Anda di halaman 1dari 5

ANEMIA

February 23, 2017

Anemia yaitu penurunan kadar hemoglobin(Hb), hematokrit atau hitung eritrosit(red cell count)
berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.Oleh karena itu dalam
diagnosis anemia tidak hanya cukup, hanya sampai kepada label anemia tetapi harus dapat ditetapkan
penyakit dasar yang menyebabkan anemia tersebut.(sudoyu aru)
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri(disease entity), tetapi juga merupakan gejala
berbagai macam penyakit dasar(underlying disease).
Gambaran lebih rinci tentang etiologi anemia sebagai berikut:
Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
 Kekurang bahan esensial pembentukan eritrosit
1. Anemia defisiensi besi
2. Anemia defisiensi asam folat
3. Anemia defisien vitamin B12
 Gangguan penggunaan(utilisasi) besi
1. Anemia akibat penyakit kronik
2. Anemia sideroblastik
 Kerusakan sumsum tulang
1. Anemia aplastik
2. Anemia mieloptisik
3. Anemia pada keganasan hematologi
4. Anemia diseritropoietik
5. Anemia pada sindrom mielodisplastik
Anemia akibat kekurang eritropoietin: anemia pada gagal ginjal kronik
Anemia akibat hemarogi
1. Anemia pasca perdarahan akut
2. Anemia akibat pendarahan kronik

Anemia hemolitik
 Anemia hemolitik intrskopudkular
- Gangguan membran eritrosit(membranopati)
- Gangguan ensim eritrosit(enzimitasi): anemia akibat defisiensi G6PD
- Gangguan hemoglobin(hemoglobinopati)

1. Thalassemia
2. hemoglobinopati struktural: HbS, HbE, dll

Anemia hemolitik ekstrakorpuskular


- Anemia hemolitik autoimun
- Anemia hemolitik mikroangiopatik
- Lain-lain
Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis yang komplek
Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi
 Anemia hipokromik mikrosister, bila MCV kurang80 fl dan MCH kurang27 pg
- Anemia defesiensi besi
- Thalassemia major
- Anemia akibat penyakit kronik
- Anemia sideroblastik
 Anemia normokromik normositer, bila MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg
- Anemia paska pendarahan akut
- Anemia aplastik
- Anemia akibat penyakit kronik
- Anemia hemolotik didapat
- Anemia pada gagal ginjal kronik
- Anemia pada sindrom mielodisplastik
- Anemia pada keganasan hematologik
 Anemia maskrosister, bial MCV 80-95>95fi
1. Bentuk megaloblastik
- Anemia defisiensi asam folat
- Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa
2. Bentuk non-megaloblastik
- Anemia pada penyakit hati kronik
- Anemia pada hipotiroidisme
- Anemia pada sindrom mielodisplastik

Minifestasi klinis
1. Manifestasi klinis yang sering muncul
- Pusing
- Mudah berkunang-kunag
- Lesu
- Aktivitas kurang
- Rasa mengantuk
- Susah konsentrasi
- Cepat cape
- Prestasi kerja fisikatau pikiran menurun
2. Gejala khas masing-masing anemia:
- Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisien besi.
- Ikterus, urin berwarna kuning tua/coklat, perut mrongkol/makin buncit pada anemia hemolitik.
- Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan.
3. Pemeriksaan fisik
- Tanda-tanda anemia umum: pucat, takhikardi, pulsus celer, suara pembuluh darah spontan, bising
sistolik anorganik, perbesaran jantung.
- Manisfestasi khusus pada anemia:
a. Defisiensi besi: spoon nail glosistis
b. Defisiensi B12: paresis, ulkus di tungkai
c. Hemoliti: ikterus, splenomegali
d. Aplastik: anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi

Pemeriksaan penunjang:
 Pemeriksaan laboratorium
a. Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.Dengan pemeriksaan
ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut.
b. Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trombosit, lalu endap darah(LED), dan hitung
retikulosit.
c. Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai keadaan sistem
hematopoesis.
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk mengonfirmasikan dugaan diagnosis
awal yang memiliki komponen berikut ini:
- Anemia megaloblastik: asam folat darah/ertrosit, vitamin B12.
- Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, atau elektroforesis Hb.
- Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pada pemeriksaan sitokimia.
 Pemeriksaan harus laboratorium nonhematologis: faal ginjal, faal endokrin, asam urat, faal
hati, biakan kuman.
 Radiologi: torak, bone survey, USG, atau linfangiografi.
 Pemeriksaan sitogenetik.
 Pemeriksaan biologi molekuler(PCR=polimerase chain raction, FISH= fluorescence in situ
hybridization).
Masalah yang lazim muncul
 Ketidakefektifan pola nafas b.d sindrom hipoventilasi, penurunan transfer oksigen keparu.
 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai
oksigen berkurang
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kubutuhan tubuh b.d intake yang kurang, anoreksia.
 Nyeri akut b.d perubahan frekuensi jantung.
 Defisit keperawatan diri b.d kelemahan fisik.
 Resiko infeksi b.d penurunan hemoglobin.
 Inteloransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, proses
metabolisme yang terganggu.

Discharge Planing
 Menjalani diet dengan gizi yang seimbang.
 Asupan gizi besi yang terlalu berlebihan bisa membahayakan yang menyebabkan sirosis,
kardiomiopati, diabetes, dan kanker jenis tertentu.
 Makan-makanan yang tinggi asam folat dan vitamin B12 seperti ikan, produk susu, daging
dan kacang-kacangan.
 Batasi minum alcohol dan pada ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi suplemen asam
folat untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi asam folat.
 Pastikan untuk menggunakan sepatu atau sendal untuk menghindari resiko kecacingan.
 Hindari pemeparan berlebihan terhadap minyak, insektisida, zat kimia dan zat toksik lainnya.
 Konsultasi kembali jika gejala anemia menetap dan untuk mengetahui factor penyebab.
 Ajarkan kepada orang tua tentang cara-cara melindungi anak dari infeksi.
 Kenali tanda-tanda komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai