Anda di halaman 1dari 13

1.

PENDAHULUAN

Hepatitis B merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) yang menyerang
hati dan menyebabkan penyakit akut dan kronik (WHO). Hepatitis B dapat menular melalui
cairan tubuh penderita. Pada bayi, infeksi virus dapat ditularkan melalui ibu dari penderita
hepatitis B saat melahirkan (hpsc). Pada ibu yang telah terdiagnosis hepatitis B harus dilakukan
penanganan khusus untuk bayi agar bayi tidak terjangkit penyakit hepatitis B (who). Pemberian
vaksin diwajibkan untuk seluruh bayi yang baru lahir agar mengurangi angka penderita hepatitis
B (kapsel).

2. DEFINISI

Hepatitis B merupakan penyakit yang disebabkan oleh Virus hepatitis B (VHB) yang
menyebabkan infeksi pada organ hati. Virus ini ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh
atau darah dari orang yang terinfeksi VHB. Perlangsungan hepatitis B selama kurang dari 6
bulan disebut hepatitis akut dan lebih dari 6 bulan disebut hepatitis kronik (pedoman diagnosis
IDI). Manifestasi dari hepatitis B akut dapat berupa sakit ringan hingga sakit berat yang
membutuhkan perawatan di rumah sakit. Beberapa penderita dapat sembuh tanpa terapi khusus.
Orang yang sudah terkena VHB memiliki imunitas terhadap virus tersebut sehingga kecil
kemungkinan untuk terinfeksi kembali (cdc). Hepatitis B kronik merupakan infeksi yang
berlangsung lama. Resiko terjadinya infeksi kronik bergantung dari umur penderita saat
terinfeksi. Sekitar lebih dari 90% bayi yang terinfeksi VHB akan berlanjut menjadi hepatitis B
kronik. Sebaliknya pada orang dewasa, 5% dari penderita hepatitis B akan jatuh menjadi infeksi
kronik. Komplikasi dari Hepatitis B kronik adalah sirosis, kanker hati, hingga menyebabkan
kematian (cdc).

3. INSIDENS

Sebanyak 2 juta orang di seluruh dunia terinfeksi virus ini, dengan 450 juta mengalami infeksi
krnonik. Sebanyak 500 juta hingga I juta pasien dengan hepatitis B meninggal setiap tahunnya.
Hepatitis B menyumbang 80% dari penyebab terjadinya karsinoma hepatoseluler primer dan
menduduki peringkat kedua setelah rokok sebagai penyebab kanker. Prevalensi hepatitis B
paling banyak berada di wilayah Afrika sub-sahara dan asia tengah yaitu terdapat 5-10%
penduduk mengalami infeksi kronis. Sebanyak 15-25% pasien dengan infeksi kronik hepatitis B
meninggal akibat penyakit hati kronik yang disebabkan oleh virus hepatitis B. pasien yang
terinfeksi VHB pada awal kehidupan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk
mengalami infeksi kronik VHB, dibandingkan dengan pasien yang terinfeksi pada saat anak-
anak atau pun dewasa muda. (ipd)

4. ETIOLOGI

Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B. virus ini memiliki envelope dan merupakan
kelompok virus DNA. VHB masuk ke dalam famili hepadnaviridae. Struktur dari virus ini
memiliki bentuk sirkular dengan 3200 pasang basa (who) (konsensus). Klasifikasi VHB terbagi
menjadi genotipe A-J. Di Indonesia, genotipe terbanyak adalah tipe B (55%), tipe C (26%), tipe
D (7%) dan tipe A (0.8%) (kapsel). Produk dari VHB terdiri atas selubung (HBsAg), protein
nukleokapsid (HBcAg), protein nukleokapsid lainnya (HBeAg) serta protein X dan enzim
polimerase. (kapsel)

5. FAKTOR RESIKO

VHB ditemukan di seluruh hasil sekresi dan ekskresi cairan tubuh penderita. Maka dari itu darah,
semen, dan cairan vagina dari tubuh penderita menjadi faktor resiko penularan dari virus ini.
VHB dapat ditularkan melalui darah dan cairan tubuh penderita ke paparan jaringan kulit atau
mukosa orang sehat. VHB menyebar melalui transmisi vertikal yaitu antara ibu penderita dan
bayi (Infeksi perinatal) dan transmisi horizontal yaitu kontak langsung dengan cairan tubuh
penderita melalui hubungan seksual, penggunaan jarum suntik bergantian, transfusi darah yang
tidak dilakukan pemeriksaan, akupuntur, penggunaan tato, dan alat medis (hpsc). Hepatitis B
tidak menyebar melalui ASI, berpelukan, batuk, atau bersin (cdc). Hepatitis B dapat menular
melalui pasien dengan HbsAg yang negatif tetapi antiHbc positif (ipd). VHB dapat bertahan
dalam lingkungan bebas selama 7 hari dan 100 kali lebih infeksius dibandingkan HIV (hpsc).
VHB merupakan virus yang memiliki ukuran yang besar sehingga tidak dapat melewati plasenta,
karenanya VHB tidak dapat menginfeksi janin kecuali jika selaput janin ibu rusak misalnya
karena amniosentesis. Namun ibu hamil dapat tetap menularkan virusnya ke bayi pada saat
melahirkan. Jika bayi tidak diberikan vaksin HBIG, kebanyakan bayi akan mengalami infeksi
VHB kronik, dan dapat berlanjut menjadi kegagalan pada hati atau kanker hati (who).

Gambar 1. Hubungan usia dengan infeksi kronik hepatitis B

6. PERJALANAN PENYAKIT HEPATITIS B

Masa inkubasi dari VHB adalah 75 hari (rentang waktu 30-180 hari) (kapsel). Penderita yang
telah terinfeksi oleh VHB akan memberikan dua manifestasi klinis, diantaranya: (1) hepatitis
akut yang dapat sembuh secara spontan dan membentuk kekebalan terhadapa penyakit Hepatitis
B, atau (2) berlanjut menjadi infeksi kronis (konsensus).

Setelah masa inkubasi, penderita masuk ke dalam periode prodormal, dengan gejala
konstitusional, berupa malaise, anoreksia, mual, muntah. Sebagian pasien akan mengalami nyeri
abdomen kuadran kanan atas atau nyeri epigastrium intermiten yang ringan sampai moderat.
Demam lebih jarang terjadi pada pasien dengan infeksi hepatitis B dan D, bila dibandingkan
dengan infeksi hepatitis A dan E, namun demam dapat terjadi pada pasien dengan serum
sickness-like syndrome, dengan gejala berupa demam, kemarahan pada kulit, artralgia, dan artitis.
serum sickness-like syndrome terjadi pada 10-20% pasien. Gejala diatas umumnya terjadi pada
1-2 pekan sebelum terjadi ikterus. Sekitar 70% pasien mengalami hepatitis subklinis atas
hepatitis anikterik. Hanya 30% pasien yang mengalami hepatitis dengan ikterus. Pasien dapat
mengalami hepatitis ensefalopati hepatikum dan kegagalan multiorgan bila terjadi gagal hati
fulminan.

Gejala klinis dan ikterus biasanya hilang setelah 1-2 bulan, tetapi sebagian pasien dapat
mengalami kelelahan meskipun kadar trasnaminase seru telah mencapai kadar normal. Kelainan
fisik yang sering ditemui adalah demam dengan suhu yang tidak terlalu tinggi, ikterus, dan
hepatomegali ringan. Splenomegali dapat dijumpai pada 5-15% kasus. Limfadenopati ringan
dapat terjadi. Selain itu, palmar eritema atau spider nevi dapat dijumpai meskipun jarang (ipd).

Pada hepatitis B akut, periode antara hilangnya HbsAg dan munculnya anti-Hbs dikenal dengan
periode jendela atau window period. Pada periode ini, HbeAg negatif dan DNA VHB biasanya
tidak terdeteksi. Penanda satu-satunya yang positif adalah IgM anti-Hbc, suatu antibodi terhadap
hepatitis B core. Sehingga IgM anti-Hbc merupakan penanda serologis paling penting pada
hepatitis B akut, IgM anti-HBc biasanya bertahan 4-6 bulan selama hepatitis B akut, dan jarang
persisten sampai 2 tahun. Meskipun IgM anti-HBc merupakan penanda hepatitis B akut, penanda
tersebut dapat juga positif selama hepatitis B kronik yang mengalami eksaserbasi akut. IgG anti-
Hbc merupakan penanda paparan hepatitis B. penanda tersebut positif baik pada hepatitis B
kronik dan pasien yang telah sembuh dari hepatitis B akut. Pada kasus pasien yang telah sembuh
dari hepatitis B akut, biasanya penanda tersebut disertai dengan adanya anti-HBs yang positif.
(ipd)

Peningkatan ALT dan AST sampai 1000-2000 IU/L sering dijumpai, dimana ALT lebih tinggi
dari AST. Peningkatan kadar bilirubin biasanya muncul setelah peningkatan ALT. peningkatan
kadar ALT puncak tidak berkolerasi dengan prognosis. Karena faktor pembekuan mempunyai
waktu paruh yang singkat (6 jam untuk faktor VII), waktu protrombin merupakan indikator yang
paling baik. Leukopenia ringan dengan limfositosis relatif sering dijumpai. Pada pasien yang
sembuh, ALT biasanya kembali normal setelah 1-4 bulan diikuti kadar bilirubin yang menjadi
normal. (ipd).

Pada kasus infeksi VHB kronis, HBsAg ditemukan menetap minimal selama enam bulan.
Hepatitis B kronis tidak dapat dieradikasi karena ada molekul covalently closed circular DNA
(cccDNA) yang permanen di dalam nukleus hepatosit terinfeksi. Selain itu VHB memiliki enzim
reverse transcriptase untuk replikasi sehingga untaian genom VHB dapat menyatu dengan DNA
hepatosit sehingga berpotensi menyebabkan transformasi karsinogenik (kapsel). Pasien yang
terkena infeksi kronis mengalami 4 fase dalam perjalanan penyakitnya, yaitu fase immune
tolerant, fase immune clearance , fase pengidap inaktif, dan fase reaktivasi. Pada fase immune
tolerant didapatkan kadar DNA VHB tinggi dan jumlah alanin aminotransferase (ALT) yang
normal. Sementara itu pada fase immune clearance nilai ALT dan DNA VHB meningkat karena
fase ini merupakan fase dimana sistem kekebalan tubuh bekerja melawan virus. Pasien kemudian
berkembang menjadi fase pengidap inaktif ditandai dengan DNA VHB yang rendah (<2000
IU/ml), nilai ALT normal, dan kerusakan hati minimal. Beberapa pasien selanjutnya dapat
mengalami fase reaktivasi yaitu DNA VHB mencapai >2000 IU/ml dan kembali terjadi inflamasi
pada organ hati (konsensus).

Tabel 1. Perjalanan Hepatitis B Kronis


Fase HBeAg Kadar DNA VHB Histologi hati
ALT
Immune Positif Normal >20.000 Normal
Tolerant IU/ml
Immune Positif/ Negatif Meningkat >2.000 IU/ml Inflamasi/fibrosis derajat ringan-
clearance sedang
Pengidap Negatif Normal <2.000 IU/ml perbaikan
inaktif
reaktivasi Positif/Negatif Meningkat >2.000 IU/ml Inflamasi terjadi kembali

7. TANDA DAN GEJALA

Pada kebanyakan anak yang menderita hepatitis B kelainan pada hati jarang terjadi. Namun virus
ini berkembangbiak perlahan di dalam tubuh yang mennyebabkan kerusakan yang perlahan dan
progresif pada jaringan hati. Fase ini disebut fase karier kronik. Walaupun seseorang dengan
VHB di hati dan darah, tidak didapat gejala dari penyakit ini. Kebanyakan anak yang terinfeksi
VHB dari ibu pada saat lahir akan menjadi karier kronik. Gejala muncul setelah 25 sampai 180
hari setelah teinfeksi VHB. Tanda dan gejala yang paling banyak muncul diantaranya :

a. Kulit dan sklera mata berubah menjadi warna kuning (jaundice)


b. Keletihan selama beberapa pekan hingga bulan
c. Nyeri abdomen di kanan atas (daerah hati)
d. Hilang nafsu makan
e. Mual atau muntah
f. Nyeri sendi
g. Demam subfebril
h. Urin berwarna gelap dan tinja berwarna pucat
i. Gatal yang tersebar luas
j. ruam

Gambar 2. Hubungan waktu dan temuan laboratorium hepatitis B

8. DIAGNOSIS

Diagnosis hepatitis B pada anak meliputi beberapa pemeriksaan untuk mengetahui fase dari
perjalanan hepatitis B yaitu apakah infeksi akut, infeksi kronik, atau reaktivasi. Pemeriksaan
yang dilakukan diantaranya:

a. Kadar albumin
b. Tes fungsi hati
c. Prothrombin time
d. Biopsi hati
e. USG abdomen
f. Tumor marker seperti alpha fetoprotein

Pemeriksaan ini juga bertujuan untuk mengetahui viral load dari VHB di dalam darah.
Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan untuk evaluasi setelah dilakukan terapi (Medline)

Tabel 2. Pertanda serologis Hepatitis B

Sumber : PPM IDAI 2009

9. TATALAKSANA

Hepatitis B akut tidak memerlukan terapi khusus. Sistem kekebalan tubuh anak akan bekerja
melawan virus. Jika tidak terdapat tanda dan gejala dari hepatitis B setelah 6 bulan, anak akan
sembuh secara total. Setelah anak terinfeksi, diharapakan peran dari orangtua membantu
mencegah terjadinya infeksi berulang.

Hepatitis B kronik membutuhkan pengobatan khusus. Tujuannya untuk menghilangkan gejala,


mencegah penyebaran virus, dan mencegah penyakit hati yang lebih parah. Pastikan anak

a. Istirahat total
b. Minum banyak cairan
c. Konsumsi makanan bergizi

Pengobatan dianjurkan menggunakan obat anti virus. Obat ini mengurangi atau mematikan VHB
di dalam darah.
a. Interferon alpha-2b (intron A)
Rekomendasi dosis yang digunakan untuk mengobati anak usia 2 tahun keatas adalah 5-10
juta unit/m2 subkutan 3 kali seminggu untuk 24 pekan. Efektivitas dari IFN sekitar 20-40%
dengan keampuhan IFN berkisar antara 20-40% dengan tingkat respons yang meningkat pada
pasien dengan infeksi menular secara horizontal dan pada pasien dengan peningkatan kadar
ALT.
b. Pegylated interferon alpha
Obat ini merupakan obat dengan penambahan polyethylene glycol (PEG) setengahnya. Obat
ini memiliki waktu paruh yang lebih panjang dan mengurangi frekuensi injeksi yaitu 1 kali
seminggu dibandingkan 3 kali seminggu. Namun obat ini belum disetujui untuk dijadikan
medikasi untuk anak tetapi sekarang ini sedang dalam tahap uji coba. Percobaan yang
dilakukan pada orang dewasa yang memiliki kadar HBeAg yang tinggi dilakukan pengobatan
selama 48 pekan memperlihatkan bahwa obat ini aman untuk dikonsumsi.
Efek samping dari IFN alpha dan PEG-IFN sama, diantaranya:
- Demam
- Flue like syndrome
- Penekanan sumsum tulang
- Gejala gastrointestinal
- Penyakit tiroid autoimun
- Efek neuropsikiatri, terutama depresi
c. Oral Nucleos(t)ide Analog (NAs)
Dibandingkan dengan IFN, NAs memiliki efek samping yang sedikit. Namun obat ini tidak
memiliki batas penggunaan. Sementara penggunaan obat antivirus dalam jangka lama
menyebabkan mutasi dan virus menjadi resisten, sehingga penggunaan obat ini dibatasi.
Belakangan ini perizinan dari NAs terbaru yang memiliki barrier terhadap resistensi
menandakan obat ini dapat digunakan sebagai pilihan lini pertama untuk digunakan pada
anak dan dewasa.
Pasien hepatitis B kronik yang mendapatkan terapi NAs penting untuk dilakukan pemantauan
untuk membasmi virus setiap 3 bulan selama pengobatan dengan adaptasi awal jika ada
respon terhadap virus. Sebagai tambahan, dianjurkan melakukan pemantauan dari respon dan
relapse virus setelah obat dihentikan. Belum ada penetapan atas durasi penggunaan obat NA,
namun dianjurkan melanjutkan terapi selama 12 bulan setelah DNA dari VHB tidak
terdeteksi.
d. Lamivudine
Lamivudine merupakan Nukleoside analog oral yang diizinkan untuk mengobati pasien anak
diatas 3 tahun. Dosis yang direkomendasikan adalah 3 mg/kg/hari (dosis maksimal 100
mg/hari), diminum 1 kali sehari. Dalam pengkajian secara acak pada pasien dengan HBeAg
positif menggunakan obat placebo, respon virus (serokonversi HBeAg dan level DNA VHB
yang tidak terdeteksi) tercapai 23% setelah 52 pekan pengobatan, dimana meningkat menjadi
35% pada anak yang kadar ALT tinggi saat mulai terapi.
e. Adefovir dipivoxil
Adefovir (ADV) merupakan analog parine yang disetujui untuk mengobati anak dengan usia
diatas 12 tahun. Obat ini menghambat replikasi virus dengan cara berikatan dengan DNA
polimerase. Dalam suatu pengkajian secara acak pada suatu percobaan, respon virus
mencapai 23% pada kelompok anak usia 12-18 tahun. Tidak ada perbedaan secara statistik
yang signifikan dibandingkan dengan placebo dilaporkan pada kelompok usia yang lebih
muda. ADV merupakan pada dasarnya cukup dapat ditoleransi. Kejadian nefrotoksik
dilaporkan pada orang dewasa tapi bukan anak dan dapat berulang jika terapi dihentikan
secara tiba-tiba. Resistensi virus dari ADV lebih rendah dibandingkan lamivudine. Namun
dilaporkan 30% pasien mengalami resisten virus dalam 5 tahun terakhir.
f. Entecavir
Entecavir merupakan analog karboksilat 2’deoksiguanosine dan merupakan inhibitor selektif
dari replikasi VHB secara in vitro. Obat ini telah disetujui untuk terapi pada pasien hepatitis
B kronik pada pasien usia 16 tahun tahun keatas. Dosis yang dianjurkan adalah 0.5 mg 1 kali
sehari.
Entecavir telah terbukti pada orang dewasa lebih efektif dibandingkan lamivudine dan ADV
dalam mengobati pasien dengan HBeAg positif dan HBeAG negatif pada hepatitis B kronik.
Entecavir mempunyai pertahanan terhadap resisten virus dengan hanya 0.4% jumlah
resistensi dilaporkan pada studi dengan sampel orang dewasa. Pengobatan yang
direkomendasikan adalah 1mg/hari.
g. Telbivudine
Telbivudine merupakan analog nukleosida yang ampuh sebagai obat antivirus. Tingkat
resistensinya lebih rendah dari lamivudine tapi lebih tinggi dari ADV. Percobaan fase 1
sedang berlangsung untuk menilai keamanan dari telbivudine pada anak dengan hepatitis B
kronik.
h. Tenofovir.
Tenofovir disoproxil fumarate (TDF) merupakan analog nukleosida dengan aktivitas
melawan DNA polimerase VHB. Obat ini dapat digunakan pada anak usia diatas 12 tahun .
studi pada orang dewasa memperlihatkan bahwa TDF lebih unggul dibandingkan dengan
ADV dalam pengobatan pada pasien dengan pasien HBeAg positif dan HBeAg negatif. Pada
studi belakangan ini penilaian terhadap efektivitas dan toleransi terhadap tenofovir pada
orang dewasa dengan hepatitis B kronik, tenofovir terlihat lebih efektif dan dapat ditoleransi.
Supresi dari virus dapat dicapai pada 89% pengobatan pada orang dewasa dibandingkan
dengan 05 pada grup yang menggunakan placebo. Tidak seperti entecavir, tenofovir efektif
melawan resistensi terhadap lamivudine.
i. Terapi kombinasi
Penggunaan obat kombinasi harus memiliki efek yang sinergis dan memiliki cara kerja yang
berbeda. Kombinasi dari NAs tidak lebih efektif dibandingkan terapi dengan NA tunggal dan
dapat memiliki efek antagonis. (disease liver)
Pemilihan obat yang digunakan selalu penuh pertimbangan. Anak yang menderita hepatitis B
kronik akan mendapatkan pengobatan apabila
a. Fungsi hati memburuk
b. Organ hati memberikan tanda kerusakan dalam jangka lama
c. Kadar VHB dalam darah tinggi (medline)

Penatalaksanaan di pelayan primer meliputi:


a. Asupan kalori dan cairan yang adekuat
b. Tirah baring
c. Pengobatan simptomatik (penuntun diagnosis)

Setelah itu rencana tindak lanjut berupa kontrol secara berkala untuk menilai hasil pengobatan.
Perujukan ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dilakukan apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Penegakan diagnosis dengan pemeriksaan laboratorium di pelayanan kesehatan sekunder
b. Penderita hepatitis B dengan keluhan ikterik yang menetap disertai keluhan yang lainnya

Edukasi kepada pasien dapat diberikan diantaranya:


a. Memberikan edukasi kepada keluarga untuk ikut mendukung pasien agar teratur minum obat
karena pengobatan jangka panjang
b. Pada fase akut, keluarga ikut menjaga asupan kalori dan cairan yang adekuat. Dan membatasi
aktivitas fisik pasien.
c. Pencegahan penularan kepada anggota keluarga meliputi modifikasi pola hidup untuk
mencegah transmisi.

10. PROGNOSIS

Kebanyakan dari penderita dapat sembuh dari hepatitis B dan tidak terkena infeksi kronik.
Walaupun demikian, beberapa anak sulit untuk menghilangkan VHB dari tubuhnya. Anak yang
lebih mudah cenderung jatuh menjadi hepatitis B. Hampir semua bayi baru lahir dan sebagian
anak yang terkena hepatitis B akan berlanjut menjadi kronik. Penyakit ini tidak akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembagan dari anak. Pemantauan ketat sangat penting untuk
manajemen terapi dari anak. Anak yang terkena hepatitis B juga harus dicegah agar tidak
menularkan penyakitnya kepada orang dewasa. (medline)

11. KOMPLIKASI

Infeksi hepatitis B dapat berlanjut menjadi inflamasi kronik, fibrosis, sirosis, dan karsinoma
hepatoseluler. Pada pasien carrier yang kadar HbsAg positif dalam jangka waktu lama biasanya
kadar HBe-Ag negatif dan tidak mempunyai manifestasi klinis, biokimia, atau kadar serologis
dari hepatitis yang aktif, kecuali jika terinfeksi virus hepatitis D (nelson).

12. PENCEGAHAN

Pencegahan terhadap infeksi virus hepatitis B dilakukan melalui vaksinasi. Pencegarahn infeksi
menggunakan imunisasi pasif yaitu pemberian immunoglobulin tidak mencegah infeksi,
melainkan mengurangi frekuensi penyakit klinis. Vaksinasi hepatitis B terdiri atas partikel
HbsAg yang tidak terglikolisasi, namun tetap tidak dapat dibedakan oleh tubuh dari HbsAg
natural, pemberian vaksinasi dibedakan menjadi pencegahan sebelum pajanan dan setelah
pajanan. Profilaksis sebelum pajanan terhadap infeksi virus hepatitis B pada umumnya diberikan
kepada anak yang berumur dibawah 18 tahun yang belum mendapatkan vaksinasi. (ipd)
Pemberian dilakukan secara intramuskular dei daerah deltoid, sebanyak 3 kali, pada 0, 1, dan 6
bulan, dengan dosis bervariasi. Pemberian vaksinasi dimulai dari anak-anak pada daerah
hiperendemis, seperti asia, menurunkan 10-15 tahun infeksi hepatitis B dan komplikasinya.
Vaksinasi hepatitis B dapat melindungi 80-90% pasien selama sekurang-kurangnya 5 tahun dan
60-80% selama 10 tahun. Booster tidak direkomendasikan untuk diberikan secara rutin, kecuali
dengan pasien immunokompromais. (ipd). Anak yang tidak mendapatkan vaksin harus diberikan
catch up dose. (medline).
Vaksinasi pasca pajanan terhadap hepatitis B merupakan kombinasi antara HBIG (hepatitis B
Immunoglobulin G) dan vaksine hepatitis B. keduanya memiliki tujuan masing-masing, yaitu
HBIG untuk mencapai titer anti-Hbs yang tinggi, dan vaksin hepatitis B untuk mencapai
imunitas yang bertahan lama.
Semua ibu hamil harus dilakukan skrining virus hepatitis B saat hamil. (medline). Jika ibu hamil
terkena infeksi akut atau kronik hepatitis B, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan
a. Bayi baru lahir harus diberikan vaksin hepatitis B yang pertama dan single dose dari
Immunoglobulin saat 12 jam pertama
b. Bayi harus melengkapi semua vaksin hepatitis B yang direkomendasikan selama 6 bulan
pertama
c. Beberapa ibu hamil akan mendapatkan obat untuk menurunkan kadar VHB dalam darah
(medline)

Tabel 3. Rekomendasi pemberian vaksin pada bayi baru lahir


Status hepatitis B ibu Pemberian vaksin pada anak
HBsAg HBcAg Anti-HBe HBV Vaksin HBV HBIG
DNA
+ + - +- Ya Ya
+ - - +- Ya Ya
+ Tidak Tidak Tidak Ya Ya
diketahui diketahui diketahui
+ - + >= 1 juta Ya Ya
IU/mL
+ - + < 1 juta Ya Tidak
IU/mL
- NT NT NT Tidak* Tidak
*vaksin tetap harus diberikan kepada bayi yang memiliki faktor resiko lain
NT: tidak perlu dilakukan pemeriksaan
Sumber: Disease liver bilier system

Anda mungkin juga menyukai