Anda di halaman 1dari 121

BAB IV

ANALISIS PENGEMBANGAN DESA WISATA

4.1 ANALISIS KEBIJAKAN


Analisis kebijakan ini dilakukan untuk mengetahui kebijakan-kebijakan
pemerintah Kabupaten Pasaman yang berkaitan dengan wisata budaya dan
sejarah. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang dimaksud adalah mulai dari
RTRW Sumatera Barat, RIPPDA Sumatera Barat dan RTRW Kabupaten Pasaman.
Kebijakan ini dinilai untuk mengetahui apakah kebijakan di objek wisata yang
berada di Kecamatan Bonjol dan Kecamatan Panti. Untuk lebih jelasnya mengenai
analisis terhadap kebijakan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

69
Tabel 4.1
Analisis Kebijakan
No Kebijakan Pelaksanaan Penilaian
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam Pelakasaan Rencana Tata Ruang Berdasarkan kebijakan RTRW
1 RENCANA TATA dan Cagar Budaya Provinsi Sumatera Barat 2009-2029 (2009-2029) Provinsi Sumatera
RUANG WILAYAH Sesuai dengan karakteristik fisiografi yang Merencanakan Kawasan Suaka Alam, Barat .
PROVINSI SUMATERA dijumpai di wilayah provinsiSumatera Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Kabupaten Pasaman telah sesuai
BARAT (RTRW) 2009- merupakan kawasan suaka alam yang dimana wilayah kabupaten
Barat serta berdasarkan hasil
2029 mempunyai kekhasan tumbuhan,satwa pasaman termasuk daerah cagar
skoringmakakawasan yang termasuk dan ekosistemnya. Penetapan kawasan ala m dan taman wisata alam
suaka alam, pelestarian alam ini meliputi Cagar Alam Rimbo Panti yang terdapat di kecamatan Panti
dancagarbudayayang ditetapkan (2.250 Ha) dan Cagar Alam Malampah tepatnya di nagari Panti.
meliputi : Alahan Panjang (32.219 Ha) di
- Cagar Alam merupakan kawasan suaka Kabupaten Pasaman.
alam yang karena keadaan alamnya Dan juga mengatur kawasan yang di
mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa ubah menjadi Kawasan Taman
dan ekosistimnya, atau ekosistim tertentu Wisata Alam, meliputi Taman
yang perlu dilindungi dan Wisata Alam Mega Mendung (12,50
perkembangannya berlangsung secara Ha) di Kabupaten Tanah Datar,
alami. Penetapan kawasan ini meliputi Taman Wisata Alam Lembah Harau
Cagar Alam Rimbo Panti (2.250 Ha) dan (27,50Ha) di Kabupaten Limapuluh
Cagar Alam Malampah Alahan Panjang Kota, Taman Wisata Alam Rimbo
(32.219Ha) di Kabupaten Pasaman, Cagar Panti (570 Ha) di Kabupaten
Alam Lembah Anai (221 Ha) dan Cagar Pasaman.
Alam Baringin Sakti (0,03 Ha) di Untuk Pelaksanaan nya telah sesuai
Kabupaten Tanah Datar, Cagar Alam dimana Cagar Alam dan Taman
Batang Pangean I (12.200 Ha) dan Cagar Wisata Alam Rimbo Panti fungsi di
Alam Batang Pangean II (33.580 Ha) di daerah sekitar taman wisata alam
Kabupaten Sijunjung, Cagar Alam Arau berupa warung , alamnya masih
Hilir (5.377 Ha) di Kota Padang, Cagar terjaga dan tumbuh-tumbuhan di
Alam Gunung Sago (5.486 Ha) di sana masih terawat dan terjaga.
Kabupaten Limapuluh Kota dan
Kabupaten Tanah Datar, Cagar Alam

70
No Kebijakan Pelaksanaan Penilaian
Maninjau Utara dan Selatan (17.304Ha) di
Kabupaten Agam dan Kabupaten Padang
Pariaman, Cagar Alam Gunung Singgalang
Tandikat (9.658 Ha) di Kabupaten Agam,
Kabupaten Padang Pariaman dan
Kabupaten Tanah Datar, Cagar Alam
Gunung Marapi (9.670 Ha) di Kabupaten
Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Cagar
Alam Air Putih (23.467 Ha) dan Cagar
Alam Lembah Harau (270,50 Ha) di
Kabupaten Limapuluh Kota, Cagar Alam
Barisan I (74.821 Ha) di KotaPadang,
Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten
Tanah Datar dan Kabupaten Solok, Cagar
Alam Air Tarusan (25.177 Ha) di
Kabupaten Solokdan Kabupaten Pesisir
Selatan, Cagar Alam Batang Palupuh (3.40
Ha) di Kabupaten Agam;
- Kawasan Taman Wisata Alam, meliputi
2. KEBIJAKAN Taman Wisata Alam Mega Mendung Berdasarkan kebijakan provinsi,
PENGEMBANGAN (12,50 Ha) di Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Pasaman Termasuk
KEPARIWISATAAN ke dalam wilayah pengembangan
PROVINSI SUMATERA Taman Wisata Alam Lembah Harau pariwisata terutama pada bidang
BARAT (RIPPARDA (27,50Ha) di Kabupaten Limapuluh Kota, Untuk penilaian Kebijakan wisata alam dan budaya namun
2006-2020 ) Taman Wisata Alam Rimbo Panti (570 Ha) Pengembangan kepariwisataan di dalam dokumen rencana
di Kabupaten Pasaman, Taman Wisata Sumatera Barat termasuk kedalam kepariwisataan Provinsi
Alam Bukit Batu Patah (500 Ha) di wisata alam dan wisata budaya. Sumatera barat tersebut belum
Kabupaten Tanah Datar, serta taman Namun dalam pelaksanaan di temukan menceritakan Kabupaten
lebih banyak wisata sejarah terutama Pasaman memiliki potensi wisata
wisata alam di Kabupaten Padang pada kecamatan bonjo yang identik sejarah.
Pariaman, Kabupaten Agam, Kota dengan sejarah pejuang Miang Kabau
PadangPanjang, dan Kota Bukittinggi; yaitu Tuanku Imam Bonjol .
Dan peninggalan-peninggalan sejarah
lainya berupa candi dan lain-lainya.

71
No Kebijakan Pelaksanaan Penilaian
Untuk wisata budaya Kabupaten
4.2.1 Perwilayahan Pembangunan Pasaman memiliki simuntu dan
ronggeng yang telah di akui sebagai
Pariwisata Provinsi Sumatera warisan tak benda pasaman yang telah
diakui.
Barat

Provinsi Sumatera Barat sebagai suatu


wilayah destinasi pariwisata, juga sebagai
satu Daerah Tujuan Wisata (DTW). DTW
dapat dibagi atas satu atau lebih wilayah
Pengembangan Pariwisata (WPP). Dasar
dari pembentukan WPP yaitu kesatuan
fungsional dari berbagai destinasi wisata
yaitu adanya kesatuan dari pelayanan
perjalanan wisata dalam sub wilayah yang
didistribusikan dari suatu pusat WPP atau
berdasarkan kepada homogenitas yaitu
adanya kesamaan karakteristik alam dan
budaya yang menjadi tema atraksi wisata
dalam sub wilayah.

Pada dasarnya wilayah


pengembangan pariwisata berasal dari 2
(dua) wilayah pengembangan meliputi
wilayah Bagian Barat dan Selatan Provinsi
Sumatera Barat, Wilayah Bagian Utara
Provinsi Sumatera Barat, meliputi:

1. Wilayah Pengembangan Pariwisata


Bagian Barat dan Selatan Provinsi
Sumatera Barat. Wilayah bagian barat
meliputi : Kota Padang, Kab. Padang

72
No Kebijakan Pelaksanaan Penilaian
Pariaman, Kota Pariaman, Kab. Pesisir
Selatan, dan Kab. Mentawai. Wilayah
bagian selatan meliputi : Kab. Solok, Kota
Solok, Kab. Solok Selatan, Kota
Sawahlunto, Kab. Sawahlunto Sijunjung,
dan Kab. Dharmasraya. Pusat WPP yaitu
di Kota Padang. Dominasi atraksi wisata
bahari (pesisir dan kepulauan) serta alam.
Wisata bahari terdapat di Kota/Kabupaten
yang memiliki wilayah pantai dan pulau
yaitu : Kota Padang, Kab. Padang
Pariaman, Kota Pariaman, Kab. Pesisir
Selatan, dan Kab. Mentawai. Dominasi
atraksi wisata alam khususnya ekowisata
dan minat khusus terdapat di Kab. Solok,
Kab. Solok Selatan, Kab. Sawahlunto
Sijunjung, dan Kab. Dharmasraya.
Sedangkan Kota Sawahlunto mempunyai
keunikan tersendiri dengan atraksi Kota
Tambang.
3 RTRW KABUPATEN Berdasarakan kebijakan RTRW
PASAMAN ( 2010-2030 ) 2. Wilayah Pengembangan Pariwisata ( 2010-2030)
Wilayah Kabupaten Pasaman
Bagian Utara Provinsi Sumatera Barat.
belum mengelola dengan baik
Kota Bukittinggi sekitarnya, Kab. Agam, Dalam pelaksanaan RTRW Kabupaten semua pariwisata yang telah di
Kab. Pasaman, Kab. Lima Puluh Kota dan Pasaman 2010-2030 cantumkan pada RTRW
Kota Payakumbuh, Kab. Tanah Datar dan Kabupaten Pasaman telah menetapkan Kabupaten Pasaman hanya
Kota Padang Panjang. Pusat WPP yaitu di Kecamatan Panti dan Bonjol sebagai museum tuanku imam bonjol dan
Kota Bukittinggi. Dominasi atraksi wisata prioritas dengan wisata alam dan cagar alam rimbo panti yang
alam dan wisata budaya Minangkabau. sejarah. telah di kelola dengan baikUntuk
Dalam Pelaksanaanya Wilayah studi wisata lainya belum di kelola
Wisata alam terdapat pada semua memiliki banyak hal yang tidak dengan baik..wisata budaya yang
kabupaten kota. Sedangkan wisata budaya menjadi prioritas dalam RTRW seperti sebenarnya berpotensi belum di
terdapat di Kab. Tanah Datar, Kab. Agam, kebudayaan simuntu dan ronggeng cantumkan dalam RTRW

73
No Kebijakan Pelaksanaan Penilaian
dan Kab. Lima Puluh Kota serta Kota yang sangat potensial namun belum di Kabupaten Pasaman.
Bukittinggi yang dahulunya disebut Luhak cantumkan dalam RTRW. Wisata
Sejarah pada Kabupaten Pasaman
Nan Tigo atau Daerah Darek
umumnya kurang terkelola. Dan ada
Minangkabau. Dalam Perkembangannya beberapa hanya di kelola masyaraat
sejalan dengan semangat otonomi daerah sekitar.
dan kerjasama antar daerah serta prospek Cagar Alam Rimbo Panti menjadi
pengembangan sektor pariwisata kawasan lindung dan dalam
kedepan, maka Perwilayahan dan pelaksanaanya telah sesuai dimana
telah dilindungi oleh pemerintah
Pengembangan pariwisata di Provinsi
Kabupaten Pasaman.
Sumatera Barat dijabarkan kedalam 8 Untuk benteng tuanku imam bonjol
(delapan) wilayah Pengembangan belum terkelola . Akses menuju
Pariwisata (WPP). Kawasan tersebut yaitu destinasi wisata masih terkendala hanya
: bisa di lalui dengan motor dan kondisi
jalan sangat terjal.
1) Wilayah Pengembangan Pariwisata Untuk Kecamatan Bonjol semua
Kota Bukittinggi, Kab. Agam, termasuk destinasi wisatanya secara umum belum
di kelola dengan baik seperti ikan
Tiku, Kabupaten Pasaman, Barat,
banyak hanya swadidaya masyarakat
Pasaman Timur, sebagian Kab. Tanah sekitar saja dan air terjunnya akses
Datar (Pandai Sikek) dengan Pusat menuju ke daerah wisata sangat
Pelayanan Wisata di Kota Bukittinggi. memprihatinkan.sarana dan prasarana
Dalam rangka pengembangan kegiatan pendukung daerah wisatanya juga
pariwisata di wilayah Kabupaten sangat memprihatinkan.
Pasaman, penetapan kawasan pariwisata
diarahkan pada seluruh potensi objek-
4 RENCANA INDUK objek pariwisata yang ada, baik yang Berdasarakan kebijakan
KEPARIWISATAAN sudah berkembang maupun yang belum RIPPARA Kabupaten Pasaman
KABUPATEN PASAMAN berkembang. Objek-objek wisata yang ( 2015-2035 )
BEKERJA SAMA sudah berkembang baru berupa Taman Kawasan studi masih banyak
DENGAN LPPM UNAND Wisata Budaya Equator , Cagar Alam Untuk penilaian prioritas kekurangan :
(RIIPARA 2015-2035 ) pengembangan kawasan pariwisata 1. Tidak sinkronnya data
Rimbo Panti dan Taman Wisata Alam Kabupaten Pasaman lebih menceritakan dalam dokumen
Rimbo Panti. Sedangkan objek wisata pada pengembangan per obyek wisata dengan eksisting di
lainnya masih belum berkembang. belum terperinci menjelaskan jenis lapangan.

74
No Kebijakan Pelaksanaan Penilaian
Berdasarkan potensi Objek Dan Tujuan wisata apa yang di kembangkan pada 2. Belum di kelola
Wisata (ODTW) yang dimiliki serta kabupaten pasaman. dengan baik
Namun dalam pelaksanaanya obyek- 3. Belum mengikutkan
karakter khusus pada masing-masing
obyek wisata di Kabupaten Pasaman masyarakat dalam
ODTW, maka Kawasan Bonjol ditetapkan belum di kelola dengan baik. Serta perencanaan
sebagai sentra kawasan pariwisata belum menjadi salah satu destinasi pariwisata
Kabupaten Pasaman. Hal ini terutama wisata bagi wisatawaan namun untuk 4. Belum ada konsep
karena kawasan ini berada tepat di garis cagar alam rimbo panti dan museum tersendiri untuk
lintang 0 atau garis khatulistiwa atau garis tuaku imam bonjol telah di kelola wisata budaya
dengan baik dan kunjungan wisatawan 5. Tidak memiliki sarana
equator yang berpotensi tinggi untuk
nya juga sangat baik baik lokal maupun dan parasarana
menarik minat wisatawan. Selain itu di mancanegaraa dalam kondisi stabil. pendukung untuk
kawasan ini juga ada museum Tuanku Kesenian simuntu dan kesenian semua wisata yang
Imam Bonjol yang melegenda. Disamping ronggeng pada dokumen rencana ini di kembangkan pada
itu di sekitar kawasan ini juga banyak belum di jelaskan konsep apa yang RIPPARA tersebut.
terdapat sumber air panas yang belum akan di rencanakan untuk wisata
tertata dan kawasan Suaka Alam budaya tersebut.
Malampah dan Suaka Alam Alahan
Panjang.

Studi yang dilakukan oleh tim menemukan


bahwa destinasi pariwisata yang menerima
banyak kunjungan wisatawan di Kecamatan
Bonjol adalah: Equator, Museum Imam
Bonjol, dan Kuburan Syekh Maulana.
Destinasi lain yang telah ditetapkan sebagai
destinasi pariwisata seperti Meriam Imam
Bonjol, Ikan Banyak, Bukit Tak Jadi, dan Aia
Angek dikunjungi oleh sedikit wisatawan.
Destinasi yang banyak dikunjungi wisatawan
di Kecamatan Panti adalah TWA Rimbo Panti.

Dengan tiu dalam pengembangan


kepariwisataan 2 daerah tersebut menjadi
pengembangan prioritas Bonjol dan Panti.

75
No Kebijakan Pelaksanaan Penilaian
Kawasan peruntukan Pariwisata diarahkan
pada seluruh potensi objek-objek pariwisata,
baik yang sudah berkembang maupun yang
belum berkembang. Ayat (2) Objek-objek
wisata yang sudah berkembang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi Pariwisata
Equator dan Rimbo Panti. Hal ini berarti
bahwa destinasi pariwisata dapat
dikembangkan di seluruh wilayah yang ada di
Kabupaten Pasaman, namun pengembangan
destinasi pariwisata tersebut perlu dilakukan
dengan cara yang tidak menggangu ekosistem
setempat di dalam kawasan suaka alam,
lindung, sepadan sungai, dan sekitar mata air.
Pengembangan kepariwisataan Kabupaten
Pasaman meliputi :
A. Wilayah Bonjol : Benteng Kubu Tuanku
Imam Bonjol,Museum Tuanku Imam
Bonjol,Monumen Khatulistiwa Bonjol,Meriam
Tuanku Imam Bonjol,Air Panas Bonjol,Air
Terjun Bonjol,Cagar Alam Lurah Berangin/
Tempat Pemandian Alam,Ikan Banyak/
Larangan Kamp. Angus Bt.
Hampar,Peninggalan – peninggalan Pahlawan
Tuanku Imam Bonjol.
B. Wilayah Panti : Air Panas Rimbo
Panti,Cagar lam Rimbo Panti,Candi/Situ Putri
Sangka Bulan,Herbarium,Kolam Renang Air
Panas
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016

Berdasarkan tabel diatas untuk kebijakan pengembangan obyek wisata di Kabupaten Pasaman khsususnya Kecamatan Bonjol dan Panti
tidak sesuai dengan eksisitingnya namun keterkaitan dengan kebijakan Provinsi Sumatera Barat telah sesuai dan sinkron.

76
77
4.2 ANALISIS EKONOMI MAKRO (PDRB)

4.2.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Pasaman


Berdasarkan PDRB Kabupaten Pasaman atas dasar harga berlaku dan harga konstan
maka didapatlah laju pertumbuhannya sebagai berikut:
Tabel 4.2
Laju Pertumbuhan PDRB Berdasarkan Harga Berlaku
No Tahun PDRB Laju
1 2010 3.857.998,6
2 2011 4.348.363,6 0,11
3 2012 4.778.032,5 0,09
4 2013 5.282.185,4 0,10
5 2014 6.011.319,6 0,42
Rata-rata 0,1
Sumber : Hasil Analisis 2015

Dilihat dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa laju pertumbuhan PDRB
berdasarkan harga berlaku dari tahun 2011 ke 2012 mengalami penurunan sebesar 0,02.
Sedangkan dari tahun 2012 ke 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,01, dan pada tahun 2014
sebesar 0,42. Da rata-rata laju pertumbuhan sebesar 0,1.
Tabel 4.3
Laju Pertumbuhan PDRB Berdasarkan Harga Konstan
No Tahun PDRB Laju
1 2010 3857998,6
2 2011 4064884,6 0,05
3 2012 4308990,3 0,06
4 2013 4562894,9 0,06
5 2014 4830674,7 0,06
Rata-rata 0,04
Sumber: Hasil analisis, 2016

Dari tabel di atas laju pertumbuhan PDRB berdasarkan harga konstan pada tahun
2011 ke tahun 2012 naik yaitu sebesar 0,01, namun pada tahun 2012 ke tahun 2014 tetap,
tidak mengalami kenaikan maupun penurunan.

4.2.2 Kontribusi Sektor


Berdasarkan PDRB Kabupaten Pasaman atas dasar harga berlaku dan harga konstan
maka didapatlah kontribusi sektor Kabupaten Pasaman sebagai berikut:

Tabel 4.4
Kontribusi Sektor Berdasarkan Harga Berlaku Kabupaten Pasaman

78
Konstribusi
No. Lapangan Usaha 2014
(%)
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.152.199,7 52,44
2. Pertambangan dan Penggalian 131.134,8 2,18
3. Industry Pengolahan 277.854,9 4,62
4. Pengadaan listrik dan gas. 788,8 0,01
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
5.
dan Daur Ulang
5.238,8 0,1
6. Kontruksi 278.100,0 4,63
7. Perdagangan besar dan eceran 745.578,3 12,40
8. Transportasi 257.741,1 4,3
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 45.607,8 0,8
10 Informasi dan Komunikasi 239 .426,3 4,0
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 141 .782,6 2,4
12. Real estate 78 .031,5 1,3
13. Jasa Perusahaan 3 .141,4 0,05
14. Administrasi, pemerintahan, perta 425 .215,1 7,07
15. Jasa pendidikan 124 .260,9 2
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 56 .227,2 1
17. R,S,T,U Jasa lainnya 48 .990,1 1
Total 6.011. 319,6 100,0
Sumber : Hasil Analisis 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sektor pertanian berkontribusi terhadap
Kabupaten Pasaman menurut harga berlaku tertinggi yaitu sebesar 53,44% dan yang terendah
yaitu pada sektor pengadaan listrik berkontribusi terhadap Kabupaten Pasaman sebesar
0,01% pada tahun 2014.
Tabel 4.5
Kontribusi Sektor Berdasarkan Harga Konstan Kabupaten Pasaman
Kontribusi
No. Lapangan Usaha 2014
(%)
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.486.393,6 51
2. Pertambangan dan Penggalian 94.382 2
3. Industry Pengolahan 240.557 5
4. Pengadaan listrik dan gas 764,9 0,02
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
5. 5.056 0,1
Daur Ulang
6. Kontruksi 218.367 4,5
7. Perdagangan besar dan eceran 625.846 13
8. Transportasi 205.511 4,3
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 35.268 0,7
10. Informasi dan Komunikasi 228.624 4,7
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 117.995 2,4
12. Real estate 64.866 1,3
13. Jasa Perusahaan 2.520 0,1
14. Administrasi, pemerintahan, perta 327.413 6,8
15. Jasa pendidikan - -

79
Kontribusi
No. Lapangan Usaha 2014
(%)
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 595.301 12,3
17. Jasa Pendidikan 144.076 3,0
18. R,S,T,U Jasa lainnya 137.728 2,9
4.830.674,7 114,4906
Sumber : Hasil Analisis, 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sektor pertanian berkontribusi terhadap
Kabupaten Pasaman sebesar menurut harga berlaku tertinggi sebesar 51% sedangkan sektor
pengadaan listrik dan gas berkontribusi terhadap Kabupaten Pasaman terendah yaitu sebesar
0,02% pada tahun 2014.

4.2.3 Analisis LQ (Location Quetient)


Metode LQ merupakan metode yang membandingkan porsi lapangan kerja/jumlah
produksi/ nilai tambah untuk sektor tertentu di suatu wilayah dibandingkan dengan porsi
lapngan kerja / jumlah produksi/ nilai tambah untuk sektor yang sama secara nasional. Tujuan
metode LQ ini untuk mengidentifikasi sektor unggulan (basis) dalam suatu wilayah.
Jika :
 LQ > 1 merupakan sektor unggulan / basis
 LQ = 1 merupakan seimbang
 LQ < 1 merupakan sektor non basis

Berikut hasil analisis LQ (location quotient) berdasarkan harga berlaku dan harga konstan
2000 di Kabupaten Pasaman :
Tabel 4.6
LQ Berdasarkan Harga Berlaku Kabupaten Pasaman
No. Lapangan Usaha LQ
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,1
2. Pertambangan dan Penggalian 0,4
3. Industry Pengolahan 0,4
4. Pengadaan listrik dan gas. 0,2
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
5.
dan Daur Ulang
1,04
6. Kontruksi 0,5
7. Perdagangan besar dan eceran 0,9
8. Transportasi 0,4
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,7
10 Informasi dan Komunikasi 0,8
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 0,8
12. Real estate 0,7
13. Jasa Perusahaan 0,1
14. Administrasi, pemerintahan, perta 1,2

80
No. Lapangan Usaha LQ
15. Jasa pendidikan 0,6
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,7
17. R,S,T,U Jasa lainnya 0,5
Sumber : Hasil Analisis 2015

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sektor unggulan / basis (LQ >1) berdasarkan
harga berlaku di Kabupaten Pasaman adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan,
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, Administrasi, pemerintahan,
perta. Dan selebihnya merupakan sektor non basis.

Tabel 4.7
LQ Berdasarkan Harga Konstan Kabupaten Pasaman
No
LQ
. Lapangan Usaha
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,06
2. Pertambangan dan Penggalian 0,40
3. Industry Pengolahan 0,48
4. Pengadaan listrik dan gas. 0,23
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
5. 1,25
Limbah dan Daur Ulang
6. Kontruksi 0,5
7. Perdagangan besar dan eceran 0,91
8. Transportasi 0,36
Penyediaan Akomodasi dan Makan
9. 0,66
Minum
10 Informasi dan Komunikasi 0,91
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 0,79
12. Real estate 0,69
13. Jasa Perusahaan 0,12
14. Administrasi, pemerintahan, perta 1,11
15. Jasa pendidikan 2,02
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2,26
17. R,S,T,U Jasa lainnya 1,77
Sumber: Hasil Analisis, 2016

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sektor unggulan / basis (LQ >1) berdasarkan
harga konstan di Kabupaten Pasaman adalah sektor Pertanian, Pengadaan Air, Administrasi,
Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Jasa Lainya, Dan selebihnya merupakan sektor non
basis.

4.3 Analisis PDRB Mikro (Pariwisata)


4.3.1 Kontribusi Sektor

81
Berikut ini merupakan tabel kontribusi sektor pariwisata yang ada di Kabupaten
Pasaman:
Tabel 4.8
Kontribusi Sektor Pariwisata Berdasarkan Harga Berlaku
Konstribusi
No. Lapangan Usaha 2014
(%)
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.152.199,7 52,44
2. Pertambangan dan Penggalian 131.134,8 2,18
3. Industry Pengolahan 277.854,9 4,62
4. Pengadaan listrik dan gas. 788,8 0,01
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
5.
dan Daur Ulang
5.238,8 0,1
6. Kontruksi 278.100,0 4,63
7. Perdagangan besar dan eceran 745.578,3 12,40
8. Transportasi 257.741,1 4,3
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 45.607,8 0,8
10 Informasi dan Komunikasi 239 .426,3 4,0
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 141 .782,6 2,4
12. Real estate 78 .031,5 1,3
13. Jasa Perusahaan 3 .141,4 0,05
14. Administrasi, pemerintahan, perta 425 .215,1 7,07
15. Jasa pendidikan 124 .260,9 2
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 56 .227,2 1
17. R,S,T,U Jasa lainnya 48 .990,1 1
Total 6.011. 319,6 100,0
Sumber: Hasil Analisis, 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada bidang pariwisata sektor transportasi
berkontribusi terhadap Kabupaten Pasaman menurut harga berlaku tertinggi sebesar 4,3%
penyediaan akomodasi dan makan minum berkontribusi terhadap Kabupaten Pasaman. Pada
kontribusi sektor PDRB berdasarkan harga berlaku untuk sektor pariwisata yaitu transportasi
sebesar 4,3 %, sektor informasi dan komunikasi berkontribusi terhadapat Kabupaten Pasaman
sebesar 4,0% sedangkan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum berkontribusi
terhadap Kabupaten Pasaman sebesar 0,8% pada tahun 2014.
Tabel 4.9
Kontribusi Sektor Pariwisata Berdasarkan Harga Konstan
Kontribusi
No. Lapangan Usaha 2014
(%)
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.486.393,6 51
2. Pertambangan dan Penggalian 94.382 2
3. Industry Pengolahan 240.557 5
4. Pengadaan listrik dan gas 764,9 0,02
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan
5.056 0,1
5. Daur Ulang
6. Kontruksi 218.367 4,5

82
Kontribusi
No. Lapangan Usaha 2014
(%)
7. Perdagangan besar dan eceran 625.846 13
8. Transportasi 205.511 4,3
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 35.268 0,7
10 Informasi dan Komunikasi 228.624 4,7
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 117.995 2,4
12. Real estate 64.866 1,3
13. Jasa Perusahaan 2.520 0,1
14. Administrasi, pemerintahan, perta 327.413 6,8
15. Jasa pendidikan - -
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 595.301 12,3
17. Jasa Pendidikan 144.076 3,0
18. R,S,T,U Jasa lainnya 137.728 2,9
4.830.674,7 114,4906
Sumber : Hasil Analisis, 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada bidang pariwisata sektor informasi dan
komunikasi berkontribusi terhadap Kabupaten Pasaman menurut harga konstan tertinggi
sebesar 4,7%, Transportasi berkontribusi terhadap Kabupaten Pasaman menurut harga
konstan tertinggi sebesar 4,3%, % sedangkan penyediaan akomodasi dan makan minum
berkontribusi terhadap Kabupaten Pasaman menurut harga konstan terendah 0,7 % pada
tahun 2014.

4.3.2 Analisis LQ (Location Quetient)


Berikut hasil analisis LQ (location quotient) berdasarkan harga berlaku dan harga
konstan 2000 yang merupakan sektor pariwisata Kabupaten Pasaman :
Tabel 4.10
LQ Berdasarkan Harga Berlaku Sektor Pariwisata
No. Lapangan Usaha LQ
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,1
2. Pertambangan dan Penggalian 0,4
3. Industry Pengolahan 0,4
4. Pengadaan listrik dan gas. 0,2
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
5.
dan Daur Ulang
1,04
6. Kontruksi 0,5
7. Perdagangan besar dan eceran 0,9
8. Transportasi 0,4
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,7
10 Informasi dan Komunikasi 0,8
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 0,8
12. Real estate 0,7
13. Jasa Perusahaan 0,1
14. Administrasi, pemerintahan, perta 1,2

83
No. Lapangan Usaha LQ
15. Jasa pendidikan 0,6
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,7
17. R,S,T,U Jasa lainnya 0,5
Sumber : Hasil Analisis, 2016

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa berdasarkan harga berlaku pada sektor
pariwisata adalah transportasi 0,1, penyediaan akomodasi dan makan minum 0,7, dan
informasi komunikasi 0,8. Jadi dapat disimpulkan bahwa sektor pariwisata Kabupaten
Pasaman LQ < 1dan merupakan sektor non basis.
Tabel 4.11
LQ Berdasarkan Harga Konstan Sektor Pariwisata
No
LQ
. Lapangan Usaha
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,06
2. Pertambangan dan Penggalian 0,40
3. Industry Pengolahan 0,48
4. Pengadaan listrik dan gas. 0,23
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
5. 1,25
Limbah dan Daur Ulang
6. Kontruksi 0,5
7. Perdagangan besar dan eceran 0,91
8. Transportasi 0,36
Penyediaan Akomodasi dan Makan
9. 0,66
Minum
10 Informasi dan Komunikasi 0,91
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 0,79
12. Real estate 0,69
13. Jasa Perusahaan 0,12
14. Administrasi, pemerintahan, perta 1,11
15. Jasa pendidikan 2,02
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2,26
17. R,S,T,U Jasa lainnya 1,77
Sumber : Hasil Analisis, 2016

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa berdasarkan harga konstan pada sektor
pariwisata adalah transportasi 0,36, penyediaan akomodasi dan makan minum 0,66, dan
informasi komunikasi 0,91. Jadi dapat disimpulkan bahwa sektor pariwisata Kabupaten
Pasaman LQ < 1dan merupakan sektor non basis.

4.4 Analisis Kependudukan


4.4.1 Analisis Kependudukan Kabupaten Pasaman
Tabel 4.12
Jumlah penduduk Penduduk Per Nagari Dirinci Menurut Kecamatan

84
Jumlah Penduduk (Jiwa)
No Kecamatan Nagari Rata-rata
Penduduk
Penduduk
1 Tigo Nagari 3 25.229 8.409
2 Bonjol 4 25.876 6.469
3 Simpang Alahan Mati 2 11.405 5.702
4 Lubuk Sikaping 6 44.118 7.353
5 Duo Koto 2 26.024 13.012
6 Panti 3 37.260 12.420
7 Padang Gelugur 4 23.004 5.751
8 Rao 2 23.224 11.612
9 Rao Utara 3 10.360 3.453
10 Rao Selatan 3 22.094 7.365
11 Mapat Tunggul 3 9.111 3.037
12 Mapat Tunggul Selatan 2 9.183 4.591
Kabupaten Pasaman 37 266.888 89.174
Sumber :Hasil Analisis 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Jumlah penduduk terbanyak terdapat di
Kecamatan Lubuk Sikaping yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 44.118 jiwa sementara
jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Mapat Tunggul dengan jumlah penduduk
sebanyak 9.111 jiwa. Dan Nagari yang paling banyak terdapat di Kecamatan Lubuk Sikaping
yaitu sebanyak 6 Nagari dan Nagari paling sedikit terdapat di Kecamatan Simpang Alahan
Mati, Duo Koto, Rao dan Mapat Tunggul Selatan yaitu sebanyak 2 Nagari.
Tabel 4.13
Kepadatan Penduduk Kabupaten Pasaman
Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan
No Kecamatan
(KM2) (Jiwa) (Jiwa/KM2)
1. Tigo Nagari 352,92 25.229 71
2. Bonjol 194,32 25.876 133
3. Simpang Alahan Mati 69.56 11.405 163
4. Lubuk Sikaping 346,5 44.118 127
5. Duo Koto 360,63 26.024 72
6. Panti 194,5 37.260 191
7. Padang Gelugur 178,4 23.004 128
8. Rao 236,18 23.224 98
9. Rao Utara 598,63 10.360 17
10. Rao Selatan 338,98 22.094 65
11. Mapat Tunggul 605,29 9.111 15
12. Mapat Tunggul Selatan 471,72 9.183 19
Total 3947,63 266.888 68
Sumber : Hasil Analisis 2016

Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk di Kecamatan Panti


merupakan yang tertinggi sebanyak 191 jiwa/Km2, disusul oleh Kecamatan Simpang Alahan Mati
sebesar 163 jiwa/Km2, dan Kecamatan Bonjol sebesar 133 jiwa/Km2. Untuk Kecamatan yang
mempunyai kepadatan penduduk paling kecil adalah Kecamatan Mapat Tunggul 15 jiwa/Km2.

Tabel 4.14
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

85
Jumlah Penduduk
No Kecamatan Total Sex Ratio
Laki-Laki Perempuan
1 Tigo Nagari 12812 12417 25229 103
2 Bonjol 12986 12890 25876 101
3 Simpang Alahan Mati 5712 5693 11405 100
4 Lubuk Sikaping 21840 22278 44118 98
5 Dua Koto 12683 13341 26024 95
6 Panti 18448 18812 37260 98
7 Padang Gelugur 11224 11780 23004 95
8 Rao 11365 11859 23224 96
9 Rao Utara 5145 5215 10360 99
10 Rao Selatan 10832 11262 22094 96
11 Mapat Tunggul 4583 4528 9111 101
Mapat Tunggul
12 Selatan 4597 4586 9183 100
Jumlah 132227 134661 266888 98
Sumber : Kabupaten Pasaman Dalam Angka 2015

Sex ratio merupakan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah
penduduk perempuan. Sex ratio penduduk Kabupaten Pasaman pada tahun 2014 adalah 98
yang berarti dalam setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki. Sex ratio
antar kecamatan juga cukup bervariasi, namun dari 12 kecamatan yang ada terdapat 3
kecamatan dengan sex ratio diatas 100 yaitu Kecamatan Tigo Nagari yaitu 103, Kecamatan
Bonjol yaitu 101 dan Kecamatan Mapat Tunggul yaitu 101yang berarti perbandingan
penduduk laki-laki dengan perempuan tinggi yang mana penduduk laki-laki lebih banyak
daripada perempuan.

4.4.4.1 Laju Pertumbuhan


Proyeksi perkiraan jumlah penduduk pada masa depan berarti meramalkan secara
kuantitas penduduk pada masa depan. Perkiraan jumlah penduduk merupakan sesuatu yang
bersifat kuantitas yang dapat dihitung secara sistematis . Pengukuran matematis terhadap
perkiraan jumlah penduduk pada masa yang akan datang dapat dilakukan dengan berbagai
metode atau teknik analisis.
Kabupaten Pasaman merupakan salah satu kabupaten yang luas di Provinsi Sumatera
Barat. Dengan melihat laju pertumbuhan Kabupaten Agam maka untuk memproyeksikan
penduduk Kawasan Ngarai Sianok 20 tahun kedepan (2015-2034) dapat menggunakan
metode eksponensial. Metode ini digunakan untuk memproyeksikan jumlah dan
perkembangan penduduk di masa yang akan datang di lihat dari kondisi internal kawasan
perencanaan karena penduduk setiap tahunnya mengalami perubahan dan mempunyai
pertumbuhan penduduk tidak tetap.

86
Berdasarkan data jumlah penduduk Kecamatan Bonjol dan Kecamatan Panti tahun
2011-2015 maka data diketahui rata-rata laju pertumbuhan penduduk di kawasan
perencanaan tersebut:
Tabel 4.15
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pasaman
Jumlah Penduduk
Tahun
(Jiwa)
2010
2011 0,01
2012 0,01
2013 0,01
2014 0,01
Rata-Rata Pertumbuhan
Penduduk 0,01
Sumber : Hasil Analisis 2016
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata laju pertumbuhan penduduk
Kabupaten Pasaman 0,01.

4.4.4.2 Proyeksi Penduduk


Kabupaten Pasaman merupakan salah satu kabupaten yang luas di Provinsi Sumatera
Barat. Dengan melihat laju pertumbuhan Kabupaten Pasaman maka untuk memproyeksikan
penduduk Kabupaten Pasaman 20 tahun kedepan (2015-2034) dapat menggunakan metode
eksponensial. Metode ini digunakan untuk memproyeksikan jumlah dan perkembangan
penduduk di masa yang akan datang di lihat dari kondisi internal Kabupaten Pasaman karena
penduduk setiap tahunnya mengalami perubahan dan mempunyai pertumbuhan penduduk
tidak tetap.

87
. Metode ini digunakan untuk memproyeksikan jumlah dan perkembangan penduduk
dimasa yang akan datang. Berikut ini rumus yang digunakan:

Pt = Po ( 1+ r)n

Dimana: Pt = jumlah penduduk


Po = jumlah penduduk tahun awal
r = Laju pertumbuhan penduduk
n = jumlah tahun (time series)

Dari hasil perhitungan diatas dapat dilihat proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Pasaman
tahun 2015-2034 berikut ini:
Tabel 4.16
Proyeksi Penduduk Kabupaten Pasaman
N Tahun Rencana
Kecamatan
o 2015 2019 2024 2029 2034
1 Tigo Nagari 25.481 26.781 28.147 29.583 31.092
2 Bonjol 26.135 27.468 28.869 30.342 31.889
3 Simpang Alahan Mati 11.519 12.107 12.724 13.373 14.055
4 Lubuk Sikaping 44.559 46.832 49.221 51.732 54.371
5 Dua Koto 26.284 27.625 29.034 30.515 32.072
6 Panti 37.633 39.552 41.570 43.690 45.919
7 Padang Gelugur 23.234 24.419 25.665 26.974 28.350
8 Rao 23.456 24.653 25.910 27.232 28.621
9 Rao Utara 10.464 10.997 11.558 12.148 12.768
10 Rao Selatan 22.315 23.453 24.650 25.907 27.228
11 Mapat Tunggul 9.202 9.672 10.165 10.683 11.228
12 Mapat Tunggul Selatan 9.275 9.748 10.245 10.768 11.317
Jumlah 269.557 283.307 297.758 312.947 328.911
Sumber : Hasil Analisis 2016
Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap 5 tahun Pada
Kabupaten Pasaman terus mengalami peningkatan jumlah penduduk, pada akhir umur
perencanaan yaitu pada tahun 2034, jumlah penduduk Kabupaten Pasaman 328.991 jiwa.

4.4.4.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur


Struktur penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Pasaman pada tahun 2015
menunjukkan kelompok umur antara 0 – 4 tahun mendominasi jumlah penduduk dengan jumlah
sebesar 4.678 jiwa (10,37%). Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk menurut kelompok umur:
Tabel 4.17
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

88
Kelompok Jumlah Kelompok Presentase
No
Umur Laki-laki Perempuan Umur Laki-laki Perempuan
1 0-4 2367 2311 0-4 -10.84 10.37
2 4-9 2198 2165 4-9 -10.06 9.72
3 10-14 1961 2041 10-14 -8.98 9.16
4 15-19 2030 2039 15-19 -9.29 9.15
5 20-24 1697 1560 20-24 -7.77 7.00
6 25-29 1837 1708 25-29 -8.41 7.67
7 30-34 1550 1621 30-34 -7.10 7.28
8 35-39 1555 1506 35-39 -7.12 6.76
9 40-44 1432 1491 40-44 -6.56 6.69
10 45-49 1388 1495 45-49 -6.36 6.71
11 50-54 1181 1194 50-54 -5.41 5.36
12 55-59 927 978 55-59 -4.24 4.39
13 60-64 627 698 60-64 -2.87 3.13
14 65-69 481 570 65-69 -2.20 2.56
15 70-74 309 382 70-74 -1.41 1.71
16 75+ 300 519 75+ -1.37 2.33
Total 21.840 22.278 -100.00 100.00
Sumber : Pasaman Dalam Angka 2015

Gambar 4.1
Grafik Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

Sumber :
Kabupaten
Pasaman
Dalam
Angka dan
Hasil

Perhitungan, 2015

4.4.4.4 Jumlah Penduduk Menurut Ketenagakerjaan dan Lapangan Usaha


Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu
sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah
penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun
sementara tidak bekerja dan pengangguran. Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja
adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga
atau melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi. Lapangan usaha adalah bidang
kegiatan dari pekerjaan/usaha/perusahaan/kantor tempat seseorang bekerja. Lapangan

89
pekerjaan pada publikasi ini didasarkan pada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
(KBLI) 2009.
Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk menurut ketenagakerjaan dan lapangan
usaha sebagai berikut:
Tabel 4.18
Banyaknya penduduk 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan dan jenis kelamin
No. Jenis Kegiatan Laki - Laki Perempuan Jumlah
1 Angkatan Kerja 74.038 63.829 137.867
a. Bekerja 72.486 60.879 133.365
b. Pengangguran Terbuka 1.552 2.950 4.502
2. Bukan Angkatan Kerja 12.868 26.503 39.371
a. Sekolah 9.304 12.009 21.313
b. Mengurus Rumah Tangga 115 11.001 11.116
c. Lainnya 3.449 3.493 6.942
Jumlah 86.906 90.332 177.238
Persentase Angakatan Kerja 85 71 78
Tingkat Partisipasi Angakatan Kerja 85 71 77.89
Sumber : Pasaman Dalam Angka 2015

Tingkat pengangguran menurut jenis kelamin laki – laki di kabupaten pasaman. Untuk
mengetahu tingkat pengangguran pada kabupaten ini yaitu dnegan cara :

Tabel 4.19
Penduduk yang mencari pekerjaan = Pengangguran Terbuka
Angkatan Kerja Jumlah Penduduk Laki - Laki Persentase (%)
Bekerja 72.486 2.14
Pengangguran Terbuka 1.552
Total 74.038
Sumber : Analisis, tahun 2015

Berdasarkan tabel diatas tingkat pengangguran penduduk menurut jenis kelamin laki –
laki pada kabupaten ini sebesar 2.14 %. Dengan jumlah angkatan kerja 74.038
Tabel 4.20
Tingkat pengangguran menurut jenis kelamin perempuan di kabupaten pasaman
Angkatan Kerja Jumlah Penduduk Perempuan Persentase (%)
Bekerja 60.829 4.85
Pengangguran Terbuka 2.950
Total 63.829
Sumber : Analisis, Tahun 2015

Berdasarkan tingkat pengangguran penduduk menurut jenis kelamin perempuan pada


kabupaten pasaman yaitu sebesar 4.85 % dengan jumlah angkatan kerja 63.829.

90
 Jumlah Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin.

Tabel 4.21
Jumlah Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin
Percent
No Jenis Kegiatan Laki-laki Perempuan Jumlah
(%)
1 Pertanian 37.812 26.336 64.178 60,29%
2 IndustriPengolahan 1.551 513 2.064 1,94
3 Perdagangan, Hotel, Restoran 8857 8.403 17.260 16,21
4 Jasa-jasa 5.712 6.224 11.936 11,21
5 Lainnya 10.190 825 11.015 10,35
Total 64.122 42.331 106.453 100
Sumber :Hasil analisis tahun 2016

Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa jenis pekerjaan yang
mendominasi di Kabupaten Pasaman adalah pada Kegiatan Pertanian dengan persentase
60,29%. Sedangkan jenis pekerjaan yang paling rendah terdapat pada kegiatan industri
pengolahan.

Tabel 4.22
Jumlah Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan
Jenis Kelamin
Percent
No JenisKegiatan Laki-laki Perempuan Jumlah
(%)
1. BerusahaSendiri 13.100 4.745 17.845 16,76
2. BerusahadenganBuruhTidakTetap 25.711 7.595 33.306 31,29
3. BerusahadenganBuruhTetap 1.998 821 2.819 2,65
4. Buruh/ KaryawanSwasta 10626 7.882 18.508 17,39
5. PekerjaLepasPertanian 1538 455 1.993 1,87
6. PekerjaLepas Non Pertanian 3177 931 4.108 3,86
7. PekerjaKeluarga 7.972 19.902 27.874 26,18
Total 64.122 42.331 106.453 100
Sumber :HasilAnalisis 2016

Dari hasil perhitungan penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan dapat
disimpulkan bahwa penduduk Kabupaten Pasaman memiliki status pekerjaan utama sebagai
berusaha dengan buruh tidak tetap dengan persentase 31,29% dan yang terendah status
pekerjaannya sebagai pekerja lepas pertanian dengan persentase 1,87 %.

 Analisis Tingkat Partisipasi angkatan kerja (labor force partisipation rate)

91
Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan jumlah angkatan kerja suatu kelompok
umur sebaragi persentase penduduk dalam kelompok umur itu. Ini dapat juga
merupakan tingkat partisipasi total dari seluruh penduduk dalam usia kerja (tingkat
aktivitas umum).

Rumus :

Jadi dapat dicari tingkat partisipasi angkatan kerja di Kecamatan Tanjung Raya Tahun
2015 adalah sebagai berikut.

x100 % = 4,15 %

Menurut hasil perhitungan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa KabupatenPasaman


memiliki tingkat partisipasi angkatan kerja yang masihrendahpadatahun 2015 yaitu
sebesar 4,15%. Hal inimenunjukan bahwa partisipasi masyarakat KabupatenPasaman
untuk berkerja dan mencari nafkah tersebut masih minim.

 Tingkat Aktifitas Menurut Jenis Kelamin.


Tingkat aktifitas menurut jenis kelamin ini dapat digunakan untuk melihat seberapa
besar tingkat aktifitas penduduk berjenis kelamin laki – laki dan penduduk berjenis
kelamin perempuan. Untuk mencari tingkat aktifitas ini dapat menggunakan rumus
seperti dibawah ini :

Berdasarkan rumus tersebut, maka dapat dicari jumlah penduduk menurut jenis
kelamin di Kabupaten PasamanTahun 2015 adalah :

60,24%

39,77%

Berdasarkan analisis diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat aktifitas laki-laki
di Kabupaten Pasaman lebih besar dari tingkat aktifitas perempuan, dengan persentase
untuk laki-laki sebesar 60,24% dan perempuan 39,77%.

92
4.5 Analisis Lokasi Desa Wisata Berdasarkan Obyek Wisata
Analisa lokasi desa wisata merupakan kecenderungan persebaran gejala geografi yang
bersifat mengelompok. analisis lokasi yang menitik beratkan pada tiga unsur jarak (distance),
kaitan (interaction), dan gerakan (movement). Tujuan dari analisis keruangan adalah untuk
mengukur apakah kondisi yang ada sesuai dengan struktur keruangan dan menganalisa
interaksi antar unit keruangan yaitu hubungan antara ekonomi dan interaksi keruangan,
aksebilitas antara pusat dan perhentian suatu wilayah dan hambatan interaksi. Hal ini
didasarkan olah adanya tempat-tempat (kota) yang menjadi pusat kegiatan bagi tempat-
tempat lain, serta adanya hirarki diantara tempat-tempat tersebut.Keterkaitan obyek-obyek
wisata tersebut terhadap obyek wisata lainya guna mewujudkan suatu konsep desa wisata.
Standar di ambil dari teori kenyamanan dan karakteristik kemampuan berjalan dan teori
lokasi desa wisata oleh Unterman (1984:24) dan Tri Rochadi, dkk (1991:(III-15)).

93
Tabel 4.23
Analisa Lokasi Desa Wisata Sejarah
Kriteria lokasi desa
Desa Wisata Lokasi Eksistig lokasi desa
No Obyek Wisata wisata berdasarkan Penilaian Keterangan
Potensial Wisata wsisata
obyek wisata
 Sesuai dengan iklim  ±1,0 Km ke rumah Tidak Potensi Tidak layak Jarak setiap lokasi
, cuaca serta suhu , datuak buruak. obyek wisata tidak lebih dari 2km
jarak tempuh orang  Merupakan daerah dengan menjadikan museum tuanku
berjalan kaki di pengembangan imam bonjol menjadi acuan dalam
Indonesia kurang pariwisata sesuai jarak antar lokasi
lebih 400 meter dengan RIPPDA
Museum Tuanku untuk aktifitas
Bonjol
Imam Bonjol wisata berbelanja.
 Lingkup daerah
desa wisata
merupakan daerah
pengembangan
pariwisata
1 Ganggo
Mudiak  Sesuai dengan iklim  ±1km ke museum Tidak Potensi
, cuaca serta suhu , tuanku imam bonjol
jarak tempuh orang  Merupakan daerah
berjalan kaki di pengembangan
Indonesia kurang pariwisata sesuai
lebih 400 meter dengan RIPPDA
Rumah Pak untuk aktifitas
Bonjol
Datuak Buruak wisata berbelanja.
 Lingkup daerah
desa wisata
merupakan daerah
pengembangan
pariwisata

2 Ganggo Hilia Meriam Tuanku Bonjol  Sesuai dengan iklim  ±1.5 Km ke Tidak Potensi
Imam Bonjol , cuaca serta suhu , museum tuanku
jarak tempuh orang imam bonjol
berjalan kaki di  Merupakan daerah

94
Kriteria lokasi desa
Desa Wisata Lokasi Eksistig lokasi desa
No Obyek Wisata wisata berdasarkan Penilaian Keterangan
Potensial Wisata wsisata
obyek wisata
Indonesia kurang pengembangan
lebih 400 meter pariwisata sesuai
untuk aktifitas dengan RIPPDA
wisata berbelanja.
 Lingkup daerah
desa wisata
merupakan daerah
pengembangan
pariwisata

 Sesuai dengan iklim  ±2km kemuseum Tidak Potensi


, cuaca serta suhu , tuanku imam bonjol
jarak tempuh orang  Merupakan daerah
berjalan kaki di pengembangan
Indonesia kurang pariwisata sesuai
lebih 400 meter dengan RIPPDA
Benteng Tuanku untuk aktifitas
Bonjol
Imam Bonjol wisata berbelanja.
 Lingkup daerah
desa wisata
merupakan daerah
pengembangan
pariwisata

Jumlah
Ket : Jarak setiap lokasi obyek wisata tidak lebih dari 2km dengan menjadikan museum tuanku imam bonjol menjadi acuan dalam jarak antar lokasi
Di katakan layak jika perbandingan indikator tersebut Potensi > Tidak Potensi
Di katakan tidak layak jika perbandingan indikator potensi < Tidak Potensi

Sumber : Hasil Analisis,2016

95
Tabel 4.24
Analisa Lokasi Desa Wisata Alam
Kriteria lokasi desa
Desa Wisata Lokasi Eksisting lokasi
No Obyek Wisata wisata berdasarkan Penilaian Keterangan
Potensial Wisata desa wsisata
obyek wisata
1 Desa Panti  Sesuai dengan  ±100 m ke kolam Potensi Layak
iklim , cuaca serta pemandian air
suhu , jarak tempuh panas panti
orang berjalan kaki  Merupakan daerah
di Indonesia kurang pengembangan
lebih 400 meter pariwisata sesuai
Air Panas Rimbo untuk aktifitas dengan RIPPDA
Panti
panti wisata berbelanja.
 Lingkup daerah desa
wisata merupakan
daerah
pengembangan
pariwisata

 Sesuai dengan  ±100 m ke air Potensi


iklim , cuaca serta panas rimbo panti
suhu , jarak tempuh  Merupakan daerah
orang berjalan kaki pengembangan
di Indonesia kurang pariwisata sesuai
lebih 400 meter dengan RIPPDA
Cagar Alam Rimbo
Panti untuk aktifitas
Panti
wisata berbelanja.
 Lingkup daerah desa
wisata merupakan
daerah
pengembangan
pariwisata
Taman Wisata Panti  Sesuai dengan  ±100 m ke air Potensi
Alam Rimbo Panti iklim , cuaca serta panas rimbo panti
suhu , jarak tempuh  Merupakan daerah
orang berjalan kaki pengembangan
di Indonesia kurang pariwisata sesuai

96
Kriteria lokasi desa
Desa Wisata Lokasi Eksisting lokasi
No Obyek Wisata wisata berdasarkan Penilaian Keterangan
Potensial Wisata desa wsisata
obyek wisata
lebih 400 meter dengan RIPPDA
untuk aktifitas
wisata berbelanja.
 Lingkup daerah desa
wisata merupakan
daerah
pengembangan
pariwisata
 Sesuai dengan  ±150 m ke air Potensi
iklim , cuaca serta panas rimbo panti
suhu , jarak tempuh  Merupakan daerah
orang berjalan kaki pengembangan
di Indonesia kurang pariwisata sesuai
lebih 400 meter dengan RIPPDA
Herbarium Panti untuk aktifitas
wisata berbelanja.
 Lingkup daerah desa
wisata merupakan
daerah
pengembangan
pariwisata
 Sesuai dengan  ±100 m ke air Potensi
iklim , cuaca serta panas rimbo panti
suhu , jarak tempuh  Merupakan daerah
orang berjalan kaki pengembangan
di Indonesia kurang pariwisata sesuai
lebih 400 meter dengan RIPPDA
Kolam Pemandian
Panti untuk aktifitas
Air Panas Panti
wisata berbelanja.
 Lingkup daerah desa
wisata merupakan
daerah
pengembangan
pariwisata
Jumlah 5

97
Kriteria lokasi desa
Desa Wisata Lokasi Eksisting lokasi
No Obyek Wisata wisata berdasarkan Penilaian Keterangan
Potensial Wisata desa wsisata
obyek wisata
Ket : Jarak setiap lokasi obyek wisata tidak lebih dari 400 meter dengan menjadikan air panas rimbo panti menjadi acuan dalam jarak antar lokasi
Di katakan layak jika perbandingan indikator tersebut Potensi > Tidak Potensi
Di katakan tidak layak jika perbandingan indikator potensi < Tidak Potensi

Sumber : Hasil Analisis,2016

Jadi dapat disimpulkan dari segi lokasi desa wisata yang akan di kembangkan yang terdiri dari desa gango mudiak, desa ganggo hilia dan
desa panti , hanya desa panti yang memenuhi kriteria karna dari variabel penentu nilai untuk kelayakan desa panti memeneuhi kriteria lokasi
antar obyek wisata di desa wisata. Sehingga desa Panti dari segi lokasi antar obyek wisata pada desa wisata berpotensial.

98
4.5.1 Analisis Lokasi Desa Wisata Berdasarkan Aksesibilitas
Aksesbilitas dalam pariwisata berkaitan dengan tingkat kemudahan seorang
wisatawan mencapai suatu objek wisata. Kemudahan pencapaian suatu objek wisata
dipengaruhi oleh jarak, kondisi sarana dan prasarana peenghubung seperti kondisi jalan raya,
dan angkutan umum. Jarak di hitung dari pusat masing-masing desa wisata dengan
menjadikan pasar sebagi acuan. Pasar merupakan salah satu titik kumpul berbagai aktifitas
terutama yang berkaitan dengan pariwisata serta perdangan dan jasa. Atas pertimbangan
inilah Pasar bonjol dan panti ditetapkan sebagai titik ukur untuk menghitung jarak objek
wisata.
Objek wisata pada kawasan desa wisata yang dipilih untuk menjadi tinjauan yaitu
berada pada Kecamatan Bonjol dan Kecamatan Panti, yang terdiri dari delapan baik itu pada
desa wisata sejarah dan desa wisata alam. Masing-masing desa wisata memiliki keunikan dan
memiliki ciri khas tersendiri. Desa Wisata Alam memiliki 4 obyek wisata yang terdiri dari (1)
Air Panas Rimbo Panti, (2) Herbarium, (3) Kolam Pemandian Air Panas Rimbo Panti, (4)
Cagar Alam Rimbo Panti, .Desa Wisata Sejarah memiliki empat objek wisata yang terdiri dari
(1) Museum Tuanku Imam Bonjol(2) Benteng Tuanku Imam Bonjol, (3) Meriam Tuanku
Imam Bonjol, (4) Rumah Datuak Buruak.

Tabel 4.25
Standar Penilaian Aksesbilitas Objek wisata di Desa Wisata Alam dan Desa Wisata Sejarah
Indikator
Kriteria Variabel Rendah
Tinggi Sedang
Aksesbilitas Jarak ≤ 2 km 2.4 Km >4 km

Jalan - Jalan permukaan - Jenis permukaan - Jenis permukaan jalan


berupa jalan aspal berupa batu kerikil tanah
- Tidak terdapat - Terdapatnya - Terdapat kerusakan
kerusakan ( tidak kerusakan ringan yang sangat parah
berlobang ataupun ( berlobang) ( berlubang dan
bergelombang) bergelombang)
Moda Trasportasi - Dapat dijangkau oleh - Dapat dijangkau - Tidak dapat dijangkau
Bus, kendaraan roda oleh kendaraan dengan kendaraan
empat, dan kendaraan roda dua bermotor ( hanya dapat
roda dua dijangkau dengan
berjalan kaki
- Dilalui oleh angkutan - Dilalui oleh - Tidak dilalui oleh
umum angkutan umum angkutan umum dan
dan kendaraan roda kendaraan roda dua
dua
Sumber : Hasil Pengamatan Dilapangan, 2016

Kesimpulan penilaian aksesbilitas

99
 Jika semua variabel aksesbilitas memiliki indikator tinggi maka aksesbilitas tinggi dan
di katakan tinggi.
 Jika dua dari tiga variabel aksesbilitas memiliki indikator tinggi atau salah satu dari
variabel aksesbilitas memiliki indikator rendah maka aksesbilitas sedang
 Jika satu dari tiga variabel aksesbilitas memiliki indikator tinggi atau dua dari tiga
variabel memiliki indikator rendah atau semua variabel memiliki indikator rendah
maka aksesbilitas rendah.Dengan meganggap untuk simpul yang menjadi acuan yaitu
ibukota kabupaten pasaman tepatnya di lubuk sikaping (terminal pasar lubuk
sikaping) atau dalam RTRW merupakan Pusat Kegiatan Lokal Yang di promosikan,
desa wisata panti simpulnya di kantor pengelola wisata Panti, desa wisata bonjol titik
simpulnya pada Pasar bonjol atau sesuai dengan RTRW Pusat Kegiatan Lokal yang
dipromosikan.

100
Tabel 4.26
Analisis Aksesbilitas
Jarak dari
Kondisi
Jenis Desa ibukota Moda
No Objek Wisata Jalan Penilaian Keterangan
Wisata kabupaten Trasportasi
Eksisting
(km)
1. Desa Wisata 1. Air Panas Kondisi ±27,06 km Objek Wisata Potensi Kondisi jalan pada kawasan objek wisata Air
Alam Rimbo jalan Dapat Panas Rimbo Panti berupa aspal dengan jarak
Panti Aspal dijangkau 27.06 km ke Pasar Panti yang menajdi titik
oleh Bus, acuan dengan moda transportasi dapat dilalui
kendaraan dengan kendaraan roda empat dan roda dua.
roda empat,
dan
kendaraan
roda dua.
2. Cagar Kondisi ±27,06 km Objek Wisata Kondisi jalan pada kawasan objek wisata
Alam jalan Dapat Cagar Alam Rimbo Panti berupa aspal dengan
Rimbo Aspal dijangkau jarak 27,06 km dari jalan Pasar dengan moda
Panti oleh Bus, transportasi dapat dilalui dengan bus,
kendaraan kendaraan roda empat dan roda dua.
roda empat,
dan
kendaraan
roda dua.
3. Kolam Kondisi ±27.06 km Objek Wisata Kondisi jalan pada kawasan objek wisata
Pemandian jalan Dapat Kolam Pemandian Air Panas Rimbo Panti
Air Panas Aspal dijangkau berupa aspal dengan jarak 27.06 km dari jalan
Rimbo oleh Bus, pasar dengan moda transportasi dapat dilalui
Panti kendaraan dengan bus,kendaraan roda empat dan roda
roda empat, dua.
dan
kendaraan
roda dua.
4. Herbarium Kondisi ±27.06 km Objek Wisata Kondisi jalan pada kawasan objek wisata
jalan tidak dapat Herbarium berupa aspal dengan jarak 27.06 km
aspal dijangkau dari pasar dengan moda transportasi dapat
oleh Bus, dilalui dengan bus, kendaraan roda empat dan
kendaraan roda dua.

101
Jarak dari
Kondisi
Jenis Desa ibukota Moda
No Objek Wisata Jalan Penilaian Keterangan
Wisata kabupaten Trasportasi
Eksisting
(km)
roda empat
hanya
kendaraan
roda dua.
2. Desa 1. Museum Kondisi ±16 km Objek Wisata Potensi Kondisi jalan pada kawasan objek wisata
Wisata Tuanku jalan Dapat Museum Tuanku Imam Bonjol berupa aspal
Imam Aspal dijangkau dengan jarak 16 km dari Pasar Bonjol dengan
Sejarah
Bonjol oleh Bus, moda transportasi dapat dilalui dengan
kendaraan bus,kendaraan roda empat dan roda dua.
roda empat,
dan
kendaraan
roda dua.
2. Benteng Kondisi ±16 km Objek Wisata Kondisi jalan pada kawasan objek wisata
Tuanku jalan Dapat hanya Benteng Tuanku Imam Bonjol berupa Jalan
Imam setapak dapat dilaui setapak dengan jarak 16 km dari pasar dengan
Bonjol berloban motor moda transportasi dapat dilalui dengan bus,
g kendaraan roda empat dan roda dua.
3. Meriam Kondisi ±16 km Objek Wisata Kondisi jalan pada kawasan objek wisata
Tuanku Jalan hanya di lalui Meriam Tuanku Imam Bonjol berupa jalan
Imam Setapak dengan motor setapak dengan jarak 16 km dari pasar dengan
Bonjol moda transportasi dapat dilalui dengan bus,
kendaraan roda empat dan roda dua
4. Rumah Kondisi ±16 km Objek Wisata Potensi Kondisi jalan pada kawasan objek wisata
Datuak jalan hanya dapat Rumah Datuak Buruak berupa jalan kerikil
Buruak kerikil di lau mobil dengan jarak 16 km dari pasar bonjol dengan
dan motor moda transportasi dapat dilalui dengan
bus,kendaraan roda empat dan roda dua.

Sumber : Hasil Analisis,2016

102
Apabila salah satu dari tiga indikator ini sudah terpenuhi maka dapat dikatakan indikatornya
potensial sedangkan jika tidak memenuhi maka indikator tersebut dapat dikatakan tidak
potensial (di Kawasan Studi). Kemudian dilakukan penilaian potensial berdasarkan
sebarannya per fase pengembangan, dimana daya tarik tersebut dikatakan potensial di fase
tersebut jika;
Sedangkan tidak dikatakan potensial berdasarkan sebarannya jika tidak memenuhi salah
satu dari kriteria di atas. Dari potensi di atas maka dapat diketahui aksesbilitas desa wisata .
Jadi dapat disimpukan dari tabel diatas desa wisata potensial secara asksesbilitas seperti tabel
di bawah ini
Tabel 4.27
Kesimpulan aksesbilitas Desa Wisata Potensial
No Desa Potensial Kriteria Penilaian Potensi Kelayakan
1 Desa Ganggo Mudiak 3 3 Layak/Potensial
2 Desa Ganggo Hilia 3 3 Layak/Potensial
3 Panti 3 2 Tidak Layak/
Tidak Potensial
Sumber : Hasil Analsis, 2016

Maka dapat di simpulkan dari segi aksesbilitas , desa wisata yang sangat potensial hasil
dari perbandingan standar aksesbilitas sebuah desa wisata terdapat dua desa yang memiliki
nilai tinggi yaitu desa ganggo mudiak dan desa ganggo hilia.

4.6 Analisis Desa Wisata


4.6.1 Analisis Penilaian Desa Wisata Berdasarkan Pedoman Umum
Pengembangan Desa Wisata
Analisis desa wisata dinilai dari tiga aspek penting desa wisata yaitu:
1. Potensi Keunikan dan Kebudayaan yang Khas
2. Interaksi Wisatawan
3. Fasilitas Pendukung
Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan tiga aspek penting desa wisata
dengan keadaan eksisti kawasan studi. Dari analisis ini diharapkan dapat diketahui potensi
wisata kawasan baik yang sudah ada maupun yang dapat dikembangkan dan sebarannya.

103
Tabel 4.28
Analisis Penilaian Desa Wisata Berdasarkan Pedoman Umum Pengembangan Desa Wisata
No Variabel Indikator Kreteria

1 Potensi Keunikan dan Daya Tarik Alam  Kelangkaan sulit ditemui di daerah
Kebudayaan yang Daya Tarik Budaya lain
Khas Daya Tarik Buatan  Memiliki nilai sejarah
2 Interaksi Wisatawan Aktivitas sehari-hari  Jenis kegiatan sehari-hari
masyarakat setempat masyarakat setempat yang unik
dan berciri khas setempat
3 Fasilitas Pendukung Akomodasi  Memiliki lingkungan dan kondisi
Penginapan dari rumah yang bersik
masyarakat setempat  Suasana rumah yang nyaman untuk
(rumah asli penduduk), ditinggali
Bumi Perkemahan, Villa,  Aman dari kriminalitas
Pondok Memenuhi syarat-syarat rumah yang sehat
Kuliner  Tersedianya makanan khas di desa
wisata
 Ketersediaan fasilitas rumah makan
dari masyarakat setempat dan berciri
khas desa setempat

Aksesbilitas  Adanya petunjuk arah.


 Adanya simbol penanda untuk obyek
wisata di desa wisata
 Tersedianya moda transportasi khusus
menuju desa wisata
 Kondisi jalan yang baik menuju desa
wisata
Partisipasi Masyarakat  Masyarakat tanggap terhadap
lokal pariwisata
 Masyarakat ramah terhadap
wisatawan
 Masyarakat kreatif dan inovatif
terhadap pengembangan desa wisata
Sarana dan prasarana  Tersedianya penerangan
dasar  Tersedianya air bersih yang alami
 Tersedianya jaringan telekomunikasi

Tabel 4.29
Indikator Penilaian
Indikator Penilaian
Daya Tarik Alam Sesuai =2
Daya Tarik Budaya Tidak Sesuai <2
Daya Tarik Buatan
aktivitas sehari-hari masyarakat Sesuai = ada dan masih dilakukan masyarakat
Tidak sesuai = ada dan tidak dilakukan masyarakat
Akomodasi Sesuai = ada dan dikelola masyarakat
Kuliner Tidak sesuai = ada tidak dikelola masyarakat
Aksesbilitas Sesuai >2
Tidak sesuai ≤2
Partisipasi masyarakat lokal Sesuai ≥2
sarana dan prasarana Tidak sesuai <2

104
Tabel 4.30
Desa Ganggo Mudiak
Penilaian
No Variabel Indikator Kreteria Eksisting Sesuai Tidak Keterangan
Sesuai
1 Memiliki Potensi Daya Tarik Alam  Kelangkaan
Keunikan dan Daya Tarik Budaya sulit ditemui  Kesenian tradisional Si √
Kebudayaan yang di daerah lain Muntu
Khas  Memiliki nilai  Adat Kelahiran
sejarah  Adat Pernikahan
 Adat Kematian
 Adat Khusus

Kesenian Simuntu

Daya Tarik Buatan Daya tarik buatan adanya equator √


 Museum Tuanku Imam
Bonjol
 Tugu equator
 Garis penan da garis
khatulistiwa

105
Penilaian
No Variabel Indikator Kreteria Eksisting Sesuai Tidak Keterangan
Sesuai
Yang merupakan simbol daerah Musium Tuanku Imam
yang dilewati oleh garis BonjolTugu Equator
khatulistiwa

Garis Khatulistiwa

106
Penilaian
No Variabel Indikator Kreteria Eksisting Sesuai Tidak Keterangan
Sesuai
2 Memiliki Interaksi Aktivitas sehari-hari  Jenis Basawah baladang Uniknya: √
Wisatawan masyarakat setempat kegiatan Dari segi basawah baladang ada
yang namanya adat “Lapeh Kaua
sehari-hari
Padi”
masyarakat
setempat
yang unik
dan berciri
khas
setempat
3 Memiliki Fasilitas Akomodasi  Memiliki Tidak memiliki penginapan baik √ -
Pendukung  Penginapan dari lingkungan itu rumah masyarakat setempat,
masyarakat dan kondisi villa, pondok ataupun hotel
setempat (rumah rumah yang
asli penduduk) bersik
 Bumi Perkemahan  Suasana
 Villa rumah yang
 Pondok nyaman untuk
ditinggali
 Aman dari
kriminalitas
Memenuhi syarat-
syarat rumah yang
sehat
Kuliner  Tersedianya  Masakan khas pasaman √ -
makanan khas yang terkenal adalah
di desa wisata randang paku
 Ketersediaan  Tidak memiliki fasilitas
fasilitas rumah rumah makan dari
makan dari masyarakat desa wisata
masyarakat
setempat dan
berciri khas
desa setempat

107
Penilaian Keterangan
No Variabel Indikator Kreteria Eksisting Sesuai Tidak
Sesuai
Aksesbilitas  Adanya  Tidak memiliki petunjuk √
petunjuk arah. arah menuju desa wisata
 Adanya  Terdapatnya simbol
simbol equator yang
penanda untuk menandakan kawasan
obyek wisata wisata (plang atau papan
Jalan
di desa wisata nama)
 Tersedianya  Tidak memiliki
moda transportasi khusus
transportasi menuju desa wisata
khusus menuju  Kondisi jalan baik
desa wisata menuju desa wisata.
 Kondisi jalan  Equator Bonjol
yang baik Kondisi jalan aspal
menuju desa ±0,2 Km jarak dari
wisata pasar. Objek wisata
dapat dijangakau
oleh bus, kendaraan
roda empat, dan
kendaraan roda dua.
 Peningalan-
peningalan Tuanku
Imam Bonjol
kondisi jalan krikil
±1 Km jarak dari
pasar hanya dapat di
lalui mobil dan
motor.
Partisipasi Masyarakat  Masyarakat  Masyarakat tidak √
lokal tanggap tanggap terhadap
terhadap pariwisata
pariwisata  Masyarakat ramah
 Masyarakat terhadap dwisatawan
ramah  Tidak adanya kreatifitas
terhadap masyarakat berupa

108
Penilaian
No Variabel Indikator Kreteria Eksisting Sesuai Tidak Keterangan
Sesuai
wisatawan kerajinan dan lainya
 Masyarakat dalam pengembangan
kreatif dan desa wisata
inovatif
terhadap
pengembanga
n desa wisata
Sarana dan prasarana dasar  Tersedianya  Telah tersedianya √ Listrik
penerangan penerangan berupa
 Tersedianya listrik.
air bersih yang  Tersedianya air bersih
alami berupa alami
 Tersedianya (sungai)
jaringan  Telah terlayani jarigan
telekomunikas telekumunikasi dengan
i baik.
Sumber: Hasil Analisis 2016

109
Tabel 4.31
Desa Ganggo Hilia
Penilaian
No Variabel Indikator Kreteria Eksisting Sesuai Tidak Keterangan
Sesuai
1 Memiliki Potensi Daya Tarik Alam  Kelangkaan  Benteng Amorogen √
Keunikan dan sulit ditemui di yang terletak di
Kebudayaan yang daerah lain ketinggian bukit Desa
Khas  Memiliki nilai Ganggo Hilia
sejarah

Benteng Amorogen
Daya Tarik Budaya  Adat Kelahiran √
 Adat Pernikahan
 Adat Kematian
 Adat Khusus
Daya Tarik Buatan  Meriam Tuanku Imam √
Bonjol

Meriam Tuanku Imam Bonjol


2 Memiliki Interaksi Aktivitas sehari-hari  Jenis Basawah baladang, bekebun, √
Wisatawan masyarakat setempat kegiatan menangkap ikan Uniknya:
sehari-hari  Dari segi basawah baladang
ada yang namanya adat
masyarakat “Lapeh Kaua Padi” terdapat
setempat pada daerah bonjol saja.
yang unik  Menangkap ikan yang di
dan berciri tandai denagn kebiasaan
malapeh larangan.

110
Penilaian
No Variabel Indikator Kreteria Eksisting Sesuai Tidak Keterangan
Sesuai
khas
setempat
3 Memiliki Fasilitas Akomodasi  Memiliki Tidak memiliki penginapan baik √
Pendukung  Penginapan dari lingkungan itu rumah masyarakat setempat,
masyarakat dan kondisi villa, pondok ataupun hotel
setempat (rumah rumah yang
asli penduduk) bersik
 Bumi Perkemahan  Suasana rumah
 Villa yang nyaman
 Pondok untuk
ditinggali
 Aman dari
kriminalitas
Memenuhi syarat-
syarat rumah yang
sehat
Kuliner  Tersedianya  Masakan khas pasaman √
makanan khas yang terkenal adalah
di desa wisata randang paku
 Ketersediaan  Tidak memiliki fasilitas
fasilitas rumah rumah makan dari
makan dari masyarakat desa wisata
masyarakat
setempat dan
berciri khas
desa setempat

Aksesbilitas  Adanya  Tidak memiliki √


petunjuk arah. petunjuk arah menuju
 Adanya simbol desa wisata
penanda untuk  Tidak memiliki simbol
obyek wisata menuju obyek wisata di
di desa wisata desa wisata
 Tersedianya  Tidak memiliki

111
Penilaian
No Variabel Indikator Kreteria Eksisting Sesuai Tidak Keterangan
Sesuai
moda transportasi khusus Jalan
transportasi menuju desa wisata
khusus menuju  Kondisi jalan baik
desa wisata menuju desa wisata.
 Kondisi jalan  Meriam Tuanku
yang baik Imam Bonjol
menuju desa kondisi jalan aspal
wisata ±0,2 Km jarak dari
pasar, objek wisata
dapat dijangkau
oleh bus,
kendaraan roda
empat dan
kendaraan roda
dua.
 Benteng
Amorogen Kondisi
jalan setapak dan
berlobang ±1Km
Jarak dari pasar
hanya dapat dilalui
kendaraan roda
dua.
Partisipasi Masyarakat  Masyarakat  Masyarakat tidak √
lokal tanggap tanggap terhadap
terhadap pariwisata
pariwisata  Masyarakat ramah
 Masyarakat terhadap dwisatawan
ramah  Tidak adanya kreatifitas
terhadap masyarakat berupa
wisatawan kerajinan dan lainya
 Masyarakat dalam pengembangan
kreatif dan desa wisata
inovatif
terhadap

112
Penilaian
No Variabel Indikator Kreteria Eksisting Sesuai Tidak Keterangan
Sesuai
pengembangan
desa wisata
Sarana dan prasarana dasar  Tersedianya  Telah tersedianya √ Listrik
penerangan penerangan berupa
 Tersedianya listrik.
air bersih yang  Tersedianya air bersih
alami berupa alami
 Tersedianya (sungai)
jaringan  Telah terlayani jarigan
telekomunikas telekumunikasi dengan
i baik.
Sumber: Hasil Analisis 2016

113
Tabel 4.32
Desa Panti
Penilaian
No Variabel Indikator Kreteria Eksisting Sesuai Tidak Keterangan
Sesuai
1 Memiliki Potensi Daya Tarik Alam  Kelangkaan  Cagar alam dan air √
Keunikan dan sulit ditemui di panas alami yang ada
Kebudayaan yang daerah lain di rimbo panti
Khas  Memiliki nilai
sejarah

Cagar Alam Rimbo Panti


Air Panas Alami

Daya Tarik Budaya  Kesenian ronggeng √


 Adat Kelahiran
 Adat Pernikahan
 Adat Kematian
 Adat Khusus
Daya Tarik Buatan  Kolam renang air
panas
 Taman Air Panas
Alami Rimbo Panti
 Herbarium (musium
mini tumbuhan)

114
Penilaian
No Variabel Indikator Kreteria Eksisting Sesuai Tidak Keterangan
Sesuai
Kolam Renang Air Panas
Herbarium

2 Memiliki Interaksi Aktivitas sehari-hari  Jenis Basawah baladang, bekebun, √


Wisatawan masyarakat setempat kegiatan menangkap ikan Uniknya:
sehari-hari  Dari segi basawah
baladang ada yang
masyarakat namanya adat “Lapeh
setempat Kaua Padi” terdapat pada
yang unik daerah bonjol saja.
dan berciri  Menangkap ikan yang di
khas tandai denagn kebiasaan
setempat malapeh larangan.
3 Memiliki Fasilitas Akomodasi  Memiliki Tidak memiliki penginapan √
Pendukung  Penginapan dari lingkungan baik itu rumah masyarakat
masyarakat dan kondisi setempat, villa, pondok
setempat (rumah rumah yang ataupun hotel
asli penduduk) bersik
 Bumi Perkemahan  Suasana rumah
 Villa yang nyaman
 Pondok untuk
ditinggali
 Aman dari
kriminalitas
Memenuhi syarat-
syarat rumah yang
sehat

115
Penilaian
No Variabel Indikator Kreteria Eksisting Sesuai Tidak Keterangan
Sesuai
Kuliner  Tersedianya  Masakan khas √
makanan khas pasaman yang
di desa wisata terkenal adalah
 Ketersediaan randang paku
fasilitas rumah  Tidak memiliki
makan dari fasilitas rumah makan
masyarakat dari masyarakat desa
setempat dan wisata
berciri khas
desa setempat

Aksesbilitas  Adanya  Tidak memiliki petunjuk √ Jalan


petunjuk arah. arah menuju desa wisata
 Adanya simbol  Memiliki simbol menuju
penanda untuk obyek wisata di desa
obyek wisata wisata
di desa wisata  Tidak memiliki
 Tersedianya transportasi khusus
moda menuju desa wisata
transportasi  Kondisi jalan baik
khusus menuju menuju desa wisata.
desa wisata  Kondisi jalan
 Kondisi jalan menuju objek
yang baik
wisata Air Panas
menuju desa
wisata Rimbo Panti, Cagar
Alam Rimbo Panti,
Kolam Renang
Rimbo Panti, dan
Herbarium berupa
jalan aspal, objek
wisata dapat
dijangkau oleh bus,
kendaraan roda empat
dan kendaraan roda

116
Penilaian
No Variabel Indikator Kreteria Eksisting Sesuai Tidak Keterangan
Sesuai
dua.
Partisipasi Masyarakat lokal  Masyarakat  Masyarakat tidak √
tanggap tanggap terhadap
terhadap pariwisata
pariwisata  Masyarakat ramah
 Masyarakat terhadap dwisatawan
ramah Tidak adanya
terhadap kreatifitas masyarakat
wisatawan berupa kerajinan dan
 Masyarakat lainya dalam
kreatif dan pengembangan desa
inovatif wisata
terhadap
pengembangan
desa wisata
Sarana dan prasarana dasar  Tersedianya  Telah tersedianya √ Listrik
penerangan penerangan berupa Air
 Tersedianya air listrik.
bersih yang  Tersedianya air bersih
alami berupa PDAM
 Tersedianya  Telah terlayani
jaringan jarigan
telekomunikasi telekumunikasi
dengan baik.

Bersih

117
Penilaian
No Variabel Indikator Kreteria Eksisting Sesuai Tidak Keterangan
Sesuai

Sumber:Hasil Analisis 2016

118
Apabila nilai kelayakan lebih besar di bandingkan dengan ketidak layakan dari lima belas kriteria ini ,maka dapat dikatakan desa wisata tersebut
potensial sedangkan jika sebaliknya nilai ketidaklayakan lebih besar di bandingkan dengan kelayakan maka desa wisata tersebut dapat dikatakan
tidak potensial ( di Kawasan Studi ). Kemudian dilakukan penilaian potensial berdasarkan pedoman umum pengembangan desa wisata, dimana
daya tarik tersebut dikatakan potensial di fase tersebut jika;
Jadi dapat disimpukan dari tabel diatas desa wisata potensial secara pedoman umum pengembangan desa wisata seperti tabel di bawah ini
Tabel 4.33
Kesimpulan Desa Wisata Potensial
No Desa Potensial Kriteria Penilaian Potensi Kelayakan
1 Desa Ganggo Mudiak 15 4 Tidak Layak/tidak Potensial
2 Desa Ganggo Hilia 15 5 Tidak Layak/ Tidak Potensial
3 Panti 15 4 Tidak Layak/ Tidak Potensial
Sumber : Hasil Analsis, 2016

Maka dapat di simpulkan dari segi pedoman umum pengembangan desa wisata , tidak ada satupun desa wisata yang berpotensial hasil dari
perbandingan standar pada sebuah pedoman umum pengembangan desa wistaa dengan keadaan aktual pada kawasan studi .

119
4.6.2 Analisis Penilaian Desa Wisata Berdasarkan Tambo Adat Minang
Kabau
Analisis ini dilakukan dengan cara melihat potensi daya tarik wisata lainnya
yang terdapat pada kawasan studi. Dari analisa ini diharapkan dapat diketahui potensi
wisata kawasan baik yang sudah ada maupun yang dapat dikembangkan dan
sebarannya. Sebagai kawasan bersejarah dan berbudaya maka variabel penilaiannya
terdiri dari tiga antara lain potensi fisik kawasan ( syarat nagari Minangkabau),
potensi aktifitas dan potensi objek. Tujuan pemilihan variabel ini selain daya
tarik/objek wisata, pemilihan variabel ini juga bertujuan untuk menjaga keaslian
kawasan dari segi sejarah dan budayanya. Dengan ketentuan sebagai berikut :
 Veriabel-veriabel tersebut kemudian dibagi lagi menjadi beberapa indikator
dan kemudian dinilai lagi berdasarkan kriteria.
 Dari indikator dan kriteria tersebut maka akan dilakukan penilaian terhadap
potensi tersebut baik itu ketersediaan potensinya, pemanfaatan fungsi potensi
yang ada (eksisting), dan potensi yang dapat dikembangkan sehingga didapat
atraksi yang dapat dikembangkan.
 Jika tidak memenuhi ke - 6 Kriteria tersebut maka di anggap tidak berpotensi
Untuk lebih jelasnya dalam penilaian daya tarik pendukungnya dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:

120
121
Tabel 4.34
Tabel Variabel dan Indikator Penilaian
No Desa Wisata Variabel Indikator Kriteria Eksisiting Penilaian
Potensial
1 Ganggo Mudiak Potensi Fisik Bakorong/bakampuang Bakorong bakampuang Potensi
Kawasan Kampung tempat pemukiman  Memiliki nilai di desa gangggo mudiak
( syarat nagari di penduduk, yang terdiri dari : daerah historical (sejarah) telah sesuai dengan
Minangkabau ) asal, daerah penyebaran, daerah kriteria di karenakan
pendatang  Memiliki nilai cultural telah menunjukkan
(budaya) sejarah khas dari
pasaman yang tenang ,
ramah dan bersahaja
 Memiliki nilai religius yang menjaga alam dan
(agama) sejarahnya.Dicirikan
warga setempat tidak
 Merupakan khas mau mengubah daerah
Kebudayaan setempat yang menjadi sejarah
nagari mereka.
 Merupakan khas
Basawah/Baladang tradisional setempat Basawah baladang masih Potensi
Adanya lahan yang digunakan di jadikan kegiatan
untuk kegiatan pertanian seperti  Kelangkaan (sulit sehari-hari masyarakat
sawah dan ladang ditemui di daerah lain) ditandai dengan
mayoritas pekerjaan
masyarakat ganggo
mudiak.Keunikannya
dari segi basawah
baladang ada yang
namanya adat “Lapeh
Kaua Padi” terdapat
pada daerah bonjol saja.
Babalai/Bamusajik Mesjid di ganggo mudiak Potensi
Adanya masjid atau surau-surau masih di jadikan tempat
sebagai sarana keagamaan musyawarah dan
perayaan hari-hari besar

122
No Desa Wisata Variabel Indikator Kriteria Eksisiting Penilaian
Potensial
islam.Keunikanya aliran-
aliran sangat banyak di
kabupaten Pasaman ini
karena terdiri dari
beberapa ras seperti
jawa,minang,dan
mandailiang.
Barumah/Batanggo Tempat tinggal yang Tidak Potensi
adanya rumah tempat tinggal, mencirikan khas
dimana di Minangkabau rumah pasaman masih ada
tempat tinggal berupa Rumah namun secara kuantitas
Gadang, tidak banayak lagi.
Bapandan Bakuburan Bapandan Bakuburuan Tidak Potensi
Adanya tempat masyarakat minang masih di anut oleh
dimakamkan (tempat pemakaman masyarakat ganggo
yang diminangkabau biasanya per mudiak namun tidak
suku/kaum) merata.tidak memiliki
keunikan dari segi
bapandan dan
bakuburuan.
Batapian Masih mandi ka tapian Tidak Potensi
adanya tempat masyarakat mandi, namun tidak merata
atau tempat pemandian masyarakat hanya masyarakat yang
dekat dengan sungai saja.
Karena sesuai tambo adat
pasaman adat pasaman
bukan batapian tapi
Bamulo adaik badiri,
mulo pusako ka-tatagak
dilereng Gunuang
Pasaman, iyo di Koto
Sibuluan. Sibadaguang
ba ampek koto, Sariak

123
No Desa Wisata Variabel Indikator Kriteria Eksisiting Penilaian
Potensial
balareh limo koto. Koto
Tinggi Tabiang Tinggi,
Lubuak Basiku Koto
Birah( Umumnya lebih
menceritakan tentang
mamasak dari
alam,mananak dari
alam,babauru ka alam)
Jalan Jalan pada daerah Tidak Potensi
Labuah Nan Golong dan Jalan ganggo mudiak belum
Nan Pasa (Jalan Mulus Untuk menceritakan seperti
Roda Empat Dan Jalan kecil yang di tambo alam
yang terawat dengan baik tetapi minang kabau
tidak dilewti kendaraan roda
empat)
Gelanggang masih di Potensi
jadikan acara-acara
Gelanggang Pamedanan
seperti pertontonan silat
Gelanggang yang ering
songsong yang unik dan
mengadakan acara-acara
simuntu pada acara-acara
pertandingan . lomba atau
seoperti titik kulminasi
keramaian
matahari,hari besar
isalam dan lainya.
Potensi Aktifitas Aktifitas Pesta Atau Upacara Adat Adat pernikahan Potensi
(Pola  Upacara Kelahiran sangat unik di bonjol
Kehidupan/Kegiata  Upacara Kematian khususnya bonjol
n Masyarakat)  Upacara Pernikahan terdiri dari :
 Upacara Penggangkatan Melamar (Ma anta
Datuk Tando)
 Upacara pertanian 2. Menikah
(persawahan) 3. Rapek Sipangka
, buluah lamang
4. Rapek Ka Baralek

124
No Desa Wisata Variabel Indikator Kriteria Eksisiting Penilaian
Potensial
Malamang dan mamasak
6. Tamaik Kaji
Manjapuik Marapulai

Adat Kelahiran sangat


unik
Hal yang
menjadi unik untuk adat
kelahiran adalah bayi
yang baru lahir setelah di
bedung maka bibirnya
akan dibasahi dengan
yang manis-manis
seperti: Gula pasir, gula
merah atau madu.
Adat Kematian
Warga yang
mendapatkan
kemalangan misalnya
yang bisa mereka
kerjakan menggali kubur.
Di daerah-daerah tertentu
di pasaman, seperti di
bonjol jenazah akan
dimakamkan sesuai
dengan kampung
asalnya.
Adat Khusus
Adat khusus yang
bisa kita lihat di bonjol
khsuusnya ganggo
mudiak dan ganggo hilia
adalah “Lapeh kaua

125
No Desa Wisata Variabel Indikator Kriteria Eksisiting Penilaian
Potensial
Padi”. Acara ini sebagi
wujud syukur kepada
Tuhan atas berhasilnya
panen tiap-tiap tahun.
Adat khusus lainya
Selain itu juga ada
namanya kebiasaan
babimba silaturrahmi
antara masyarakat pada
hari raya idul fitri dengan
mengadakan perpentasan
dan perhelatan kesenian
serta panjat pinang

Atraksi kesenianya Potensi


Atraksi Tradisional
adalah kesenian
 Atraksi Kesenian simuntu,dan guguah
 Atraksi adat pano.

Kuliner Masakan khas yang di Potensi


temui di ganggo mudiak
dan hilia serta sangat
terkenal adalah randang
paku, yang apabila anda
mencobanya akan
membuat lidah anda
menari-nari merasakan
kenikmatannya. Dan
umunya ada di seluruh
wilayah pasaman.
Potensi objek Objek-objek wisata yang sudah Rumah bagonjong limo Potensi

126
No Desa Wisata Variabel Indikator Kriteria Eksisiting Penilaian
Potensial
ditetapkan tambo alam minang kabau ada namun sulit di
sebagai ciri khas pasaman : temukan cuma
 Rumah Gadang bagonjong ditemukan di daerah
limo kampung chaniago.
 Menara Mesjid yang banyak Sejarah imam bonjol
 Atap melengkun dan gonjong juga ada di kampung
runcing chaniago.
 Warisan sejarah imam bonjol
dan kerajaan sontang

2 Ganggo Hilia Potensi Fisik Bakorong bakampuang Potensi


Kawasan 1. Memiliki nilai di desa gangggo hilia
( syarat nagari di , historical (sejarah) bercirikan umumnya
Minangkabau ) setiap perumahan/kaum
2. Memiliki nilai cultural memeiliki sendiri mesjid
(budaya) atau surau. telah sesuai
Bakorong/bakampuang dengan kriteria di
Kampung tempat pemukiman karenakan telah
penduduk, yang terdiri dari : daerah 3. Memiliki nilai religius menunjukkan sejarah
asal, daerah penyebaran, daerah (agama) khas dari pasaman
pendatang khsuusnya bonjol yang
4. Merupakan khas identik dengan imam
Kebudayaan setempat bonjolnya yang tenang ,
ramah dan bersahaja
5. Merupakan khas yang menjaga alam dan
tradisional setempat sejarahnya.

Basawah/Baladang 6. Kelangkaan (sulit Basawah baladang juga Potensi


Adanya lahan yang digunakan ditemui di daerah lain) menangkap ikan yang di
untuk kegiatan pertanian seperti tandai denagn kebiasaan
sawah dan ladang malapeh larangan. masih
di jadikan kegiatan
sehari-hari masyarakat

127
No Desa Wisata Variabel Indikator Kriteria Eksisiting Penilaian
Potensial
ditandai dengan
mayoritas pekerjaan
masyarakat ganggo hilia
juga
berkebun.Keunikannya
dari segi basawah
baladang ada yang
namanya adat “Lapeh
Kaua Padi” terdapat
pada daerah bonjol saja.
Mesjid di ganggo hilia Potensi
masih di jadikan tempat
musyawarah dan
perayaan hari-hari besar
Babalai/Bamusajik islam.Keunikanya aliran-
Adanya masjid atau surau-surau aliran sangat banyak di
sebagai sarana keagamaan kabupaten Pasaman ini
karena terdiri dari
beberapa ras seperti
jawa,minang,dan
mandailiang.
Barumah/Batanggo Tempat tinggal yang Tidak Potensi
adanya rumah tempat tinggal, mencirikan khas
dimana di Minangkabau rumah pasaman masih ada
tempat tinggal berupa Rumah namun secara kuantitas
Gadang, tidak banayak lagi.
Bapandan Bakuburan Bapandan Bakuburuan Tidak Potensi
Adanya tempat masyarakat minang masih di anut oleh
dimakamkan (tempat pemakaman masyarakat ganggo hilia
yang diminangkabau biasanya per namun tidak merata.tidak
suku/kaum) memiliki keunikan dari
segi bapandan dan
bakuburuan.

128
No Desa Wisata Variabel Indikator Kriteria Eksisiting Penilaian
Potensial
Masih mandi ka tapian Tidak Potensi
namun tidak merata
hanya masyarakat yang
dekat dengan sungai saja.
Karena sesuai tambo adat
pasaman adat pasaman
bukan batapian tapi
Bamulo adaik badiri,
mulo pusako ka-tatagak
dilereng Gunuang
Batapian
Pasaman, iyo di Koto
adanya tempat masyarakat mandi,
Sibuluan. Sibadaguang
atau tempat pemandian masyarakat
ba ampek koto, Sariak
balareh limo koto. Koto
Tinggi Tabiang Tinggi,
Lubuak Basiku Koto
Birah( Umumnya lebih
menceritakan tentang
mamasak dari
alam,mananak dari
alam,babauru ka alam)
Jalan Jalan pada daerah Tidak Potensi
Labuah Nan Golong dan Jalan ganggo hilia belum
Nan Pasa (Jalan Mulus Untuk menceritakan seperti
Roda Empat Dan Jalan kecil yang di tambo alam
yang terawat dengan baik tetapi minang kabau
tidak dilewti kendaraan roda
empat)
Gelanggang Pamedanan Gelanggang masih di Potensi
Gelanggang yang ering jadikan acara-acara
mengadakan acara-acara seperti pertontonan silat
pertandingan . lomba atau songsong yang unik dan
keramaian simuntu pada acara-acara

129
No Desa Wisata Variabel Indikator Kriteria Eksisiting Penilaian
Potensial
seperti titik kulminasi
matahari,hari besar islam
dan lainya.

Potensi Aktifitas Aktifitas Pesta Atau Upacara Adat Adat pernikahan Potensi
(Pola  Upacara Kelahiran sangat unik di bonjol
Kehidupan/Kegiata  Upacara Kematian khususnya bonjol
n Masyarakat)  Upacara Pernikahan terdiri dari :
 Upacara Penggangkatan Melamar (Ma anta
Datuk Tando)
 Upacara pertanian 2. Menikah
(persawahan) 3. Rapek Sipangka
 Upacara Khusus Pasaman , buluah lamang
4. Rapek Ka Baralek
Malamang dan mamasak
6. Tamaik Kaji
Manjapuik Marapulai
Adat Kelahiran sangat
unik
Hal yang
menjadi unik untuk adat
kelahiran adalah bayi
yang baru lahir setelah di
bedung maka bibirnya
akan dibasahi dengan
yang manis-manis
seperti: Gula pasir, gula
merah atau madu.
Adat Kematian
Warga yang
mendapatkan
kemalangan misalnya
yang bisa mereka

130
No Desa Wisata Variabel Indikator Kriteria Eksisiting Penilaian
Potensial
kerjakan menggali kubur.
Di daerah-daerah tertentu
di pasaman, seperti di
bonjol jenazah akan
dimakamkan sesuai
dengan kampung
asalnya.
Adat Khusus
Adat khusus yang
bisa kita lihat di bonjol
khsuusnya ganggo
mudiak dan ganggo hilia
adalah “Lapeh kaua
Padi”. Acara ini sebagi
wujud syukur kepada
Tuhan atas berhasilnya
panen tiap-tiap tahun.
Adat khusus lainya
Selain itu juga ada
namanya kebiasaan
babimba silaturrahmi
antara masyarakat pada
hari raya idul fitri dengan
mengadakan perpentasan
dan perhelatan kesenian
serta panjat pinang

Atraksi Tradisional Atraksi kesenianya Potensi


 Atraksi Kesenian adalah guguah pano ,
 Atraksi adat silat songsong,panen
ikan dan membagikan
hasil penangkapan.

131
No Desa Wisata Variabel Indikator Kriteria Eksisiting Penilaian
Potensial
Kuliner Masakan khas yang di Potensi
temui di ganggo mudiak
dan hilia serta sangat
terkenal adalah randang
paku, yang apabila anda
mencobanya akan
membuat lidah anda
menari-nari merasakan
kenikmatannya. Dan
umunya ada di seluruh
wilayah pasaman.
Potensi objek Objek-objek wisata yang sudah Rumah bagonjong limo Tidak Potensi
ditetapkan tambo alam minang kabau ada namun sulit di
sebagai ciri khas pasaman : temukan cuma
 Rumah Gadang bagonjong ditemukan di daerah
limo sekitar beneteng tuanku
 Menara Mesjid yang banyak imam bonjol dan meriam
 Atap melengkun dan gonjong tuanku imam bonjol.
runcing
 Warisan sejarah imam bonjol
dan kerajaan sontang.

3 Panti Potensi Fisik Bakorong/bakampuang Bakorong bakampuang Potensi


Kawasan Kampung tempat pemukiman 1. Memiliki nilai di desa Panti bercirikan
( syarat nagari di penduduk, yang terdiri dari : daerah historical (sejarah) umumnya setiap
Minangkabau ) asal, daerah penyebaran, daerah perumahan/kaum
pendatang 2. Memiliki nilai cultural berdekatan, kjadi sanagt
(budaya) banayk perkampungan
pada panti yang di
kelompokkan
3. Memiliki nilai religius berdasarkan suku dan
(agama) ras.khsuusnya daerah
pasarPanti yang identik

132
No Desa Wisata Variabel Indikator Kriteria Eksisiting Penilaian
Potensial
4. Merupakan khas dengan keragaman khas
Kebudayaan setempat yang ada.

Basawah/Baladang 5. Merupakan khas Basawah baladang, Tidak Potensi


Adanya lahan yang digunakan tradisional setempat perkebunan masih di
untuk kegiatan pertanian seperti jadikan kegiatan sehari-
sawah dan ladang 6. Kelangkaan (sulit hari masyarakat ditandai
ditemui di daerah lain) dengan mayoritas
pekerjaan masyarakat
Panti berkebun dan
bertani.namun tidak ada
sebuah keunikan yang
dimiliki pada bonjol
Babalai/Bamusajik Mesjid di Panti masih di Potensi
Adanya masjid atau surau-surau jadikan tempat
sebagai sarana keagamaan musyawarah dan
perayaan hari-hari besar
islam.Keunikanya aliran-
aliran sangat banyak di
kabupaten Panti ini
karena terdiri dari
beberapa ras seperti
jawa,minang,dan
mandailiang.
Barumah/Batanggo Tempat tinggal yang Potensi
adanya rumah tempat tinggal, mencirikan khas
dimana di Minangkabau rumah pasaman masih ada
tempat tinggal berupa Rumah banyak pada nagari panti
Gadang, ini..
Bapandan Bakuburan Bapandan Bakuburuan Potensi
Adanya tempat masyarakat minang masih di anut oleh
dimakamkan (tempat pemakaman masyarakat Panti sangat
yang diminangkabau biasanya per merata pada seluruh

133
No Desa Wisata Variabel Indikator Kriteria Eksisiting Penilaian
Potensial
suku/kaum) panti . pandam
pakuburuan masih sesuai
suku masing-masing.
Batapian Masih mandi ka tapian Tidak Potensi
adanya tempat masyarakat mandi, namun tidak merata
atau tempat pemandian masyarakat hanya masyarakat yang
dekat dengan sungai saja.
Karena sesuai tambo adat
pasaman adat pasaman
bukan batapian tapi
Bamulo adaik badiri,
mulo pusako ka-tatagak
dilereng Gunuang
Pasaman, iyo di Koto
Sibuluan. Sibadaguang
ba ampek koto, Sariak
balareh limo koto. Koto
Tinggi Tabiang Tinggi,
Lubuak Basiku Koto
Birah( Umumnya lebih
menceritakan tentang
mamasak dari
alam,mananak dari
alam,babauru ka alam)
Jalan Jalan pada daerah Tidak Potensi
Labuah Nan Golong dan Jalan ganggo hilia belum
Nan Pasa (Jalan Mulus Untuk menceritakan seperti
Roda Empat Dan Jalan kecil yang di tambo alam
yang terawat dengan baik tetapi minang kabau
tidak dilewti kendaraan roda
empat)
Gelanggang Pamedanan Gelanggang masih di Potensi
Gelanggang yang ering jadikan acara-acara

134
No Desa Wisata Variabel Indikator Kriteria Eksisiting Penilaian
Potensial
seperti pertontonan silat
songsong yang unik dan
mengadakan acara-acara
simuntu pada acara-acara
pertandingan . lomba atau
seperti titik kulminasi
keramaian
matahari,hari besar islam
dan lainya.
Potensi Aktifitas Aktifitas Pesta Atau Upacara Adat  Adat pernikahan Potensi
(Pola  Upacara Kelahiran sangat unik d iPanti
Kehidupan/Kegiata  Upacara Kematian karena perpaduan
n Masyarakat)  Upacara Pernikahan antara budaya
 Upacara Penggangkatan minang,jawa dan
Datuk mandailiang :
 Upacara pertanian  Adat Kelahiran sangat
(persawahan) unik karena berupa
campuran juga
 Adat Kematian juga
merupakan campuran
juga
 Adat khusus tidak ada
di Panti

Atraksi Tradisional  Atraksi kesenianya Potensi


 Atraksi Kesenian Adalah ronggeng dan
 Atraksi adat perpentasan budaya
ronggeng , jawa , dan
mandailiang ketika
hari raya idul fitri
 Atraksi adat lainya
yaitu acara babimba
pada hari raya idul fitri
perbedaanya dengan
nagari lainya pada
nagari panti adanya

135
No Desa Wisata Variabel Indikator Kriteria Eksisiting Penilaian
Potensial
kolaborasi antara
budaya
minang,mandailiang,
dan jawa.

Kuliner Masakan khas pasaman Tidak Potensi


yang terkenal adalah
randang paku, , makanan
khas mandailiang dan
jawa.
Namun tidak merata.

Potensi objek Objek-objek wisata yang sudah Rumah bagonjong limo Tidak Potensi
ditetapkan tambo alam minang kabau ada namun sulit di
sebagai ciri khas pasaman : temukan cuma
 Rumah Gadang bagonjong ditemukan di daerah
limo sekitar beneteng tuanku
 Menara Mesjid yang banyak imam bonjol dan meriam
 Atap melengkung dan tuanku imam bonjol.
gonjong runcing
 Warisan sejarah imam bonjol
dan kerajaan sontang

Sumber: Kumpulan Teori, Tambo, dan Sejarah Adat Minangkabau

136
137
Apabila setengah dari dua belas kriteria ini sudah terpenuhi maka dapat dikatakan
indikatornya potensial sedangkan jika tidak memenuhi maka indikator tersebut dapat
dikatakan tidak potensial ( di Kawasan Studi ). Kemudian dilakukan penilaian
potensial berdasarkan tambo adat minang kabau tersebut dimana daya tarik tersebut
dikatakan potensial di fase tersebut jika;
1. Potensial ( Ada sekarang dan dahulunya )
2. Potensial (Hanya ada dahulunya )
3. Tidak Potensial ( Tidak ada sekarang dan dahulunya )
4. Jika tidak melebihi dari 6 kriteria atau setengah dari semua
kriteria ( atau setengah dari indikator keseluruhan) di anggap
tidak layak/tidak cocok.
Sedangkan tidak dikatakan potensial berdasarkan sebarannya jika tidak
memenuhi salah satu dari kriteria di atas. Dari potensi di atas maka dapat diketahui
tipologi kawasan dan atraksi yang dapat dikembangkan.
Jadi dapat disimpukan dari tabel diatas desa wisata potensial secara tambo alam
minang kabau seperti tabel di bawah ini:
Tabel 4.35
Desa Wisata Potensial secara Tambo alam Minangkabau
No Desa Potensial Indikator Penilaian Kelayakan
Potensi
1 Desa Ganggo Mudiak 12 8 Layak/Potensial
2 Desa Ganggo Hilia 12 7 Layak/Potensial
3 Panti 12 7 Layak/Potensial
Sumber : Hasil Analsis, 2016

4.6.3 Analisis Penilaian Desa Wisata Berdasarkan Komponen Desa


Wisata
A. Desa Ganggo Mudiak
Ganggo Mudiak merupakan Nagari yang terdapat pada Kecamata Bonjol.
Kecamata Bonjol masih memliki kekhasan dan sifat pada daerah ini yaitu dengan
adanya tempat – tempat serta benda peninggalan Tuanku Imam Bonjol. Berikut
merupakan komponen Desa Wisata yang menjadi perbandingan pada Desa Ganggo
Mudiak untuk dapat menentukan cocok atau tidak Desa Ganggo Mudiak dapat
dijadikan Desa Wisata Kabupaten Pasaman.

138
139
Tabel 4.36
Penilaian Komponen Desa Wisata pada Desa Ganggo Mudiak
Penilaian
No Komponen Desa Wisata Kondisi Eksisting Keterangan
Tidak Sesuai
Sesuai
a. Pada desa ini memiliki sejarah pahlawan imam
1. Keunikan, keaslian, sifat khas 
bonjol.
2. Letaknya berdekatan dengan daerah alam yang luar
b. Desa ini masih sangat alami karena masi banyaknya
biasa lokasi – lokasi yang bersifat alam, misalnya air terjun 
serta bukit – bukit yang dijadikan tempat wisata.
1 3. Berkaitan dengan kelompok atau masyarakat berbudaya
c. Desa ini terdapat keturunannya Tuanku Imam Bonjol
yang secara hakiki menarik minat pengunjung yang masih menyimpan benda – benda peninggalan 
imam bonjol yang dapat dikunjungi oleh pariwisatawan.

4. Memiliki peluang untuk berkembang baik dari sisi


d. Desa ini memiliki peluang perkembangan dari sisi
prasarana dasar, maupun sarana lainnya. prasarana dan sarana jika pemerintah menyalurkan 
dananya dengan benar.
a. Desa ini memiliki tarian simuntu yang dijadikan tarian
2 1. Memiliki potensi pariwisata, seni, dan budaya khas khas daerah ini. Tarian ini berasal dari kegiatan Tuanku

daerah setempat. Imam Nonjol ketika sedang dalam perjalan sebagai
penghibur diri.
2. Lokasi desa masuk dalam lingkup daerah pengembangan b. Desa ini terdapat beberapa tempat wisata karena memliki

pariwisata atau setidaknya berada dalam koridor dan rute peninggalan sejarah Tuanku Imam Bonjol dan di lalui
paket perjalanan wisata yang sudah dijual. olehgaris Khatulistiwa. Tapi tidak adanya paket wisata.
c. Tenaga pengelola pada desa ini sudah tersedia, namun
3. Diutamakan telah tersedia tenaga pengelola, pelatih, dan
pelaku–pelaku pariwisata, seni dan budaya.
untuk pelatih – pelatih tarian masih bersal dari 
sekolompok masyarakat setempat.
4. Aksesibilitas dan infrastruktur mendukung program d. Dari segi aksesbilitas pada desa ini cukup memadai, 
Desa Wisata. namun infrastruktur masih belum baik karena kurangnya
perhatian dari pemerintah.

140
Penilaian
No Komponen Desa Wisata Kondisi Eksisting Keterangan
Tidak Sesuai
Sesuai
e. Dalam segi keamanan dpada desa ini cukup terbilang
aman, tertib namun dari segi kebersihan belum terbilang
5. Terjaminnya keamanan, ketertiban, dan kebersihan 
bersih karena kurang kesdaran dari masyarakat setempat
untuk menjaga kebersihan.
a. Masyarakat setempat berpartisipasi pada budaya
steempat seperti menjadi pengelola wisata dan pelatih
3 1. Partisipasi masyarakat lokal 
pada tarian – tarian simuntu.

b. Desa ini masih memuiliki norma – norma yang baik


2. Sistem norma setempat dalam berhadapan dengan wisatawan. 

c. Adat pada desa ini masih menjunjung tinggi adat


3. Sistem adat setempat pasaman dalam tradisi pernikhan, kematian serta 
kalihiran.

d. Desa ini masih memiliki budaya tarian simuntu yang


4. Budaya setempat masih berlaku hingga sekarang. 

TOTAL
1 12
Sumber : Analisis, 2016

Berdasarakan tabel diatas Kondisi Desa Ganggo Mudiak sangat sesuai dengan Komponen yang terdapat pada Desa Wisata. Dalam aspek
keunika, atau tentang pengembangan pariwisata pada Desa ini namun tidak adanya paket untuk tempat wisata ini sebagai alat promosi tempat
wisata. Dari perbandingan kesesuaian pada Desa Ganggu Mudiak terdapat 12 kompenen Desa Ganggo Mudiak sesuai dengan komponen Desa
Wisata dan 1 komponen tidak sesuai dengan komponen Desa Wisata. Maka Desa Wisata Ganggo Mudiak dapat dikatakan Layak untuk dijadikan
Desa Wisata pada Kabupaten Pasaman dengan perbandingan 1 : 12.

141
B. Desa Ganggo Hilia
Ganggo Hilia merupakan salah satu Nagari di Kecamatan Bonjol. Komponen Desa Wisata yang dimiliki pada nagari ini tidak jauh
berbeda dengan Nagari Ganggo Mudiak dikarenakan letak Nagari Ganggo Mudiak dengan Nagari Ganggo Hilia. Perbedaan dengan Ganggo
Hilia adalah objek wisata yang dimiliki yaitu Parak Layang.
Tabel 4.37
Penilaian Komponen Desa Wisata pada Desa Ganggo Hilia
Penilaian
No Komponen Desa Wisata Kondisi Eksisting Keterangan
Tidak Sesuai
Sesuai
a. Pada desa ini memiliki sejarah pahlawan imam
1. Keunikan, keaslian, sifat khas 
bonjol.
2. Letaknya berdekatan dengan daerah alam yang luar b. Desa ini sangat dekat dengan daerah alam seperti bukit

biasa tak jadi.

3. Berkaitan dengan kelompok atau masyarakat berbudaya


c. Desa ini terdapat keturunannya Tuanku Imam Bonjol
1 yang masih menyimpan benda – benda peninggalan 
yang secara hakiki menarik minat pengunjung
imam bonjol yang dapat dikunjungi oleh pariwisatawan.

4. Memiliki peluang untuk berkembang baik dari sisi


d. Desa ini memiliki peluang perkembangan dari sisi
prasarana dasar, maupun sarana lainnya.
prasarana dan sarana jika pemerintah menyalurkan 
dananya dengan benar.
1. Memiliki potensi pariwisata, seni, dan budaya khas a. Desa ini memiliki tarian simuntu yang dijadikan tarian 
2 daerah setempat. khas daerah ini. Tarian ini berasal dari kegiatan Tuanku
Imam Nonjol ketika sedang dalam perjalan sebagai
penghibur diri.

142
Penilaian
No Komponen Desa Wisata Kondisi Eksisting Keterangan
Tidak Sesuai
Sesuai
b. Desa ini terdapat beberapa tempat wisata karena memliki
2. Lokasi desa masuk dalam lingkup daerah
peninggalan sejarah Tuanku Imam Bonjol dan di lalui 
pengembangan pariwisata atau setidaknya berada dalam
olehgaris Khatulistiwa serta wisata Parak Layang di
koridor dan rute paket perjalanan wisata yang sudah
Bukit Tak Jadi. Namun pemerintah belum menyediakan
dijual.
paket wisata.
c. Tenaga pengelola pada desa ini sudah tersedia dari
3. Diutamakan telah tersedia tenaga pengelola, pelatih, dan
pelaku–pelaku pariwisata, seni dan budaya.
pemerintah, namun untuk pelatih – pelatih tarian masih 
bersal dari sekolompok masyarakat setempat.
d. Dari segi aksesbilitas pada desa ini cukup memadai,
4. Aksesibilitas dan infrastruktur mendukung program
Desa Wisata.
namun infrastruktur masih belum baik karena kurangnya 
perhatian dari pemerintah.
e. Dalam segi keamanan dpada desa ini cukup terbilang
aman, tertib namun dari segi kebersihan belum terbilang
5. Terjaminnya keamanan, ketertiban, dan kebersihan
bersih karena kurang kesdaran dari masyarakat setempat

untuk menjaga kebersihan.
a. Masyarakat setempat berpartisipasi pada budaya
1. Partisipasi masyarakat lokal steempat seperti menjadi pengelola wisata dan pelatih 
3 pada tarian – tarian simuntu.
b. Desa ini masih memuiliki norma – norma yang baik
2. Sistem norma setempat
dalam berhadapan dengan wisatawan.

c. Adat pada desa ini masih menjunjung tinggi adat
3. Sistem adat setempat pasaman dalam tradisi pernikhan, kematian serta 
kalihiran.
d. Desa ini masih memiliki budaya tarian simuntu yang
4. Budaya setempat 
masih berlaku hingga sekarang.
TOTAL 1 12
Sumber : Analisis, 2016

143
Berdasarakan tabel diatas Kondisi Desa Ganggo Hilia sangat sesuai dengan Komponen yang terdapat pada Desa Wisata. Dalam aspek
keunikan, atau tentang pengembangan pariwisata pada Desa ini namun tidak adanya paket untuk tempat wisata ini sebagai alat promosi tempat
wisata. Dari perbandingan kesesuaian pada Desa Ganggu Hilia terdapat 12 kompenen Desa Ganggo Hilia sesuai dengan komponen Desa Wisata
dan 1 komponen tidak sesuai dengan komponen Desa Wisata. Maka Desa Wisata Ganggo Hilia dapat dikatakan Layak untuk dijadikan Desa
Wisata pada Kabupaten Pasaman dengan perbandingan 1 : 12.

C. Desa Panti

Desa Panti merupakan salah satu nagari yang terletak pada Kecamatan Panti. Kecamatan Panti memiliki keunikan Cagar Alam yang
indah serta Air Panas yang berbeda dengan Pemandian Air Panas Lainnya di Sumatera Barat.
Tabel 4.38
Penilaian Komponen Desa Wisata pada Desa Panti
Penilaian
No Komponen Desa Wisata Kondisi Eksisting Keterangan
Tidak Sesuai
Sesuai
a. Pada desa ini memiliki Taman Wisata Alam, dengan
1 1. Keunikan, keaslian, sifat khas V
adanya Cagar lam dan pemandian Air Panas.
2. Letaknya berdekatan dengan daerah alam yang luar
biasa
b. Desa ini sangat dekat dengan daerah alam Cagar Alam V

3. Berkaitan dengan kelompok atau masyarakat berbudaya


c. Desa ini tidak terdapat sekelompok masyarakat
yang secara hakiki menarik minat pengunjung
berbudaya yang secara hakiki menarik minat V
pengunjung.
4. Memiliki peluang untuk berkembang baik dari sisi d. Desa ini memiliki peluang perkembangan dari sisi V
prasarana dasar, maupun sarana lainnya. prasarana dan sarana jika pemerintah menyalurkan
dananya dengan benar.

144
Penilaian
No Komponen Desa Wisata Kondisi Eksisting Keterangan
Tidak Sesuai
Sesuai
1. Memiliki potensi pariwisata, seni, dan budaya khas a. Desa ini memiliki potensi wisata alam seperti tempat
daerah setempat. pemandian air panas dan cagar alam.
V
2. Lokasi desa masuk dalam lingkup daerah
pengembangan pariwisata atau setidaknya berada dalam b. Tidak adanya paket wisata oada desa ini. Meskipun
V
koridor dan rute paket perjalanan wisata yang sudah memiliki lingkup daerah pengembangan pariwisata.
dijual.
3. Diutamakan telah tersedia tenaga pengelola, pelatih, c. Tenaga pengelola pada desa ini sudah tersedia dari
dan pelaku–pelaku pariwisata, seni dan budaya. pemerintah,
V
d. Jarak tempu sekitar 2 km dari jalan raya dengan jalan
2 yang dapat dilalui oleh kendaraan roda empat dan dalam
kondisi jalan yang baik. Namun, untuk mencapai lokasi
4. Aksesibilitas dan infrastruktur mendukung program
Desa Wisata.
harus melalui jalan beton sepanjang 500 m yang dapat V
dilalui oleh kendraan roda empat, dan selanjutnya
melewati jalan setapak sejauh 2 km yang sudah dibeton,
tetapi hanya dapat dilalui oleh kendaraan motor.
e. Dalam segi keamanan dpada desa ini cukup terbilang
aman, tertib namun dari segi kebersihan belum terbilang
5. Terjaminnya keamanan, ketertiban, dan kebersihan
bersih karena kurang kesdaran dari masyarakat setempat
V
untuk menjaga kebersihan.
a. Masyarakat setempat berpartisipasi untuk menjadi
1. Partisipasi masyarakat lokal V
mengelola tempat wisata ini.
3 b. Desa ini masih memuiliki norma – norma yang baik
2. Sistem norma setempat V
dalam berhadapan dengan wisatawan.
c. Adat pada desa ini masih menjunjung tinggi adat
3. Sistem adat setempat pasaman dalam tradisi pernikhan, kematian serta V
kalihiran.
4. Budaya setempat d. Desa ini masih memiliki budaya tarian simuntu yang V
masih berlaku hingga sekarang.

145
Penilaian
No Komponen Desa Wisata Kondisi Eksisting Keterangan
Tidak Sesuai
Sesuai
TOTAL 3 10
Sumber : Analisis. 2016

146
Berdasarakan tabel diatas Kondisi Desa Panti sangat sesuai dengan Komponen yang terdapat pada Desa Wisata. Dalam aspek keunikan,
atau tentang pengembangan pariwisata pada Desa ini namun tidak adanya paket untuk tempat wisata ini sebagai alat promosi tempat wisata serta
Desa ini tidak terdapat sekelompok masyarakat berbudaya yang secara hakiki menarik minat pengunjung.
Dari perbandingan kesesuaian pada Desa panti terdapat 10 kompenen Desa Panti sesuai dengan komponen Desa Wisata dan 1 komponen tidak
sesuai dengan komponen Desa Wisata. Maka Desa Wisata Panti dapat dikatakan Layak untuk dijadikan Desa Wisata pada Kabupaten Pasaman
dengan perbandingan 3 : 10.

147
4.6.4 Analisis Fase Perkembangan Desa Wisata
Dalam pengelompokan suatu kawasan dalam lingkup mikro biasa diberi nama
zona, namun dalam studi ini zona tersebut diganti nama dengan fase yang bearti
tahapan. Alasan dalam mengambil istilah fase ini karena kawasan studi merupakan
kawasan sejarah, yang mana secara penalarannya, kata-kata sejarah itu sendiri tidak
lepas dari proses,perkembangan atau tahapan dari sebuah peristiwa. Selain itu, dengan
dengan adanya fase-fase tersebut diharapkan akan memberikan informasi sejarah
kepada pengunjung.
Analisa ini dilakukan berdasarkan fungsi, sejarah dan batas administrasinya,
dimana indikatornya adalah beberapa pernyaratan nagari di Minangkabau, syarat
nagari di Minangkabau ada tujuh namun dalam penyusunan fase ini hanya di pakai
tiga yakni bakampung, basawah/baladang, dan babalai/bamusajik. Sedangkan
persyaratan lainnya seperti basosok bajurami (perbatasan) secara tidak langsung
sudah tercantum di batas administrasi, barumah (rumah tempat tinggal) dan
pakuburan (tempat Pemakaman) merupakan potensi / daya tarik pendukung di fase
yang dikelompokkan sedangkan balabuh dan batapian ( jalan dan tempat pemandian)
merupakan sarana dan daya tarik di fase yang akan dikelompokkan. Untuk lebih
jelasnya lihat tabel dibawah ini :

148
149
Tabel 4.39
Penyusunan Fase Kawasan Pengembangan
Desa Wisata
No Indikator Variabel Kriteria Eksisting Penilaian
Potensial
1 Ganggo Mudiak Fungsi - Sejarah penyebaran dan (Ada Saat ini) Potensi
Kawasan dan pengelompokan Terdapat salah satu
sejarah Bakorong/bakampuang pemukiman permukiman yang
(Syarat Nagari Perkampungan menjadi sejarah
di penduduk perkembangan di bonjol
Minangkabau) Untuk Jorong khsusnya yaitu dusun
Pariangan ini Korong kampung baru nagari
atau kampung sekarang ganggo mudiak
dinamai dengan dusun tepatnya pada area
rumah pak datuak
buruak.
- Adanya mesjid (Ada Saat ini) Potensi
- Adanya surau-surau Mesjid dan surau masih
sebagai pendudung di jadikan sentral
Babalai/Bamusajik
kegiatan keagamaan khususnya untuk
Pusat peribadatan
bermusyawarah atau
(agama islam)
merayakan hari-hari
besar islam ( seperti
maulid nabi,isra miraj)

- Adanya lahan yang (Ada Saat ini) Potensi


digunakan sebagai sawah -Masyarakat di ganggo
- Adanya lahan yang mudiak pada umumnya
Basawah/Baladang digunakan sebagai ladang pekerjaanya bertani,
tempat masyarakat - Dekat dengan berladang,dan
melakukan aktifitas pemukiman atau berada selebihnya jualan.
pertanian, disekitar pemukiman - kegiatan pertanian nya
dekat dengan
permukiman warga

150
2 Ganggo Hilia Fungsi - Sejarah penyebaran dan (Ada Saat ini) Potensi
Kawasan dan Bakorong/bakampuang pengelompokan Di ganggo hilia rumah-
sejarah Perkampungan pemukiman rumah yang
(Syarat Nagari penduduk menunjukaan
di Untuk Jorong perkembangan
Minangkabau) Pariangan ini khususnya nagari
Korong atau ganggo hilia terdapat di
kampung sekarang area kawasan benteng
dinamai dengan van amoregen dan
dusun meriam tuanku imam
bonjol.
- Adanya mesjid (Ada Saat ini) Potensi
- Adanya surau-surau Mesjid dan surau masih
sebagai pendudung di jadikan sentral
Babalai/Bamusajik
kegiatan keagamaan khususnya untuk
Pusat peribadatan
bermusyawarah atau
(agama islam)
merayakan hari-hari
besar islam ( seperti
maulid nabi,isra miraj)

- Adanya lahan yang - (Ada Saat ini) Potensi


digunakan sebagai sawah Masyarakat di ganggo
Basawah/Baladang - Adanya lahan yang hilia pada umumnya
tempat masyarakat digunakan sebagai ladang bercocok tanam dan
melakukan aktifitas - Dekat dengan berdagang.
pertanian, pemukiman atau berada
disekitar pemukiman

3 Panti Fungsi Bakorong/bakampuang - Sejarah penyebaran dan (Ada Saat ini) Potensi
Kawasan dan Perkampungan pengelompokan Di Panti rumah-rumah
sejarah penduduk pemukiman yang menunjukaan
(Syarat Nagari Untuk Jorong perkembangan
di Pariangan ini khususnya di daerah
Minangkabau) Korong atau kajai dan lainya namun
kampung sekarang sayang permukiman
dinamai dengan warga cukup jauh

151
dengan obyek wisata

dusun

- Adanya mesjid (Ada Saat ini) Potensi


- Adanya surau-surau Mesjid,surau dan balai
sebagai pendudung adat masih di jadikan
Babalai/Bamusajik
kegiatan keagamaan sentral khususnya untuk
Pusat peribadatan
bermusyawarah atau
(agama islam)
merayakan hari-hari
besar islam ( seperti
maulid nabi,isra miraj)

- Adanya lahan yang -(Ada Saat ini) Potensi


digunakan sebagai sawah Masyarakat di ganggo
Basawah/Baladang - Adanya lahan yang hilia pada umumnya
tempat masyarakat digunakan sebagai ladang bercocok tanam dan
melakukan aktifitas - Dekat dengan berdagang.
pertanian, pemukiman atau berada
disekitar pemukiman

Sumber : Hasil Analisis , 2016

152
153
Apabila salah satu dari enam kriteria ini sudah terpenuhi maka dapat
dikatakan indikatornya potensial sedangkan jika tidak memenuhi maka indikator
tersebut dapat dikatakan tidak potensial ( di Kawasan Studi ). Kemudian dilakukan
penilaian potensial berdasarkan sebarannya per fase pengembangan, dimana daya
tarik tersebut dikatakan potensial di fase tersebut jika;
1. Ada saat ini dan dahulunya (sejarah /budaya)
2. Hanya ada dahulunya (sejarah /budaya)
3. Hanya ada saat ini dan memiliki hubungan sejarah/budaya
Sedangkan tidak dikatakan potensial berdasarkan sebarannya jika tidak
memenuhi salah satu dari kriteria di atas. Dari potensi di atas maka dapat diketahui
tipologi kawasan dan atraksi yang dapat dikembangkan.
Jadi dapat disimpukan dari tabel diatas desa wisata potensial secara fase
perkembangan seperti tabel di bawah ini:
Tabel 4.40
Desa Wisata Potensial Secara Fase Perkembangan
Penilaian Fase
No Desa Potensial Kriteria Kelayakan
Potensi Perkembangan
1 Desa Ganggo Mudiak 6 6 Ada saat ini dan Layak/Potensial
dahulunya
2 Desa Ganggo Hilia 6 6 Ada saat ini dan Layak/Potensial
dahulunya
3 Panti 6 6 Ada saat ini dan Layak/Potensial
dahulunya
Sumber : Hasil Analsis, 2016

Jadi fase desa wisata ( kawasan studi ) berada pada fase perkembangan yang ada saaat
ini dan dahulunya.

4.6.5 Analisis Objek Wisata


Obyek wisata di desa wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah desa
wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke desa
wisata. Obyek wisata dapat berupa wisata alam seperti gunung, danau, sungai, pantai,
laut, atau berupa objek bangunan seperti museum, benteng, situs peninggalan sejarah,
dan lain-lain.
.

154
155
Tabel 4.41
Analisis Objek Desa

Penilaian
No Objek Wisata Indikator Kriteria Eksisting Potensi Tidak
Potensi
1 Equator Desa wisata sejarah  Memiliki nilai sejarah  Sejarah perjuangan Tuanku Imam Bonjol) √
 Museum Tuanku Imam  Memiliki keunikan  Terletak di garis khatulistiwa
Bonjol  Ketersediaan Sarana  Memiliki sarana dan prasarana objek wisata
 Tugu equator dan Prasarana objek
 Bangunan Koleksi Pedati wisata
 Garis Khatulistiwa
2 Peningalan-peningalan Tuanku  Memiliki nilai sejarah √
Imam Bonjol  Tidak tersedianya sarana dan prasarana objek
wisata

3 Meriam Tuanku Imam Bonjol  Memiliki nilai sejarah


 tidak tersedianya sarana dan prasarana objek
wisata

4 Benteng Amorogen  Memiliki nilai sejarah √


 tidak tersedianya sarana dan prasarana objek
wisata
5 Air Panas Rimbo Panti Desa wisata alam  Keunikan sumber daya  Memiliki sumber air panas alami √
alam  Miliki sarana pendukung
6 Cagar Alam Rimbo Panti  Kepekaan sumber daya  Pemandangan alam √
 Ketersediaan Sarana  Tidak memiliki sarana dan prasarana
dan Prasarana objek mendukung
7 Kolam Renang Rimbo Panti wisata  Tidak memiliki keunikan √
 Memiliki sarana dan prasarana objek wisata
dengan kondisi rusak
8 Herbarium  Tidak memiliki keunikan √
 Sarana danprasarana tersedia dalam kondisi

156
Penilaian
No Objek Wisata Indikator Kriteria Eksisting Potensi Tidak
Potensi
rusak
Sumber: Hasil Analisis 2016

Dari tabel di atas dapat di simpulkan analisis obyek wisata pada desa wisata terdapat 4 obyek yang potensial dari 8 obyek wisata di Desa wisata
yang akan di kembangkan yaitu Equator , peninggalan tuanku imam bonjol,yang berlokasi didesa ganggo mudiak serta air panas panti serta
cagar alam rimbo panti berlokasi di desa Panti

4.7 Analisis Sarana dan Prasarana Desa Wisata


4.7.1 Analisis Sarana
Sarana Pariwisata adalah fasilitas dan perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Maju mundurnya sarana kepariwisataan tergantung pada jumlah kunjungan wisatawan. Penilaian sarana objek wisata dinilai dari
perbandingan indrikator dan kriteria sarana dengan kondisi eksisting dengan penilain sebagai berikut:

 Berpotensi jika ≥5
 Tidak berpotensi <5

Tabel 4.42
Analis Sarana Desa Wisata

157
Penilaian
No Objek Wisata Variabel Indikator Kriteria Eksisting Tidak
Potensi
Potensi
1 Equator Sarana Memiliki sarana  Memiliki sarana Telah memiliki sarana √
 Museum Tuanku pendukung objek wisata pendukung prasarana pendukung
Imam Bonjol  Toilet  Sarana kecuali parkir,
 Tugu equator  Warung pendukung loket/tempat penjualan
 Bangunan Koleksi  Simbol/ Penanda dengan kondisi tiket dan toko souvenir
Pedati Objek Wisata layak digunakan
 Garis Khatulistiwa  Tempat duduk/ atau dengan
2 Peningalan Tuanku Imam Gazebo kondisi baik Belum tersedianya √
Bonjol  Parkir sarana objek wisata
3 Meriam Tuanku Imam  Tempat ibadah Belum tersedianya √
Bonjol  Loket/tempat sarana objek wisata
4 Benteng Amorogen penjualan tiket Belum tersedianya √
 Toko souvenir sarana objek wisata
5 Air Panas Rimbo Panti Telah memiliki sarana √
prasarana pendukung
kecuali toko souvenir
6 Cagar Alam Rimbo Panti Belum tersedianya √
sarana objek wisata
7 Kolam Renang Rimbo Telah memiliki sarana √
Panti pendukung objek
wisatakecuali warung,
tempat ibadah, toko
souvenir
8 Herbarium Tidak memiliki simbol, √
wc,tempat ibadah, loket
penjualan tiket dan
toko souvenir
Sumber:Analisis 2016

158
Dari tabel di atas dapat di simpulkan Sarana pada desa wisata terdapat 3 obyek yang potensial dari 8 obyek wisata di Desa wisata yang akan di
kembangkan yaitu Equator , ,yang berlokasi didesa ganggo mudiak serta air panas panti serta cagar alam rimbo panti berlokasi di desa Panti
berarti tidak melebihi dari 5 obyek wisata potensial maka secara sarana desa wisata tersebut tidak layak.

159
4.7.2 Analisis Prasarana
Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas utama atau dasar yang memungkinkan sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang
dalam rangka memberikan pelayanan kepada para wisatawan.
Penilaian prasarana objek wisata dinilai dari perbandingan indrikator dan kriteria prasarana dengan kondisi eksisting dengan penilain
sebagai berikut:

 Berpotensi jika ≥ 5
 Tidak berpotensi < 5

Tabel 4.43
Analisis Prasarana Desa Wisata
Penilaian
No Objek Wisata Variabel Indikator Kriteria Eksisting Tidak
Potensi
Potensi
1 Equator Pasarana Memiliki prasaranaobjek  Memiliki Telah prasarana objek √
 Museum Tuanku wisata prasarana wisata
Imam Bonjol - Air Bersih pendukung
 Tugu equator - Drainase  Prasarana
 Bangunan Koleksi - Listrik pendukung
Pedati - Persampahan dengan kondisi
 Garis Khatulistiwa - Telekomunikasi layak digunakan
2 Peningalan Tuanku Imam atau dengan Belum tersedianya √
Bonjol kondisi baik prasarana persampahan
3 Meriam Tuanku Imam Belum tersedianya √
Bonjol prasarana terkait air
bersih dan pesampahan
4 Benteng Amorogen Hanya tersedia jaringan √

160
Penilaian
No Objek Wisata Variabel Indikator Kriteria Eksisting
telekomunikasi
5 Air Panas Rimbo Panti Belum tersedianya √
jaringan drainase
6 Cagar Alam Rimbo Panti Hanya tersedia jaringan √
telekomunikasi
7 Kolam Renang Rimbo Telah tersedia √
Panti prasarana

8 Herbarium Belum tersedianya √


jaringan air bersih dan
drainase
Sumber:Hasil Analisis 2016

Dari tabel di atas dapat di simpulkan Prasarana pada desa wisata terdapat 4 obyek yang potensial dari 8 obyek wisata di Desa wisata yang akan
di kembangkan yaitu Equator , Peninggalan tuanku imam bonjol,yang berlokasi didesa ganggo mudiak serta air panas panti serta Kolam renang
Rimbo Panti berlokasi di desa Panti berarti tidak melebihi dari 5 obyek wisata potensial maka secara Prasarana desa wisata tersebut tidak layak.

161
4.8 Analisis Karakteristik Pengunjung
Pengembangan suatu kawasan wisata haruslah melibatkan semua lapisan
masyarakat diharapkan nantinya dapat membantu dan memuja usaha penataan
pariwisata itu sendiri. Apalagi pengunjung mengharapkan keanekaan, keasingan, dan
keaslian objek wista yang dikunjungi. Bicara mengenai pengunjung akan digharapkan
suatu cerita yang panjang tentang pengunjung, siapa, darimana, mau kemana, dengan
apa, dengan siapa, kenapa disana dan masih banyak lagi. Pengunjung memang
beragam: tua, muda, miskin, kaya, asing, domestik, berpengalaman maupun tidak,
semua ingin beriwsata dengan keinginan dan harapan yang berbeda-beda. Untuk itu
perlu dikaji karakteristik pengunjung yang berkunjung ke objek wisata di Kecamatan
Bonjol dan Kecmatan Panti sehingga dapat diketahui segmen pasar objek wisata
untuk menjadi pertimbangan dalam penataan suatu kawasan objek wisata.
Responden Pengunjung adalah sebanyak 116 responden yang terdapat di 2
kecamatan yaitu Kecamatan Bonjol 80 Responden dan Kecamatan Panti 36
Responden pengunjung. Dari 80 responden di Kecamatan Bonjol tersebut 50 %
berjenis kelamin Perempuan dan sisanya 50 % berjenis kelamin Laki-laki sedangkan
36 Responden pengunjung Kecamatan Panti tersebut 55,5 % berjenis Perempuan dan
sisanya Laki-laki 44,4 %. Untuk lebih jelasnya karakteristik pengunjung/wisatawan
dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.44
Karakteristik Wisatawan Kecamatan Panti
Responden Persentase
No. Karakteristik Kesimpulan
(Jiwa) (%)
Kecamatan Panti ( N = 36 ) Pengunjung desa wisata pada
1. Jenis Kelamin Kecamatan Panti untuk jenis
a. Perempuan 20 55,5 kelamin perempuan lebih
b. Laki - laki 16 44,4 dominan dengan jumlah 20 jiwa .
2. Kelompok Usia Sedangkan pada usia pengunjung
a. < 15 Tahun 1 2,8 yang datang lebih didominasi oleh
b. 15 – 30 Tahun 30 83,3 kelompok umur 15-30 tahun
c. > 30 Tahun 5 13,9 dengan persentase 83,3% dari
3. Pekerjaan jumlah pengunjung. Sementara itu
a. Pelajar 18 50 untuk pengunjung objek wisata
lebih didominasi oleh Pelajar.
b. Mahasiswa 14 38,9
Mereka datang secara
c. Dosen 1 2,8
berombongan persentase 72,2 %
d. Pegawai 2 5,6
dan selebihnya dengan keluarga,
e. Ibu Rumah 1 2,8 sendiri maupun pasangan.
Tangga
kebanyak pengunjung desa wisata
4. Kedatangan berasal dari luar kabupaten
a. Keluarga 3 8.3 dengan persentase 55.6 %
b. Rombongan 26 72,2

162
Responden Persentase
No. Karakteristik Kesimpulan
(Jiwa) (%)
c. Pasangan 4 11,1 selebihnya dari luar Kecamatan
d. Sendiri 3 8.3 dan luar propinsi. Sedangkan
5. Daerah Asal frekuensi kunjungan pengunjung
Pengunjung wisata datang tidak menentu
a. Dalam 9 25 dengan persentase 94,4 %. Lama
Kecamatan waktu kunjungan wisata 1-2 jam
b. Luar 6 16,7 dengan persentase 97,2 %.
Kecamatan Motivasi kedatangan lain-lain
c. Luar 20 55,6 55,6% selebihnya dengan
Kabupaten motivasi kedatangan hanya
d. Luar Provinsi 1 2,8 melihat keindahan objek, rekreasi.
6. Frekuensi Kendaraan yang digunakan
a. Tiap Minggu - pengunjung lebih banyak
b. Sekali - menggunakan kendaraam roda
Seminggu empat dengan persentase 97,2 %.
c. Sekali Setahun 2 5.6
d. Tidak 34 94,4
Menentu
7. Lama Tinggal
a. 1 – 2 Jam 35 97,2
b. 2 – 3 Jam - 0
c. 3 – 5 Jam 1 2,8
d. > 5 Jam - 0
8. Motivasi Kedatangan
a. Melihat 14 38,9
Keindahan
Objek
b. Rekreasi 2 5,6
c. Home Stay - 0
d. Dan Lain – 20 55,6
lain
9. Kendaraan
a. Pribadi ( Roda - 0
Dua )
b. Pribadi ( Roda 35 97,2
Empat)
c. Biro - -
Perjalanan
d. Angkutan 1 2,8
umum / sewa

163
Tabel 4.45
Karakteristik Wisatawan Kecamatan Bonjol
Responden Persentase
No. Karakteristik Kesimpulan
(Jiwa) (%)
Kecamatan Bonjol ( N = 80 ) Pengunjung desa wisata pada
1. Jenis Kelamin Kecamatan Bonjol untuk jenis
c. Perempuan 40 50 kelamin antara perempuan dan laki
d. Laki - laki 40 50 – laki seimbang . Sedangkan pada
2. Kelompok Usia usia pengunjung yang datang lebih
d. < 15 Tahun 7 8,7 didominasi oleh kelompok umur
e. 15 – 30 Tahun 62 77,5 15-30 tahun dengan persentase
f. > 30 Tahun 11 13,7 77,5% dari jumlah pengunjung.
3. Pekerjaan Sementara itu untuk pengunjung
f. Pelajar 44 55 objek wisata lebih didominasi oleh
Pelajar. Mereka datang secara
g. Mahasiswa 32 40
berombongan persentase 82,5 %
h. Dosen 1 1,2
dan selebihnya dengan keluarga,
i. Pegawai 3 3,7
sendiri maupun pasangan. kebanyak
4. Kedatangan
pengunjung objek wisata berasal
e. Keluarga 4 5 dari dalam Kecamatan Bonjol
f. Rombongan 66 82,5 dengan persentase 37 % selebihnya
g. Pasangan 6 7,5 dari luar Kecamatan dan luar
h. Sendiri 4 5 propinsi. Sedangkan frekuensi
5. Daerah Asal kunjungan pengunjung wisata
Pengunjung datang tidak menentu dengan
e. Dalam 30 37,5 persentase 100%. Lama waktu
Kecamatan kunjungan wisata 1-2 jam dengan
f. Luar 19 23,7 persentase 92,5%. Motivasi
Kecamatan kedatangan lain-lain 63,7%
g. Luar 25 31,2 selebihnya dengan motivasi
Kabupaten kedatangan hanya melihat
h. Luar Provinsi 6 7,5 keindahan objek, rekreasi.
6. Frekuensi Kendaraan yang digunakan
e. Tiap Minggu - 0 pengunjung lebih banyak
f. Sekali - 0 menggunakan kendaraam roda
Seminggu empat dengan persentase 67,5 %.
g. Sekali Setahun - 0
h. Tidak 80 100
Menentu
7. Lama Tinggal
e. 1 – 2 Jam 74 92,5
f. 2 – 3 Jam -
g. 3 – 5 Jam 6 7,5
h. > 5 Jam -
8. Motivasi Kedatangan
e. Melihat 15 18,7
Keindahan
Objek
f. Rekreasi 14 17,5
g. Home Stay - 0
h. Dan Lain – 51 63,7
lain
9. Kendaraan
e. Pribadi ( Roda - 0
Dua )
f. Pribadi ( Roda 54 67,5

164
Responden Persentase
No. Karakteristik Kesimpulan
(Jiwa) (%)
Empat)
g. Biro - 0
Perjalanan
h. Angkutan 26 32,5
umum / sewa
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2016

Berdasarkan Tabel diatas jumlah responden 116 responden dengan 2


kecamatan yaitu 36 Responden Kecamatan Panti dan 80 Responden Kecamatan
Bonjol. Dari Keseluruhan Responden tersebut didominasi oleh responden berjenis
kelamin perempuan di Kecamatan Guguak dan Kecamatan Gunuang omeh dengan
kelompok usia 15-30 Tahun. Jenis pekerjaan didominasi oleh Mahasiswa yang
melakukan perjalanan wisata, Hal ini didukung oleh pilihan motivasi perjalanan yaitu
dan lain-lain di Kecamatan Panti dan Kecamatan Bonjol.
Berdasarkan Tabel diatas Kecamatan Bonjol dan Kecamatan Panti terkenal di
Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai daerah yang memiliki nilai wisata alam,
fenomena alam dan sejarah ditandai dengan adanya garis khatulistiwa Cagar alam,
cerita tokoh-tokoh sejarah dan tokoh terkemuka dalam bidang agama seperti Imam
Bonjol selain itu masih kentalnya budaya masyarakat setempat terhadap budaya-
budaya yang telah turun temurun. Image kawasan yang telah ada tersebut merupakan
suatu keuntungan bagi perkembangan pariwisata di kawasan ini.
Keinginan masyarakat untuk mengetahui tentang cerita sejarah dan budaya
pada desa wisata tersebut merupakan peluang bagi peningkatan pendapatan. Untuk
lama tinggal wisatawan mayoritas berkisar antara 1-2 jam untuk mengetahui dan
mempelajari sejarah budaya yang terkandung dalam kawasan desa wisata tersebut
didasarkan sifat keterbukaan masyarakat dalam menerima wisatawan dan atraksi
wisata yang ditawarkan sangat beragam. Bagi peminat nilai nilai wisata alam,
fenomena alam dan sejarah seperti Sejarahwan sehingga keinginan untuk bisa
menikmati membutuhkan waktu yang lama.

4.9 Analisis Event/Atraksi


Kesenian, adat dan budaya daerah Desa wisata dapat dijadikan sebagai suatu
event/ kegiatan kepariwisataan. Hal ini bermanfaat selain untuk menjadi daya tarik di
dalam berwisata juga kesenian dan adat budaya masyarakat setempat perlu
dilestarikan agar keberadaannya terus diakui dan dijunjung tinggi oleh masyarakat

165
Desa Wisa. Dalam penentuan atau penilaian event dan atraksi desa wisata dilihat dari
kriteria yang bersifat kontiniu dan memiliki keunikan.

Event dapat diartikan sebagai sebuah rangkaian kegiatan / acara dalam rangka
tujuan tertentu yang diadakan oleh pihak tertentu dalam waktu tertentu dan tempat
tertentu dengan biaya tertentu.

Sedangkan atraksi dapat diartikan sebagai seluruh kehidupan keseharian


penduduk di desa wisata beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan
berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti kursus tarian, bahasa,
kegiatan betani, serta kegiatan sehari-hari masyarakat yang bisa dilakukan oleh
wisatawan.

Penilaian event dan atraksi:


 Sesuai: Ada, jika kegiatan atau event bersifat Kontiniu (Berkelanjutan)
 Tidak Sesuai: Ada, jika kegiatan atau event bersifat tidak Kontiniu

166
Tabel 4.46
Penilaian Atraksi dan Even Desa Wisata
No Variabel Indikator Kreteria Eksisting Penilaian Keterangan
Sesuai Tidak
Sesuai
1 Atraksi Adanya  Bersifat  Kunjungan Museum pada √
atraksi/kegiatan Kontiniu saat hari kemerdekaan Equator
wisatawan (berkelanjutan)  Menyeberangi garis
 Memiliki dengan cara melangkah,
keunikan sebagian tubuh berada di
sebelah utara dan selatan.
 Kunjungan pada saat hari √  Peningalan-peningalan
kemerdekaan Tuanku Imam Bonjol
 Mempelajari sejarah dan  Meriam Tuanku Imam
silsilah Tuanku Imam Bonjol
Bonjol
 Perayaan hari-hari besar √ Benteng Amorogen
dengan atraksi Paralayang
 Perayaan hari lebaran idul √ Kolam Renang Rimbo Panti
fitri
 Kunjungan wisatawan √ Air Panas Rimbo Panti
 Merebus telur dalam air
panas alami
 Kunjungan wisatawan √
 Mandi di kolam renang
Air Panas Rimbo
2 Event Dilakukan oleh masyarak Ada Bersifat Kontiniu √ Equator
desa wisata yaitu:
 Merayakan titik
kulminasi matahari
 Memperingati hari
ulang tahun Kabupaten
Pasaman

167
No Variabel Indikator Kreteria Eksisting Penilaian Keterangan
Sesuai Tidak
Sesuai
Atraksi paralayang √ Benteng Amorogen
Sumbet: Hasil Analisis 2016

Penilaian atraksi pada desa wisata ini tidak layak karena tidak memiliki kegiatan yang unik yang bisa dikembangkan untuk dijadikan desa
wisata. Sementra untuk objek wisata wisata di desa wisata layak menjadi pendukung pengembangan desa wisata.

168
169
4.10 Analisis Promosi
Pada kawasan perencanaan atau kawasan desa wisata untuk objek wisata pada
kawasan tersebut pada umumnya belum terlalu di kenal banyak orang . maka di
perlukan di analisa promosi nya dengan cara mengidentifikasi bentuk promosi yang
ada pada setiap obyek wisata pada kawasan desa wisata dengan standar yang harus di
pakai dalam promosi wisata.
Keterangan : kelayakan promosi di ukur dengan cara membandingkan variabel yang
di nilai sesuai dengan yang tidak sesuai apabila
Sesuai > Tidak Sesuai : Layak
Sesuai< Tidak Sesuai : Tidak Layak

Tabel 4.47
Analisis Promosi Objek Wisata Di Kawasan Perencanaan Desa Wisata
No Desa wisata Indikator Eksisiting Penilaian

1 Desa Ganggo Menurut Suekadijo(2004:240) 1. Tidak ada Tidak layak


MUdiak Promosi langsung 2. Tidak ada
1. Membuat gambar-gambar 3. Ada
menarik 4. Tidak ada
2. Pameran khusus baik di 5. Tidak ada
daerah maupun di luar daerah 6. Ada
3. Brosur yang di sebarkan 7. Tidak ada
4. Pemberian rabat atau 8. Tidak ada
discount
2 Desa Ganggo 5. Pemberian hadiah khusus 1. Tidak ada Tidak Layak
Hilia selama waktu prmosi atau paket 2. Tidak ada
desa wisata (misalnya 3. Ada
pembebasan karcis 4. Tidak ada
5. Tidak ada
Promosi tidak langsung 6. Ada
6. Publkasi dalam majalah 7. Tidak ada
7. Penyelenggaraan workshop 8. Tidak ada
8. Kunjungan pada perusahaan
3 Desa Panti penyalur 1. Tidak ada Tidak Layak
2. Tidak ada
3. Tidak ada
4. Tidak ada
5. Tidak ada
6. Tidak ada
7. Tidak ada
8. Tidak ada

Sumber: Hasil analisis 2016

Dari tabel diatas dapat disimpulkan analisis promosi desa wisata di kawasan
perencaanaan tidak layak pada semua lokasi desa wisata.

170
Jadi dapat disimpulkan kelayakan desa wisata berdasarkan promosi dengan
membandingkan kriteria yang sesuai dengan kriteria yang tidak sesuai pada setiap
desa wisata pada kawasan perencanaan adalah:

Tabel 4.48
Penilian Kriteria Desa Wisata
Desa Potensial Indikator Penilaian Potensi Kelayakan
No
1 Desa Ganggo Mudiak 8 2 Tidak layak

2 Desa Ganggo Hilia 8 2 Tidak Layak

3 Panti 8 - Tidak Layak

Sumber : Hasil Analsis, 2016

Dari tabel diatas dapat disimpulkan penilaian kritteria desa wisata di kawasan
perencanaan tidak layak.

4.11 Analisis Kemasyarakatan Desa Wisata


Kegiatan analisa ini adalah salah satu bentuk analisa perbandingan eksisiting
dengan beberapa teori mengenai desa wisata khususnya tentang kemasayarakatan
yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari masyarakat , sistem adat istiadat, agama
serta kebiasaan masyarakat hingga ke bentuk berpakaian, seni serta ha-hal lainya yang
unik pada kawasan studi yang tidak di miliki di daerah lain sebagai nilai
tambahnya.sesuai dengan hasil kajian teori menurut Gumelar (2010) dan Putra (2006).

171
Tabel 4.49
Analisa Kemasyarakatan Desa Wisata
Standar Pengembangan desa wisata berdasarkan variabel
No Desa Wisata Potensial Kemasyarakatan Eksisting Penilaian Keterangan
Variabel Indikator Kriteria
Kegiatan  Kegiatan sehari-hari  Memiliki nilai  Mata Sesuai
sehari-hari masyarakat dari segi historical (sejarah) Pencaharian
masyarakat mata pencaharian  Memiliki nilai masyarakat
berasal dari cultural (budaya) umumnya
pertanian,perkebunan  Memiliki nilai bedagang dan
atau peternakan religius (agama)
 Kegiatan sehari-hari  Merupakan bertani serta
khas
masyarakat Kebudayaan beternak
terintegrasi atau tidak setempat
1 Ganggo Mudiak jauh dari rumah  Merupakan  Kegiatan sehari-
khas
warga. tradisional setempat hari Masyarakat
 Masyarakat terlibat  Kelangkaan (sulit secara umum
dengan kegiatan ditemui di daerah tidak jauh
pariwisata lain) dengan tempat
mereka bekerja

Sistem adat  Adat istiadat masih 1. Memiliki nilai  Adat istiadat Sesuai
istiadat dijadikan pedoman historical (sejarah) masih di jadikan
dalam kehidupan 2. Memiliki nilai pedoman dalam
bermasyarakat cultural (budaya)
kehidupan
 Acara adat masih 3. Memiliki nilai
religius (agama) bermasyarakat
sering diadakan
4. Merupakan khas
Kebudayaan  Acara adat
setempat masih sangat di
5. Merupakan khas junjung tinggi.
tradisional

172
Standar Pengembangan desa wisata berdasarkan variabel
No Desa Wisata Potensial Kemasyarakatan Eksisting Penilaian Keterangan
Variabel Indikator Kriteria
setempat
6. Kelangkaan (sulit
ditemui di daerah
lain)

Partisipasi  Memanfaatkan sarana 1. Memiliki nilai  Pariwisata Tidak Sesuai


Masyarakat dan prasarana historical (sejarah) belum
masyarakat setempat. 2. Memiliki nilai memanfaaatkan
 Menerapkan cultural (budaya)
sarana dan
pengembangan 3. Memiliki nilai
religius (agama) prasarana
produk pariwisata
pedesaan 4. Merupakan khas masyarakat
 Pariwisata terintegrasi Kebudayaan
setempat  Adanya
dengan masyarakat.
 Akomodasi berciri 5. Merupakan khas pengembangan
khas desa setempat tradisional produk
setempat pariwisata
6. Kelangkaan (sulit pedesaan seperti
ditemui di daerah
souvenir,pakaian
lain)
sablon dan lain-
lain.

 Pariwisata
belum
terintegrasi
dengan
masyarakat
terbukti belum
adanya tercaoai
keinginan

173
Standar Pengembangan desa wisata berdasarkan variabel
No Desa Wisata Potensial Kemasyarakatan Eksisting Penilaian Keterangan
Variabel Indikator Kriteria
masyarakat atau
berseberangan.

 Akomodasi
mencirikan desa
khas setempat
tidak ada.

Kegiatan  Kegiatan sehari-hari 1. Memiliki nilai  Mata Sesuai


sehari-hari masyarakat dari segi historical (sejarah) Pencaharian
masyarakat mata pencaharian 2. Memiliki nilai masyarakat
berasal dari cultural (budaya)
umumnya
pertanian,perkebunan 3. Memiliki nilai
religius (agama) bedagang dan
atau peternakan
 Kegiatan sehari-hari 4. Merupakan khas bertani serta
masyarakat Kebudayaan beternak
terintegrasi atau tidak setempat
2 Ganggo Hilia jauh dari rumah 5. Merupakan khas  Kegiatan sehari-
warga. tradisional hari Masyarakat
 Masyarakat terlibat setempat secara umum
dengan kegiatan 6. Kelangkaan (sulit tidak jauh
pariwisata ditemui di daerah
dengan tempat
lain)
mereka bekerja

Sistem adat  Adat istiadat masih 1. Memiliki nilai  Adat istiadat Sesuai
istiadat dijadikan pedoman historical (sejarah) masih di jadikan
dalam kehidupan 2. Memiliki nilai pedoman dalam
bermasyarakat cultural (budaya)
kehidupan
 Acara adat masih 3. Memiliki nilai

174
Standar Pengembangan desa wisata berdasarkan variabel
No Desa Wisata Potensial Kemasyarakatan Eksisting Penilaian Keterangan
Variabel Indikator Kriteria
sering diadakan religius (agama) bermasyarakat
4. Merupakan khas
Kebudayaan  Acara adat
setempat masih sangat di
5. Merupakan khas junjung tinggi.
tradisional
setempat
6. Kelangkaan (sulit
ditemui di daerah
lain)

Partisipasi  Memanfaatkan sarana 1. Memiliki nilai  Pariwisata Tidak Sesuai


Masyarakat dan prasarana historical (sejarah) belum
masyarakat setempat. 2. Memiliki nilai memanfaaatkan
 Menerapkan cultural (budaya)
sarana dan
pengembangan 3. Memiliki nilai
religius (agama) prasarana
produk pariwisata
pedesaan 4. Merupakan khas masyarakat
 Pariwisata terintegrasi Kebudayaan
setempat  Adanya
dengan masyarakat.
 Akomodasi berciri 5. Merupakan khas pengembangan
khas desa setempat tradisional produk
setempat pariwisata
6. Kelangkaan (sulit pedesaan seperti
ditemui di daerah
souvenir,pakaian
lain)
sablon dan lain-
lain.

 Pariwisata
belum
terintegrasi

175
Standar Pengembangan desa wisata berdasarkan variabel
No Desa Wisata Potensial Kemasyarakatan Eksisting Penilaian Keterangan
Variabel Indikator Kriteria
dengan
masyarakat
terbukti belum
adanya tercaoai
keinginan
masyarakat atau
berseberangan.

 Akomodasi
mencirikan desa
khas setempat
tidak ada.

3 Panti Kegiatan  Kegiatan sehari-hari  Memiliki nilai  Mata Sesuai


sehari-hari masyarakat dari segi historical Pencaharian
masyarakat mata pencaharian (sejarah) masyarakat
berasal dari  Memiliki nilai umumnya
pertanian,perkebunan cultural
bertani dan
atau peternakan (budaya)
 bedagang dan
Kegiatan sehari-hari  Memiliki nilai
masyarakat religius berburu
terintegrasi atau tidak (agama)
jauh dari rumah  Merupakan  Kegiatan sehari-
warga. khas hari Masyarakat
 Masyarakat terlibat Kebudayaan secara umum
dengan kegiatan setempat tidak jauh
pariwisata  Merupakan dengan tempat
khas mereka bekerja
tradisional
setempat
 Kelangkaan

176
Standar Pengembangan desa wisata berdasarkan variabel
No Desa Wisata Potensial Kemasyarakatan Eksisting Penilaian Keterangan
Variabel Indikator Kriteria
(sulit ditemui
di daerah lain)
Sistem adat  Adat istiadat masih  Memiliki nilai  Adat istiadat Sesuai
istiadat dijadikan pedoman historical masih di jadikan
dalam kehidupan (sejarah) pedoman dalam
bermasyarakat  Memiliki nilai kehidupan
 Acara adat masih cultural
bermasyarakat
sering diadakan (budaya)
 Memiliki nilai  Acara adat
religius
masih sangat di
(agama)
 Merupakan junjung tinggi.
khas
Kebudayaan
setempat
 Merupakan
khas
tradisional
setempat
 Kelangkaan
(sulit ditemui
di daerah lain)
Partisipasi  Memanfaatkan sarana  Memiliki nilai  Pariwisata Tidak Sesuai
Masyarakat dan prasarana historical belum
masyarakat setempat. (sejarah) memanfaaatkan
 Menerapkan  Memiliki nilai sarana dan
pengembangan cultural
prasarana
produk pariwisata (budaya)
masyarakat
pedesaan  Memiliki nilai
 Pariwisata terintegrasi religius
 Tidak adanya
dengan masyarakat. (agama)
 Akomodasi berciri  Merupakan pengembangan

177
Standar Pengembangan desa wisata berdasarkan variabel
No Desa Wisata Potensial Kemasyarakatan Eksisting Penilaian Keterangan
Variabel Indikator Kriteria
produk
pariwisata
pedesaan seperti
souvenir,pakaian
sablon dan lain-
lain.

khas  Pariwisata
Kebudayaan belum
setempat terintegrasi
 Merupakan
dengan
khas
khas desa setempat masyarakat
tradisional
setempat terbukti belum
 Kelangkaan adanya tercaoai
(sulit ditemui keinginan
di daerah lain) masyarakat atau
berseberangan.

 Akomodasi
mencirikan desa
khas setempat
tidak ada.

Keterangan :
Di katakan layak jika perbandingan indikator tersebut Potensi > Tidak Potensi
Di katakan tidak layak jika perbandingan indikator potensi < Tidak Potensi

Sumber: Hasil Analisis 2016

178
Jadi dapat disimpulkan kelayakan desa wisata berdasarkan kemasyarakatan dengan membandingkan kriteria yang sesuai dengan kriteria
yang tidak sesuai pada setiap desa wisata pada kawasan perencanaan adalah :

No Desa Potensial Variabel Penilaian Potensi Kelayakan

1 Desa Ganggo Mudiak 3 2 Layak

2 Desa Ganggo Hilia 3 2 Layak

3 Panti 3 2 Layak

Sumber : Hasil Analsis, 2016

179
4.12 Analisis Kelembagaan
Secara birokrasi kepemerintahan, urusan kepariwisataan ditangani oleh unit pelaksana teknis pariwisata yang berada di dalam struktur
Desa Wisata berada dibawah kendali camat. Namun demikian, penanganan kepariwisataan di kawasan Desa Wisata sampai saat ini masih
belum jelas, terkadang ditangani oleh tokoh dominan, terkadang juga ditangani oleh Pihak Nagari setempat pada suatu objek, atau bahkan
pengunjung datang dan berwisata sendiri tanpa ada pengarahan dari lembaga yang berwenang di kawasan.Tidak Jelasnya Institusi yang
berwenang mengelola mengakibatkan sistem kepariwisataan menjadi rapuh sehingga sulit diharapkan bahwa pariwisata dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.Untuk analisis kelembagaan pada kawasan desa wisata dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel
Analisis Kelembagaan Pariwisata Desa Wisata
Lembaga
No Jumlah Fungsi Fungsi di desa wisata Eksisting Penilaian
Perekonomian
1 KUD - Mengembangkan  Memberikan modal  KUD telah memberikan Tidak sesuai
potensi dan kemampuan kepada wirausaha pinjaman modal kepad
ekonomi anggota dan dalam pengembangan masyarakat untuk
masyarakat, berupaya desa wisata peningakatan
 mempertinggi  Peningkatan perekonomian masyarat.
kualitas kehidupan produktivitas dan
manusia, kemampuan SDM
 memperkokoh IKM dalam
perekonomian mengembangkan
rakyat, produk-produk yang
 mengembangkan kreatif, inovatif,
perekonomian berkualitas dan
nasional, berdaya saing;

180
Lembaga
No Jumlah Fungsi Fungsi di desa wisata Eksisting Penilaian
Perekonomian
 mengembangkan
kreativitas dan jiwa
berorganisasi bagi
pelajar bangsa.
2 Kelompok Seni  Rekreasi/hiburan  Memperkenalkan  Telah di kembangkan Sesuai
 Kesenian  Komunikasi budaya kepada oleh masyarakat
Si Muntu  Pendidikan pengunjung  Dikembaangkan oleh
 Kesenian  Religi/keagamaan  Menjadi media kalangan tua
Ronggeng 2 pembelajaran bagi  Tidak dibiayaai
pengunjung pemerintah
 Melestarikan budaya
yang telah ada di desa
wisata.
3 Kerapatan Adat - Memudahkan suatu Sebagai Sarana bagi objek 1. Pihak lembaga ini sudah Tidak sesuai
Nagari (KAN) kawasan objek wisata wisata untuk berfungsi dengan baik
Kecamatan untuk pengelolaan dan mempermudah dalam karena terbukti bisa
Bonjol pemeliharaa, selain itu mendapatkan informasi membantu
pihak nagari lebih tentang nagari dan selak mempertahankan nilai
mengerti filosofi tiap- beluk adat dan dapat sejarah dan budaya pada
tiap objek wisata dan menjadi sarana penyalur Kabupaten pasaman
lebih mengikutsertakan aspiras masyarakat nagaar 2. Pihak lembagai masih
masyarakat untuk terhadap pemerintah.. memiliki kendala dalam
menjaga dan mengelola meminta bantuan pada
kawasan objek pemerintah kabupaten
tersebut. untuk meminta bantuan
Juga sebagaai wadah dana dalam
aspirasi masyarakat pemeliharaan objek
dalam pemmbangunan wisata yang

181
Lembaga
No Jumlah Fungsi Fungsi di desa wisata Eksisting Penilaian
Perekonomian
nagari. membutuhkan dana
banyak sehingga pihak
nagari memiliki kesulitan
untuk mempertahankan
keaslian suatu objek
wisata yang dananya
tidak dapat
tertanggulangi oleh pihak
nagari saja.
3. Pihak lembaga kesulitan
dalam mewujudkan
keingiinan dan aspirasi
masyarakat di karenakan
proses yang lama bila di
lakukana kordinasi
dengan pemerintah
kabupaten.
4 Kelembagaan - Memudahkan Sebagai Sarana bagi objek Keikut sertaan Pemerintah Tidak Sesuai
Pemerintah Pemerintah dalam wisata untuk sangat membantu dalam
Pariwisata pengelolaan dan mempermudah dalam sebuah pengembangan objek
(Pengelola di pemantauan objek mendapatkan bantuan atau wisata untuk menjaga keaslian
desa wisata) wisata. tindakan untuk nilai suatu objek wisata
pemeliharaan suatu objek sejarah budaya agar memiliki
wisata ke tingkat nilai jual untuk desa wisata
Kabupaten sampai Tingkat tersebut namun dari segi
Pemerintah Pusat. tenaga kerja masih kurang dan
lembaga belum berfungsi
sebagai mana mestinya

182
Lembaga
No Jumlah Fungsi Fungsi di desa wisata Eksisting Penilaian
Perekonomian
kebersihan masih kurang dan
onyek wisata nya beum
terkelola.
Sumber:Hasil Analisis 2016

Dari hasil analisis di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jika pihak pemerintah kabupaten/pihak kecamatan tidak saking berkoordinasi
dengan pihak nagari dalam kawasan desa wisata ini di karenakan masih adanya banyak versi terkait pengembangan pariwisata dan ketidak
sinkronkan antara masyarakat, lembaga pariwisata dan kerapatan adat nagari menyebabkan lambatnya pengembangan pariwisata di Kabupaten
Pasaman.
Dengan adanya lembaga-lembaga tersebut belum dapat mendukung dan berpengaruh terhadap pengembangan pariwisata di Kabupaten
Pasaman karena lembaga tersebut belum berjalan dengan fungsi yang seharusnya.

Tabel 4.50
Kesimpulan Analisis Desa Wisata

No Variabel/Analisa Desa Potensial Penilaian

Analisa Penilaian Desa Wisata Berdasarkan Pedoman Umum Ganggo Mudiak Layak
1 Pengembangan desa wisata Ganggo Hilia Layak
Panti Layak
2 Analisa Penilaian desa wisata berdasarkan tambo adat Minangkabau Ganggo Mudiak Layak
Ganggo Hilia Layak
Panti Layak

183
3 Analisa Penilaian Desa Wisata Berdasarkan Komponen Desa Wisata Ganggo Mudiak Layak
Ganggo Hilia Layak
Panti Layak
4 Analisa Penilaian Desa Wisata Berdasarkan Fasilitas dan Kegiatan Desa Ganggo Mudiak Tidak Layak
Wisata Ganggo Hilia Tidak Layak
Panti Tidak Layak
5 Analisa Fase Perkembangan Desa Wisata Ganggo Mudiak Layak
Ganggo Hilia Layak
Panti Layak
6 Analisa Objek Wisata Utama Desa Wisata Ganggo Mudiak
Museum dan Equator sebagai simpul
Ganggo Hilia
Panti Cagar Alam Rimbo Panti sebagai simpul
7 Analisa Lokasi Desa Wisata Berdasarkan Objek Wisata Ganggo Mudiak Tidak Layak
Ganggo Hilia Tidak Layak
Panti Layak
8 Analisa Lokasi Desa Wisata Berdasarkan Aksesbilitas Ganggo Mudiak Layak
Ganggo Hilia Layak
Panti Layak
9 Analisa Objek Wisata di Desa Wisata Ganggo Mudiak Layak
Ganggo Hilia Layak
Panti Tidak Layak
10 Analisa Kemasyarakatan Ganggo Mudiak Layak
Ganggo Hilia Layak
Panti Layak
11 Anaiisi Event/Atraksi Ganggo Mudiak Layak
Ganggo Hilia Tidak Layak
Panti Tidak Layak
12 Analisis Wisatawan Ganggo Mudiak Layak
Ganggo Hilia Layak
Panti Layak
Sumber : Hasil Analsis, 2016

Tabel 4.51
Analisa Pendukung Desa Wisata

184
No Variabel/Analisis Wilayah cakupan Keterangan
1 Sarana dan Prasarana Kecamatan Panti Sama banyak( Jumlah sesuai dan tidak
Kecamatan Bonjol sesuai sama)
2 Promosi Kecamatan Panti Layak
Kecamatan Bonjol Layak
3 Kelembagaan Kecamatan Panti Tidak Layak
Kecamatan Bonjol Tidak Layak
4 Persepsi Pengunjung Ganggo Mudiak Layak
Ganggo Hilia Layak
Panti Tidak Layak
Sumber : Hasil Analisis, 2016

185
186
Jadi dapat disimpulkan kelayakan desa wisata berdasarkan lokasi dengan
membandingkan kriteria yang sesuai dengan kriteria yang tidak sesuai pada setiap
desa wisata pada kawasan perencanaan adalah :

Penilaian Kelayakan
No Desa Potensial Analisis Rangking
Layak Tidak Layak
1 Desa Ganggo Mudiak 16 13 3 1
2 Desa Ganggo Hilia 16 12 4 2
3 Panti 16 11 5 3
Sumber : Hasil Analsis, 2016

Jadi dari semua analisis dapat disimpulkan dari perbandingan kriteria sesuai
dengan kriteria yang tidak sesuai pada masing-masing desa wisata potensial maka
Desa Ganggo Mudiak yang perbandingan untuk kelayakan nya lebih tinggi.

187
4.1 ANALISIS KEBIJAKAN...........................................................................................69
4.2 ANALISIS EKONOMI MAKRO (PDRB)............................................................................76
4.2.1 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Pasaman....................................................76
4.2.2 Kontribusi Sektor.................................................................................................76
4.2.3 Analisis LQ (Location Quetient)...........................................................................78
4.3 Analisis PDRB Mikro (Pariwisata)................................................................................79
4.3.1 Kontribusi Sektor.................................................................................................79
4.3.2 Analisis LQ (Location Quetient)...........................................................................81
4.4 Analisis Kependudukan...............................................................................................82
4.4.1 Analisis Kependudukan Kabupaten Pasaman......................................................82
4.4.4.1 Laju Pertumbuhan...........................................................................................83
4.4.4.2 Proyeksi Penduduk..........................................................................................84
4.4.4.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur..................................................85
4.4.4.4 Jumlah Penduduk Menurut Ketenagakerjaan dan Lapangan Usaha................86
4.5 Analisis Lokasi Desa Wisata Berdasarkan Obyek Wisata.............................................90
4.5.1 Analisis Lokasi Desa Wisata Berdasarkan Aksesibilitas........................................96
4.6 Analisis Desa Wisata..................................................................................................100
4.6.1 Analisis Penilaian Desa Wisata Berdasarkan Pedoman Umum Pengembangan
Desa Wisata.....................................................................................................................100
4.6.2 Analisis Penilaian Desa Wisata Berdasarkan Tambo Adat Minang Kabau..........115
4.6.3 Analisis Penilaian Desa Wisata Berdasarkan Komponen Desa Wisata...............131
4.6.4 Analisis Fase Perkembangan Desa Wisata.........................................................139
4.6.5 Analisis Objek Wisata........................................................................................143
4.7 Analisis Sarana dan Prasarana Desa Wisata..............................................................145
4.8 Analisis Karakteristik Pengunjung..............................................................................149
4.9 Analisis Event/Atraksi................................................................................................152
4.10 Analisis Promosi........................................................................................................156
4.11 Analisis Kemasyarakatan Desa Wisata.......................................................................157
4.12 Analisis Kelembagaan................................................................................................164

188
189

Anda mungkin juga menyukai