PAPER
Oleh :
PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
Mei, 2017
BAB I
PENDAHULUAN
B. PERSIAPAN PRODUKSI
Dalam melakukan produksi benih, penyedia benih melakukan proses
pemilihan benih melalui BPSB dengan mmilih benih murni yang berlabel putih.
Kemudian dalam produksinya, penyedian benih memasarkan benih tersebut
dengan menggunakan label ungu. Proses produksi tersebut dilakukan di
laboratorium tanam untuk mendapatkan perbanyakan benih yang layak untuk
dipasarkan. Adapun terdapat berbagai syarat dalam melakukan sertifikasi dalam
memproduksi benih, yaitu :
1. Syarat sertifikasi menjadi produsen benih (Pertanian Malang, 2014) :
a. Benih Pejenis (BS) adalah benih yang dihasilkan oleh atau dibawah
pengawasan pemulia tanaman atau instansidan merupakan sumber
untuk peranyakan benih.
b. Benih Dasar (BD atau FS) adalah benih bersertifikat yang merupakan
keturunan pertama dari benih pejenis (BP) yang dihasilkan oleh BPTP,
BBI atau Badan/Instansi lain yang ditunjuk dan merupakan sumber
untuk perbanyakan benih pokok.
c. Benih Pokok (BP atau SS) adalah benih bersertifikat yang merupakan
turunankedua dari Benih Pejenis (BS) atau keturunan pertama dari
Benih Dasar (BD) yang dihasilkan oleh BBI, BBU atau Badan Usaha
lainnya yang memenuhi syarat dan merupakan sumer untuk
perbanyakan Benih Sebar (BR).
d. Benih Sebar (BR atau ES) adalah benih bersertifikat yang
meruapakanketurunn dari Benih Pejenis, Benih Dasar, Benih Pokkok
yang dihasilkan oleh BBU. Penangkar Benih merupakan benih yang
dianjurkan untuk dipergunakanoleh para petani konsumen benih.
2. Tahap yang dipersiapkan dalam memproduksi benih
a. Menjamin ketersediaan lahan atau area penangkaran yang terjamin,
dimana area ini terdiri dari satu hamparan berupa petakan yang
terpisah-pisah. Tetapi jarak antar petakan ssatu dengan ainnya ialah 10
meter dan tidak dipisahkan oleh varietas lain.
b. Menyediakan ketersediaan benih sumber benih yang diinginkan,
produsen mulanya menggunakan benih yang notabene dimintai oleh
masyarakat setempat.
c. Melaksanakan pengolahan tanah secara teratur dan intensif.
d. Mengajukan permohonan sertifikasi benih. Biasanya paling lambat 10
hari sebelum sertifikasi.
e. Menabur dan mengelola persemaian.
f. Melaksanakan seleksi sesuai dengan aturan.
g. Menanam bibit dan benih.
h. Pengelolaan benih.
i. Pembungkusan dan pemasangan label.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PROSES PRODUKSI
a. Persiapan dan Pengolahan Lahan
Persiapan penyediaan lahan yang dilakukan sama halnya seperti yang
dilakukann oleh para kelompok tani, yaitu berupa pemberian informasi lokasi dimana
tempat pembudidayaan varietas yang dikembangkan tersebut dilakukan. Pemberian
informasi berupa melampirkan peta atau denah agar memudahkan peninjauan lokasi
oleh balai perbenihan. Adapun syarat yang harus dilakukan untuk perlakuan
pemulaan benih ini harus sesuai dengan peratuuran dan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh badan penelitian. Pasalnya dikarenakan fokus perbenihan ini hanya
merujuk pada padi, mengakibatkan adanya penyeleksian khusus berkaitan
kemerataan benih yang akan ditanam. Jika didalam suatu lahan yang ditanam satu
varietas misalnya hanya varietas Lugawa. Harus dipastikan pada lahan tersebut
hanya ada varietas Lugawa saja, tidak boleh ada campuran dari varietas lain. Untuk
mengidentifikasi adanya varietas lain dapat dilihat melalui tinggi padi yang ditanam,
banyaknya bulir, serta ukuran dari bulir itu sendiri.
b. Sumber Benih
Selain dari persiapan penyediaan lahan, sumber benih merupakan hal yang
paling penting. Produsen mengambil sumber benih dari pusat dengan berlabel putih
dan kuning. Kedua benih berlabel tersebut diperoleh dari BPSB, kemudian penyedia
benih menggunkan benih yang berlabel putih sebagai benih dasar. Melalui benih
sumber tersebut, produsen mengeluarkan benih edaran dengan menggunakan label
berwarna ungu. Ketika produsen mengedarkan benih kepada masyarakat, produsen
menggunakan label biru. Adapun penjabaran dari identitas pewarnaan label ialah :
- Label kuning (Benih Penjenis) adalah benih dari hasil pemulia tanaman yang
mempunyai sifat kemurnian sangat tinggi atau sangat murni, benih ini
mempunyai jumlah sangat sedikit dan dibawah pengawasan pemulia tanaman
sehingga jarang ditemukan di pasaran.
- Label putih (Benih Dasar) adalah suatu benih yang merupkan hasil pertanman
benih pejenis yang mempunyai sifat kemurnin tetap tinggi Sehingga harganya
sangat mahal.
- Label ungu (Benih Pokok) adalah benih pokok merupakan hasil dari turunanan
benih dasar yang diberikan perlakuan sebaik-baiknya untuk menjaga tinkat
kemurnian dari benih genetiknya.
- Label biru (Benih Sebar) merupakan benih yang sering dipakai oleh para petani
dan mudah didapat di kios-kios sekitar.
C. PROSESING
Dalam tahap pembersihan benih, sebelumnya benih dijemur terlebih dahulu,
tujuannya adalah supaya kadar air yang terdapat dalam benih telah mencapai titik
optimum, baru selanjutnya benih dapat dilakukan pembersihan. Tahap pembersihan
benih ini dilakukan dengan alat blower. Blower merupakan alat prosesing benih yang
berfungsi untuk memisahkan kotoran benih. Biasanya dari 100% benih yang dipanen,
25%nya merupakan kotoran ataupun benih yang tidak layak produksi, baik itu
bentuknya yang cacat ataupun sudah rusak.
Dalam pemilahan benih, sebelum dilakukan uji atau pemilahan dilaboratorium,
dilakukan proses pemilahan atau uji secara individu diluar laboratorium terlebih
dahulu, caranya dengan mengambil segenggam padi sebagai sampel, rendam dalam
air, setelah semalam diketahui hanya terdapat beberapa benih yang mengambang.
Selanjutnya dilakukan uji kecambah benih diatas kertas saring, yang menunjukan
hasil benih memiliki daya tumbuh ataupun daya kecambah yang baik. Setelah uji
dirasa cukup, barulah benih dilakukan pemilahan benih yang bermutu dan tidak guna
menghasilkan benih-benih yang layak diedarkan.
D. PENGUJIAN BENIH
1. Pengambilan contoh benih
Contoh benih adalah sejumlah tertentu benih yang mewakili dari suatu
kelompok benih yang cara pengambilannya memenuhi ketentuan yang
ditetapkan. Mekanisme pengambilan contoh benih; pengambilan contoh benih
dilakukan dengan mengambil sejumlah tertentu benih dari berbagai tempat
penyimpanan dan digabungkan dalam satu wadah, kemudian contoh benih
campuran tersebut dengan volume tertentu dikirim ke laboratorium, setelah
dilakukan uji-uji di dalam laboratorium baru jadi contoh kerja. Contoh benih
dibagi menjadi empat kelompok :
a. Contoh primer (Primary Sample) Contoh primer adalah contoh benih yang
didapat dari satu kali pengambilan baik dari bulk, silo, wadah benih
ataupun aliran benih.
b. Contoh campuran (Composite Sample) Contoh campuran adalah
gabungan dari contoh primer.
c. Contoh yang dikirim ke laboratorium (Submitted Sample) Contoh kiriman
adalah contoh benih yang didapat dengan jalan pengurangan yang merata
dari contoh komposit untuk kiriman ke laboratorium benih guna keperluan
pengujian mutu.
d. Contoh kerja (Working Sample) Contoh kerja adalah contoh benih yang
diambil dari contoh kiriman.
2. Uji kemurnian benih Benih murni
Pada masa pemurnian biji-bijian, proses ini merupakan perlakuan terhadap
spesies/jenis yang sedang diuji dan bebas dari benih tanaman lain/varietas lain
serta kotoran dan benih yang rusak. Pengujian kemurnian benih adalah
pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen; benih yang
sedang diuji, benih tanaman lain/varietas lain, dan kotoran yang selanjutnya
dihitung presentase dari ketiga komponen tersebut.
3. Uji kadar air benih
Kadar air yang selalu berubah-ubah akan membahayakan kondisi benih
karena berkaitan dengan laju deteroisasi benih, sehingga bahan kemas benih
menjadi perhatian. Kadar air benih berkaitan dengan:
a. kualitas benih (Seed Quality)
b. Daya simpan benih (Seed Storability)
c. Daya kecambah benih (Seed Viability)
E. PENGEMASAN
Dalam pengemasan, biasanya benih yang diproduksi dari penyedia benih untuk
pasaran dikemas dalam ukuran 5kg dalam plastik berwarna merah namun cenderung
bebas tergantung keinginan dari pemesan benih tersebut serta terdapat label ungu
pada kemasannya. Namun, sistem pengemasannya juga bersifat fleksibel, yang
artinya pengemasan benih dapat disesuaikan dengan pesanan, biasanya para
kelompok tani ataupun petani tidak terlalu mementingkan tentang pengemasan benih
harus menggunakan apa, yang terpenting benih yang mereka beli itu sudah lulus uji.
Karena biasanya para petani membeli benih curah dengan jumlah besar seperti 50kg,
jadi benih tersebut dikemas dalam wadah-wadah seperti karung.
F. PENYIMPANAN
Untuk peyimpanan, biasanya benih yang ada disini tidak dilakukan
penyimpanan, karena ketika ada pesanan datang, benih yang sudah lulus uji langsung
dikemas dan didistribusikan kepada pembeli. Semisal, petani memesan benih
sebanyak 50kg, benih langsung dikemas sejumlah itu dan langsung dikirimkan.
Namun, jika benih harus dilakukan penyimpanan, benih akan disimpan dalam sebuah
gudang yang beratapkan asbes, berdinding 1 meter keatas itu bata dan 2,5 meter
selanjutnya adalah seng. Sengaja digunakan seng supaya keadaan dalam gudang
tetap kering dan tidak lembab, karena seng memberikan efek panas pada ruangan.
Lantainya sendiri lantai biasanya dari semen. Didalam ruangan gudang ini terdapat
rak-rak kayu yang nantinya digunakan untuk menyimpan benih jika memang benih
tidak langsung didistribusikan.
G. PEMASARAN
Dalam pemasaran, sebelum benih jadi biasanya sudah ada pemesanan-
pemesanan dari pedagang-pedagang, kelompok tani, ataupun petani. Jadi begitu
benih jadi, benih langsung dikemas dan dipasarkan. Dalam pemasarannya, kejujuran
sangat diutamakan, karena para petani yang membeli benih dari sini sangat
mengharapkan kejujuran dalam prosesnya. Pernah suatu kejadian dalam balai
sertifikasi benih itu kesalahan dalam menulis label yang sebenernya dapat
menguntungkan produsen benih, namun produsen benih tidak mengambil
kesempatan untuk melakukan kecurangan itu, tetapi mengembalikannya ke balai
sertifikasi benih untuk dilakukan perbaikan, karena dalam pemasaran benih ini
kejujuran proses sangat diutamakan. Biasanya benih dipasarkan ke daerah
Prambanan, Kebumen, bahkan untuk varietas tertentu seperti logawa, para
konsumennya itu dari luar Pulau Jawa. Namun benih ini juga dipasarkan ke sedayu,
kelompok-kelompok tani dan petani disekitaran juga. Harga benih di pasaran biasa
dijual seharga Rp. 11.000/kg, namun karena dari produsen benih ini biasanya
memasarkan benih secara umum dengan kemasan ukuran 5kg, jadi satu kemasan itu
dihargai Rp. 55.000.
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
1. Pada perlakuan penyediaan benih, persiapan yang dilakukan ialah dengan cara
mengambul benih murni dari BPSB berlabel kuning. Setelah itu diperbanyak
secara pribadi sehingga dihasilkan benih produksi yang dijual dipasaran.
2. Ketika melakukan prosesing benih, penyedia benih melakukan berbagai cara agar
terciptanya benih yang bermutu serta ttahan lama, yaitu dengan mengurangi
presentase kadar air dari benih itu sendiri. Kemudian dilakukan pengemasan rata-
rata dengan kemasan 5kg dan menggunakan label ungu. Apabila terdapat benih
yang belum terjual, dilakukan perlakuan penyimpanan pada suatu tempat yang
terjaga suhu dan kelembabannya, agar benih ersebut bisa tahan lama.
3. Pemasaran dari benih ini tidak hanya seatas didaerah bantul Yogyakarta saja.
Melaikan sampai ke luar Jawa terutama pada varietas padi Lugawa. Dimana
varietas ini diminati oelh kalangan dari luar Jawa.
B. SARAN
1. Sebelum melakukan observasi alangkah baiknya memastikan nomor dari pihak
Perusahaan ang dituju benar-benar aktif sehingga tidak menimbulkan
diskomunikasi dalam melakukan observasi.
2. Ketika salah satu dari teman kelompok berhalangan hadir alangkah baiknya
memberikan informasi berupa data hasil dari Observasi agar sama-sama
memahami hasil dari observasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA