan tanah secara teratur dan intensif.
d. Mengajukan permohonan sertifikasi benih. Biasanya paling lambat 10
hari sebelum sertifikasi.
e. Menabur dan mengelola persemaian.
f. Melaksanakan seleksi sesuai dengan aturan.
g. Menanam bibit dan benih.
h. Pengelolaan benih.
i. Pembungkusan dan pemasangan label.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PROSES PRODUKSI
a. Persiapan dan Pengolahan Lahan
Persiapan penyediaan lahan yang dilakukan sama halnya seperti yang
dilakukann oleh para kelompok tani, yaitu berupa pemberian informasi lokasi dimana
tempat pembudidayaan varietas yang dikembangkan tersebut dilakukan. Pemberian
informasi berupa melampirkan peta atau denah agar memudahkan peninjauan lokasi
oleh balai perbenihan. Adapun syarat yang harus dilakukan untuk perlakuan
pemulaan benih ini harus sesuai dengan peratuuran dan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh badan penelitian. Pasalnya dikarenakan fokus perbenihan ini hanya
merujuk pada padi, mengakibatkan adanya penyeleksian khusus berkaitan
kemerataan benih yang akan ditanam. Jika didalam suatu lahan yang ditanam satu
varietas misalnya hanya varietas Lugawa. Harus dipastikan pada lahan tersebut
hanya ada varietas Lugawa saja, tidak boleh ada campuran dari varietas lain. Untuk
mengidentifikasi adanya varietas lain dapat dilihat melalui tinggi padi yang ditanam,
banyaknya bulir, serta ukuran dari bulir itu sendiri.

b. Sumber Benih
Selain dari persiapan penyediaan lahan, sumber benih merupakan hal yang
paling penting. Produsen mengambil sumber benih dari pusat dengan berlabel putih
dan kuning. Kedua benih berlabel tersebut diperoleh dari BPSB, kemudian penyedia
benih menggunkan benih yang berlabel putih sebagai benih dasar. Melalui benih
sumber tersebut, produsen mengeluarkan benih edaran dengan menggunakan label
berwarna ungu. Ketika produsen mengedarkan benih kepada masyarakat, produsen
menggunakan label biru. Adapun penjabaran dari identitas pewarnaan label ialah :
- Label kuning (Benih Penjenis) adalah benih dari hasil pemulia tanaman yang
mempunyai sifat kemurnian sangat tinggi atau sangat murni, benih ini
mempunyai jumlah sangat sedikit dan dibawah pengawasan pemulia tanaman
sehingga jarang ditemukan di pasaran.
- Label putih (Benih Dasar) adalah suatu benih yang merupkan hasil pertanman
benih pejenis yang mempunyai sifat kemurnin tetap tinggi Sehingga harganya
sangat mahal.
- Label ungu (Benih Pokok) adalah benih pokok merupakan hasil dari turunanan
benih dasar yang diberikan perlakuan sebaik-baiknya untuk menjaga tinkat
kemurnian dari benih genetiknya.
- Label biru (Benih Sebar) merupakan benih yang sering dipakai oleh para petani
dan mudah didapat di kios-kios sekitar.

c. Sistem Tanam dan Jarak Tanam


Pada penerapan jarak tanam, pihak produsen tidak mengatur pola serta jarak
tanamnya seberapa. Dikarenakan produsen menjalin mitra kepada para petani
setempat dan pihak pembeli di luar daerah Jawa. Sehingga jika dilakukan peraturan
ketat sedemikian rupa akan menyebabkan renggangnya jalinan mitra tersebut.
Biasanya, pihak petani sudah mendapatkan petunjuk melalui penyuluhan dari
mahasiswa, mantri tani serta Kelompok Tani sekitar. Imbalan bagi produsen ialah
berupa pengambilanbenih dasar dari petani serta beberapa dari hasil panen, sehingga
terciptanya sisem barter dengan petani setempat.

d. Sistem Pemeliharaan tanaman


Dari produsen benih cara waktu dan tempat pengairan diserahkan kepada
organisasi P3A. Produsen hanya menyediakan benih (benih dasar), terjalin
kerjasama kelompok tani dengan produsen benih dalam melakukan penagkaran
benih-benih padi, karena yang memiliki lahan adalah para petani dari kelompok tani.
Dalam proses pemeliharaan penangkaran benih-benih padi juga dilakukan
pemupukan yang diperoleh dari rekomendasi penyuluh atau petugas setempat, pupuk
yang biasa digunakan oleh kelompok tani dalam melakukan penangkaran benih
adalah pupuk ponska. Jenis opt dan cara pengendalian.
Seleksi termasuk kedalam metode pemeliharaan dilakukan dari petaninya, oleh
karena itu petani sudah paham kondisi untuk tanaman yang akan di cabut, atau
dipertahankan, karena kemurnian benih merupakan patokan utama dari proses
produksi benih.
 Cara dan Waktu Pengairan, pengairan dilakukan menggunakan air saluran
berupa irigasi. Irigasi tersebut mata airnya diperoleh dari sungai terdekat di
daerah penyedian benih tersebut. Waktu pengairan dilakukan ketika tanah
sawah telah mengalami kekeringan, dan Biasanya dilakukan pada sore hari.
 Pupuk yang digunakan ialah pupuk Phonska, teknik pemupukannya
dilakukan secara disebar agar mengefisienkan waktu. Pemupukan tersebut
dilakukan pada Pagi menjelang siang, agar tidak terjadinya penguapan
pupuk yang tidak teratur.
 Jenis OPT yang menyerang tanaman bakal benih ialah belalang, kutu
gudang, keong, dll. Cara pengendaliannya dengan menggunakan pestisida
sesuai aturan.
 Dalam melakukan masa panen, dilakukan seperti biasanya. Yaitu dengan
menggunakan mesin perontok (tresser). Mesin ini berujuan untuk
memisahkan antara benih dengan jeraminya. Kriteria dalam melakukan
proses pemanenan ini ialah dengan cara mengambil benih yang utuh atau
tidak kopong. Sehingga benih tersebut layak untuk diedarkan.
B. PENGERINGAN
Proses pengeringan dilakukan dengan tujuan menghilangkan kadar air suatu
benih, kadar air perbenihan maksimum yang terkandung dalam benih padi adalah
11%. Oleh karena itu dilakukan pengeringan dengan menggunakan sarana berupa
lantai jemur, lantai jemur ini digunakan untuk menjemur benih-benih padi agar
berkurangnya presentase kadar airnya.
Lama dari proses pengeringan tergantung pada cuaca, untuk memenuhi syarat
optimumnya kadar air sebelum dikemas, yaitu dengan cara melakukan pengeringan
secara alami dan buatan yaitu dengan menggnakan mesin blower. Namun ada
kemungkinan kenaikan kadar air disebabkan oleh waktu penyimpanan yang cukup
lama. Tujuan dari pengeringan kadar air ini ialah, ketika benih tersebut tidk ada yang
memesan. Sehingga diperlakukan penurunan kadar air agar umur simpan benih
tersebut lama.
Pengeringan benih dilakukan agar dapat mengurangi kadar air benih sampai taraf
yang aman untuk penyimpanan dan mempertahankan presentase viabilitas benih.
Dalam pengeringan benih harus dipertahankan kondisi udara di sekitarnya. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pengeringan adalah waktu, metoda, dan sistem
pengeringan, kebutuhan energi, sumber panas. Pengeringan dapat menggunakan
peralatan dengan berbagai macam suhu. Dalam melakukan pegeringan benih, ada
beberapa metode atau cara dan alat yang digunakan, yaitu:
Cara alami (natural drying), merupakan cara pengeringan alami meibatkan
matahari dan angin atau pergantian udara.
1. Sun drying, yaitu cara pengeringan benih dengan menggunakan sinar
matahari, dapat dilakukan dengan penghamparan diatas lantai bersemen dan
penghamparan diatas tanah.
2. Ventilation drying, yaitu dengan cara pengeringan benih dengan angin atau
pergantian udara. Cara pengeringan ini dilakukan apabila udara mendung
atau belum tersedia tempat baik untuk pengeringan.
Kedua cara pengeringan tersebut diatas merupakan suatu cara yang digunkan
oleh penyedia benih saat melakukan pengeringan. Sun driying dilakukan ketika cuaca
mendkung, sementara itu ventilation drying digunkana ketika benih tersebut sudah
ditemoatkan pada ruang penyimpanan.

C. PROSESING
Dalam tahap pembersihan benih, sebelumnya benih dijemur terlebih dahulu,
tujuannya adalah supaya kadar air yang terdapat dalam benih telah mencapai titik
optimum, baru selanjutnya benih dapat dilakukan pembersihan. Tahap pembersihan
benih ini dilakukan dengan alat blower. Blower merupakan alat prosesing benih yang
berfungsi untuk memisahkan kotoran benih. Biasanya dari 100% benih yang dipanen,
25%nya merupakan kotoran ataupun benih yang tidak layak produksi, baik itu
bentuknya yang cacat ataupun sudah rusak.
Dalam pemilahan benih, sebelum dilakukan uji atau pemilahan dilaboratorium,
dilakukan proses pemilahan atau uji secara individu diluar laboratorium terlebih
dahulu, caranya dengan mengambil segenggam padi sebagai sampel, rendam dalam
air, setelah semalam diketahui hanya terdapat beberapa benih yang mengambang.
Selanjutnya dilakukan uji kecambah benih diatas kertas saring, yang menunjukan
hasil benih memiliki daya tumbuh ataupun daya kecambah yang baik. Setelah uji
dirasa cukup, barulah benih dilakukan pemilahan benih yang bermutu dan tidak guna
menghasilkan benih-benih yang layak diedarkan.
D. PENGUJIAN BENIH
1. Pengambilan contoh benih
Contoh benih adalah sejumlah tertentu benih yang mewakili dari suatu
kelompok benih yang cara pengambilannya memenuhi ketentuan yang
ditetapkan. Mekanisme pengambilan contoh benih; pengambilan contoh benih
dilakukan dengan mengambil sejumlah tertentu benih dari berbagai tempat
penyimpanan dan digabungkan dalam satu wadah, kemudian contoh benih
campuran tersebut dengan volume tertentu dikirim ke laboratorium, setelah
dilakukan uji-uji di dalam laboratorium baru jadi contoh kerja. Contoh benih
dibagi menjadi empat kelompok :
a. Contoh primer (Primary Sample) Contoh primer adalah contoh benih yang
didapat dari satu kali pengambilan baik dari bulk, silo, wadah benih
ataupun aliran benih.
b. Contoh campuran (Composite Sample) Contoh campuran adalah
gabungan dari contoh primer.
c. Contoh yang dikirim ke laboratorium (Submitted Sample) Contoh kiriman
adalah contoh benih yang didapat dengan jalan pengurangan yang merata
dari contoh komposit untuk kiriman ke laboratorium benih guna keperluan
pengujian mutu.
d. Contoh kerja (Working Sample) Contoh kerja adalah contoh benih yang
diambil dari contoh kiriman.
2. Uji kemurnian benih Benih murni
Pada masa pemurnian biji-bijian, proses ini merupakan perlakuan terhadap
spesies/jenis yang sedang diuji dan bebas dari benih tanaman lain/varietas lain
serta kotoran dan benih yang rusak. Pengujian kemurnian benih adalah
pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen; benih yang
sedang diuji, benih tanaman lain/varietas lain, dan kotoran yang selanjutnya
dihitung presentase dari ketiga komponen tersebut.
3. Uji kadar air benih
Kadar air yang selalu berubah-ubah akan membahayakan kondisi benih
karena berkaitan dengan laju deteroisasi benih, sehingga bahan kemas benih
menjadi perhatian. Kadar air benih berkaitan dengan:
a. kualitas benih (Seed Quality)
b. Daya simpan benih (Seed Storability)
c. Daya kecambah benih (Seed Viability)

4. Bobot 1000 butir benih


Dilakukan menghitung bobot 1000 butir benih ini karena benih untuk
beberapa tanaman berukuran kecil kecil. Benih dapat dihitung secara manual
dengan menggunakan sebuah spatula dan diletakkan pada sebuah tempat dengan
warna permukaan kontras terhadap warna benih, kemudian jumlah benih terus
ditimbang. Pekerjaan menhitung jumlah benih akan lebih mudah dengan
menggunakan handcounter(alat pengitung automatik). Bila alat tersebut
digunakan secara benar maka tingkat ketepaatannya adalah sekitar + 5 %.

5. Pemeriksaan benih kering


Pemerikasaan benih kering ini ialah suatu proses dimana memisahkan
benih-benih dari kotoran benih. Dengan metode ini sejumlah benih diperiksa
secara kering,apakah tercampur dengan kotoran kotoran seperti sisa-sisa
tanaman, insekta, gulma, dan lain-lain. Dilihat juga apakah ada tanda – tanda
serangan penyakit, dan dilihat bercak-bercak benih. Tujuannya untuk
mendapatkan benih yang bermutu serta berkualitas secara fisik maupun fisisnya.

E. PENGEMASAN
Dalam pengemasan, biasanya benih yang diproduksi dari penyedia benih untuk
pasaran dikemas dalam ukuran 5kg dalam plastik berwarna merah namun cenderung
bebas tergantung keinginan dari pemesan benih tersebut serta terdapat label ungu
pada kemasannya. Namun, sistem pengemasannya juga bersifat fleksibel, yang
artinya pengemasan benih dapat disesuaikan dengan pesanan, biasanya para
kelompok tani ataupun petani tidak terlalu mementingkan tentang pengemasan benih
harus menggunakan apa, yang terpenting benih yang mereka beli itu sudah lulus uji.
Karena biasanya para petani membeli benih curah dengan jumlah besar seperti 50kg,
jadi benih tersebut dikemas dalam wadah-wadah seperti karung.

F. PENYIMPANAN
Untuk peyimpanan, biasanya benih yang ada disini tidak dilakukan
penyimpanan, karena ketika ada pesanan datang, benih yang sudah lulus uji langsung
dikemas dan didistribusikan kepada pembeli. Semisal, petani memesan benih
sebanyak 50kg, benih langsung dikemas sejumlah itu dan langsung dikirimkan.
Namun, jika benih harus dilakukan penyimpanan, benih akan disimpan dalam sebuah
gudang yang beratapkan asbes, berdinding 1 meter keatas itu bata dan 2,5 meter
selanjutnya adalah seng. Sengaja digunakan seng supaya keadaan dalam gudang
tetap kering dan tidak lembab, karena seng memberikan efek panas pada ruangan.
Lantainya sendiri lantai biasanya dari semen. Didalam ruangan gudang ini terdapat
rak-rak kayu yang nantinya digunakan untuk menyimpan benih jika memang benih
tidak langsung didistribusikan.

G. PEMASARAN
Dalam pemasaran, sebelum benih jadi biasanya sudah ada pemesanan-
pemesanan dari pedagang-pedagang, kelompok tani, ataupun petani. Jadi begitu
benih jadi, benih langsung dikemas dan dipasarkan. Dalam pemasarannya, kejujuran
sangat diutamakan, karena para petani yang membeli benih dari sini sangat
mengharapkan kejujuran dalam prosesnya. Pernah suatu kejadian dalam balai
sertifikasi benih itu kesalahan dalam menulis label yang sebenernya dapat
menguntungkan produsen benih, namun produsen benih tidak mengambil
kesempatan untuk melakukan kecurangan itu, tetapi mengembalikannya ke balai
sertifikasi benih untuk dilakukan perbaikan, karena dalam pemasaran benih ini
kejujuran proses sangat diutamakan. Biasanya benih dipasarkan ke daerah
Prambanan, Kebumen, bahkan untuk varietas tertentu seperti logawa, para
konsumennya itu dari luar Pulau Jawa. Namun benih ini juga dipasarkan ke sedayu,
kelompok-kelompok tani dan petani disekitaran juga. Harga benih di pasaran biasa
dijual seharga Rp. 11.000/kg, namun karena dari produsen benih ini biasanya
memasarkan benih secara umum dengan kemasan ukuran 5kg, jadi satu kemasan itu
dihargai Rp. 55.000.
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
1. Pada perlakuan penyediaan benih, persiapan yang dilakukan ialah dengan cara
mengambul benih murni dari BPSB berlabel kuning. Setelah itu diperbanyak
secara pribadi sehingga dihasilkan benih produksi yang dijual dipasaran.
2. Ketika melakukan prosesing benih, penyedia benih melakukan berbagai cara agar
terciptanya benih yang bermutu serta ttahan lama, yaitu dengan mengurangi
presentase kadar air dari benih itu sendiri. Kemudian dilakukan pengemasan rata-
rata dengan kemasan 5kg dan menggunakan label ungu. Apabila terdapat benih
yang belum terjual, dilakukan perlakuan penyimpanan pada suatu tempat yang
terjaga suhu dan kelembabannya, agar benih ersebut bisa tahan lama.
3. Pemasaran dari benih ini tidak hanya seatas didaerah bantul Yogyakarta saja.
Melaikan sampai ke luar Jawa terutama pada varietas padi Lugawa. Dimana
varietas ini diminati oelh kalangan dari luar Jawa.

B. SARAN
1. Sebelum melakukan observasi alangkah baiknya memastikan nomor dari pihak
Perusahaan ang dituju benar-benar aktif sehingga tidak menimbulkan
diskomunikasi dalam melakukan observasi.
2. Ketika salah satu dari teman kelompok berhalangan hadir alangkah baiknya
memberikan informasi berupa data hasil dari Observasi agar sama-sama
memahami hasil dari observasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Pertanian Malang. 2014. Sertifikasi Benih.


Pertanian.malangkota.go.id/2014/07/21/sertifikasi-benih/. Diakses pada tanggal 12 Mei
2017
LAMPIRAN

Sesi penjelasan wawancara dari


Sesi wawancara bersama Narasumber
Narasumber

Sesi diskusi bersama Narasumber Sesi diskusi bersama Narasumber

Foto bersama Narasumber Foto bersama Narasumber

Anda mungkin juga menyukai