Anda di halaman 1dari 6

METODOLOGI PENELITIAN

Macam-Macam Cara Pengukuran

Disusun oleh :

ANINDYA WAHYU K

151610101032

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Negeri Jember
2017
Definisi dari operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada suatu karakteristik
yang bisa diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau juga “mengubah konsep-
konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan suatu perilaku atau
gejala yang bisa diamati serta yang bisa diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang
lain.Menurut Azwar (2003:74), definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel
yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati.

1. SKALA LINKERT
 Skala likert adalah suatu skala digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala
Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen
yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang
menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat
negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain: Sangat Penting (SP), Penting (P),
Ragu-ragu (R), Tidak Penting (TP), Sangat Tidak Penting (STP). C. Bird
menyebutnya sebagai Method of Sumated Ratings.
 Skala likert ini digunakan apabila peneliti ingin menggambarkan secara kasar posisi
individu dalam kelompoknya (posisi relatif), peneliti ingin membandingkan skor
subyek dengan kelompok normatifnya dan apabila peneliti ingin menyusun skala
pengukuran yang sederhana dan mudah dibuat. Skala likert menurut Sugiyono
(2010:93) adalah sebagai berikut : “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.”
Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan,
mendukung pernyataan. Untuk digunakan jawaban yang dipilih. Dengan skala Likert,
maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak ukur menyusun item-item instrumen
yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.
Prosedur dalam membuat skala Likert adalah sebagai berikut:
1. Peneliti mengumpulkan item-item yang cukup banyak, relevant dengan masalah yang
sedang diteliti, dan terdiri dari item yang cukup jelas disukai dan tidak disukai.
2. Kemudian item-item itu dicoba kepada sekelompok responden yang cukup representatif
dari populasi yang ingin diteliti.
3. Responden di atas diminta untuk mengecek tiap item, apakah ia menyenangi (+) atau tidak
menyukainya (-). Respons tersebut dikumpulkan dan jawaban yang memberikan indikasi
menyenangi diberi skor tertinggi. Tidak ada masalah untuk memberikan angka 5 untuk
yang tertinggi dan skor 1 untuk yang terendah atau sebaliknya. Yang penting adalah
konsistensi dari arah sikap yang diperlihatkan. Demikian juga apakah jawaban “setuju”
atau “tidak setuju” disebut yang disenangi, tergantung dari isi pertanyaan dan isi dari item-
item yang disusun.
4. Total skor dari masing-masing individu adalah penjumlahan dari skor masing-masing item
dari individu tersebut.
5. Respon dianalisis untuk mengetahui item-item mana yang sangat nyata batasan antara skor
tinggi dan skor rendah dalam skala total. Misalnya, responden pada upper 25% dan lower
25% dianalisis untuk melihat sampai berapa jauh tiap item dalam kelompok ini berbeda.
Item-item yang tidak menunjukkan beda yang nyata, apakah masuk dalam skortinggi atau
rendah juga dibuang untuk mempertahankan konsistensi internal dari pertanyaan.

Kelemahan Skala Linkert:


1) Hanya dapat mengurutkan individu dalam skala, tetapi tidak dapat membandingkan
berapakali individu lebih baik dari individu lainya.
2) Kadang kala total skor dari individu tidak memberikan arti yang jelas, banyak pola
responsi terhadap beberapa item akan memberikan skor yang sama. Validitas dari
skala linkert masih memerlukan penelitian empirik.
Kelebihan Skala Linkert:
1) Dalam menyusun skala, item-item yang tidak jelas korelasinya masih dapat
dimasukkan dalam skala.
2) Lebih mudah membuatnya dari pada skala thurstone.
3) Mempunyai reliabilitas yang relatif tinggi dibanding skala thurstone untuk jumlah
item yang sama. Juga dapat memperlihatkan item yang dinyatakan dalam
beberapa responsi alternatif.
4) Dapat memberikan keterangan yang lebih nyata tentang pendapatan atau sikap
responden.

2. SKALA GUTTMAN
 Skala Guttman adalah skala dimana didalamnya akan memberikan respon yang tegas,
yang terdiri dari dua alternatif
Misalnya :
Ya Tidak
Baik Buruk
Pernah Belum Pernah
Punya Tidak Punya
 Jadi skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas
(tegas dan konsisten. Misalnya yakin-tidak yakin ;ya – tidak;benar-salah; positif –
negative; pernah-belum pernah ; setuju – tidak setuju; dan sebagainya. Penelitian
dengan menggunakan skala Guttman apabila ingin mendapatkan jawaban jelas (tegas)
dan konsisten terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Contoh:
a. Yakin atau tidakkah anda, pergantian Menteri cabinet Indonesia Bersatu akan
dapat mengatasi persoalan bangsa.
1. Yakin
2. Tidak
b. Pernahkah pimpinan saudara mengajak diskusi bersama?
1. Setuju
2. Tidak Setuju
Langkah-langkah untuk membuat skala Guttman adalah sebagai berikut :
1. Susunlah sejumlah pernyataan yang relevan dengan masalah yang ingin diselidiki
2. Lakukan penelitian permulaan pada sejumlah sampel dari populasi yang akan diselidiki,
sampel yang diselidiki minimal besarnya 50 sampel
3. Jawaban yang diperoleh dianalisis, dan jawaban yang ekstrim dibuang. Jawaban yang
ekstrim adalah jawaban yang disetujui atau tidak disetujui oleh lebih dari 80% responden
4. Susunlah jawaban pada table Guttman
5. Hitunglah koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas

Kelemahan dari Skala Guttman, yaitu :


1. Skala ini bisa jadi tidak mungkin menjadi dasar yang efektif baik intuk mengukur sikap
terhadap objek yang kompleks atau pun untuk membuat prediksi tentang perilaku objek
tersebut.
2. Satu skala bisa saja mempunyai dimensi tunggal untuk satu kelompok tetapi ganda untuk
kelompok lain, ataupun berdimensi satu untuk satu waktu dan mempunyai dimensi ganda
untuk waktu yang lain.

3. SKALA SEMAMTIK DIFERENSIONAL


 Skala ini digunakan untuk mengukur sikap tidak dalam bentuk pilihan ganda atau
checklist, tetapi tersusun dari sebuah garis kontinuem dimana nilai yang sangat negatif
terletak disebelah kiri sedangkan nilai yang sangat positif terletak disebelah kanan.
Contoh:
Bagimana tanggapan saudara terhadap pelayanan dirumah sakit ini ?

 Teknik Semantik Diferensial merupakan penyempurnaan dari Skala Likert yang


tidak mampu menjangkau respon yang bersifat multidimensi, misalnya sikap
terhadap standar nilai UAN (Subjek 1 : tidak mendukung, kuat, aktif dan Subjek
2 : tidak mendukung, lemah, pasif). Komponen Skala semantik diferensial adalah
berupa stimulus dan respon. Stimulus berupa kata (benda, orang, profesi, dsb) dan
Respon berupa pasangan kata sifat (adjective) yang membentuk kontinum dengan
dua kutub (bipolar).

4. SKALA RATING
 Pada skala rating yaitu data mentah yang dapat berupa angka kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif, berbeda dengan skala Likert, skala
Guttman dan Semantik diferensial data yang diperoleh adalah data kualitatif yang
dikuantitatifkan. Rating scale digunakan untuk mengukur sikap, gejala atau
fenomena sosial misalnya : ekonomi, ipteks, instansi, kinerja dosen, kegiatan
PBM, kepuasan pelanggan, produktivitas kerja, motivasi pegawai, dll.
Contoh:

Anda mungkin juga menyukai