Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN PENGUASAAN

KONSEP SERTA KAITANNYA DENGAN GAYA KOGNITIF FIELD


DEPENDENT-FIELD INDEPENDENT

Santy Awalliyah1), Parsaoran Siahaan2), Muhammad Gina Nugraha3), dan Kartika Hajar Kirana4)
1,2,3)
Departemen Fisika Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi No. 229, Bandung
4)
Departemen Fisika Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung - Sumedang km.21, Sumedang
Email : santyawalliyah28@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan keterampilan proses sains dengan penguasaan konsep siswa kelas
VII terkait dengan gaya kognitif field dependent dan gaya kognitif field independent. Penelitian korelasional ini melibatkan
108 siswa kelas VII di salah satu SMPN di Kota Bandung. Keterampilan proses sains dan penguasaan konsep dievaluasi
dengan menggunakan instrumen tes yang telah melalui proses judgement dan uji coba, sedangkan untuk mengklasifikasikan
gaya kognitif siswa digunakan instrumen tes standar Group Embedded Figure Test (GEFT). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa keterampilan proses sains dengan penguasaan konsep memiliki hubungan yang signifikan untuk siswa kelas VII
bergaya kognitif field dependent ( r (36) = 0,564, thitung > ttabel), sedangkan pada siswa bergaya kognitif field independent
hubungan keterampilan proses sains dengan penguasaan konsep tidak signifikan ( r (38) = 0,431, thitung > ttabel).

Kata kunci: Keterampilan proses sains, penguasaan konsep, gaya kognitif

ABSTRACT
The aim of this research was to find out correlation between science process skill and conceptual mastery of 7th grade
students related to different cognitive style, i.e. field dependent and field independent. This study involves 108 students in
one of public schools in Bandung. Science process skill and conceptual mastery were evaluated by test instruments, which
were already validated and tested, while Group Embedded Figure Test (GEFT) was used to classify student's cognitive style.
Results suggested that there was a significant correlation between science process skill and conceptual mastery for students
with dependent cognitive style ( r (36) = 0,564, tvalue > ttable), while for students with independent cognitive style the
correlation was insignificant ( r (38) = 0,431, tvalue > ttable).
Keywords: conceptual mastery, cognitive style, science process skills

PENDAHULUAN konsep merupakan pondasi-pondasi pembangunan


(building block) berpikir. Oleh karena itu, ketika
Sikap, pengetahuan, dan keterampilan adalah seseorang telah menguasai konsep, maka ia akan
salah satu bagian penting yang harus dimiliki memiliki pondasi-pondasi pembangunan berpikir
manusia. Semiawan (1986) mengungkapkan
yang kokoh. Konsep dan keterampilan proses tidak
bahwa dengan mengembangkan keterampilan dapat saling dipisahkan, karena satu sama lain
proses, peserta didik akan mampu menemukan dan
saling mempengaruhi. Oleh kerena itu, keteram-
mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta pilan proses sains dan penguasaan konsep me-
menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan miliki hubungan yang searah. Satu sama lain saling
nilai yang dituntut. Rustaman (2003) menjelaskan
berkontribusi baik itu peningkatan pada
bahwa keterampilan proses sains adalah keterampilan proses sains, maupun juga pening-
keterampilan yang melibatkan aspek kognitif atau katan pada penguasaan konsep atau sebaliknya.
intelektual, manual dan sosial. Dijelaskan pula oleh
Gaya kognitif bukan tentang tingkat
Ozgelen (2012) bahwa ke-terampilan proses sains
intelegensi seperti apa yang disampaikan Riding
memiliki hubungan dengan pembangunan kognisi dan Sadler-Smith (1997), namun tentang
siswa. Berdasarkan penjelasan tersebut bagaimana seseorang merespon lingkungan,
keterampilan proses memiliki peran yang sangat
mengolah dan mengeksekusi informasi, sehingga
penting dalam membangun sikap dan pengetahuan setiap individu memiliki cara yang berbeda-beda
manusia. Dahar (1989) menyatakan bahwa konsep-
dalam menye-lesaikan masalah, dan perbedaan

181

DOI: http://dx.doi.org/10.18269/jpmipa.v20i2.582
182 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 20, Nomor 2, Oktober 2015, hlm. 181-185

tersebut dapat diamati dengan melihat seseorang dengan karakteristik gaya kognitif field
kecenderungan penyelesaian masalah. Dalam dependent akan cenderung fokus pada gambaran
kondisi yang sama setiap individu biasanya umum, hanya mengikuti informasi yang sudah ada,
memperlihatkan respon yang berbeda-beda namun dapat bekerja sama dengan baik karena
terhadap sebuah stimulus. Hal ini mengisyaratkan berorientasi sosial.
bahwa suatu karakteristik mem-bedakan individu Berbeda dengan seseorang yang field
satu dengan individu lainnya. dependent, seseorang field independent mampu
Menurut Witkin (1977) pendekatan karak- menganalisis objek secara terpisah dari
teristik seseorang yang membawanya untuk lingkungannya, mampu mengorga-nisasikan objek-
menghadapi situasi disebut gaya, dan karena objek, memiliki orientasi impersonal, memilih
pendekatannya meliputi persepsi dan intelektual profesi bersifat individual, dan mengutamakan
seseorang, maka yang dibicarakan adalah gaya motivasi dari diri sendiri. Implikasinya adalah
kognitif. Beberapa ahli menyatakan bahwa gaya seseorang dengan karak-teristik gaya kognitif field
kognitif adalah jembatan antara kognisi dan independent akan cenderung mampu mencari
tindakan kepribadian (Stenberg dan Grigorenko, informasi lebih, tidak hanya mengacu pada
1997). Dengan demikian, yang dimaksud dengan informasi yang telah ada, mampu membedakan
gaya kognitif adalah cara siswa untuk menangkap suatu objek dari objek lain disekitarnya dengan
informasi, mengolah informasi dan mengeksekusi lebih mudah dan cenderung lebih analitik karena
informasi atau dengan kata lain, cara mereka akan mampu menghadapi masalah-masalah yang
menyelesaikan masalah ketika proses belajar memerlukan penguraian, pembeda atau analisis
berlangsung. dan motivasinya bergantung pada motivasi
Pada survey yang dilakukan oleh Trends in internal.
International Mathematics and Science Studies Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
(TIMSS) pada tahun 2011, kemampuan IPA siswa gaya kognitif berpengaruh pada hasil belajar siswa
kelas VIII di Indonesia masih berada pada urutan (Siamian dan Nozari, 2015; Tinajero et al.,2012;
40 dari 42 negara (Martin et al., 2012). Ini Onyekuru, 2015), namun penelitian yang
menunjukkan bahwa hasil belajar IPA di Indonesia membahas tentang kaitan gaya kognitif field
masih sangat rendah dibandingkan dengan negara dependent-independent dengan keterampilan
lain. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa proses sains dan penguasaan konsep masih
gaya kognitif berpengaruh pada hasil belajar siswa tergolong jarang. Berdasarkan uraian diatas, maka
(Siamian dan Nozari, 2015; Tinajero et al.,2012; tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Onyekuru, 2015). Hasil penelitian Shi (2011) hubungan antara keterampilan proses sains dengan
menunjukkan bahwa gaya kognitif memiliki penguasaan konsep sains dalam kaitannya dengan
pengaruh yang signifikan terhadap strategi belajar gaya gaya kognitif field dependent-independent.
yang dipilih oleh seorang peserta didik. Kenth
(2011) lebih lanjut menyatakan bahwa konsep gaya METODE
kognitif dan ke-mampuan belajar merupakan
dimensi penting dari perbedaan individu yang Penelitian ini melibatkan 108 siswa kelas VII
merupakan inti dari program pembelajaran yang di salah satu Sekolah Menengah Pertama Negeri
efektif. (SMPN) di Kota Bandung. Sampel dalam
Gaya kognitif dalam hal cara berpersepsi dan penelitian ini adalah siswa kelas VII yang
menyusun sebuah area adalah gaya kognitif yang pemilihannya melalui metode nonrandom
disebut sebagai field dependent dan field sampling (Creswell, 2012). Keterampilan proses
independent (Demick, 2014). Witkin (1977) sains dan penguasaan konsep dievaluasi dengan
mengidentifikasi dan mengelompokkan seseorang menggunakan instrumen tes yang telah melalui
sebagai bergaya kognitif field dependent jika proses judgement dari ahli dan uji coba kepada
seseorang tersebut mampu berpikir global, siswa untuk mendapatkan tingkat realibilitas dan
menerima struktur atau informasi yang sudah ada, tingkat validitas instrumen tes. Dari hasil uji coba
memiliki orientasi sosial, memilih profesi yang yang dilakukan diperoleh butir instrumen tes yang
bersifat keterampilan sosial, cenderung mengikuti reliable dan valid untuk digunakan dalam
tujuan dan informasi yang sudah ada, dan pengambilan data penelitian. Pengelompokan gaya
cenderung mengutamakan motivasi eksternal. kognitif siswa dilakukan dengan meng-gunakan
Implikasinya dalam merespon sebuah masalah, instrumen tes standar Group Embedded Figure
Santy Awalliyah et al.. Keterampilan Proses Sains, Penguasaan Konsep, serta Kaitannya dengan Gaya Kognitif 183

Test (GEFT) yang dikembangkan oleh Witkin siswa SMA yang menjadi sampel, sebanyak 43,9%
(1971) dan sudah teruji validitas dan reliabilitasnya bergaya field independent, sementara hanya 39%
secara global. Instrumen tes ini berbahasa Inggris yang bergaya field dependent.
sehingga sebelum digunakan dialihbahasakan Hubungan keterampilan proses sains dengan
kedalam Bahasa Indonesia dengan bantuan ahli penguasaan konsep untuk kelompok siswa bergaya
bahasa. kognitif field dependent sangat tinggi dengan nilai
Korelasi antara keterampilan proses sains dan r(36) = 0,564 dengan 0,564 > 0,424 > 0,329 dari
penguasaan konsep ditentukan menggunakan hasil konsultasi ke tabel r, arah korelasinya positif
persamaan korelasi dua parameter (Arikunto, dan searah, artinya tingginya nilai keterampilan
2009), sedangkan untuk menentukan besar proses sains diikuti dengan tingginya nilai
pengaruh keterampilan proses sains terhadap penguasaan konsep. Untuk menguji signifikansi
penguasaan konsep atau sebaliknya, digunakan koefisien korelasi digunakan uji dua pihak dan
koefisien determinasi dan untuk menentukan hasilnya disajikan pada Gambar 2.
signifikansi hubungan kedua parameter ini Hasil penghitungan menghasilkan Harga thitung
digunakan uji hipotesis dua pihak. sebesar 3,981 ttabel = 2,042. Berdasarkan hasil
tersebut maka dinyatakan bahwa hubungan
HASIL DAN PEMBAHASAN keterampilan proses sains dengan penguasaan
konsep sebesar r(36)= 0, 564 adalah signifikan
Tes untuk menentukan gaya kognitif siswa sehingga dapat dikatakan hipotesis nol yang
dilaksanakan sebelum proses pembelajaran menyatakan tidak ada hubungan ditolak dan
dilaksanakan, dan tes tersebut dilakukan kepada hipotesis alternatif diterima. Untuk koefisien
tiga kelas penelitian. Jumlah seluruh siswa determinasi didapat r2=0,318, artinya 31,80%
sebanyak 108 siswa, sedangkan yang mengikuti tes varians penguasaan konsep turut ditentukan oleh
GEFT (Group Embedded Figure Test) hanya varians keterampilan proses sains. Walaupun
sebanyak 102 siswa dengan hasil 37,25% (38 keterampilan proses sains dan penguasaan konsep
siswa) tergolong field dependent, 38,24% (39 memiliki hubungan yang sangat tinggi pada
siswa) field independent, dan 24,51% (25 siswa) kelompok siswa bergaya kognitif field dependent,
netral (Gambar 1). Hasil yang menunjukkan bahwa tapi ternyata hanya 31,80% saja varians
terdapat lebih banyak siswa yang bergaya kognitif keterampilan proses sains menentukan varians
field independent dibandingkan dengan field penguasaan konsep pada siswa bergaya kognitif
dependent sejalan dengan penelitian Mutlu dan field dependent.
Temiz (2013) yang menunjukkan bahwa dari 485

Gambar 1. Persentase Gaya Kognitif Siswa Gambar 2. Uji signifikansi koefisien korelasi
Berdasarkan Hasil Tes GEFT. dengan uji dua pihak pada siswa bergaya kognitif
field dependent.
184 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 20, Nomor 2, Oktober 2015, hlm. 181-185

Gambar 2. Uji signifikansi koefisien korelasi dengan uji dua pihak pada siswa bergaya kognitif field
independent

Hubungan antara keterampilan proses sains informasi yang ada melalui LKS, hal tersebut
dengan penguasaan konsep pada siswa bergaya cukup memfasilitasi siswa membangun motivasi
kognitif field independent sangat tinggi, yaitu r(38) belajar dan memudahkan siswa dependen
= 0,431 dengan 0,431 > 0,413 > 0,320 dari hasil mengikuti pembelajaran. Lain halnya dengan
konsultasi ke tabel r. Signifikansi koefisien kelompok siswa dengan gaya kognitif field
korelasi diuji melalui uji dua pihak (Gambar 2). independent cenderung tidak terfasilitasi, namun
Hasil menunjukkan bahwa diperoleh thitung sebesar mampu mengikuti dan mempertipis hasil ini
1,233 dan untuk kesalahan 5% uji dua pihak dan melalui kecenderungan karakteristik yang
dk = n – 2 = 36, diperoleh ttabel = 2,042. menonjol dari siswa field independent, yaitu
Berdasarkan hasil tersebut maka dinyatakan bahwa mampu membedakan objek dengan sekitarnya
hubungan keterampilan proses sains dengan dengan lebih mudah dan cenderung lebih analitik
penguasaan konsep sebesar r(38)= 0, 431 adalah sehingga akan mampu menghadapi masalah-
tidak signifikan. Besarnya koefisien determinasi r2 masalah penguraian dan analisis. Selain itu, mereka
= 0,1854 yang artinya 18,54% varians penguasaan juga mampu mencari informasi dengan lebih baik,
konsep turut ditentukan oleh varians keterampilan mandiri dan mampu memotivasi diri sendiri
proses sains. Walaupun keterampilan proses sains sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang
dan penguasaan konsep memiliki hubungan yang ia hadapi tanpa bantuan orang lain. Dari pemaparan
sangat tinggi pada kelompok siswa bergaya diatas dapat disimpulkan bahwa dengan
kognitif field independent seperti halnya pada mempertimbangkan gaya kognitif siswa maka
kelompok siswa bergaya kognitif field dependent, program pembelajaran dapat dirancang seefektif
tapi ternyata hanya 18,54% saja varians mungkin disesuaikan dengan gaya kognitif masing-
keterampilan proses sains menentukan varians masing agar terlaksananya pembelajar yang efektif
penguasaan konsep dan melalui uji hipotesis dua dan optimal.
pihak hubungan keterampilan proses sains dengan
penguasaan konsep ternyata tidak signifikan. KESIMPULAN
Berdasarkan gambar 1 dan gambar 2 terlihat
bahwa keterampilan proses sains dengan Terdapat hubungan yang signifikan antara
penguasaan konsep untuk siswa kelas VII bergaya keterampilan proses sains dengan penguasaan
kognitif field dependent memiliki hubungan yang konsep pada kelompok siswa bergaya kognitif field
signifikan sedangkan pada siswa bergaya kognitif dependent dan sebaliknya tidak ada hubungan yang
field independent hubungan keterampilan proses signifikan antara keterampilan proses sains dengan
sains dengan penguasaan konsep tidak signifikan. penguasaan konsep pada kelompok siswa bergaya
Hal ini disebabkan pada dasarnya gaya kognitif kognitif field independent. Berdasarkan hasil
bukan tentang tingkat intelegensi seperti yang penelitian dan pembahasan serta kesimpulan yang
disampaikan Riding dan Sadler-Smith (1997), telah dikemukakan di atas, disarankan bahwa
namun tentang bagaimana seseorang merespon selalu memperhatikan setiap perangkat dan konten
ling-kungan, mengolah dan mengeksekusi penelitian agar situasi belajar yang akan dijadikan
informasi. Ketika kelompok siswa dengan gaya penelitian tidak berpihak pada salah satu gaya
kognitif field dependent terfasilitasi dengan situasi kognitif atau harus dalam kondisi netral, tidak
belajar yang mendukung dengan karakteristiknya, menguntungkan salah satu gaya kognitif.
yaitu bekerja kelompok dan cukup mengikuti
Santy Awalliyah et al.. Keterampilan Proses Sains, Penguasaan Konsep, serta Kaitannya dengan Gaya Kognitif 185

DAFTAR PUSTAKA Onyekuru, B.U. (2015). Field Dependence-


Independence Cognitive Style, Gender,
Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian Suatu Career Choice and Academic Achievement of
Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: Secondary School Students in Emohua Local
PT Rineka Cipta. Government Area of Rivers State. Journal of
Creswell, J.W. (2012). Educational Reserch Education and Practice Vol. 6 No. 10, hlm.
Planning, Conducting, and Evaluating 76-85.
Quantitative and Qualitatif Research. Edisi Riding, R.J., & Sadler-Smith, E. (1997). Cognitive
keempat. Boston: Pearson Education. Style and Learning Strategies: some
Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Impilications for Training design.
Erlangga. International of training and Development
Demick, J. (2014). Group Embedded Figure Test Vol. 1 No.3, hlm. 199-208
(GEFT) Sampler Set Manual, Sample Figures Rustaman, N.Y. (2003). Strategi Belajar Mengajar
and Scoring. California: Mind Garden, Inc. Biologi. Bandung: Jurusan Pendidikan
Kenth, B. (2011). Difference in the Congnitive Biologi FPMIPA UPI.
Styles and Learning Skills due to Gender and Shi, C. (2011). A Study of the Relationship
Area-Wise Differences. MIER Journal of between Cognitive Styles and Learning
Educational Studies Vol. 1 No.1, hlm. 87- Strategies. Higher Education Studies, Vol. 11
100. No.1, hlm. 20-26.
Martin, M.O., Mullis, I.V.S., Foy, P., & Stanco, Semiawan, C. (1986). Pendekatan Keterampilan
G.M. (2012). TIMSS 2011 international Proses. Jakarta: PT Gramedia.
results in science. Chestnut Hill, MA: Boston Sternberg, R.J. & Grigorenko, E.L. (1997). Are
College. Cognitive Style Still in Style?. American
Mutlu, M., & Temiz, B. (2013). Science process Psychologist Vol. 52 No. 7, hlm 700-712.
skills of students having field dependent and Tinajerol, C., Lemosll, S.M., Araujoll, M.,
field independent cognitive styles. Ferracesl, M.J., & Paramol, M.F. (2012).
Educational Research and Reviews Vol. 8 Cognitive style and learning strategies as
No. 11, hlm. 766-776. factors which affect academic achievement of
Nozari, A.Y., & Siamian, H. (2015). The brazilian university students. Psicol. Reflex.
Relationship between Field Dependent- Crit. Vol.25 No.1, hlm. 105-113.
Independent Cognitive Style and Witkin, H.A., Moore, C.A., Goodenough, D.R., &
Understanding of English Text Reading and Cox, P.W. (1977). Field-Dependent and
Academic Success. Mater Sociomed Vol. 27 Independent Cognitive Style and Thei
No. 1, hlm. 39-41. Educational Implication. Review of
Ozgelen, S. (2012). Student’s Sciences Process Educational Research Vol. 47 No.1, hlm 1-
Skills within a Cognitive Domain 64.
Framework. Eurasia Journal of Mathematics, Witkin, H. A., Oltman, P. K., Raskin, E., and
Sciences, and Technology Vol. 8 No. 4, hlm. Karp, S. A. (1971). A Manual for the
283-292. Embedded Figures Tests. Palo Alto, CA:
Consulting Psychologists Press.

Anda mungkin juga menyukai