Anda di halaman 1dari 5

Bubonic Plague

Bubonic Plague merupakan suatu wabah penyakit yang disabkan oleh bakteri Yersinia
pestis, batkteri ini masuk dalam daftar bakteri yang berpotensi sebagai agent bioterorisme.
Banyak hewan dan manusia yang terserang penyakit ini dengan berbagai gejala berbeda yang
memungkinkan terjadinya kematian. Penyakit ini ditularkan melalui kutu dari hewan pengerat
seperti tikus. Wabah penyakit ini pernah terjadi di Amerika utara dan selatan, dan Asia bagian
timur tengah. (Health, 2013)

Kontribusi Bubonic Plague dalam Keilmuan Surveilans

Plague bertanggung jawab atas pandemi dengan angka kematian yang tinggi selama abad
ke-14 yang menyebabkan kematian sekitar 50 juta jiwa, dimana setengah korban kematian
berasal dari Asia dan Afrika dan setengah lainnya dari Eropa. Bubonic Plague sebagai hasil
gigitan serangga dimana terjadi pembengkakan pada kelenjar limfe. Wabah ini menurun drastis
sejak awal abad ke-20 dengan adanya perbaikan standar hidup dan pelayanan kesehatan. Namun
tetap dibutuhkan kewaspadaan terutama warga yang bertempat tinggal di dekat wabah alami.
Fokus alami wabah terletak di semua benua kecuali Australia.

1. Transmisi
Wabah ditularkan melaui kutu hewan liar antara tikus dan hewan lainnya. Manusia sangat
rentan terhadap infeksi wabah baik secara langsung maupun tidak langsung, penularan
tidak langsung melalui gigitan kutu merupakan transmisi yang paling umum antara
wabah tikus dan infeksi manusia, namun peluang terjadinya jarang terjadi. Infeksi lebih
sering terjadi melalui hewan pengerat di pemukiman manusia yang terinfeksi. Manusia
yang terinfeksi bisa menularkan kepada orang lain melalui saluran pernapasan.
2. Sejarah
Wabah yang sudah terjadi sejak lama dan menyebar luas serta mempengaruhi sejumlah
negara di berbagai benua selama beberapa pandemi. Pandemi pertama yang dikenal
denga wabah Justinian, yang terjadi antara tahun 542 M dan 546 M menyebabkan
epidemic di Asia, Afrika, dan Eropa dengan perkiraan s100 juta korban. Pandemi kedua
dikenal dengan The Black Death pada abad ke-14, pandemi ini sebagai awal dari
sejumlah waba yang melanda Eropa dan Aftika. Pandemic ketiga dimulai di Canton dan
Hong Kong pada tahun 1894 dan menyebar cepat ke seluruh dunia.
3. Prevention and Control
Banyak fokus alami wabah yang telah diidentifikasi, pencegahan dan pengontrolan
dikembangkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya wabah. Penggunaan metode
yang efektif memungkinkan penderita wabah dapat diobati jika di diagnosis pada waktu
yang tepat. Tindakan ini menyebabkan penurunan epidemitas wabah yang tajam.
4. Deskripsi Data
WHO memiliki data angka kejadian dan kematian dari manusia akibat plague yang
dilaporkan kepada WHO berdasarkan Peraturan Kesehatan Internasional selama 44 tahun
terakhir.
5. Kekuatan dan Kelemahan dari Data
Plague merupakan salah satu penyakit di bawah naungan Peraturan Kesehatan
Internasional, dan setiap negara diwajibkan untuk mleapor kasus plague ke WHO dalam
waktu 24 jam seperti penyakit lainnya yang juga dibawah Peraturan Kesehatan
Internasional. Data yang secara resmi mengenai plague tidak cukup atau tidak mewakili
kejadian wabah yang sebenarnya. Statistic global tentnag wabah tidak lengkap karena
keengganan untuk memberitahu secara resmi kasus wabah serta pengawasan dan
pelaporan yan tidak memadai. Setiap negara juga mempunyai pelaporan yang berbeda.
Meskipun demikian, gambaran umum mengenai distribusi wabah dan tren global dapat
diperoleh dari dara WHO
6. Trends
a. Laporan tentang wabah diterima dari 38 negara selama periode 1954-1997. Laporan
ini termasuk pemberitahuan dari 80.613 kasus dan 6587 kematian. kasus terbanyak
terjadi pada tahun 1967 yaitu sebanyak 6004 kasus dan paling sedikit pada tahun
1981 sebanyak 200 kasus
b. Ada tujuh negara seperti Brazil, Republik Demokratik Kongo, Madagascar,
Myanmar, Peru, Amerika Serikat, dan Vietnam yang terkena wabag hampir setiap
tahun dalam kurun waktu 44 tahun terakhir.
c. Dalam 44 tahun terakhir ada tiga periode aktivitas wabah yang meningkat, dimulai
dari pertengahan tahun 1960an, kedua antara 1973 dan 1978, dan terakhir pada
pertengahan tahun 1980an hingga sekarang. Morbiditas penyakit dilaorkan akan terus
berlanjut di seluruh dunia padah tahu 1990an khususnya di Afrika. (WHO, 2000)

Saat pandemi besar berakhir sekitar tahun 1351, rata-rata angka kehih\udupan menurun
dari 35-40 tahun di abad 13 sampai kurang dari 20 tahun pada abad ke 14. Ironisnya, hal itu
mengakibatkan perubahan sosioekonomi dengan dampak positif dalam jangka panjang. Efek
positif juga mempengaruhi kesehatan masyarakat, dimana didirikan dua institusi untuk
mencegah transmisi wabah. Dewan kesehatan kota mengawasi sanitasi dan penguburan korban
jiwa akibat wabah, unit rehabilitasi akibat wabah di rumah sakit, dan sebagian penjara yang
menjadi institusi pertama yang menggunakan karantina dalam penyebaran penyakit. (James T.
Eastman, 2009)

Alasan Bubonic Plague Masuk dalam Sejarah Perkembangan Surveilans

Terjadinya penyakit dengan mortalitas tertinggi di seluruh dunia pada abad ke 13-14 yang
dikenal dengan The Black Death. Penyakit ini ditandai dengan demam, pembengkakan kelenjar
limfe (Bubonic Plague). Dalam kurun waktu 300 tahun penyakit ini membunuh sekitar 100 juta
penduduk di seluruh dunia. Black death dimulai pada awal 1330 saat wabah Bubonic plague di
China, dimana waktu itu China merupakan pusat perdagangan di dunia.

Pada Oktober 1374, kapal dagang dari Italia kembali dari pelayaran , saat kapal berlabuh
di Bandar Messina di Sicilia, banyak penumpang yang meninggal akibat penyakit tersebut.
Dalam hitungan hari penyakit tersebut menyebar ke seluruh kota dan daerah sekitarnya. Awalnya
penduduk percaya bahwa penyakit bubonic plague ini disebabkan oleh kutukan dari Tuhan, dan
satu-satunya cara untuk mengatasinya adalah dengan mengubur korban meninggal dunia akibat
penyakit ini secepatna. Akan tetapi upaya yang dilakukan mereka tidak membantu dalam
menurunkan wabah bubonic plague ini. Sampai akhirnya mereka menemukan cara efektif untuk
mengatasi black death yaitu dengan mengisolasi individu yang terkena bubonic plague dan
keluarga bahkan penduduk desa dengan pemberian karantina selama 40 hari. Periode karantina
ini akhirnya menjadi karantina pertama yang deberlakukan oleh otoritas kesehatan di Italia Utara
pada akhir abad ke 14, dan secara bertahap diadopsi di seluruh Eropa selama 300 tahun hingga
wabah bubonic plague ini hilang.
Selanjutnya, diketahui secara terinci bahwa periode karantina 40 hari itu terdiri atas
periode laten 10-12 hari sejak terpapar hingga terinfeksi, periode infeksi asimtomatis 20-22 hari
sejak timbul tanda dan gejala klinis, dan 5 hari gejala klinis sebelum kematian. jadi penderita
memiliki waktu sekitar 32 hari membawa infeksi tanpa sepengetahuan seorangpun. (Prof. dr.
Bhisma Murti)
Daftar Pustaka

Health, T. C. (2013). Retrieved February 2018

James T. Eastman, M. F. (2009). The Making of Pandemic: Bubonic Plague in The 14th
Century. The Journal of Lancaster General Hospital .

Prof. dr. Bhisma Murti, M. M. Sejarah Epidemiologi. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran, Universitas Sebelas Maret .

WHO. (2000). WHO Report on Global Surveillance of Epidemic-prone Infectious Disease.

Anda mungkin juga menyukai