Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di rongga mediastinum dan berasal dri
salah satu struktur atau organ yang berada di rongga tersebut. Mediastinum adalah rongga yang
terletak di bagian tengah toraks dan mempunyai batas-batas sebagai berikut :

 Atas : pintu masuk toraks


 Bawah : diafragma
 Lateral : pleura mediastinalis
 Posterior : tulang belakang beserta iga
 Anterior : sternum
Secara garis besar mediastinum dibagi atas 4 bagian penting :
1. Mediastinum superior, mulai pintu atas rongga dada sampai ke vertebra torakal ke-5
dan bagian bawah sternum.
2. Mediastinum anterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafargma di depan
jantung.
3. Mediastinum posterior, dari garis batas mediastinum superior ke diafragma di belakang
jantung.
4. Mediastinum medial (tengah), dari garis batas mediastinum superior ke diafragma di
antara mediastinum anterior dan posterior.
Adapun organ-organ penting yang terdapat didalamnya antara lain : jantung dan
pembuluh darah besar, kelenjar dan saluran getah bening, esophagus, trakea dan bronkus besar,
ganglion dan saraf otonom.
Mengingat rongga mediastinum yang tertutup dan relatif sempit, dapat dimengerti
bahwa setiap tumor didalam rongga dada dapat mengancam jiwa penderita, oleh karena ada
kecenderungan baik tumor jinak maupun tumor ganas untuk tumbuh menjadi besar dan
menekan organ-organ sekitarnya ditambah dengan tendensi tumor untuk menjadi ganas.
Kurang lebih 30-50% tumor mediastinum mengalami degenerasi maligna, maka dalam
penanganannya berlaku anjuran untuk melakukan pembedahan sedini mungkin.
2

Jenis tumor mediastinum sering berkaitan dengan lokasi tumor dan umur penderita.
Pada anak-anak tumor mediastinum yang sering ditemukan berlokasi di mediastinum posterior
dan jenisnya tumor saraf. Sedangkan pada orang dewasa lokasi tumor banyak ditemukan di
mediastinum anterior dengan jenis limfoma atau timoma.
3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam rongga
mediastinum, yaitu rongga yang berada di antara paru kanan dan paru kiri.

2.2 Penyebab
Penyebab kimiawi, bisa disebabkan oleh asupan zat kimia ke dalam ronga
mediastinum penderita.
Faktor fisik, tumor ini berhubungan erat dengan trauma pukulan berulang-
ulang.
Faktor hormon, pengaruh hormon juga disebut-sebut sebagai pemicu terjadinya tumor
mediastinum meskipun mekanisme dan kepastianna belum jelas.

2.3 Gejala Klinis

Umumnya tumor mediastinum tidak memberikan gejala, namun penekanan pada


organ-organ disekitarnya akan menimbulkan keluhan, antara lain :

 Trakea : batuk, sesak, stridor


 N. laringeus recurrens : suara parau
 Esophagus : disfagia
 Vena cava superior : sindroma vena cava superior
 Jantung dan pembuluh darah besar : gangguan hemodinamik

2.4 Diagnosis

Kebanyakan tumor mediastinum tanpa gejala dan ditemukan pada saat dilakukan foto
toraks untuk berbagai alasan. Keluhan penderita biasanya berkaitan dengan ukuran dan invasi
atau kompresi terhadap organ sekitar, misalnya sesak napas berat, sindrom vena kava superior
(SVKS) dan gangguan menelan. Tidak jarang pasien datang dengan kegawatan napas,
kardiovaskuler atau saluran cerna. Bila pasien datang dengan kegawatan yang mengancam 3
4

jiwa, maka prosedur diagnostik dapat ditunda. Sementara itu diberikan terapi dan/atau tindakan
untuk mengatasi kegawatan, bila telah memungkinkan prosedur diagnostik dilakukan.
Anamnesis dan pemeriksan fisis yang cermat akan menemukan keluhan yang khas serta
gejala dan tanda yang kadang spesifik untuk jenis tumor mediastinum tertentu. Tetapi keluhan
umum seperti demam, berat badan turun, pembesaran kelenjar getah bening, mengi dan stridor
dapat ditemukan pada hampir semua jenis. Keluhan sesak yang makin lama semakin hebat
pada anak sering menjadi gejala untuk tumor saraf, pasien usia dewasa dengan keluhan
miastenia gravis adalah khas untuk timoma.
Foto toraks polos posteroanterior (PA) sering tidak dapat mendeteksi tumor yang kecil
karena superposisi dengan organ lain yang ada di mediastinum. Jika tumor sangat besar kadang
juga menjadi sulit menentukan lokasi asal tumor, sedangkan foto toraks PA dan lateral pada
tumor dengan ukuran sedang dapat menunjukkan lokasi tumor di mediastinum. Rabin
memberikan patokan radiologis untuk tumor mediastinum sebagai berikut : suatu bayangan
bulat/lonjong di daerah mediastinum atau suatu pelebaran bayangan mediastinum dengan batas
yang tegas, tanpa disertai krlainan yang berhubungan pada parenkim paru.
Computed Tomography (CT Scan) mempunyai kelebihan dapat menentukan lokasi
anatomi tumor mediastinum serta hubungan dengan organ-organ sekitar secara tepat dan dapat
mengukur densitas tumor, juga dapat memperkirakan jenis tumor tersebut. Untuk timoma
gambaran makroskopik tumor melalui CT Scan juga dibutuhkan untuk penentuan staging
penyakit. Teratoma dipastikan bila ditemukan massa dengan berbagai jenis jaringan di
dalamnya.
Mediastinoskopi dapat menentukan operabilitas suatu tumor. Apabila telah didapatkan
metastase kelenjar atau ditemukan tumor jenis limfoma maka pembedahan tidak lagi
dilakukan.
Untuk mendapatkan jenis sel tumor sebaiknya dipilih teknik yang sederhana, murah
dan aman. Biopsi jarum halus (BJH) atau fine needle aspiration biopsy (FNAB) pada massa
superfisial adalah tindakan pilihan pertama. Sitologi cairan pleura dan biopsi pleura dilakukan
bila ditemukan efusi pleura.
Biopsi transtorakal (TTB) tanpa tuntunan fluoroskopi dapat dilakukan bila ukuran
tumor besar dan lokasinya tidak berisi banyak pembuluh darah. Kelemahan teknik ini adalah
apabila jaringan tumor terdiri dari berbagai jaringan seperti pada teratoma sering mendapatkan
negatif palsu. Biopsi transtorakal dengan tuntunan fluoroskopi atau CT Scan dapat menurunkan
risiko terjadi komplikasi seperti pneumotoraks, perdarahan dan false negative. Jika perlu,
5

tindakan invasif harus dilakukan, torakotomi eksplorasi dapat dilakukan untuk mencari jenis
sel tumor.
Bronkoskopi tidak dianjurkan untuk pengambilan bahan pemeriksaan jenis
histopatologik sel tumor tetapi dilakukan untuk melihat kelainan intrabronkus yang biasanya
terlihat pada tumor paru, sedangkan pada tumor mediastinum biasanya melihat stenosis akibat
kompresi.

2.5 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan tumor mediastinum sangat bergantung pada sifat tumor, jinak atau
ganas. Tindakan untuk tumor mediastinum yang bersifat jinak adalah bedah, sedangkan untuk
tumor ganas berdasarkan jenisnya. Secara umum terapi untuk tumor mediastinum ganas adalah
multimodaliti yaitu bedah, kemoterapi dan radiasi. Beberapa jenis tumor resisten terhadap
radiasi dan/atau kemoterapi sehingga bedah menjadi pengobatan pilihan, tetapi banyak jenis
lainnya harus mendapatkan tindakan multimodaliti.

2.6 Jenis Tumor Mediastinum

1. Timoma
Timoma merupakan tumor mediastinum yang paling sering dijumpai di mediastinum
anterior, dapat dijumpai pada semua umur terutama pada golongan dewasa muda. Tidak
terdapat predeleksi jenis kelamin.
Gejala klinik
Ditemukan secara kebetulan pada foto toraks tanpa ada keluhan atau memberikan gejala
akibat penekanan organ disekitarnya. Banyak dilaporkan adanya hubungan antara timoma
dan miastenia gravis. Sekitar 50% penderita timoma disertai miastenia gravis, sebaliknya
15% penderita miastenia gravis mempunyai timoma yang biasanya jinak.
Membedakan jenis jinak atau ganas dapat dilakukan dengan memperhatikan derajat invasi
serta kesempurnaan kapsul tumornya. Tumor yang jinak tidak mengadakan invasi ke
jaringan sekitar serta berkapsul sempurna. Pada foto toraks, tumor jinak akan tampak lebih
bulat, lebih kecil dan biasanya hanya tumbuh pada salah satu sisi dada tanpa menyeberangi
garis tengah. Antara 20-32% timoma akan mengalami degenerasi maligna sehingga amat
berpengaruh pada prognosis.
Untuk memperoleh perkiraan prognosis, timoma dibagi atas 4 derajat :
I : - Makroskopis tumor memiliki kapsul sempurna
- Mikroskopis tidak terdapat invasi ke kapsulnya.
6

II : - Makroskopi tampak ada invasi ke jaringan lemak sekitar atau pleura mediastinal
- Mikroskopis terdapat invasi ke dalam kapsulnya
III : - Makroskopis tampak invasi ke jaringan sekeliling seperti pericardium, pembuluh
darah besar
IV : - Ada metastasis limfogen dan hematogen.

Pentalaksanaan
Pembedahan adalah yang terbaik, dilanjutkan radiasi pasca bedah untuk mencegah
kekambuhan mengingat jaringan timus bersifat radio sensitif.

2. Tumor Teratoid

Tumor teratoid berasal dari elemen abnormal yang telah ada sejak lahir, namun biasanya
baru tampak secara radiologis menjelang dewasa. Oleh karena itu, terutama banyak
dijumpai pada golongan dewasa muda tanpa ada predeleksi jenis kelamin.

Berdasarkan pemeriksaan patologi dibedakan 2 jenis tumor teratoid :

- Kista dermoid

Terdiri atas komponen ektoderm, konsistensi kistus dengan isi beraneka ragam antara lain
kulit, rambut, gigi, tulang dan sebagainya. Biasanya jinak.

- Teratoma

Terdiri atas komponen mesoderm, konsistensi padat dengan isi terutama endoderm.
Biasanya ganas dari jenis adeno karsinoma.

Gejala Klinik

Sama dengan tumor mediastinum pada umumnya, namun pada kista dermoid, dahak
mengandung rambut, sehingga dapat dianggap patogonomik untuk diagnosis. Hal ini
terjadi pada kurang lebih 10% kasus kista dermoid.

Gambaran Radiologik

Apabila pada pemeriksaan radiologik didapatkan gigi atau tulang di dalam tumor maka
gambaran tersebut dianggap khas untuk kista dermoid.
7

Penatalaksanaan

Melalui pembedahan dengan prognosis yang cukup baik untuk tumor yang jinak, namun
pada tumor ganas mempunyai angka kematian 50% dalam 6 bulan pasca bedah. Kecuali
untuk seminoma, radiasi kurang bermanfaat.

3. Tumor Tiroid

Mempunyai insiden sekitar 6,9%, terutama didapatkan pada golongan lima puluhan.

Gejala Klinik

Secara umum, tidak berbeda dari tumor mediastinum lainnya namun yang menunjang
diagnosis adalah 50% kasus disertai pembesaran kelenjar gondok.

Gambaran Radiologi

Merupakan massa padat dengan densitas homogeny, berbatas jelas dapat berlobus. Hal
yang dapat menolong diagnosis adalah pada penerawangan, tumor akan bergerak ke atas
pada saat menelan (mengikuti gerakan kelenjar gondok). Cara diagnosis lain adalah
dengan pemeriksaan uptake J131 yaitu hasil positif memastikan diagnosis, namun hasil
negative belum dapat menyingkirkan diagnosis. Kecenderungan menjadi ganas hanya
10%, sehingga pembedahan seringkali ditangguhkan apabila belum didapatkan gejala-
gejala klinik.

4. Kista Perikardial

Mempunyai insiden sekitar 6,2% dari seluruh tumor mediastinum, tanpa predileksi jenis
kelamin.

Pathogenesis

Kista dapat terjadi oleh karena perikard bagian ventral tetap tumbuh. Hampir tidak pernah
memberikan gejala klinik. Radiologis memberikan gambaran massa bulat atau lonjong,
berbatas jelas dengan densitas homogeny, biasanya ditemukan di daerah sinus kardio
frenikus bagian anterior, 75% pada sisi dada kanan. Penerawangan akan menunjukkan
kista berubah bentuk bila kedudukan penderita berubah serta tampak bahwa kista bergerak
8

seirama denyut jantung. Hal tersebut akan lebih jelas apabila dikerjakan dengan tehnik
menelan bahan kontras barium.

Penatalaksanaan

Tetap dianjurkan pembedahan. Walau sering tidak memberikan gejala serta jarang
mengalami penyulit keradangan.

5. Limfoma

Merupakan neoplasma dengan insiden tertinggi di mediastinum. Sekitar 90% tumor


mediastinum medial bersifat ganas dan sebagian besar merupakan limfosarkoma atau
penyakit Hodgkin.

Gejala Klinik

Dapat disebabkan tumornya sendiri, seperti tumor mediastinum lainnya, atau dapat pula
sebagai akibat dari manifestasi penyakit sistem getah bening antara lain panas badan,
limfadenopati, hepatomegali atau splenomegali. Diagnosis dapat ditegakkan dengan
biopsy kelenjar getah bening.

Gambaran Radiologis

Umumnya tampak sebagai pelebaran bayangan mediastinum atau berupa massa bulat
berbatas tegas atau bergelombang dengan densitas homogeny dan dapat dilihat sampai
leher serta biasanya bilateral namun tidak simetris.

Penatalaksanaan

Berbeda dengan tumor mediastinum lainnya dengan pembedahan, melainkan radiasi dan
sitostatika.

6. Kista Bronkogenik

Mempunyai insiden sekitar 10% dari seluruh tumor mediastinum, sering ditemukan pada
masa anak atau menjelang dewasa muda. Merupakan kelainan kongenital yang timbul
sebagai akibat gangguan pertumbuhan primitive foregut.

Berdasarkan lokalisasinya dapat dibagi menjadi 5 kelompok yaitu :

 I : paratracheal
9

 II : carinal
 III : hilar
 IV : paraesofageal
 V : miscellaneous

I dan II paling sering dijumpai.

Gejala Klinik

Batuk persisten, sesak napas bahkan sianosis.

Gambaran Radiologis

Tampak sebagai massa soliter, berbentuk bulat atau lonjong dengan densitas
homogeny berbatas jelas. Pada penerawangan dapat berubah bentuk posisisnya,
demikian pula pada gerakan menelan dapat terlihat bergerak ke atas.

Penatalaksaan

Harus dilakukan pembedahan.

7. Tumor Neurogenik

Merupakan tumor yang paling sering didapatkan di M. posterior (80%). Dapat


ditemukan pada semua umur, namun terbanyak pada golongan usia muda.

Melihat asal tumordapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :

I : berasal dari saraf tepi : Neurofibroma, Neurolemoma

II : berasal dari ganglion simpatetik : Ganglioneuroma, Neuroblastoma,


simpatikoblastoma.

III : berasal dari sel paraganglion : phaechromocytoma, paraganglioma.

Gambaran Radilogis

Menunjukkan massa bulat atau lonjong yang berbatas jelas, mempunyai densitas
homogeny dan sering menempati lokasi di mediastinum posterior pada setengah bagian
atas pada daerah vertebral gutter.

Penatalaksanaan
10

Melalui pembedahan dengan prognosa pasca bedah yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alsagaff Hood. Dasar-dasar Ilmu Penyakit paru. Edisi VII. Surabaya. 2010. Hal.
220-229.

2. PDPI.Tumor Mediastinum. Dalam: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di


Indonesia, Balai Penerbit FK UI, Jakarta, 2004.

3. Rahmawati I, Yunus F. Tumor Mediastinum. Dalam Cermin Dunia Kedokteran No


141, Jakarta, 2003.

4. Alkatiri J. Resusitasi Kardio Pulmoner dalam Susoyo W. Buku Ajar Ilmu Penyakit
dalam. Jilid I. Edisi IV. FKUI. Jakarta. 2007.

Anda mungkin juga menyukai