Anda di halaman 1dari 12

TEORI BEHAVIORISTIK

A. Pengertian Belajar Menurut Pandangan Teori Behavioristik

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output
yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan
respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan
karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan
respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh
siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab
pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan
tingkah laku tersebut.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan
semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka
responpun akan semakin kuat.

Ciri – ciri teori belajar behavioristik yaitu :

 Mementingkan pengaruh lingkungan


 Mementingkan bagian-bagian ( elementalistik )
 Mementingkan peranan reaksi.
 Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar.
 Mementingkan sebab-sebab di waktu yang lalu,
 Mementingkan pembentukan kebiasaan, dan dalam pemecahan problem, ciri khasnya
“trial and error”.

1
B. Tokoh – tokoh Aliran Behavioristik

Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike,Watson, Clark Hull,


Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran
behavioristik.

b.1 Teori Belajar Menurut Thorndike

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan,
atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud
konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati.
Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat
menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori
Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme.
Ada tiga hukum belajar yang utama, yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum
kesiapan. Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat
respon.

b.2 Teori Belajar Menurut Watson

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon,
namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat
diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri
seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang
tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris
murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau
Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat
diamati dan diukur.

2
b.3 Teori Belajar Menurut Clark Hull

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk
menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles
Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat
terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull
mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction)
adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga
stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan
biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam.
Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi
biologis.

b.4 Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie

Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-
stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh
gerakan yang sama. Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk
menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan
mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan
sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah
perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh
karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar
hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa
hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang
diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat.
Siswa harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru
tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak.

b.5 Teori Belajar Menurut Skinner

Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep


para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih

3
komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui
interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku,
tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon
yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan
saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang
dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-
konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku. Oleh karena itu dalam
memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus
yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai
konsekuaensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengmukakan
bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan
tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan
perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Behavioristik

1. Kelebihan teori behavioristik

 Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap situasi dan kondisi belajar.
 Jika mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan maka seseorang mendapat
penguatan positif dan prilaku yang kurang sesuai mendapat penguatan negatif yang
didasari pada prilaku yang tampak.
 Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan, dapat
mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya
 Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimuls yang lainnya dan seterusnya
sampai respons yang diinginkan muncul.
 Teori behavioristik juga cocok diterapkan untuk anak yang masih membutuhkan
dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru,
dan suka dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung.
 Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan.

4
2. Kekurangan teori behavioristik

 Sebuah konsekuensi untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap
 Tidak setiap pelajaran dapat menggunakan metode ini.
 Cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, tidak kreatif, tidak produktif, dan
menundukkan siswa sebagai individu yang pasif.
 Murid dipandang pasif, perlu motifasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh
penguatan yang diberikan oleh guru.
 Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa
yang di dengar dan di pandang sebagai cara belajar yang efektif, sehingga inisiatf
siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul secara temporer tidak bisa
diselesaikan oleh siswa.
 Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning) bersifat
mekanistik dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.
 Penerapan metode yang salah dalam pembelajaran mengakibatkan terjadinya proses
pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa, yaitu guru sebagai center,
otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih, dan menentukan apa yang
harus dipelajari murid.

Dengan demikian, berdasarkan penjelasan teori behavioristik di atas, maka metode


pembelajaran yang cocok diterapkan dalam teori belajar behavioristik adalah:

1. Metode ceramah
Metode ceramah merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk teori
behavioristik. Pada metode ini, pola komunikasi dalam belajar bersifat klasikal. Proses
komunikasi langsung antara guru dengan peserta didik. Pada metode ceramah, guru memberi
materi pada peserta didik secara keseluruhan.

Metode ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Metode
ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus
serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dalam hal ini siswa hanya diharuskan melihat
dan mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru yang selalu
dianggap benar itu. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa

5
yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda
dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas.

Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode ini, yakni:
1) Menetapkan apakah metode ceramah wajar digunakan dengan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
a) Tujuan yang hendak dipakai,
b) Bahan yang akan diajarkan termasuk buku sumbernya yang tersedia,
c) Alat,fasilitas,waktu yang tersedia.
d) Jumlah murid beserta taraf kemampuannya.
e) Kemampuan guru dalam penguasaan materi dan kemampuan berbicara.
f) Pemilihan metode mengajar lainnya sebagai metode bantu.
g) Situasi pada waktu itu.
2) Langkah-langkah menggunakan metode ceramah.
a) Tahap persiapan, artinya tahap guru untuk menciptakan kondisi belajar yang
baik sebelum mengajar dimulai.
b) Tahap penyajian, artinya tiap guru menyampaikan bahan ceramah.
c) Tahap asosiasi (komparasi),artinya memberi kesempatan kepada siswa untuk
menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang telah
diterimanya.
d) Tahap generalisasi atau kesimpulan. Pada tahap ini kelas menyimpulkan hasil
ceramah,umumnya siswa mencatat bahan yang telah diceamahkan.
e) Tahap aplikasi/evaluasi. Tahap terakhir ini,diadakan penilaian terhadap
pemahaman siswa mengenai bahan yang telah diberikan oleh guru. ( Nana
Sudjana. 1989. Hal : 77 )

2. Metode tanya jawab


Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari
guru yang harus dijawab oleh peserta didik, tetapi dapat pula dari peserta didik kepada guru.
Metode ini merupakan metode yang paling sering diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar. Metode tanya jawab dilakukan sebagai selingan dalam pembicaraan, untuk
mengsang peserta didik agar perhatiannya terarah kepada masalah yang sedang dibicarakan,
untuk mengarahkan proses berpikir, mengetahui dan mengecek sejauh mana kemampuan

6
peserta didik terhadap pelajaran yang dikuasai, dan melatih peserta didik untuk berpikir dan
berbicara dengan sistematis berdasarkan pemikiran yang orisinil. Proses tanya jawab terjadi
apabila terdapat ketidaktahuan atau ketidakpahaman peserta didik akan suatu masalah dalam
pembelajaran.

Metode tanya jawab ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Imansyah Ali
Pandie, kelebihan metode tanya jawab dalam pelaksanaanya dalam pembelajaran antara lain:
suasana kelas lebih hidup, melatih anak mengemukakan pendapat secara lisan dan teratur,
dan guru dapat melakukan kontrol terhadap pemahaman murid. Sedangkan kekurangan
dalam metode ini antara lain: terjadi perbedaan pendapat atau jawaban, memungkinkan
timbulnya penyimpangan dari pokok persoalan, membutuhkan waktu untuk merangkum
bahan pelajaran.

3. Metode latihan
Metode latihan atau disebut juga metode training adalah suatu metode pembelajaran
yang digunakan untuk menanamkan sesuatu yang baik atau menanamkan kebiasaan-
kebiasaan tertentu, juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik.
Metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan,
dan keterampilan.

Ciri yang khas dari metode latihan adalah kegiatan berupa pengulangan yang berkali-kali
dari suatu hal yang sama dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau
menyempurnakan suatu ketrampilan agar menjadi bersifat permanen. Dengan demikian
terbentuklah pengetahuan-siap atau ketrampilan-siap yang setiap saat siap untuk
dipergunakan oleh yang bersangkutan.

Kelebihan dari metode latihan yaitu :

a. Bahan pelajaran yang diberikan dalam suasana yang sungguh-sungguh akan lebih kokoh
tertanam dalam daya ingatan murid, karena seluruh pikiran, perasaan, dan kemauan
dikonsentrasikan pada pelajaran yang dilatihkan.
b. Anak didik akan dapat mempergunakan daya fikirannya dengan bertambah baik, karena
dengan pengajaran yang baik maka anak didik akan menjadi lebih teratur, teliti, dan
mendorong daya ingatnya.

7
c. Adanya pengawasan, bimbingan, dan koreksi yang segera serta langsung dari guru,
memungkinkan murid untuk melakukan perbaikan kesalahan saat itu juga. Hal ini dapat
menghemat waktu belajar disamping itu juga murid langsung mengetahui prestasinya.

Adapun kekurangan dari metode latihan yaitu :

a. Latihan yang dilakukan di bawah pengawasan yang ketat dan suasana serius mudah sekali
menimbulkan kebosanan.
b. Tekanan yang lebih berat, yang diberikan setelah murid merasa bosan atau jengkel tidak
akan menambah gairah belajar dan menimbulkan keadaan psikis berupa mogok
belajar/latihan.
c. Latihan yang terlampau berat dapat menimbulkan perasaan benci dalam diri murid, baik
terhadap pelajaran maupun terhadap guru.
d. Latihan yangs selalu diberikan di bawah bimbingan guru, perintah guru dapat
melemahkan inisiatif maupun kreatifitas siswa.

4. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang,
kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan sehingga peserta didik berkesempatan
untuk mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang terlibat dalam setiap
proses. Metode ini tidak hanya digunakan untuk mengamati saja, tetapi digunakan untuk
mengembangkan suatu pengertian, mengemukakan suatu masalah, memperlihatkan
penggunaan suatu prinsip, menguji kebenaran suatu hukum yang diperoleh secara teoritis dan
untuk memperkuat suatu pengertian.

Salah satu kelebihan metode demonstrasi bila penyampaian dapat dilihat oleh
keseluruhan siswa maka perhatian siswa terfokus pada suatu kegiatan. Metode demonstrasi
lebih sesuai digunakan pada kegiatan praktikum yang membutuhkan fokus dan perhatian
siswa terhadap materi yang dipraktikumkan dan mempermudah kegiatan praktikum karena
meringkas instruksi tertulis menjadi serangkaian gerakan yang mudah diingat.

8
Sehingga, hubungan antara teori belajar behavioristik dengan beberapa metode
pembelajaran sebagai berikut :

a. Hubungan antara teori belajar behavioristik dengan metode ceramah


Hubungan antara teori behavioristik dengan metode ceramah, ketika seorang guru
menjadi sumber belajar utama maka sumber belajar yang lain seolah-olah kurang berperan
karena frekuensi belajar didominasi oleh guru yang menyampaikan materi. Menurut Percipal
dan Ellington (1984), bahwa perhatian yang penuh dalam metode ceramah (attention
spannya) makin lama makin menurun drastis.

Contohnya, ketika seorang guru menyampaikan materi dengan metode ceramah untuk
50 menit waktu belajar, maka pada awal belajar attention spannya berkisar 12-15 menit,
kemudian mendekati akhir pelajaran akan turun drastis menjadi 3-5 menit. Jadi, seorang guru
harus pandai memilih dan mengkombinasikan metode pembelajaran sehingga kondisi kelas
menjadi nyaman dan tidak monoton.

b. Hubungan antara teori belajar behavioristik dengan metode tanya jawab


Hubungan teori behavioristik dengan metode tanya jawab disini bukanlah guru yang
memberikan pertanyaan kepada peserta didik yang kemudian peserta didik merespon dengan
aktif, melainkan lebih ditekankan pada pertanyaan yang diajukan peserta didik kepada guru
yang bersangkutan apabila peserta didik menemukan kesulitan. Dalam teori behavioristik ini,
guru telah menyusun pelajaran secara hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang
kompleks, sehingga penyampaian materi kepada siswa dapat lebih mudah dipahami. Materi
telah terstuktur dengan rapih sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan
mengajar adalah memindahkan pengetahuan kepada peserta didik atau pembelajar. Peserta
didik akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan oleh guru.
Artinya, apa yang dipahami oleh guru itulah yang harus dipahami oleh murid. Oleh karena
itu, setelah guru mentransfer pengetahuan yang ia miliki kepada peserta didik, maka guru
akan memberikan kesempatan dan memberikan penguatan kepada peserta didik untuk
menanyakan apa yang mereka tidak pahami atau apabila terdapat kesulitan pada materi yang
dijelaskan. Pertanyaan yang diajukan peserta didik sudah pasti dijawab oleh guru, sebab
sesuai dengan teori behavioristik yang menyatakan bahwa murid hanya berperan sebagai
pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang
sebagai cara belajar yang efektif. Murid dipandang pasif seperti hal tersebut dikarenakan
evaluasi yang digunakan ditekankan kepada hasil bukan proses yang terjadi dalam

9
pembelajaran. Jadi guru harus menerapkan teori dan metode ini dengan tepat dengan tidak
bersikap otoriter.

c. Hubungan antara teori belajar behavioristik dengan metode latihan


Di dalam teori belajar behavioristik terdapat empat konsep dasar, yaitu stimulans
(rangsangan), response (akibat atau dampak), reinforcement (penguatan), dan pengulangan.
Teori belajar behavioristik dengan model hubungan stimulus-responsnya, mendudukkan
orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Proses yang terjadi antara stimulus dan
respons tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur.
Agar respons yang diberikan oleh siswa sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru, maka
dapat digunakan metode pelatihan dalam pembelajaran di kelas. Hal ini dikarenakan semakin
sering tingkah laku atau pengetahuan siswa dilatih (digunakan), asosiasi tersebut akan
semakin kuat. Berdasarkan prinsip law of exercise yang dikemukakan oleh Edward Lee
Thorndike adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dan tindakan akan
menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya
tidak dilanjutkan atau dihentikan. Prinsip ini menunjukkan bahwa prinsip utama dalam
belajar adalah ulangan. Semakin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai.

Contohnya, dalam materi sistem gerak, dimana banyak bahasa latin yang
dipergunakan untuk menunjukkan anggota tubuh manusia, maka setelah seorang guru selesai
menjelaskan materi tersebut, sebaiknya guru memberikan soal latihan kepada siswanya,
sehingga siswanya akan senantiasa menghafalkan dan mengerti materi yang telah guru
jelaskan. Dengan demikian, diharapkan agar mereka akan ingat tentang materi yang telah
dijelaskan tersebut dan terbiasa untuk mempergunakan bahasa latin ketika menunjukkan
bagian-bagian dari anggota tubuhnya dan ketika mempelajari materi yang lain. Seorang guru
pun harus senantiasa membiasakan para siswanya untuk menyebutkan dengan bahasa latin
setiap bagian dari anggota tubuh manusia, sehingga siswa akan selalu ingat karena adanya
latihan-latihan yang berlangsung secara terus menerus.

d. Hubungan antara teori belajar behavioristik dengan metode demonstrasi


Metode demonstrasi sesuai untuk digunakan dalam teori belajar behavioristik
terutama dalam kegiatan praktikum. Sesuai dengan yang dikemukakan Thorndike tentang
hukum kesiapan bahwa belajar sebagai suatu kegiatan membentuk asosiasi antara kesan
pancaindra dan kecenderungan bertindak. Jadi ketika siswa telah melihat guru melakukan
demonstrasi percobaan yang menarik perhatiannya maka hal tersebut akan membuat siswa

10
siap menerima pembelajaran. Ketika siswa telah siap menerima pembelajaran dan melakukan
percobaan sendiri maka dalam diri siswa akan terjadi kepuasan belajar. Jika telah terjadi
kepuasan belajar tersebut maka hubungan antara teori dan konsep akan melengkapi satu sama
lain dan memberikan siswa sebuah pengalaman belajar yang menyenangkan atas dasar
ketertarikan tersebut.

Hal ini juga didukung pula oleh teori Hull bahwa suatu kebutuhan atau keadaan
terdorong (oleh motif, tujuan, maksud, aspirasi, dan ambisi) harus ada dalam diri seorang
yang belajar. Dengan asumsi setelah guru melakukan demonstrasi maka siswa akan terdorong
untuk mencoba hal yang membuatnya penasaran sehingga proses pembelajaran mudah
dilakukan karena siswa telah memiliki motif atau keinginan untuk belajar.

Metode demonstrasi juga sangat identik dengan teori belajar behaviouristik yang lebih
bersifat teacher-centered. Dengan adanya perhatian lebih terhadap guru ini diharapkan
kesalahan-kesalahan yang biasa terjadi saat praktikum dapat dikurangi. Perlu juga
diperhatikan bahwa penggunaan metode demonstrasi harus dirancang sebaik mungkin
sehingga perhatian siswa tertuju ke guru, kesiapan peralatan sehingga fokus siswa tidak
berantakan, dan adanya ruang praktikum yang kondusif sehingga memudahkan terjadinya
proses belajar.

11
KESIMPULAN

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Metode pembelajaran yang cocok diterapkan dalam teori belajar behavioristik yaitu:
1. Metode ceramah

Hubungan antara teori behavioristik dengan metode ceramah, ketika seorang guru
menjadi sumber belajar utama maka sumber belajar yang lain seolah-olah kurang berperan
karena frekuensi belajar didominasi oleh guru yang menyampaikan materi.

2. Metode tanya jawab

Hubungan teori behavioristik dengan metode tanya jawab disini bukanlah guru yang
memberikan pertanyaan kepada peserta didik yang kemudian peserta didik merespon dengan
aktif, melainkan lebih ditekankan pada pertanyaan yang diajukan peserta didik kepada guru
yang bersangkutan apabila peserta didik menemukan kesulitan.

3. Metode latihan

Di dalam teori belajar behavioristik terdapat empat konsep dasar, yaitu stimulans,
response, reinforcement, dan pengulangan. Proses yang terjadi antara stimulus dan respons
tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Agar
respons yang diberikan oleh siswa sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru, maka dapat
digunakan metode pelatihan dalam pembelajaran di kelas. Hal ini dikarenakan semakin sering
tingkah laku atau pengetahuan siswa dilatih (digunakan), asosiasi tersebut akan semakin kuat.

4. Metode demonstrasi

Metode demonstrasi biasanya dilakukan dalam kegiatan praktikum. Contohnya ketika


siswa telah melihat guru melakukan demonstrasi percobaan yang menarik perhatiannya maka
hal tersebut akan membuat siswa siap menerima pembelajaran. Ketika siswa telah siap
menerima pembelajaran dan melakukan percobaan sendiri maka dalam diri siswa akan terjadi
kepuasan belajar. Jika telah terjadi kepuasan belajar tersebut maka hubungan antara teori dan
konsep akan melengkapi satu sama lain dan memberikan siswa sebuah pengalaman belajar
yang menyenangkan atas dasar ketertarikan tersebut.

12

Anda mungkin juga menyukai