Anda di halaman 1dari 4

1.

Kekuatan otot menurun pada ekstremitas bawah dextra, bagaimana mekanisme


tersebut ?
Parese adalah kelemahan/kelumpuhan parsial yang ringan/tidak lengkap atau suatu
kondisi yang ditandai oleh hilangnya sebagian gerakan atau gerakan terganggu.
Kelemahan adalah hilangnya sebagian fungsi otot untuk satu atau lebih kelompok
otot yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas bagian yang terkena.
- Monoparese adalah kelemahan pada satu ekstremitas atas atau
ekstremitas bawah.
Semua neuron yang menyalurkan impuls motorik secara langsung ke LMN
atau melalui interneuronnya, tergolong dalam kelompok UMN. Neuron-neuron
tersebut merupakan penghuni girus presentralis. Oleh karena itu, gyrus tersebut
dinamakan korteks motorik. Mereka berada di lapisan Ke V dan masing-masing
memiliki hubungan dengan gerak otot tertentu . Yang berada di korteks motorik yang
menghadap ke fisura longitudinalis serebri mempunyai koneksi dengan gerak otot
kaki dan tungkai bawah. Neuron-neuron korteks motorik dekat dengan fisura lateralis
serebri mengurus gerak otot larings, farings, dan lidah. Penyelidikan dengan
elektrostimulasi mengungkapkan bahwa gerak otot seluruh belahan tubuh dapat
dipetakan pada seluruh kawasan korteks motorik sisi kontralateral. Peta itu dikenal
sebagai homenkulus motorik.
Dari bagian mesial gyrus presentralis (area 4 = korteks motorik) ke bagian
lateral bawah, secara berurutan terdapat peta gerakan kaki, tungkai bawah, tungkai
atas, pinggul, abdomen/thoraks, bahu, lengan, tangan jari-jari, leher, wajah, bibir,
otot pita suara, lidah dan otot penelan. Yang menarik adalah luasnya kawasan peta
gerakan tangkas khusus dan terbatasnya kawasan gerakan tangkas umum. Seperti
diperlihatkan oleh homenkulus motorik, kawasan gerakan otot-otot jari/tangan adalah
jauh lebih luas ketimbang kawasan gerakan otot jari/kali. Melalui aksonnya neuron
korteks motorik menghubungkan motoneuron yang membentuk inti motorik saraf
kranial dan motoneuron di kornu anterius medulla spinalis. Akson-akson tersebut
menyusun jaras kortikobulbar – kortikospinal.
Perjalan jaras kortikospinal

Gyrus presentralis  axon turun sebagai capsula interna  mesenchepalon


 axon turun sebagai pedinculus cerebri  medulla oblongata sebagai piramis di
ventral medulla oblongata  antara medulla oblongata dan medulla spinalis, jaras
corticospinal menyilang di decussatio pyramidalis.

Sehingga, Suatu lesi yang melibatkan korteks serebri, seperti pada


tumor, infark, atau cedera traumatic, menyebabkan kelemahan sebagian tubuh sisi
kontralateral.

Daerah pada sistem saraf pusat tersebut yang terletak di bagian bawah
mengatur respon tubuh yang bersifat otomatis dan segera terhadap rangsang
sensoris sedangkan bagian yang tinggi mengatur gerakan-gerakan yang
dikontrol oleh proses berpikir dari serebrum.
Monoparese dapat terjadi jika terdapat lesi UMN, berdasarkan
topisnya :

 Kontralateral monoparese : Terjadi akibat lesi pada hemisfer serebral


dan hanya mencakup bagian homunculus motoric sehingga terjadi
kelemahan secara kontralateral dari tubuh terutama bagian kaki.

 Ipsilateral monoparese : Terjadi kelainan unilateral pada medulla


spinalis dibawah leher. Memberikan gambaran kelemahan spastik
pada satu kaki.

Penyebab yang dapat menimbulkan kelainan pada medulla spinalis


yaitu :
 Kompresi oleh tulang, ligamentum, herniasi diskus
intervertebralis dan hematom. Yang paling berat adalah
kerusakan akibat kompresi tulang dan kompresi oleh korpus
vertebra yang mengalami dislokasi tulang dan kompresi oleh
korpus vertebra yang mengalami dislokasi ke posterior dan
trauma hiperekstensi.
 Regangan jaringan yang berlebihan akan menyebabkan
gangguan pada jaringan, hal ini biasanya terjadi pada
hiperfleksi. Toleransi medulla spinalis terhadap regangan akan
menurun dengan bertambahnya usia.
 Edema medulla spinalis yang timbul segera setelah trauma
menyebabkan gangguan aliran darah kapiler dan vena.

Sumber : Munir, B. 2015. Neurologi Dasar. Universitas Brawijaya Malang.

2. Patomekanisme nyeri kepala pada kasus ini ?


Nyeri nosiseptif dibagi atas 4 tahapan yaitu :
- transduksi : stimulasi noksius yang kemudian ditransformasikan menjadi
impuls berupa suatu aktivitas elektrik pada ujung bebas saraf sensorik
- transmisi : propagasi atau perambatan dari impuls tersebut pada system
saraf sensorik
- modulasi : proses interaksi antara system analgesic endogen dengan
input nyeri yang masuk dikornu posterior medulla spinalis
- persepsi : adanya interaksi antara transduksi, transmisi dan modulasi
yang kemudian membentuk suatu pengalaman emosional yang subjektif.
Trauma kepala dapat langsung, misalnya kepala terbentur tembok, atau tidak
langsung, misalnya bila pengemudi mobil yang lari kencang tiba-tiba berhenti
mendadak atau menabrak. Dengan kata lain cedera otak dapat terjadi karena benturan
atau guncangan. Pada suatu benturan dapat diidentifikasikan beberapa macam
kekuatan: (1) Konmpresi, sebagai contoh bila kepala dalam keadaan diam, bersandar
pada tembok, mendapat gaya; (2) Akselerasi, contohnya bola kepala yang bebas
bergerak menerima gaya, dapat pada kepala atau badan; (3) Deselerasi, terjadi bila
kepala yang bergerak cepat, mendadak berhenti; (4) Gelombang kejut (shock wave),
dipancarkan dari tempat benturan kesegala arah, baik lewat jaringan otak maupun
lewat tulang kepala.
Dalam suatu benturan sulit dibedakan mana yang paling berperan. Ini
tergantung pada kejadian benturan itu sendiri, besarnya permukaan benturan serta
kecepatan gaya yang bekerja.
Lesi yang dapat timbul setelah terjadinya trauma kepala adalah :
1. Kulit kepala robek atau mengalami perdarahan subkutan
2. Otot-otot dan tendo pada kepala mengalami kontusio
3. Perdarahan terjadi di bawah galea aponeurotika
4. Tulang tengkorak patah
5. Gegar otak (komosio serebri)
6. Edema serebri traumatik
7. Kontusio serebri
8. Perdarahan subarakhnoidal
9. Perdarahan epidural
10. Perdarahan subdural
Keluhan nyeri kepala mengharuskan orang mengetahui struktur peka nyeri
yang ada di dalam kepala. Bangunan-bangunan yang peka nyeri ialah sebagai berikut
: (1) semua struktur ekstrakranial terutama arteri, (2) sinus-sinus vena besar dan
percabangan dari permukaan otak, (3) bagian duramater pada dasar otak, (4) arteri
meningeal dan arteri serebral besar pada dasar otak dan (5) saraf kranial V, IX, X dan
3 saraf servikal atas. Sementara kranium, parenkim otak, sebagian duramater, hampir
semua piaarakhnoid, dan ependimal yang melapisi ventrikel dan pleksus khoroideus
tidak sensitif terhadap stimuli mekanis, termal, elektrikal, atau kimiawi. Delessio
membuat tabel sebagai berikut;
1. Jaringan kranial peka nyeri :
Intrakranial :
1. Sinus kranial dan vena aferen
2. Arteri-arteri duramater
3. Arteri dasar otak dan cabang-cabang besarnya
4. Bagian-bagian duramater (sekitar pembuluh darah besar)
Ekstrakranial :
1. Kulit, kulit kepala, fasia, otot-otot
2. Mukosa
3. Arteri (vena: kurang sensitif)
Saraf :
1. Trigeminal, fasial, glossofaringeal, vagal
2. Saraf servikal II dan III
2. Bangunan tidak peka nyeri :
1. Parenkim otak
2. Ependimal, pleksus khoroideus
3. Piamater, membran arakhnoid, bagian-bagian lain duramater
4. Tulang kepala (periosteum: sedikit peka)
Stimulasi struktur peka nyeri pada atau diatas permukaan superior tentorium
serebeli menimbulkan nyeri pada bagian kepala sebelah depan garis yang ditarik dari
telinga menyilang puncak kepala, sedangkan stimulasi struktur pada atau dibawah
permukaan inferior tentorium serebeli biasanya menimbulkan nyeri dibelakang garis
tersebut diatas, tetapi lokasi tertentu dapat berproyeksi pada kening atau belakang
mata. Telah diketahui bahwa nosisepsi dari struktur supratentorial diperantarai oleh
saraf trigeminus, sementara impuls nosiseptif dari stimulasi struktur infra tentorial
dihantarkan oleh serabut aferen saraf kranial V, IX, X dan tiga saraf servikal atas

Sumber : Munir, B. 2015. Neurologi Dasar. Sagung Seto : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai