1. Pengertian
Depresi merupakan suatu gangguan mood. Moodadalah suasana perasaan yang m
eresap dan menetapyang dialami secara internal dan yang mempengaruhiperilaku seseora
ng dan persepsinya terhadap dunia(Sadock & Sadock, 2007).
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan
dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup,
tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability, masih baik),
kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami keretakan kepribadian (Splitting of
personality), prilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal (Hawari Dadang,
2001).
Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen
psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan penyesalan
atau berbentuk penarikan diri, kegelisahan atau agitasi (Wahyulingsih dan Sukamto, 2004).
Depresi adalah suatu bentuk gangguan suasana hati yang mempengaruhi
kepribadian seseorang. Depresi juga merupakan perasaan sinonim dengan perasaan sedih,
murung, kesal, tidak bahagia dan menderita. Individu umumnya menggunakan istilah
depresi untuk merujuk pada keadaan atau suasana yang melibatkan kesedihan, rasa kesal,
tidak mempunyai harga diri, dan tidak bertenaga. (Suryantha Chandra, 2002:8)
2. Etiologi
Etiologi diajukan para ahli mengenai depresipada usia lanjut (Damping, 2003) adalah:
a. Polifarmasi
Terdapat beberapa golongan obat yang dapat menimbulkan depresi, antara lain:
analgetika, obat antiinflamasi nonsteroid, antihipertensi, antipsikotik, antikanker,
ansiolitika, danl ain-lain.
b. Kondisi medis umum
Beberapa kondisi medis umum yang berhubungan dengan depresi adalah gangguan
endokrin, neoplasma, gangguan neurologis, dan lain- lain.
c. Teori neurobiology
Para ahli sepakat bahwa faktor genetik berperan pada depresi lansia. Pada beberapa
penelitian juga ditemukan adanya perubahan neurotransmitter pada depresi lansia,
seperti menurunnya konsentrasi serotonin, norepinefrin, dopamin, asetilkolin, serta
meningkatnya konsentrasi monoamine oksidase otak akibat proses penuaan. Atrofi
otak juga diperkirakan berperan pada depresi lansia.
d. Teori psikodinamik
Elaborasi Freud pada teori Karl Abraham tentang proses berkabung menghasilkan
pendapat bahwa hilangnya objek cinta diintrojeksikan ke dalam individu tersebut
sehingga menyatu atau merupakan bagian dari individu itu. Kemarahan terhadap objek
yang hilang tersebut ditujukan kepada diri sendiri. Akibatnya terjadi perasaan bersalah
atau menyalahkan diri sendiri, merasa diri tidak berguna, dan sebagainya.
e. Teori kognitif dan perilaku
Konsep Seligman tentang learned helplessness menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara kehilangan yang tidak dapat dihindari akibat proses penuaan seperti keadaan
tubuh, fungsi seksual, dan sebagainya dengan sensasi passive helplessness pada pasien
usia lanjut. Salah satu teori psikologis tentang terjadinya gangguan depresif adalah
terjadinya distorsi kognitif. Dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana interpretasi
seseorang terhadap peristiwa-peristiwa kehidupan yang dialaminya.
f. Teori psikoedukatif
Hal-hal yang dipelajari atau diamati individu pada orang tua usia lanjut misalnya
ketidak berdayaan mereka, pengisolasian oleh keluarga, tiadanya sanak saudara
ataupun perubahan-perubahan fisik yang diakibatkan oleh proses penuaan dapat
memicu terjadinya depresi pada usia lanjut.
g. Dukungan social yang buruk dan kegiatan religious yang kurang dihubungkan dengan
terjadinya depresi pada lansia. Suatu penelitian komunitas di Hongkong menunjukkan
hubungan antara dukungan sosial yang buruk dengan depresi. Kegiatan religious
dihubungkan dengan depresi yang lebih rendah pada lansia di Eropa.
“Religiouscoping” berhubungan dengan kesehatan emosional dan fisik yang lebih
baik. “Religious coping” berhubungan dengan berkurangnya gejala-gejala depresif
tertentu, yaitu kehilangan ketertarikan, perasaan tidak berguna, penarikan diri dari
interaksisosial, kehilangan harapan, dan gejala-gejala kognitiflain pada depresi
(Blazer, 2003).
3. Gambaran Klinik
Individu dengan depresi juga harus mengalami paling
empat gejala tambahan yang ditarik darisuatu daftar yang meliputi perubahan-
perubahan dalamnafsu makan atau berat badan, tidur, dan aktivitaspsikomotorik; energi y
ang berkurang; perasaan tidakberharga atau bersalah; kesulitan dalam berpikir,berkonsen
trasi, atau membuat keputusan; ataupemikiran-
pemikiran berulang tentang kematian ataupemikiran, rencana-
rencana, atau usaha untuk bunuhdiri (American Psychiatric Association).
Dalam Gallo & Gonzales (2001) disebutkan gejala-gejala depresi lain pada lanjut usia:
a. Kecemasan dan kekhawatiran
b. Keputusasan dan keadaan tidak berdaya
c. Masalah-masalah somatik yang tidak dapatdijelaskan
d. Iritabilitas
e. Kepatuhan yang rendah terhadap terapi medis ataudiet
f. Psikosis
Manifestas depresi pada lansia berbeda dengandepresi pada pasien yang lebih muda.Geja
la-gejala depresi sering berbaur dengan
keluhan somatik.Keluhan somatik cenderung lebih dominan dibandingkan
dengan mood depresi. Gejala fisik yangdapat menyertai depresi dapat bermacam-macam
seperti sakit kepala, berdebar-
debar, sakit pinggang,gangguan gastrointestinal dan sebagainya.
Sedangkan menurut Greg Wilkinson, tanda dan gejala depresi terbagi atas:
1) Suasana Hati
a) Sedih
b) Kecewa
c) Murung
d) Putus Asa
e) Rasa cemas dan tegang
f) Menangis
g) Perubahan suasana hati
h) Mudah tersinggung
2) Fisik
a) Merasa kondisi menurun, lelah
b) Pegal-pegal
c) Sakit
d) Kehilangan nafsu makan
e) Kehilangan berat badan
f) Gangguan tidur
g) Tidak bisa bersantai
h) Berdebar-debar dan berkeringat
i) Agitasi
j) Konstipasi.
b. Terapi Psikologik
1) Psikoterapi
Psikoterapi individual maupun kelompok paling efektif jika dilakukan bersama-
sama dengan pemberian antidepresan. Baik pendekatan psikodinamik maupun
kognitif behavior sama keberhasilannya. Meskipun mekanisme psikoterapi tidak
sepenuhnya dimengerti, namun kecocokan antara pasien dan terapis dalam proses
terapeutik akan meredakan gejala dan membuat pasien lebih nyaman, lebih
mampu mengatasi persoalannya serta lebih percaya diri.
2) Terapi kognitif
Terapi kognitif - perilaku bertujuan mengubah pola pikir pasien yang selalu
negatif (persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, tak mampu dan
sebagainya) ke arah pola pikir yang netral atau positif. Ternyata pasien usia lanjut
dengan depresi dapat menerima metode ini meskipun penjelasan harus diberikan
secara singkat dan terfokus. Melalui latihan-latihan, tugas-tugas dan aktivitas
tertentu terapi kognitif bertujuan merubah perilaku dan pola pikir.
3) Terapi keluarga
Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit depresi, sehingga
dukungan terhadap keluarga pasien sangat penting. Proses penuaan mengubah
dinamika keluarga, ada perubahan posisi dari dominan menjadi dependen pada
orang usia lanjut. Tujuan terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah
untuk meredakan perasaan frustasi dan putus asa, mengubah dan memperbaiki
sikap/struktur dalam keluarga yang menghambat proses penyembuhan pasien.
4) Penanganan Ansietas (Relaksasi)
Teknik yang umum dipergunakan adalah program relaksasi progresif baik secara
langsung dengan instruktur (psikolog atau terapis okupasional) atau melalui tape
recorder. Teknik ini dapat dilakukan dalam praktek umum sehari-hari. Untuk
menguasai teknik ini diperlukan kursus singkat terapi relaksasi.
Penanganan depresi dapat dilakukan pada lansia itu sendiri, keluarga lansia dan
masyarakat, yaitu:
1. Pengkajian
a. Identitas diri klien
b. Struktur keluarga : Genoogram
c. Riwayat Keluarga
d. Riwayat Penyakit Klien
Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala karakteristik
yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
a. Kaji adanya depresi.
b. Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat, seperti geriatric
depresion scale.
c. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan
d. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.
Lakukan observasi langsung terhadap:
a. Perilaku.
1) Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan aktivitas hidup
sehari-hari?
2) Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat di-terima secara sosial?
3) Apakah klien sering mengluyur danmondar-mandir?
4) Apakah ia menunjukkan sundown sindrom atau perseveration phenomena?
b. Afek
1) Apakah kilen menunjukkan ansietas?
2) Labilitas emosi?
3) Depresi atauapatis?
4) lritabilitas?
5) Curiga?
6) Tidak berdaya?
7) Frustasi?
c. Respon kognitif
1) Bagaimana tingakat orientasi klien?
2) Apakah klien mengalamikehilangan ingatan tentang hal-hal yang baru saja atau yang
sudah lama terjadi?
3) Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau meng-abstrakan?
4) Kurang mampu membuat penilaian?
5) Terbukti mengalami afasia, agnosia atau apraksia?
Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga
a. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia sudah menjadi
pemberi asuhan dikeluarga tersebut.
b. Identifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan anggota keluarga yang
lain.
c. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber daya komunitas (catat
hal-hal yang perlu diajarkan).
d. Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.
e. Identilikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran pemberiasuhan tentang
dirinya sendiri.
3. Klasifikasi Data
a. Data Subjektif
1) Lansia Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.
2) Sering mengemukakan keluhan somatik seperti: nyeri abdomen dan dada, anoreksia,
sakit punggung, pusing.
3) Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa
putus asa dan cenderung bunuh diri.
4) Pasien mudah tersinggung dan ketidakmampuan untuk konsentrasi.
b. Data Objektif
1) Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila duduk dengan sikap
yang merosot.
2) Ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan langkah yang diseret.
3) Kadang-kadang dapat terjadi stupor.
4) Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis.
5) Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu,
tidak mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya khayal.
Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang mendalam, tidak
masuk akal (irasional), waham dosa, depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang pasien
suka menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung (irritable) dan tidak
suka diganggu. Pada pasien depresi juga mengalami kebersihan diri kurang dan
keterbelakangan psikomotor.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.
b. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.
c. Ketidakberdayaan
d. Risiko bunuh diri
e. Gangguan pola tidur
No Intervensi Rasional
1 Bantu untuk memahami bahwa klien dapat Membangun motivasi
mengatasi keputusasaannya. pada lansia
2 Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal Individu lebih percaya
individu diri
3 Bantu mengidentifikasi sumber-sumber Menumbuhkan
harapan (misal: hubungan antar sesama, semangat hidup lansia
keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan). Klien dapat
menggunakan
dukungan sosial
4 Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal Lansia tidak merasa
individu (orang-orang terdekat, tim pelayanan sendiri
kesehatan, kelompok pendukung, agama yang
dianut).
5 Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, Meningkatkan nilai
pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, spiritual lansia
kepercayaan agama).
6 Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal: Untuk menangani klien
konseling pemuka agama). secara cepat dan tepat
7 Diskusikan tentang obat (nama, dosis, Klien dapat
frekuensi, efek dan efek samping minum menggunakan obat
obat). dengan benar dan tepat
Untuk memberi
pemahaman kepada
lansia tentang obat
8 Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 Prinsip 5 benar dapat
benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu). memaksimalkan fungsi
obat secara efektif
9 Anjurkan membicarakan efek dan efek Menambah
samping yang dirasakan. pengetahuan lansia
tentang efek-efek
samping obat.
10 Beri reinforcement positif bila menggunakan Lansia merasa dirinya
obat dengan benar. lebih berharga
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan yang
tidak adekuat akibat penurunan nafsu makan
Tujuan: Tidak ada gangguan kebutuhan nutrisi pada klien
Kriteria hasil:
1) Nafsu makan meningkat
2) Tidak ada mual dan muntah
No Intervensi Rasional
1 Observasi porsi makanan yang telah di Mengkaji intake
habiskan. makanan yang telah di
habiskan.
2 Anjurkan makanan sedikit-sedikit tapi sering Menghindari mual dan
muntah
3 Berikan makanan selagi hangat Memberikan makanan
hangat dan lunak tidak
menyebabkan mual dan
muntah.
4 Hindari makanan pantangan bagi klien. Menghindari
komplikasi penyakit
5 Kolaborasi dengan dokter dengan pemberian Menghilangkan atau
terapi mengurangi keluhan
pasien
No Intervensi Rasional
1. Diskusikan dengan pasien tentang ide- Menggali ide dalam pikiran klien tentang
ide bunuh diri bunuh diri
2 Buat kontrak dengan pasien untuk Meminimalkan resiko pasien bunuh diri
tidak melakukan bunuh diri
3 Bantu pasien mengenali perasaan Menggali perasaan pasien tentang
yang menjadi penyebab timbulnya ide penyebab bunuh diri
bunuh diri
4 Ajarkan beberapa alternatif cara Membantu pasien dalam membentuk
penyelesaian masalah yang koping adaptif
konstruktif
5 Bantu pasien untuk memilih cara yang Meringankan masalah pasien
paling tepat untuk menyelesaikan
masalah secara konstruktif.
6 Beri pujian terhadap pilihan yang Pujian dapat menyenangkan perasaan
telah dibuat pasien dengan tepat. pasien
No Intervensi Rasional
1 Bersama klien mengidentifikasi gangguan Untuk mengetahui apa
pola tidur saja penyebab
gangguan pola tidur
pada pasien
2 Diskusikan cara-cara utuk memenuhi Mempermudah pasien
kebutuhan tidur (Minum air hangat atau susu untuk memperoleh
hangat sebelum tidur, hindarkan minum yang kebutuhan tidur yang
mengandung kafein dan coca cola, dengarkan baik
musik yang lembut sebelum
tidur)
3 Anjurkan pasien untuk memilih cara yang Cara-cara yang sesuai
sesuai dengan kebutuhannya dapat mempermudah
pasien
4 Berikan lingkungan yang nyaman untuk Agar pasien dapat
meningkatkan tidur. kualitas tidur yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Nuzulul Wahyudi. Askep Kritikal Pada Lansia Pada Kasus Depresi. Sabtu, 02 November 2013
http://nuzulwahyudi10.blogspot.com
Elvy Hadaming. Askep Lansia Dengan Masalah Psikologis. Rabu, 23 April 2014
http://evyhadaming.blogspot.com
Desi Artika. Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gangguan Psikologi Dan Psikososial. Selasa,
29 Juli 2015
http://desiartikaratnasary.blogspot.com