Anda di halaman 1dari 3

PENGEMBANGAN BIOMATERIAL KOMPOSIT SEBAGAI BAHAN RESTORASI GIGI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Restorasi gigi bukan merupakan hal yang asing lagi bagi dunia kedokteran, terutama
kedokteran gigi. Restorasi gigi banyak dilakukan karena banyaknya masalah gigi karies gigi
dan kerusakan gigi. Restorasi gigi dilakukan dengan cara penambalan gigi dan memperbaiki
struktur gigi yang telah rusak. Namun, dalam perkembangannya bahan-bahan yang
digunakan dalam teknik restorasi gigi mengalami degradasi dalam rongga mulut, hal ini
disebabkan karena dalam bahan yang digunakan dalam restorasi gigi akan mengalami reaksi,
baik berupa reaksi kimia maupun reaksi fisika. Seperti perubahan suhu, tekanan dalam proses
pengunyahan dan reaksi kimia dari bahan makanan yang dikonsumsi. Bahan yang baik
digunakan dalam restorasi gigi adalah bahan yang dapat tahan terhadap reaksi kimiawi dalam
mulut dalam jangka waktu yang panjang, selain itu bahan yang digunakan harus dapat
bertahan dalam jangka waktu yang lama tanpa kerusakan berarti (Khan et al., 2015).
Bahan yang sering digunakan dalam pembuatan bahan restorasi gigi biasanya dibuat
dalam bentuk komposit. Komposit digunakan karena komposit merupakan bahan yang cukup
kuat dalam menahan reaksi kimia dan tidak memiliki ketahanan suhu yang cukup tinggi
sehingga tidak akan mudah berubah bentuknya pada suhu yang rendah (Xu et al., 2010).
Komposit pada dasarnya terbagi menjadi 3 yaitu komposit berbasis logam (MMC), komposit
berbasis keramik (CMC) dan komposit berbasis polimer (PMC) (Himani and Purnima,
2011). Bahan yang digunakan dalam restorasi gigi adalah bahan komposit dengan komposit
polimer. Matriks yang digunakan berupa kaca atau filler halus, Komposit gigi restoratif
kebanyakan mengandung resin sebagai campuran martriksnya. Resin tersebut mengandung
komponen metakrilat yang termodifikasi atau akrilat. Resin komposit yang dapat digunakan
dalam restorasi gigi adalah resin akrilat, karena sifat dari resin akrilat menyerupai gigi asli,
tahan terhadap reaksi kimia dan mudah dibentuk. Namun resin akrilat tersebut juga memiliki
kekurangan yaitu mudah terjadi perubahan dimensi dan sifat ketahanan aus yang rendah
ketika terjadi gesekan dengan struktur gigi yang terdapat di sekitarnya (Khan et al., 2012).
Keseragaman dalam penyusunan matriks diperlukan dalam pembuatan bahan restorasi gigi
agar tidak terjadi retakan pada bahan walaupun kecil (Li et al., 2014)
Penggunaan komposit berbasis resin (RBC) pada teknik restorasi oleh para dokter gigi
semakin berkembang, bahkan terjadi banyak modifikasi dalam hal estetika pada bahan
restorasi gigi. Dengan semakin berkembangnya bahan restorasi gigi tersebut diharapkan sifat
dan karakteristik bahan restorasi juga semakin meningkat. Gigi hasil restorasi harus memiliki
sifat ketahanan dalam waktu yang panjang. Namun, dalam kenyataannya kegagalan bahan
masih terjadi dalam restorasi gigi. Contohnya, seperti terjadinya perpatahan gigi. Hasil ini
menjadi pertimbangan bagi para peneliti untuk dapat melakukan perbaikan pada karakteristik
gigi (Baur and Ilie, 2013). Material komposit berbasis resin aman digunakan sebagai bahan
restorasi karena sifat bahan tersebut yang menyerupai bahan yang lain. Bahan komposit
berbasis resin ini digunakan dalam restorasi gigi anterior dan posterior dari ukuran yang kecil
hingga berukuran sedang tanpa tekanan yang besar pada saat mengunyah. Namun, kekuatan
dari komposit resin tersebut tidak lebih kuat jika dibandingkan dengan bahan restorasi
komposit dari logam (Irawan, 2015).
Salah satu pengembangan bahan yang dilakukakan untuk mengatasi kegagalan bahan
restorasi adalah dengan menggunakan material CaPO4 yang dibentuk dalam komposit DCPA
(Dicalcium Phosphat Anhydrous). Komposit DCPA tersebut dibentuk dalam skala nano dan
digunakan sebagai filler pada resin komposit (Xu et al., 2006). Kalsium Phosphat atau CaPO4
merupakan bahan biomaterial yang berperan penting dalam penggunaannya sebagai material
perbaikan jaringan keras seperti gigi, karena material tersebut adalah material yang memiliki
biokompatibilitas dan bioaktivitas yang sangat baik (Xu et al., 2009).
Dalam pembuatan bahan komposit dengan filler terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu meliputi ukuran, volume, didtribusi kimia dan jumlah komposisi
kimianya. Semua hal tersebut harus disesuaikan dengan karakteristik bahan yang akan
dibuat. Karena kriteria tersebut dapat mempengaruhi karakteristik dari komposit yang akan
terbentuk sebagai bahan restorasi gigi. Modulus Young juga berperan dalam klasifikasi
material restorasi untuk menunjukkan kriteria bahan restorasi (Nicoleta and Hickel, 2009).
References

BAUR, V. & ILIE, N. 2013. Repair of dental resin-based composites. Clinical Oral Investigations, 17.
HIMANI, J. & PURNIMA, J. 2011. MORPHOLOGY OF PP/GF/WOLLASTONITE COMPOSITES. Materials
Science Research Journal, 5, 143-146.
IRAWAN, B. 2015. MATERIAL RESTORASI DIREK KEDOKTERAN GIGI SAAT INI.
KHAN, A. A., SIDDIQUI, A. Z., ZAHID, A., AL-KHERAIF, A. A. & DIVAKAR, D. D. 2015. Effect of different pH
solvents on micro-hardness and surface topography of dental nano-composite: An in vitro
analysis. Pakistan Journal of Medical Sciences Quarterly, 31(4).
KHAN, A. S., KHAN, M. & REHMAN, I. U. 2012. RESIN-BASED DENTAL COMPOSITES : NANOTECHNOLOGY,
PROPERTIES AND APPLICATION. Materials Science Research Journal, 6(1).
LI, X., LIU, W., SUN, L., AIFANTIS, K. E., YU, B., FAN, Y., FENG, Q., CUI, F. & WATARI, F. 2014. Resin
composites reinforced by nanoscaled fibers or tubes for dental regeneration. BioMed Research
International.
NICOLETA, I. & HICKEL, R. 2009. Investigations on mechanical behaviour of dental composites. Clinical
Oral Investigations, 13(4).
XU, H. H. K., MOREAU, J. L., SUN, L. & CHOW, L. C. 2010. Novel CaF 2 nanocomposite with high strength
and fluoride ion release. Journal of Dental Research, 89(7).
XU, H. H. K., SUN, L., WEIR, M. D., ANTONUCCI, J. M., TAKAGI, S., CHOW, L. & PELTZ, M. 2006. Nano
DCPA-whisker composites with high strength and ca and PO^sub 4^ release. Journal of Dental
Research, 85, 8.
XU, H. H. K., WEIR, M. D., SUN, L., NGAI, S., TAKAGI, S. & CHOW, L. C. 2009. Effect of filler level and
particle size on dental caries-inhibiting Ca–PO4 composite. Journal of Materials Science :
Materials in Medicine, 20.

Anda mungkin juga menyukai