Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

PENGERTIAN
 Epilepsi : gangguan kronik otak dgn ciri
timbulnya gejala-gejala yg dtg dlm serangan-
serangan , berulang-ulang yg disebabkan
lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf
otak, yg bersifat refersible dgn berbagai
etiologi (Mansjoer, 2000)
 Epilepsi : gejala kompleks dr banyak
gangguan fungsi otak berat yg
dikarakteristikkan oleh kejang berulang
(Brunner & Suddarth, 2001)
ASUHAN
KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN
EPILEPSI
PENGKAJIAN
Kepala Keluarga
Nama : Tn.W
Umur : 63 Tahun
Jenis Kelamin : Laki- Laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Hindu
Suku/Bangsa : Bali / Indonesia
Alamat : Br.Gladag
Tanggal Pengkajian : 04 Desember 2017
KOMPOSISI KELUARGA

Umur Hub.dg Ket


NO Nama L/P Pendidikan Pekerjaan Imunisasi Kondisi
(Th) KK

1. Tn.W L 63 KK SMA Wiraswasta Lengkap Sehat

2. Ny.C P 62 Istri SD IRT Lengkap Sehat


3. Ny.S P 47 Anak SMA Wiraswata Lengkap Epilepsi

Sumber : Keluarga Bapak W


Genogram
Tipe Keluarga
Keluarga Bapak termasuk keluarga inti.

Latar Belakang Budaya (Etnis)


Latar belakang keluarga Bapak Wtermasuk
ke dalam etnis Bali.
Status Sosial Ekonomi Keluarga

 Di keluarga Bapak Wdua orang yang


mempunyai perkerjaan yang sama, Bapak W
berkerja sebagai kuli bangunan bersama anak
pertamanya Ny.S,dan Ibu Ny.C sebagai IRT.
Dari penghasilan mereka tersebut di pakai
untuk menutupi keperluan keluarga, menurut
keluarga penghasilan sekarang di dapat sudah
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
dan cukup untuk membiayai anak dari Ny.S atau
cucu dari Ny.C.
DATA PENDAPATAN DAN PENGELUARAN
KELUARGA KEPERAWATAN PADA KELURGA
BAPAK W

Nama Anggota Pendapatan Pengeluaran


No Pekerjaan Keterangan
Keluarga (Rp) (Rp)

1 Tn.W Buruh 2.250.000 1.500.000 Tdk tetap

2 Ny.C IRT - - -

jumlah 2.250.000 1.500.000

1. Ny. S penghasilannya - Ditabung


Tahap dan Riwayat
Perkembangan Keluarga
 Tahap Perkembangan Keluarga Saat ini
 Keluarga saat ini berada pada tahap VII keluarga memasuki
usia pertengahan yang seharusnya Ny.S dapat memperkokoh
atau mempertahankan hubungan perkawinan namun Ny.S saat
ini sudah berpisah dengan suaminya.

 Tahap perkembangan yang belum


terpenuhi
 Keluarga mengatakan tahap perkembangan keluarga dapat
dilalui dengan cukup baik tanpa hambatan. Meskipun sibuk
Bapak W dan Ibu C tetap meluangkan waktu untuk anak-
anaknya.
Data Lingkungan
 Karakteristik Rumah
 Bapak W mengatakan tinggal di rumah dengan 5 kamar rumah
berlatai 2, 1 dapur, 2 kamar mandi dan 1 ruang keluarga. Lantai
kamar terbuat dari keramik. Keluarga mengatakan menyapu di
dalam kamarnya tidak setiap hari hanya saja di saat kotor dan
halaman rumah dua kali sehari, lantai kamar cukup bersih.
Keluarga mengatakan jarang membuka jendela kamarnya di
pagi hari.Bapak Ytidak memiliki halaman karena depan
rumahnya langsung pintu keluar masuk,dan tidak terlihat
adanya tanaman dirumahnya. Klien menempati kamar yang
ada di lanai 2 sedangkan klien sangat beresiko untuk jauh pada
saat klien terjadi serangan epilepsi.
7
7 7

5
9

7 7

5 7
8
4
6
U 6

3
2

9
19
1

10
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum pasien
 (1) Kesadaran :(CM)
 (2) Bangun tubuh :sedang
 (3) Postur tubuh :tegak
 (4) Cara berjalan :terkoordinasi
 Gerak motorik :terkoordinasi
 Keadaan kulit
Warna kulit :kuning
Turgor :elastis
Kebersihan :cukup bersih
POLA KEBIASAAN YG BERMASALAH

 psikologis
 sosial
 Rasa aman
 Rekreasi
 Belajar
Gejala kardinal dan ukuran-
ukuran
(1) Suhu : 36,5oC
(2) Nadi : 110x/menit
(3) Respirasi : 24x/menit
(4) Tekanan darah : 130/90 mmHg
(5) BB sebelum MRS : 55 kg
(6) BB saat pengkajian : 55 kg
(7) TB : 165 cm
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan EEG
 Foto kepala
 CT-Scan
 MRI
Analisa Data

1. Data Obyektif
 Pasien terlihat lemah lesu dan letih.
 Pasien terlihat sulit mengontrol emosi
 Pasien terlihat sering pingsan.
KESIMPULAN
Risiko tinggi terhadap trauma
2. Data Obyektif
Terdapat obstruksi trakeobronkial.
Terdapat kerusakan neuromuskuler.
Terdapat kerusakan persepsi.
Takipnea (R= 24x/ menit)
KESIMPULAN
RESIKO TINGGI POLA NAFAS TAK
EFEKTIF
3. Data Subyektif
 Pasien mengatakan sering menghindari kontak
sosial dengan temannya maupun dengan pasien
yang lain.
 Pasien mengatakan sering kejang di tempat umum.
 Pasien merasakan persepsi negatif tentang dirinya.

Data Obyektif
 Pasien terlihat kurang kooperatif dalam proses
pengobatan.
 Pasien terlihat menyendiri.
 Pasien terlihat menarik diri terhadap lingkungan.

KESIMPULAN
Gangguan harga diri
4. Data Subyektif
 Pasien mengatakan kurang mengerti tentang
penyakit yang dideritanya.
 Pasien mengatakan tidak memahami tentang
prosedur pengobatan yang dilakukan
Data Obyektif
 Pasien terlihat bertanya-tanya tentang
penyakitnya.
 Pasien terlihat tidak adekuat dalam
mengikuti prosedur pengobatan.
KESIMPULAN
Kurang pengetahuan
5. Data Subyektif
 Pasien mengatakan malu jika kejangnya
kambuh di RS atau di tempat umum lainnya.
 Pasien mengatakan tidak bisa mengontrol
diri saat kejang terjadi
Data Obyektif
 Ketidak adekuatan metode koping.
 Pasien terlihat tertekan karena penyakitnya
KESIMPULAN
Koping individu tidak efektif
6. Data Subyektif
 Pasien merasa takut jika penyakitnya kambuh.
 Pasien mengatakan takut jika penyakitnya tidak
dapat disembuhkan / diobati
Data Obyektif
 Pasien terlihat takut saat penyakitnya kambuh
(kejang).
 Pasien terlihat gelisah.
 Terdapat peningkatan nadi (N= 110X/ menit)
KESIMPULAN
Ketakutan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap trauma b/d kehilangan
koordinasi otot besar dan otot kecil.
2. Resiko tinggi pola nafas tdk efektif b/d kerusakan
neuromuskuler.
3. Gangguan harga diri b/d stigma berkenaan dengan
kondisi
4. Koping td efektif b/d stress akibat epilepsy
5. Kurang pengetahuan b/d kurang pemajanan
informasi
6. Ketakutan b/d kemungkinan yg terjadi setelah kejang
PRIORITAS MASALAH
1. Resiko tinggi terhadap trauma
2. Resiko tinggi pola nafas tdk efektif
3. Gangguan harga diri
4. Ketakutan
5. Koping tak efektif
6. Kurang pengetahuan
RENCANA KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN EPILEPSI
DI RUANG FLAMINGO BP RSUD
WANGAYA DENPASAR
TANGGAL 10-12 OKTOBER 2007
1. DX.1 :Resiko tinggi terhadap trauma
Rencana tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 3 x 24 jam, diharapkan tidak
terjadi trauma dengan kriteria hasil:
 Pasien tidak lemah, lesu dan letih.
 Pasien dapat mengontrol emosi
 Pasien tidak pingsan lagi.
Rencana tindakan Rasional
 Gali stimulasi yang dapat  Dapat meningkatkan aktivitas
otak, yang selanjutnya
menjadi pencetus kejang meningkatkan resiko terjadinya
kejang
 Pertahankan bantalan lunak  Mengurangi trauma saat kejang
pada penghalang tempat tidur (sering/umum)
yang terpasang dengna posisi
tempat tidur rendah
 Evaluasi kebutuhan untuk  Penggunaan penutup kepala
memberikan perlindungan (semacam helm) dapat
pada kepala. memberikan perlindungan
tambahan terhadap seseorang
yang mengalami kejang terus-
menerus/ kejang berat
 Observasi suhu ps melalui  Menurunkan resiko pasien
telinga. menggigit dan menghancurkan
. termometer yang terbuat dari
kaca atau kemungkinan
mengalami trauma jika tiba-
tiba terjadi aktivitas kejang
Rencana tindakan Rasional
 Anjurkan keluarga untuk  Meningkatkan keamanan
selalu menemani ps. pasien
 Membantu untuk melokalisasi
 Catat tipe dari aktivitas daerah otak yang terkena.
kejang
 Observasi TTV setelah ps  Untuk mengetahui
mengalami kejang. keadaan umum ps.
 Kaji tingkat orientasi ps  Untuk mengetahui tingkat
setelah kejang, misal: kesadaran ps setelah
orientasi tempat, waktu, mengalami kejang.
dan orang  Obat antiepilepsi
 Kolaborasikan pemberian meningkatkan ambang kejang
obat:Diazepam, fenitoin, dengan menstabilkan
fenobarbital. membran sel saraf, yang
menurunkan eksitasi neuron
atau mealui aktivitas langsung
pada sistem limbik, talamus,
dan hipotalamus
DX.II : Resiko tinggi pola nafas tdk efektif
Rencana tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 3 x 24 jam, diharapkan pola
nafas efektif dengan kriteria hasil :
 Tidak terdapat obstruksi trakeobronkial.
 Tidak terdapat kerusakan neuromuskuler.
 Tidak terdapat kerusakan persepsi.
 R= 18-20X/ menit
Rencana tindakan Rasional
 Anjurkan pasien untuk  Menurunkan resiko aspirasi
mengosongkan mulut dari atau masuknya suatu benda
benda/ zat tertentu/ gigi palsu. asing ke faring
 Letakkan pasien pada posisi  Meningkatkan aliran sekret,
miring, permukaan datar, mencegah lidah jatuh dan
miringkan kepala selama menutup jalan nafas.
serangan kejang
 Anjurkan ps untuk tanggalkan  Untuk memfasilitasi usaha
pakaian pada daerah leher/ bernafas/ ekspansi dada.
dada dan abdomen  Jalan nafas buatan mungkin
 Masukkan spatel lidah/ jalan diindikasikan setelah
nafas buatan atau gulungan meredanya aktivitas kejang
benda lunak jika terjadi kejang jika pasien tersebut tidak sadar
dan tidak dapat
mempertahankan posisi lidah
yang aman
 Lakukan penghisapan jika ps  Untuk menurunkan resiko
mengalami aspirasi aspirasi
 DX.III : Gangguan harga diri
Rencana tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan harga diri pasien meningkat dengan kriteria
hasil :
 Pasien mengatakan tidak menghindari kontak sosial dengan
temannya maupun dengan pasien yang lain.
 Pasien tidak merasakan persepsi negatif tentang dirinya.
 Pasien terlihat kooperatif dalam proses pengobatan.
 Pasien tidak menyendiri lagi.
 Pasien tidak menarik diri terhadap lingkungan.
Rencana tindakan Rasional
 Anjurkan ps untuk  Adanya keluhan merasa takut
marah dan sangat memperhatikan
mengungkapkan/ tentang implikasinya dimasa yang
mengekspresikan akan datang dapat membantu
perasaannya. pasien untuk menerima
keadaannya.
 Anjurkan pasien untuk  Merahasiakan sesuatu dapat
tidak merahasiakan merusak harga diri dalam
masalahnya. menangani masalah dan dapat
menyebabkan resiko trauma dan
respon yang negatif.
 Beri HE pada ps untuk  Untuk menghindari perasaan
bersalah dan menarik diri dari
meningkatkan harga lingkungan yang tidak bermanfaat
dirinya sehingga dapat menghambat
proses penyembuhan.
 Kolaborasi
 Konseling dapat
Rujuk ps kepada membantu mengatasi
psikoterapi dengan perasaan terhadap
pasien atau orang kesadaran diri sendiri.
terdekat
DX.IV : Ketakutan
Rencana tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama
perawatan, diharapkan ps ketakutan ps
berkurang hingga hilang dengan kriteria hasil:
 Pasien tidak merasa takut lagi jika penyakitnya
kambuh.
 Pasien tidak takut saat penyakitnya kambuh
(kejang).
 Pasien tidak gelisah.
 N=80-100X/ menit
Rencana tindakan Rasional
 Bina kerjasama ps  Ps merasa lebih
dengan keluarganya tenang jika dekat
dengan keluarganya
 Kontrol kejang ps.  Untuk mengetahui
perkembangan atau
penurunan dari
aktivitas kejang.
 Kaji tingkat ketakutan  Memudahkan
ps. perawat untuk
melakukan prosedur
pengobatan
DX.V : Koping tak efektif
Rencana tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawata selama
perawatan, diharapkan koping ps efektif
dengan kriteria hasil:
 Pasien mengatakan tidak malu jika kejangnya
kambuh di RS atau di tempat umum lainnya.
 Pasien tidak tertekan karena penyakitnya.
 Ps tampak rileks
Rencana tindakan Rasional
 Kaji status koping ps  Untuk mengetahui kapan mulai
terjadi perasaan dan gejala
serta kolerasinya dengan
peristiwa dan perubahan hidup
 Membantu ps dan
 Lakukan konseling keluarganya untuk
pada ps dan memahami kondisi dan
keluarganya. keterbatasan yang
disebabkan oleh epilepsi.
 Mengurangi
 Pertahankan
terjadinya
lingkungan sekitar ps
kekambuhan
tetap kondusif
DX. VI : Kurang pengetahuan
Rencana tujuan
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 30 menit,
diharapkan pasien mengetahui tentang penyakitnya
dengan kriteria hasil :
 mengungkapkan pemahaman tentang gangguan dan berbagai
rangsang yang dapat meningkatkan / berpotensial pada
aktivitas kejang.
 memulai perubahan perilaku / gaya hidup sesuai dengan
indikasi.
 mentaati aturan obat yang diresepkan.
Rencana tindakan Rasional
 Beri HE pada ps  Untuk menambah
tentang penyakitnya pengetahuan ps
tentang penyakitnya.
 Jelaskan prosedur  Agar tidak terjadi
pengobatan pada ps kesalahpahaman
dan keluarganya. antara ps/ keluarga
ps dengan petugas
kesehatan.
 Beri tahu ps untuk  Untuk menurunkan
minum obat resiko iritasi pada
bersamaan dengan lambung
waktu makan.

Anda mungkin juga menyukai