Anda di halaman 1dari 46

Low Back Pain ec Paraplegia ec Spondilitis TB

YUANITA TRI NAMIRAH C111 13 570


MUHAMMAD FIQHI AMIRUDDIN C111 13 576
NADIAH NUR FAIRUZ RAHARJA C111 13 022
Supervisor Pembimbing
dr. ASMAUN NAJAMUDDIN, Sp. KFR

DEPARTEMEN KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Nama : Ny. S
Identitas Jenis Kelamin : Perempuan
Pasien Usia : 48 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Walenna Barat, Palopo

Agama : Islam
Tgl Pemeriksaan : 26 Januari 2018
Rumah Sakit : RS. Wahidin Sudirohusodo
Keluhan utama: Nyeri Punggung Bawah
Anam Nyeri dirasakan sejak 2 bulan yang lalu, pasien tidak bisa berjalan dan tidak
dapat menggerakkan kedua kakinya. Diawali kaki sebelah kiri lalu pada kaki
nesis kanan. Pasien juga mengeluh tidak merasakan rangsangan yang diberikan
pada kedua tungkai. Pasien merasakan nyeri seperti berdenyut (nyut-
nyutan) saat batuk sehingga pasien sering merasa kesakitan. Keluhan lain
seperti demam ada ketika mulai nyeri punggung muncul. Sesak, nyeri dada,
mual dan muntah disangkal. Buang air besar dan buang air kecil
inkontinensia.

 Riwayat pasien sering mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti


memasak, mencuci, membersihkan rumah, dan juga menjaga kedua cucu
yang masih balita

Riwayat Keluarga :
 Riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya tidak ada.
 Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga tidak ada.
Pemeriksaan Fisis
Compos Mentis
Ambulansi tidak mandiri
Tidak dapat bejalan
Pengguna tangan kanan

TD : 110/ 80 mmHg
N : 91x / menit
PEMFIS Tanda P : 28 x / menit
S: 35,6 C
Vital

Lainnya
Pemeriksaan Fisis
Kepala : Mata :

Deformitas : Tidak ada Eksoftalmus : Tidak ada

Simetris muka : Simetris Konjungtiva : Anemis (-)

Rambut : Sukar dicabut Kornea : Refleks kornea (+)

Ukuran : Normocephal Enoptalmus : Tidak ada

Bentuk : Mesocephal Sklera : Ikterus (-)

Pupil : Isokor,

2,5 mm ODS
Pem. Telinga : Mulut :

Fisis Pendengaran : Dalam batas


normal
Bibir : Kering (-)

Otorrhea : Tidak ada Lidah : Kotor (-)

Tonsil : T1-T1,

Hidung : tidak hiperemis

Epistaksis : Tidak ada Faring : Tidak hiperemis

Rhinorrhea : Tidak ada


Pem. Leher : Dada :

Fisis KGB : Tidak ada


pembesaran
Bentuk : Simetris kiri sama
dengan kanan

Buah dada : Simetris kiri sama


DVS : R+1 cmH2O dengan kanan,
tidak ada kelainan
Kelenjar gondok : Tidak ada
pembesaran Sela iga : Simetris kiri sama
dengan kanan
Kaku kuduk : Tidak ada
Paru : Jantung :
Pem. Palpasi : Fremitus simetris Inspeksi : Ictus cordis tidak
kiri dan kanan tampak
Fisis Nyeri tekan (-)
Palpasi : Ictus cordis teraba,
Perkusi : Batas paru-hepar ICS thrill (-)
VI dekstra
Batas paru belakang Perkusi : Batas atas ICS II kiri
kanan Vert. Th. X Batas kanan lin.
Batas paru belakang kiri parasternalis dextra
Vert. Th. XI Batas kiri lin.
midclavicularis
Auskultasi : Bunyi napas vesikuler sinistra
Bunyi tambahan (-)
Aukultasi : BJ I/II murni, reguler
Murmur tidak ada
Abdomen : Ekstremitas :
Pem. Inspeksi : Datar, distensi (-) Tidak ada edema

Fisis Auskultasi : Peristaltik kesan


normal
Terdapat atrofi pada kedua
tungkai

Palpasi : Nyeri tekan


epigastrium(+)
Hepar dan lien tidak
teraba

Perkusi : Timpani (+) pada


keempat
kuadran abdomen
Nyeri ketok (+)
ROM MMT
Cervical
Flexion Full (0-450) 5

ROM Extension
Lateral Flexion
Full 0-450)
Full/Full (0-450)
5
5/5
Rotation Full/Full (0-600) 5/5
Trunk
Flexion Full (0-800) 5
Extension Full (0-300) 5
Lateral Flexion Full/Full (0-350) 5/5
Rotation Full/Full (0-450) 5/5
Shoulder
Flexion Full/Full (0-1800) 5/5
Extension Full/Full (0-600) 5/5
Abduction Full/Full (0-1800) 5/5
Adduction Full/Full (0-450) 5/5
Ext. Rotation Full/Full (0-700) 5/5
Int. Rotation Full/Full (0-900) 5/5
Elbow
Flexion Full/Full (0-1350) 5/5
Extention Full/Full (135-00) 5/5
Wrist
Flexion Full/Full (0-800) 5/5
Extension Full/Full (0-700) 5/5

ROM Radial Deviation


Ulnar Deviation
Full/Full (0-200)
Full/Full (0-350)
5/5
5/5
Fingers
Flexion
MCP Full/Full (0-900) 5/5
PIP Full/Full (0-1000) 5/5
DIP Full/Full (0-900) 5/5
Extension Full/Full (0-300) 5/5
Abduction Full/Full (0-200) 5/5
Adduction Full/Full (200-00) 5/5
Thumbs
Flexion
MCP Full/Full (0-900) 5/5
IP Full/Full (0-800) 5/5
Extension Full/Full (0-300) 5/5
Abduction Full/Full (0-700) 5/5
Adduction Full/Full (50-00) 5/5
Opposition Full 5/5
Hip
Flexion Full/Full (0-1200) 5/5
Extension Full/Full (0-300) 5/5

ROM Abduction
Adduction
Ext. Rotation
Full/Full

Full/Full
(0-450)
Full/Full (0-200)
(0-450)
5/5
5/5
5/5
Int.
KneeRotation Full/Full (0-450) 5/5

Flexion Full/Full (0-1350) 0/0


Extension Full/Full (135-00) 0/0
Ankle
Plantar Flexion Full/Full (0-200) 0/0
Dorsi Flexion Full/Full (0-500) 0/0
Inversion Full/Full (0-1500) 0/0
Eversion Full/Full (0-350) 0/0
Toes
Flexion
MTP Full/Full (0-300) 0/0
IP Full/Full (0-500) 0/0
Extension Full/Full (0-800) 0/0
Big Toe
Flexion
MTP Full/Full (0-250) 0/0
PemFis Pemeriksaan Neurologis
Refleks Fisiologis : BPR -/- KPR ++/++
TPR -/- APR ++/++
Refleks Patologis : Babinski : (+)
Chaddock : (+)
Hoffman-Tromne(-)
Defisit sensoris : (-)

Status Lokal Regio Trunkus


Inspeksi : Edema (-), Deformitas (-), Atrofi (+)
Palpasi :
• Warm (-)
• Tender Point (+)

Pemeriksaan Khusus
Laseque Sign : (-)
Patrick and Kontra Patrick test : (+)
Tightness Ileopsoas : (-)
Pemeriksaan
Pemeriksaan MRI
Penunjang

HASIL:
 Spondilitis thorakalis level T9-T10 disertai
paravertebra abscess setinggi T7-T11 yang
menekan medula spinalis pada level
tersebut.
 Spinal degeneration sesuai MODIC tipe II/
Infiltrasi lemak pada CV T6
 MR Myelografi : Stenosis canalis spinalis
level T9-10
Pemeriksaan
Foto Thoracal AP/Lateral
Penunjang

HASIL:
 Fraktur kompresi CV Th9-T19 disertai
paravertebral abscess sugestif
spondilitis
 Spondilitis Thoracolumbalis
Diagnosis Low Back Pain ec Paraplegia ec Spondylitis TB

Nyeri pada punggung bawah, paraplegia

Gangguan ADL = Sulit berubah dari posisi baring terlentang ke


posisi baring ke kiri atau kanan , Sulit berubah posisi dari baring
ke duduk, sulit berubah posisi dari duduk ke berdiri, dan tidak
dapat berjalan.

Tidak bisa melakukan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga


seperti mencuci, memasak, dan membersihkan rumah, serta
menjaga cucu di rumah.
Rehabilitasi Medik
 Fisioterapi:

- MWD (Micro Wave Diathermy)

- M. stretching iliopsoas

- Latihan Jalan

 Perencanaan Edukasi : Penjelasan kondisi pasien.

 Home exercise program

Evaluasi 3 kali seminggu selama 1 bulan


RESUME Pasien datang ke RS. Wahidin Sudirohusodo dengan keluhan nyeri pada
punggung belakang. Nyeri dirasakan sejak 2 bulan yang lalu dan pasien tidak bisa
berjalan tidak dapat menggerakkan kedua kakinya. Pasien juga mengeluh tidak
merasakan rangsangan yang diberikan di kedua tungkai. Pasien merasakan nyeri
seperti berdenyut (nyut-nyutan) saat batuk sehingga pasien sering merasa
kesakitan. Keluhan lain seperti demam ada ketika mulai nyeri punggung muncul,
sesak, nyeri dada, mual dan muntah disangkal. Buang air besar kesan tidak lancar
dan buang air kecil inkontinensia. Sebelum menderita nyeri punggung bawah,
pasien dirumah sering mengerjakan pekerjaan rumah tangga sembari pasien
menjaga kedua cucunya yang berumur 4 tahun.
Pemeriksaan fisis ditemukan pasien dalam keadaan compos

RESUME mentis, ambulasi tidak mandiri, tidak dapat berjalan, pengguna tangan
kanan. Tanda Vital didapatkan tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 91
x/menit, pernapasan 28 x/menit, suhu 35,6oC. Pada ekstremitas bawah
didapatkan atrofi pada kedua tungkai. Pemeriksaan Laseque Sign
negatif. Patrick and Kontra Patrick test positif. Tightness Ileopsoas
negatif. Didiagnosa sebagai low back pain ec spondylitis TB.
Perencanaan terapi yang diberikan adalah latihan jalan, fisioterapi
dengan menggunakan MWD (Micro Wave Diathermy), dan pelatihan M.
Stretching Ilepsoas, dievaluasi 3 kali seminggu selama 1 bulan
DISKUSI KASUS
Low Back Pain
“ Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain didefinisikan sebagai nyeri dan
ketidaknyamanan, yang terlokalisasi di bawah sudut iga terakhir (costal
margin) dan di atas lipat bokong bawah (gluteal inferior fold), lama perjalanan
penyakitnya, nyeri punggung bawah diklasifikasikan menjadi tiga yaitu akut,
subakut, dan kronis. Nyeri punggung bawah akut didefinisikan sebagai
timbulnya episode nyeri punggung bawah yang menetap dengan durasi kurang
dari enam minggu. Untuk durasi antara 6-12 minggu didefinisikan sebagai nyeri
punggung bawah subakut, sedangkan untuk durasi lebih lama dari 12 minggu
adalah nyeri punggung bawah kronis.


Spondylitis TB

Spondilitis tuberkulosa merupakan penyakit kronik dan lambat berkembang
dengan gejala yang telah berlangsung lama. Riwayat penyakit dan gejala klinis
pasien adalah hal yang penting, namun tidak selalu dapat diandalkan untuk
diagnosis dini. Nyeri adalah gejala utama yang paling sering. Gejala sistemik
muncul seiring dengan perkembangan penyakit. Nyeri punggung persisten dan
lokal, keterbatasan mobilitas tulang belakang, demam dan komplikasi
neurologis dapat muncul saat destruksi berlanjut. Gejala lainnya
menggambarkan penyakit kronis, mencakup malaise, penurunan berat badan
dan fatigue. Diagnosis biasanya tidak dicurigai pada pasien tanpa bukti
tuberkulosa ekstraspinal.


Paraplegia
“ Paraplegia dapat timbul dari lesi baik di dalam atau di luar
sumsum tulang belakang atau cauda equina. Ini
dikelompokkan sebagai komprehensif. Kompresi
disebabkan oleh tulang atau massa lainnya. Penyebab
utama adalah penyakit Pott (TBC tulang belakang) dan
tumor (biasanya metastase). Penyebab utama non
kompresif adalah myelitis transversal akibat infeksi virus,
HIV, TB dan kadang sifilis. Penyebab yang tidak spesifik


termasuk penyakit Devic, infeksi B-12 dan infeksi cacing
Epidemiologi

Masalah NPB pada pekerja pada umumnya dimulai pada usia
dewasa muda dengan puncak prevalensi pada kelompok usia 45-
60 tahun dengan sedikit perbedaan berdasarkan jenis kelamin.
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, NPB terbagi menjadi NPB
akut, sub-akut, dan kronis. NPB akut merupakan bentuk yang
paling sering ditemui, 9 dari 10 penderita NPB akut akan sembuh
dengan sendirinya dalam kurun waktu 8-12 minggu. Namun, tidak
sedikit yang kemudian akan menjadi kronis dan menimbulkan
disabilitas. Disabilitas terkait dengan NPB merupakan masalah


utama di negara Barat. Sekitar 45- 55% populasi pekerja
diperkirakan mengalami NPB dalam periode 12 bulan
Etiologi

Umumnya penyakit ini terjadi selama kegiatan sehari-hari yang
mengharuskan seseorang untuk membungkukkan punggung
belakang ke arah depan dalam waktu yang lama, seperti
berkebun, menyapu, mencuci piring. Dalam olahraga, Low Back
Pain Postural sering terjadi pada atlet yang kegiatannya
mengharuskan seseorang untuk membungkuk dalam waktu yang
lama seperti bersepeda, pemain hoki, penangkap bisbol dan
penjaga gawang dalam kriket.


Penyebab LBP dapat dibagi
menjadi
 Vaskular


 Neurogenik

 Viscerogenik

 Psikogenik

 Spondilogenik : Degenerasi diskus

Spondilolistesis

Infeksi

Trauma ”
Anatomi
Vertebra terdiri dari 7pedicles, dua lamina,
cervical, 12 thorakal, 5empat facet articular,


lumbal, dan tulangdan proccesus spinous.
yang menyatu denganSetiap foramen
vertebra sacral,berbatasan dengan
bersama dengan 5superior dan inferior
tulang coccygeal.dari pedicles,
Dalam struktur cervical,intervertebral discus
thorakal, dan lumbalanterior dan
sama, kecuali untukberdekatan permukaan
atlas dan axis vertebravertebra, dan facet joint
cervical. Standarposterior. .


masing-masing
vertebra terdiri dari dua
Anatomi
Diskus intervertebralfibrosus, yang
adalah cartilago danmengelilingi gelatinous


struktur articulatingnucleus pulposus.
antara tubuh vertebra.Serat collagen dari
Diskus intervertebraannulus yang diatur
memiliki peran ganda,oblique untuk arah
yaitu support primeralternative di lapisan
dari colum tulang(lamellae), yang
vertebra sementaramemungkinkan untuk
cukup elastik untukflexibility sambil
gerakan spine (fleksi,mempertahankan
ekstensi dan rotasi).strengthening. Lima


Setiap diskus terdiribelas sampai dua
dari cincin kolagenpuluh lima lamella dan
elastic, annulusannulus
Anatomi
Ada beberapa ligamentum yang


memperkuat collumna vertebralis sehingga
membentuk postur tubuh sesorang,
ligamentum-ligamentum itu antara lain :

 Ligamentum longitudinal anterior

 Ligamentum longitudinal posterior

 Ligamentum flavum

 Ligamentum Intertransversum

 Ligamentum interspinosum

 Ligamentum supraspinale ”
Anatomi
Foramen intervertebralis terletak


disebelah dorsal collumna vertebralis
antara tulang belakang atas dan
bawahnya. Pada bagian superior
dibatasi oleh pendikulus vertebrae
bawahnya dan pada bagian anterior
oleh sisi dorso lateral discus serta
sebagian korpus dan pada bagian
dorsal oleh processus articularis
facetnya dan tepi lateral ligament
flavum. Pada foramen intervertebralis


terdapat jaringan yang penting meliputi
radiks, saraf sinuvertebra, pembuluh
darah, jaringan penyanggah.6
Anatomi
Sendi facet dibentuk oleh articularis


inferior pada bagian atas dan facies
superior (dari vertebra bawahnya)
pada facies inferior. Sendi facet
merupakan sendi datar dengan
gerak utama adalah gerak geser
(glide) menekuk (tilt) dan rotasi.
Sendi facet dibentuk dari sendi
synovial dimana permukaan sendi
dilapisi kartilago, hialin, dan


sinovialis yang memproduksi cairan
sinovium yang berfungsi sebagai
pelican dan member zat gizi
Anatomi
Persarafan mengikuti saraf segmental


dimana disarafi oleh sinuvertebral
nerve segmen yang bersangkutan dan
satu segmen atas, serta satu segmen
bawahnya. Saraf persegmen yang
terdapat pada columna vertebralis
terdiri dari saraf sensorik, motorik, dan
vegetative. Untuk semua sumber nyeri
berhubungan dengan system saraf.
Pada lumbal bagian posterior terdapat


foramen intervertebral dan semua
persarafan yang percabangannya
terletak disana
Anatomi
Spasme otot seringkali juga


menyebabkan rasa nyeri akibat iskemia
oleh karena otot yang berkontraksi
secara berkepanjangan yang dapat
mengakibatkan timbulnya sampah
metabolik didalam otot, sedangkan
pada saat itu juga dapat terjadi
vasokonstriksi, penimbunan sampah
metabolik itu bertindak sebagai iritasi
yang mengakibatkan perasaan sakit


yang umumnya dijumpai pada otot
tegang sehingga toleransi jaringan
terhadap suatu regangan yang diterima
Patofisiologi Low Back Pain
Deviasi sikap atau postur tubuh dalam posisi statis (duduk atau berdiri)


dapat menyebabkan peningkatan sudut lumbosakral (sudut antara
segmen vertebra L5 dan S1 yang normalnya sebesar 300 – 400) atau
peningkatan lengkung lordotik lumbal dalam waktu cukup lama, serta
dapat menyebabkan pergeseran titik pusat berat badan yang normalnya
berada di garis tengah sekitar 2,5 cm di depan segmen vertebra S2.
Peningkatan sudut lumbosakral dan pergeseran titik pusat berat badan
tersebut akan menyebabkan peregangan pada ligament dan kontraksi
otot-otot yang berusaha untuk mempertahankan postur tubuh yang
normal, akibatnya dapat terjadi strain atau sprain pada ligamen dan otot-


otot di daerah punggung bawah yang menimbulkan nyeri
Patofisiologi Low Back Pain
Setiap gerakan otot akan menimbulkan nyeri sekaligus akan


menambah spasme otot. Karena terdapat spasme otot, lingkup
gerak punggung bawah menjadi terbatas. Mobilitas lumbal menjadi
terbatas, terutama untuk gerakan membungkuk (fleksi) dan
memutar (rotasi). Nyeri dan spasme otot seringkali membuat
individu takut menggunakan otot-otot punggungnya untuk
melakukan gerakan pada lumbal. Selanjutnya akan menyebabkan
perubahan fisiologis pada otot-otot tersebut, yaitu berkurangnya
massa otot dan penurunan kekuatan otot. Akhirnya individu akan


mengalami penurunan tingkat aktivitas fungsionalnya
Patofisiologi Spondilitis TB
Spondilitis TB dapat terjadi akibat penyebaran secara


hematogen/limfogen melalui nodus limfatikus para-aorta dari fokus
tuberkulosis di luar tulang belakang yang sebelumnya sudah ada.
Pada anak, sumber infeksi biasanya berasal dari fokus primer di
paru, sedangkan pada orang dewasa berasal dari fokus
ekstrapulmoner (usus, ginjal, tonsil)


Gambaran Klinis
Low Back Pain

“ Adapun gambaran klinis berupa gejala yang ditemukan pada


pasien dengan low back pain postural adalah sebagai berikut :

 Umur penderita biasanya tidak lebih dari 30 tahun.

 Postur yang buruk; tidak ada batasan ruang gerak.

 Nyeri intermiten, nyeri lokal.


 Lebih baik saat beraktivitas.
Gambaran Klinis
Pada Test Movement didapatkan.:

“  Gerakan berulang-ulang tidak menambah rasa sakit yang


berasal dari sindrom postural.

 Nyeri dapat bertambah hanya dengan posisi atau postur tubuh


yang menetap terus menerus.

 Nyeri tidak secara progresif memburuk; tidak ada perubahan


yang cepat pada gejala.


Gambaran Klinis
Manifestasi klinis spondilitis TB relatif indolen (tanpa nyeri).10


Pasien biasanya mengeluhkan nyeri lokal tidak spesifik pada
daerah vertebra yang terinfeksi. Demam subfebril, menggigil,
malaise, berkurangnya berat badan atau berat badan tidak sesuai
umur pada anak yang merupakan gejala klasik TB paru juga terjadi
pada pasien dengan spondilitis TB.16 Pada pasien dengan serologi
HIV positif, rata-rata durasi dari munculnya gejala awal hingga
diagnosis ditegakkan adalah selama 28 minggu.17 Apabila sudah
ditemukan deformitas berupa kifosis, maka patogenesis TB


umumnya spinal sudah berjalan selama kurang lebih tiga sampai
empat bulan.
Diagnosis


Dari anamnesis dapat ditanyakan hal yang berhubungan dengan
nyerinya. Pertanyaan itu berupa.15

 Mula timbul nyeri: apakah didahului trauma atau aktivitas fisik,


ataukah spontan.

 Sifat nyeri: nyeri tajam, menusuk dan berdenyut sering


bersumber dari sendi, tulang dan ligamen; sedangkan pegal,
biasanya berasal dari otot.


 Lokasi nyeri: nyeri yang disertai penjalaran ke arah tungkai
menunjukkan keterlibatan radiks saraf.
Diagnosis
 Hal-hal yang meringankan atau memprovokasi nyeri: bila

“ berkurang setelah melakukan tirah baring mungkin HNP tetapi


bila bertambah, mungkin disebabkan tumor; bila berkurang
setelah berjalan jalan mungkin tumor dalam kanalis vertebralis;
nyeri dan kaku waktu bangun pagi dan berkurang setelah
melakukan gerakan tubuh mungkin disebabkan spondilitis
ankilopoetika; batuk, bersin dan mengejan akan memprovokasi
nyeri pada HNP.


 Klaudikasio intermitens dibedakan atas jenis vaskuler dan
neurogenik, jenis neurogenik memperlihatkan pulsasi pembuluh
darah perifer yang normal dan nyeri berkembang menjadi
Diagnosis
 Adanya demam selama beberapa waktu terakhir menyokong

“ adanya infeksi, misalnya spondilitis.

 Nyeri bersifat stasioner mungkin karena gangguan mekanik


kronik; bila progresif mungkin tumor.

 Adakah gangguan fungsi miksi dan defekasi, fungsi genitalia,


siklus haid, penggunaan AKDR (IUD), fluor albus, atau jumlah
anak.


 Nyeri berpindah-pindah dan tidak wajar mungkin nyeri
psikogenik.
Diagnosis
 Untuk sponylitis TB, diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis

“ berupa nyeri punggung belakang yang merupakan keluhan


paling awal, sering tidak spesifik dan membuat diagnosis yang
dini menjadi sulit. Maka dari itu, setiap pasien TB paru dengan
keluhan nyeri punggung harus dicurigai mengidap spondilitis TB
sebelum terbukti sebaliknya. Selain itu, dari anamnesis bisa
didapatkan adanya riwayat TB paru, atau riwayat gejalagejala
klasik (demam lama, diaforesis nokturnal, batuk lama, penurunan
berat badan) jika TB paru belum ditegakkan sebelumnya.


Demam lama merupakan keluhan yang paling sering ditemukan
namun cepat menghilang (satu hingga empat hari) jika diobati
secara adekuat
Diagnosis
 Pemeriksaan Fisis :

“  Posisi berdiri

 Posisi duduk

 Posisi berbaring


Pemeriksaan Neurologis
Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam

“ gangguan saraf. Meliputi pemeriksaan sensoris, motorik dan refleks.

 Pemeriksaan sensoris; pada pemeriksaan sensoris ini apakah


ada gangguan sensoris, dengan mengetahui dermatom mana
yang terkena akan dapat diketahui radiks mana yang terganggu.

 Pemeriksaan motorik; apakah ada tanda paresis, atropi otot.

 refleks. Bila ada penurunan atau refleks tendon menghilang,


misal APR (Achilles Pess Reflex) menurun atau menghilang
berarti menunjukkan segmen S1 terganggu.
thankyou

Anda mungkin juga menyukai