Disusun oleh :
Disusun Oleh :
Disusun Oleh :
20120310090
Telah dipresentasikan
Disahkan oleh:
Dokter pembimbing,
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. L
Umur : 36 tahun
Agama : Islam
Keluhan Utama
Pasien datang ke Poli Kandungan RSUD Salatiga untuk kontrol post opname di PONEK
tanggal 13 Juli 2017 karena tekanan darah tinggi. Saat diukur tensi nya, tensi pasien 200/110.
Tapi pasien tidak mengeluhkan ada nya pusing, nyeri ulu hati, maupun pandangan kabur.
Riwayat adanya tensi tinggi sebelum kehamilan atau pada kehamilan sebelumnya disangkal
oleh pasien. Tensi tinggi diakui pasien sejak memasuki usia kehamilan 5 bulan. Diakui
pasien rutin minum obat antihipertensi setelah mengetahui tensi nya tinggi. Adanya kencang-
kencang, lendir darah, rembesan air ketuban disangkal oleh pasien.
Adanya anggota keluarga yang memiliki penyakit hipertensi, jantung, DM disangkal oleh
pasien
Riwayat Obstetri
1. Lahir spontan di bidan tahun 1999, UK 9 bulan, BBL 2,8 kg, perempuan, usia 18
tahun
2. Pasien hamil kedua pada tahun 2004, pada usia kehamilan 6 minggu pasien
melakukan USG dan didapatkan bahwa janin tidak berkembang kuretase
3. Pasien hamil ketiga dan keempat keguguran namun tidak dilakukan kuretase
4. Hamil sekarang
- Riwayat rawat inap 1 kali karena tensi tinggi
Riwayat ANC
Riwayat ANC di bidan, sebulan sekali. Selama periksa di bidan tidak ada riwayat tensi tinggi.
Riwayat USG sebanyak 2x. USG terakhir tanggal 2 Agustus 2017 di Poli Kandungan. Hasil
USG terakhir adalah gravid 30-31 minggu, letak kepala, 1600 gram, AK cukup, plasenta di
SBR anterior tidak menutupi jalan lahir.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : cukup
b. Kesadaran : compos mentis
c. GCS : E4M6V5 = 15
d. Vital Sign : TD 160/110 mmHg
N : 88 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,7 °C
e. Status Generalis
- Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut -
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya (+/+)
- Hidung : Discharge (-), deformitas (-)
- Telinga: Discharge (-), deformitas (-)
- Mulut : Bibir tidak kering, lidah tidak kotor
- Leher : Trakea di tengah, limfonoduli tidak teraba, JVP tidak meningkat
- Thorax
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak kuat angkat
Perkusi : Tidak ditemukan cardiomegali
Auskultasi : S1S2 reguler, bising (-), gallop (-)
Pulmo
Inspeksi : Simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi :SD : Vesikuler
ST : Tidak ada
f. Abdomen (Status Obstetrik) :
a) Pemeriksaan Luar
1) Inspeksi : Perut tampak membesar tidak sesuai usia kehamilan
2) Auskultasi : DJJ (+) 130x/menit
3) Palpasi : perut bulat, TFU 21 cm
Leopold I : TFU setinggi pusat, teraba bagian lunak (bokong)
Leopold II : bagian kanan teraba punggung (puka)
Leopold II : teraba bagian keras (kepala)
Leopold IV : kepala belum masuk panggul (konvergen)
Ekstremitas : Edema kedua tungkai bawah (+), Varises (-)
DIAGNOSA KERJA
Preeklamsi Berat pada Wanita G5P1A3
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TINJAUAN PUSTAKA
PREEKLAMPSIA
1. Definisi
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai
dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi
sistemik dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Diagnosis preeklampsia
ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang disebabkan kehamilan
disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20
minggu.
2. Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai sekarang belum dapat diketahui dengan pasti.
Banyak teori-teori dikemukakan tetapi belum ada yang mampu memberi jawaban
yang memuaskan tentang penyebabnya. Faktor- faktor yang saat ini dianggap
penting mencakup:
1. Implantasi plasenta disertai invasi trofoblastik abnormal pada pembuluh
darah uterus
2. Toleransi imunologis yang bersifat maladaptif diantara jaringan
maternal, paternal (plasental) dan fetal
3. Maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskular atau
inflamatorik yang terjadi pada kehamilan normal
4. Faktor- faktor genetik, termasuk gen predisposisi yang diwariskan, serta
pengaruh epigenetik
Penyakit preeklampsia lebih sering ditemukan pada wanita hamil yang:
1. Terpajan vili korialis untuk pertama kali
2. Terpajan vili korialis berlebihan (hiperplasentosis) misalnya pada
kehamilan kembar atau molahidatidosa
3. Mempunyai dasar penyakit ginjal atau kardiovaskular
4. Mempunyai riwayat preeklampsia/eklampsia dalam keluarga
3. Patofisiologi
Pada keadaan hipertensi dalam kehamilan, oleh karena suatu proses tertentu
seperti kekakuan arteri spiralis, tidak terjadi invasi menyeluruh sehingga sebagian
arteriola masih memiliki endotel dan lapisan muskularnya dan tidak mengalami
pelebaran diameter. Oleh karena itu, aliran darah uteroplasental menurun dan timbul
vasospasme yang berujung pada iskemia bagian distal dari arteriola tersebut.
Vasospasme bersama dengan faktor imunologi maupun radikal bebas akan
menyebabkan jejas endotel, yang kemudian akan menimbulkan ketidakseimbangan
antara kadar vasokonstriktor (endotelin, tromboksan, angiotensin) dan vasodilator
(nitrioksida, prostasiklin) serta gangguan sistem pembekuan darah sehingga
menyebabkan pelepasan zat- zat vasoaktif yang berujung pada timbulnya sindrom
preeklampsia
Ness dan Roberts (1996) dan Redman dkk (2008) memperkenalkan teori 2 tahap untuk
menjelaskan:
Vasospasme
Stress Oksidatif
Sindrom Preeklampsia
1. Tahap 1: disebut juga tahap preklinik. Pada tahap ini, disebabkan oleh
kegagalan invasi trofolas sehingga gangguan remodeling arteri spiralis/ arteri uterina
yang menyebabkan vasospasme dan hipoksia
2. Tahap 2: disebut juga tahap klinik, tahap ini disebabkan oleh stress oksidatif
dan pelepasan factor plasenta kedalam sirkulasi darah ibu yang mencetuskan respon
inflamasi sistemik dan aktivasi endotel. Disfungsi endotel akan ditandai oleh
peningkatan zat konstriktor, penurunan zat dilator, peningkatan permeabilitas kapiler
dan gangguan sistem pembekuan darah yang merupakan stadium klinik sindrom
preeklampsia. Tahap dua ini sangat dipengaruhi oleh factor penyakit ibu seperti
jantung dan ginjal, DM, kegemukan.
5. Hati gangguan fungsi hati, peninggian kadar enzim hati, icterus, edema,
perdarahan dan regangan kapsul hati
4. Edema paru
1. Tekanan darah sekurang- kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg
diastolic pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit dengan menggunakan lengan
yang sama
5. Edema paru
5. Tatalaksana
1. Preeklampsia Ringan
• Evaluasi gejala maternal dan gerakan janin setiap hari oleh pasien
• Evaluasi USG dan kesejahtraan janin secara berkala (dianjurkan dua kali dalam
seminggu)
• Jika didapatkan tanda- tanda PJT, evaluasi dengan Doppler terhadap arteri umbilikal
2. Preeklampsia Berat
Pengobatan preeklampsia berat dapat ditangani secara ekspektatif maupun aktif. Pada
perawatan ekpektatif kehamilannya dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal
yakni apabila kehamilan kurang dari 34 minggu dengan syarat kondisi ibu dan janin stabil.
Perawatan ekspektatif dilakukan difasilitas kesehatan yang adekuat dengan tersedia
perawatan intensif bagi maternal dan neonatal, sedangkan perawatan aktif kehamilannya
segera diterminasi setelah pengobatan medisinal.
Pengobatan Medisinal
1. Obat antikejang
Terapi pilihan pada preeklampsia adalah magnesium sulfat, dapat diberikan terus menerus per
i.v atau berkala per i.m
• Dosis awal:
4 gram MgSO4 20% (20cc) dilarutkan dalam 100cc cairan renger laktat selama 15- 20 menit
i.v
• Dosis pemeliharaan:
6 gram MgSO4 20% dalam 500cc ringer laktat dengan kecepatan 1-2 gram per jam
Pemberian im berkala:
• Dosis awal:
• Dosis pemeliharaan:
4 gram MgSO4 40% (10cc) i.m setiap 4 jam, tambahkan 1cc lidokain 2% setiap pemberian
i.m untuk mengurangi nyeri dan panas.
• Harus tersedia antidotum yakni kalsium glukonas 10% (1 gr dalam 10cc diberikan
bolus dalam 10 menit)
PEMBAHASAN
Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg
diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama.
Definisi hipertensi berat adalah peningkatan tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg
sistolik atau 110 mmHg diastolik. Pengukuran sebaiknya menggunakan tensimeter air raksa,
namun apabila tidak tersedia dapat menggunakan tensimeter jarum. Proteinuria ditetapkan
bila ekskresi protein di urin melebihi 300 mg dalam 24 jam atau tesurin dipstik > positif 1.
Menurut American College of Obstetrics and Gynecology, diagnosis dibuat jika tekanan
darah >140/90 mmHg pada dua kali pengukuran disertai proteinuria >300 mg/ hari. Edema,
yang merupakan gambaran klasik preeklampsia, tidak lagi digunakan sebagai dasar diagnosis
karena sensitivitas maupun spesifisitasnya rendah. Pada 20% kasus tidak ditemukan
proteinuria ataupun hipertensi. Pemeriksaan laboratorium, seperti tes fungsi hepar,
pemeriksaan protein urin, dan kreatinin serum dapat membantu mengetahui derajat kerusakan
target organ, tetapi tidak ada yang spesifik untuk diagnosis preeklampsia.
Teori Kasus
Hipertensi dalam kehamilan tekanan TD 160/110 mmHg
darah melebihi batas normal sekurang - Pusing, pandangan kabur dan
kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 nyeri ulu hati disangkal
mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan Tidak ada riw. HT saat tidak
berjarak 4-6 jam pada wanita yang hamil, pada kehamilan dan pasca
sebelumnya normotensi. salin sebelumnya.
Hipertensi gestasional HT tanpa Dilakukan px protein urin +3
proteinuria yang timbul setelah kehamilan
20 minggu dan menghilang setelah
persalinan.
Preeklamsia HT timbul setelah 20
minggu kehamilan disertai proteinuria
PER TD ≥ 140/90 mmHg , tes celup
urin proteinuria +1/ px protein
kuantitif menunjukkan hasil > 300 mg/24
jam
PEB TD >160/110 mmHg, proteinuria
≥ +2 / px urin kuantitatif > 5g/24 jam
Atau disertai keterlibatan organ lain :
Trombositopenia (<100.000sel/uL),
hemolisis mikroangiopati
Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri
abdomen kuadran kanan atas
Sakit kepala, skotomapenglihatanb
Ertumbuhan janin terhambat,
oligohidramnion
Edema paru dan/atau gagal jantung
kongestif
Oliguria (<500 ml/24jam), kreatinin
> 1,2 mg/dl
BAB IV
KESIMPULAN