Anda di halaman 1dari 8

MANAJEMEN SUMBER DAYA ALAM

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN SUMBER DAYA ALAM


(MINERAL LAINNYA) DAN PENANGANNYA
EKSPLOITASI TAMBANG SULFIDA

PAPER

NAMA :
ABDI IKHSAN N 20160210041

PROGREM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Oktober, 2017
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Eksploitasi sumber daya alam di Indonesia semakin lama semakin meluas.
Eksploitasi sumber daya alam ini berkaitan dengan semakin meningkatnya
kebutuhan hidup manusia sehingga berakibat pada pemanfaatan sumber daya
alam yang berlebihan dan sering kali mengabaikan aspek lingkungan hidup.
Kegiatan pemanfaatan sumber daya alam secara eksploitasi contohnya adalah
penambangan, penambangan seharusnya dilakukan dengan mengedepankan
aspek lingkungan hidup.
Penambangan di Indonesia telah diatur dalam UU No. 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Batubara dan Mineral. Ada 3 golongan bahan tambang
yaitu, golongan A, B dan C. Golongan A atau yang biasa disebut sebagai bahan
tambang strategis merupakan bahan tambang yang penting bagi pertahanan,
keamanan, dan strategis untuk menjamin perekonomian negara, contohnya
minyak, uranium, dan plutonium. Bahan tambang golongan B atau bahan
tambang vital yang merupakan bahan tambang yang digunakan untuk
menjamin hidup banyak masyarakat contohnya emas, perak, besi dan tembaga.
Sedangkan untuk golongan C atau bahan tambang mineral lainnya merupakan
bahan tambang yang dianggap tidak langsung mempengaruhi kehidupan
masyarakat contohnya, garam, pasir, marmer, batu kapur, dan asbes.
Banyak daerah yang dieksploitasi Sumber Daya Mineralnya hingga
menimbulkan dampak-dampak negatif pada lingkungan dan masyarakat. Para
penambang mineral banyak yang kemudian tidak melakukan perbaikan
lingkungan pasca dilakukannya penambangan, hal tersebut semakin
memperparah keadaan lingkungan dari lahan bekas tambang. Perbaikan lokasi
tambang terbilang sulit karena dibutuhkan waktu yang lama untuk dapat
dimanfaatkan kembali.
Mineral sulfida merupakan salah satu ikatan antara sulfur dan logam
dijumpai tersebar di alam. Endapan sulfida dalam jumlah besar dapat menjadi
bahan galian ekonomis yang layak ditambang. Dispersi logam berat beracun
berbahaya dapat terjadi secara alami, berasal dari tubuh bijih sulfida yang
tersingkap atau berada dekat permukaan. Unsur logam dari bijih sulfida

2
terbawa bersama aliran air tanah dari air permukaan menyebar ke lingkungan
sekitarnya membentuk noda awal dengan sebaran kandungan logam yang
tinggi. Proses penambangan dengan membongkar dan memindahkan bahan
galian mengandung sulfida menyebabkan terbukanya sulfida terhadap udara
bebas. Pada kondisi terpapar pada udara bebas mineral sulfida akan teroksidasi
dan terlarutkan membentuk air asam tambang. Air asam tambang berpotensi
melarutkan logam yang terlewati sehingga membentuk aliran mengandung
bahan beracun berbahaya yang akan menurunkan kualitas lingkungan
(Sabtanto, 2007).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Mineral Sulfida?
2. Seberapa besar pentingnya Mineral Sulfida di lingkungan?
3. Permasalahan apa yang ditimbulkan dari adanya Mineral Sulfida?
4. Bagaimaan cara menangani adanya Mineral Sulfida?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Mineral Sulfida
2. Untuk mengetahui peranan Mineral Sulfida di lingkungan
3. Untuk mengetahui dampak negatif dari adanya Mineral Sulfida
4. Untuk mengetahui cara menangani adanya masalah Mineral Sulfida

D. Mafaat
Manfaat dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk dapat mengetahui dampak-dampak dari adanya eksploitasi
penambangan dan bahayanya Mineral Sulfida untuk lingkungan
2. Untuk dapat mengetahui bagaimana cara untuk menangani adanya
permasalahan Mineral Sulfida yang sudah mulai menganggu lingkungan.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
Sumber daya alam merupakan sumber daya yang esensial bagi
kelangsungan hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan
sumber daya tersebut akan berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup
umat manusia di muka bumi ini. Pengelolaan sumber daya alam yang baik akan
meningkatkan kesejahteraan umat manusia, dan sebaliknya pengelolaan
sumber daya alam yang tidak baik akan berdampak buruk. Persoalan mendasar
sehubungan dengan pengelolaan sumber daya alam adalah bagaimana
mengelola sumber daya alam tersebut agar menghasilkan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi manusia dengan tidak mengorbankan kelestarian
sumber daya alam itu sendiri (Fauzi, 2004). Disisi lain, definisi dari sumber
daya terkait pada dua aspek, yakni aspek teknis yang memungkinkan
bagaimana sumber daya dimanfaatkan, dan aspek kelembagaan yang
menentukan siapa yang mengendalikan sumber daya dan bagaimana teknologi
digunakan.
Sumber daya mineral merupakan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui. Hal ini disebabkan karena Jumlah sumber daya tersebut sangat
terbatas dan proses pembentukan serta pemulihannya membutuhkan waktu
lama. Sumber daya mineral sendiri menurut keyakinan geologi dapat berubah
menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan
memenuhi kriteria layak tambang (Nugraha, 2014).
Dengan potensi sumber daya alam yang berlimpah sesungguhnya kita
dapat melaksanakan proses pembangunan bangsa ini secara berkelanjutan
tanpa harus dibayangi rasa cemas dan takut akan kekurangan modal bagi
pelaksanaan pembangunan tersebut. Salah satu dari berbagai sumber daya
mineral ialah sulfida. Mineral sulfda merupakan salah satu kelompok mineral
yang tersusun dari kombinasi antara logam atau semi-logam dengan belerang,
misalnya pirit, gelena, kalkopirit, kalkoksit, dan lain-lain.
Dengan membutuhkan waktu yang sangat lama dalam pemrosesan sulfida,
diperlukan sebuah penerapan konservasi sumber daya mineral berupa

4
melakukan efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan mineral tersebut.
Sehingga tidak terjadi kegiatan eksploitasi secara besar-besaran agar tidak
mencemari lingkungan.
B. Identifikasi Permasalahan Eksploitasi Mineral
Bentangan alam yang luas membuat sumber daya di Indonesia cukup
mempuni, salah satunya ialah mineral sulfida. Mineral sulfida atau sulfosalt
merupakan kombinasi antara logam berat atau semi-logam dengan belerang
(S), misalnya gelena [PbS], pirit, prousit [Ag3AsS3]. Kelompok mineral ini
dicirikan dengan adanya anion S2- yang pada umumnya unsur penyusunnya
berupa logam (Warmada, 2014). Dispersi (penguraian) logam racun berbahaya
ini dapat terjadi secara alami. Mulanya berasal dari biiji sulfida yang tersingkap
atau berada dekat permukaan, kemudian unsur logam dari biji sulfida terbawa
bersama aliran air tanah, kemudian menyebar ke lingkungan.
Penyebaran biji sulfida ini terjadi karena adanya aktivitas pembongkaran,
penambangan, dan pemindahan bahan galian sehingga menyebabkan
terbukanya sulfida menuju udara bebas. Pada kondisi udara bebas, mineral
sulfida akan teroksidasi dan terlarut membentuk air asam tambang. Dampak
menguapnya mineral sulfida bagi tanah akan mengakibatkan turunnya pH,
sehingga tidak semua tumbuhan atau tanaman yang dapat tumbuh di
lingkungan tersebut. Selain itu, dampaknya akan menumbuhkan tanaman
kerdil dan bahkan bisa mati. Disisi lain, khususnya pada pengairan pertanian
yang tercemar dispersi sulfida, akan menyebabkan penurunan kualitas
lingkungan sehingga mengalirkan air yang mengandung logam berat.
Logam berat ini nantiya akan meningkat ketika penambangan dilakukan
dalam kurun waktu yang lama. Penyebabnya akan mengakibatkan proses
oksidasi berlangsung sangat cepat dan meningkat sangat tinggi, sehingga
munculnya sumber air yang asam.
C. Analisis Eksploitasi Mineral

5
D. Penyelesaian Ekploitasi Mineral
Secara umum kecepatan pembentukan asam sulfida dipengaruhi oleh pH,
suhu, kadar oksigen udara dan air, kejenuhan air, aktivitas kimia Fe3+ , dan luas
permukaan dari permukaan sulfida yang terpapar diudara (Barton, 1986).
Berbagai penanganan yang dapat dilakukan antara lain :
1. Menetralisir kadar keasaman lahan dengan memberikan batu kapur,
2. Melokalisir sebaran mineral sulfida dengan bahan impermiable seperti
lempung serta menghindari terjadinya pelarutan baik dari air maupun
tanah,
3. Memaksmalkan dalam mengolah air limbah tambang sulfida, dengan
cara mengalirkan cairan asam limbah menuju instalasi khusus agar
menurunkan tingkat keasaman pada air,
4. Memberikan soda ash (powder) pada penampung air sesuai dengan pH
air.
Dengan berbagai upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi efek
permasalahan dalam pemanfaatan sumber daya mineral secara besar-besaran.
Selain itu, juga perlu diupayakan sebuah tindakan yang bersifat meningkatkan
keberlanjutan dalam pencegahan eksploitasi mineral secara besar-besaran.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sumber daya mineral ketika diberlakukan secara tidak efisien akan
menyebabkan permasalahan dari berbagai sektor. Melalui permasalahn
tersebut salah satunya berdampak langsuung pada perubahan lingkungan.
Namun dari permasalahan tersebut terdapat berbagai perlakuan yang dapat
meminimalisir terjadinya pencemaran lingkungan secara besar-besaran.
Adapun tindakan tersebut harus melalui tahap analisis agar tindakan yang
dilakuakan sesuai dengan permasalahn yang ada.
B. Saran
1. Dalam pembuatan paper harus mengetahui permasalahan yang akan
diangkat
2. Berusaha mengidentifikasi permasalahan tersebut menggunakan analisis
secara mendalam
3. Membuat resolusi dalam permasalah khususnya dalam permasalahan
sumber daya yang rasional, agar dapat diterima secara nalar.

7
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. PT. Gramedia
Utama. Pustaka Utama. Jakarta

Hukumonline. 2009.
http://.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/fl57841/parent. Diakses pada
tanggal 1 Oktober 2017

Nugraha., Y. K, Nugraha , A.L., Wijaya, A.P. 2014. Pemanfaatan SIG Untuk


Menentukan Lokasi Potensial Pengembangan Kawasan Perumahan dan
Pemukiman. Jurnal Geodesi Undip, 3 (4), ISSN: 2337-845X

Widhiyatna, D,. Dan Sukandar, M. 2004. Pendataan Penyebaran Merkuri


Akibat Usaha Pertambangan Emas di Daerah Cineam, Tasikmalaya, Jabar, Subdit
Konservasi, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral. Bandung

Anda mungkin juga menyukai