Anda di halaman 1dari 5

Pengembangan Dan

Evaluasi Clinical Practice


Guidelines
Oleh: Andriani Yulianti SE.,MPH

Salah satu hal yang tidak bisa lepas dari profesi tenaga kesehatan yakni
profesionalisme yang melibatkan komitmen dari tenaga kesehatan itu
sendiri agar mampu memberikan perbaikan kualitas keterampilan dari
waktu ke waktu. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh tenaga
kesehatan yakni dengan pengembangan pedoman praktek klinik. Hal ini
penting untuk dilakukan karena terkadang seorang dokter merasa
kesulitan untuk memilih treatment yang sesuai untuk pasien dan
terkadang juga ada ketidakpastian manfaat dari beberapa macam pilihan
terapi yang diketahui oleh dokter/tenaga kesehatan.

Penerapan Clinical Practice Guidelines (CPG) tidak hanya memberikan


informasi-informasi yang bermanfaat bagi tenaga medis namun juga
dapat memberikan masukan bagi para pembuat kebijakan, lembaga
asuransi, program pendidikan berkelanjutan dan dapat menghasilkan
informasi yang berkualitas dalam membuat keputusan bagi pasien.

Pedoman klinik dapat dijadikan sebuah alat untuk membantu para


petugas kesehatan dalam mencegah penyakit, mendiagnosa penyakit,
dan memberi terapi dengan cara memberikan pedoman tentang praktek
klinik yang terbaik berdasarkan pada evidence base atau melalui
pendapat dari para ahli/pakar karena adanya pola penanganan yang
beragam. Adapun orientasi dari Clinical Practice Guidelines itu sendiri
dapat mendorong agar pelaku kesehatan dapat melakukan praktek yang
terbaik sehingga mendapatkan outcome yang terbaik pula.
Menurut ferver, dkk dalam jurnal clinical practice guideline, ada beberapa
metode pengembangan yang bisa digunakan yakni:

1. Pemilihan Tema.
Ketepatan dalam memilih tema akan berdampak positif terhadap
pedoman yang digunakan. Berbeda pendekatan bisa digunakan untuk
mendefinisikan tema berdasarkan kriteria berikut dibawah ini:
a. Latihan yang berbeda
b. Pentingnya istilah dari kesehatan masyarakat;
c. insidensi dan berfokus pada pasien yang berpotensi.
d. Menghindari potensi kematian
e. situasi dimana Intervensi sudah terbukti (misalnya potensial pengurangan
kematian);
f. kebutuhan diekspresikan oleh semua yang terlibat.
2. Pengaturan kelompok kerja
3. Definisi yang tepat dalam menjawab pertanyaan.
Clinical Practice Guidelines biasanya digunakan untuk mengatur istilah
situasi klinis atau penyakit yang dipertanyakan, diagnostik dan terapi
intervention untuk mempertimbangkan jenis studi dan kriteria evaluasi
oleh kelompok kerja yang digunakan. Clinical Practice Guidelines juga
dapat mencakup evaluasi teknologi untuk menjawab pertanyaan tentang
penggunaan intervensi medis dan bedah: apakah intervensi ini
menawarkan keuntungan klinis dibandingkan dengan prosedur lain? Siapa
yang bisa, dan mendapatkan manfaat dari intervensi ini? apakah tahap ini
dilakukan? Apa yang harus dilakukan pada periode follow-up?
4. Pencarian referensi, Bisa dilakukan dengan:
a. Pembentukan PICO kriteria dalam rangka menginterogasi bank data,
termasuk pilihan kata-kata kunci, pengertian dari pencarian periode
interval, dan pilihan database.
b. pencarian referensi di bank data, biasanya dengan MED-LINE
dikombinasikan dengan Bank data lain seperti SCOPUS atau Cochrane
Library. Asosiasi profesional pustakawan adalah jaminan penting kualitas
dalam proses pencarian data.
c. review, dengan para ahli, ringkasan (abstrak) untuk memilih dokumen
yang relevan atau memperbaiki pencarian bibliografi
5. Critical appraisal and methodical synthesis data: Penilaian kritis yang
bertujuan untuk mengevaluasi kualitas satu persatu dari data yang
tersedia pada subjek. Langkah ini menggunakan daftar item standar
untuk penilaian kritis seperti berkaitan dengan jenis data keilmuan dalam
data yang tersedia pada subjek (uji-coba, meta-analisis, dll).
6. Menggunkaan rekomendasi secara bersama-sama untuk praktek klinik:
Menggunakan data ilmiah untuk mengembangkan pedoman antara
manfaat dan risiko dari sebuah intervensi dalam kategori kontek yang
spesifik. Berdasarkan data ini, pilihan yang berbeda bisa tersedia untuk
pengaturan klinis yang sama. dalam Diskusi kelompok ahli bertujuan
untuk menghadapi pertentangan pendapat untuk mencapai kesepakatan
mengenai pembuatan rekomendasi. Untuk memperoleh konsensus di
antara para ahli sering bergantung pada diskusi kelompok (informal
konsensus).
7. External review: Kajian eksternal Clinical Practice Guidelines bertujuan
untuk mencapai kelompok specialist yang besar di domain. Eksternal
review meninjau proses yang memungkinkan untuk mengevaluasi
kemampuan untuk dapat diterapkan dan dapat diterima dari rekomendasi
dan untuk mempersiapkan masukan mereka, implementasi dan
digunakan untuk masa depan pengguna.
8. Pemaparan laporan: presentasi dari Clinical Practice Guidelines dan
formulir daftar dari rekomendasi laporan yang sudah final adalah sangat
penting dalam bagian ini. Laporan ini seharsunya diikuti oleh instruktur
pelaksana dengan informasi mengenai metodologi yang sudah
digunakan. Tenaga kesehatan lebih suka terhadap format yang pendek,
data ilmiah yang sudah disintesis dan kualifikasi yang bermanfaat.
9. Diffusion of recommendations: Clinical Practice Guidelines tersebar luas
di web karena dapat mempersingkat keterlambatan publikasi di jurnal
medis serta pelaksanaannya dapat menghemat banyak kertas yang
diperlukan untuk menerbitkan dokumen panjang yang diperlukan
untuk Clinical Practice Guidelines. Di sisi lain, CPG disebarkan hanya di
Web biasanya tidak diindeks dalam referensi Bank data, seperti MEDLINE.
10. Implementasi dari rekomendasi: Perlu untuk melaksanakan
rekomendasi dan profesional dengan artikulatif rekomendasi yang lain
dengan langkah peduli pada perbaikan kualitas. Mengubah praktek lebih
penting dalam institusi maupun daerah setempat di mana rekomendasi
dokter yang terlibat di lembaga.
11. Evaluasi CPG: Clinical Practice Guidelines merupakan teknologi
medis yang benar, sebagai tehnik dan prosedur yang digunakan oleh
perawatan kesehatan profesional untuk memberikan perawatan pasien
serta lingkungan di mana perawatan tersebut disampaikan. Dari sudut
pandang ini, evaluasi merupakan elemen penting dalam pelaksanaan
CPG. Evaluasi dapat memastikan kualitas CPG yang lebih baik.

Dampak dari evaluasi CPG

Adapun dampak dari penerapan CPG ini, dokter dapat mengikuti


rekomendasi dengan lebih mudah ketika mereka tidak dilibatkan dalam
perubahan organisasi besar atau competencies baru. CPG juga bertujuan
untuk mengukur dampak dari praktek dan hasilnya untuk pasien dimana
mereka telah mengimplementasikan. Beberapa studi telah melihat
evaluasi dampak CPG. sebenarnya hanya sepertiga dari organisasi
mengembangkan CPG telah menunjukkan bahwa mereka mengevaluasi
pelaksanaan rekomendasi dan dampaknya secara teratur.

Dasar Pengembangan dari CPG tidak hanya untuk praktek klinik, namun
juga badan pembuat kebijakan dan institusi asuransi, formasi medis
ketika menghasilkan informasi dan alat untuk menaikan kualitas
pembuatan keputusan untuk melayani pasien. Dan terlebih lagi dalam
pengembangannya tidak ditemukan conflicts interest.

Form Penetapan Langkah-Langkah Pencarian Data Pengembangan CPG

No Nama Organisasi PENILAIAN

Alamat Dokumen Total Ranking


Website

Setelah ditentukan pencarian data yang paling baik untuk pengembangan


CPG perlu mengetahui hal sebagai berikut:

1. Kekuatan dari evidance: level dari evidance yang paling tinggi adalah hasil
pencarian secara acak yang berasal dari pendapat para ahli.
2. Kemampuan untuk dapat diaplikasikan dari penelusuran dokumen yang
didapatkan.
3. Fleksibilitas: harus ada indentifikasi pada pasien yang bagaimana
keadaan-keadaan tertentu dapat dikecualikan.
4. Kejelasan, tidak menggunakan istilah yang aneh, harus jelas dan mudah
dimengerti.
5. Apakah topik atau dokumen yang dipenting dalam arti untuk
mengembangkan proses outcome pelayanan medik
6. Apakah ada potensi perbaikan?
7. Apakah perubahan atau pencarian referensi yang terpilih akan
menguntungkan pasien?
8. Dapatkah perubahan diketahui dapat diimplementasikan.

Referensi:

Fervers B dkk, (2010) Clinical practice guidelines, Jurnal of visceral


surgery 147

Anda mungkin juga menyukai