Dari pembahasan tentang pengertian penelitian studi kasus, dapat disimpulkan bahwa
penelitian studi kasus adalah penelitian yang meneliti fenomena kontemporer secara utuh dan
menyeluruh pada kondisi yang sebenarnya, dengan menggunakan berbagai bentuk data
kualitatif. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa, karakteristiuk penelitian studi kasus pada
umumnya sama dengan karakteristik penelitian kualitatif pada umumnya. Seperti telah
dijelaskan di depan, karakteristik penelitian kualitatif dilandasi oleh tujuan utamanya yaitu
untuk menggali substansi mendasar di balik fakta yang terjadi di dunia. Secara khusus,
penelitian studi kasus memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan jenis
penelitian kualitatif yang lain. Kekhususan penelitian studi kasus adalah pada cara pandang
penelitinya terhadap obyek yang diteliti. Dari cara pandang yang berbeda ini, menimbulkan
kebutuhan metoda penelitian yang khusus, yang berbeda dengan jenis penelitian kualitatif
yang lain.
Seperti telah dijelaskan di dalam pengertian penelitian studi kasus di depan, keunikan
penelitian studi kasus adalah pada adanya cara pandang terhadap obyek penelitiannya sebagai
’kasus’. Bahkan, secara khusus, Stake (2005) menyatakan bahwa penelitian studi kasus
bukanlah suatu pilihan metoda penelitian, tetapi bagaimana memilih kasus sebagai obyek
atau target penelitian. Pernyataan ini menekankan bahwa peneliti studi kasus harus
memahami bagaimana menempatkan obyek atau target penelitiannya sebagai kasus di dalam
penelitiannya.
Kasus itu sendiri adalah sesuatu yang dipandang sebagai suatu sistem kesatuan yang
menyeluruh, tetapi terbatasi oleh kerangka konteks tertentu (Creswell, 2007). Sebuah kasus
adalah isu atau masalah yang harus dipelajari, yang akan mengungkapkan pemahaman
mendalam tentang kasus tersebut, sebagai suatu kesatuan sistem yang dibatasi, yang
melibatkan pemahaman sebuah peristiwa, aktivitas, proses, atau satu atau lebih individu.
Melalui penelitian studi kasus, kasus yang diteliti dapat dijelaskan secara terperinci dan
komprehensif, menyangkut tidak hanya penjelasan tentang karakteristiknya, tetapi juga
bagaimana dan mengapa karakteristik dari kasus tersebut dapat terbentuk.
3. Menggunakan teori sebagai acuan penelitian
Karakteristik penelitian studi kasus yang relatif berbeda dibandingkan dengan strategi
atau metoda penelitian studi kasus yang lain adalah penggunaan teori sebagai acuan
penelitian. Berdasarkan pemikiran induktif yang bermaksud untuk membangun pengetahuan-
pengetahuan baru yang orisinil, penelitian kualitatif selalu dikonotasikan sebagai penelitian
yang menolak penggunaan teori sebagai acuan penelitian. Penggunaan teori sebagai acuan
dianggap dapat mengurangi orisinalitas temuan dari penelitian kualitatif
Pada penelitian studi kasus, teori digunakan baik untuk menentukan arah, konteks,
maupun posisi hasil penelitian. Kajian teori dapat dilakukan di bagian depan, tengah dan
belakang proses penelitian. Pada bagian depan, teori digunakan untuk membangun arahan
dan pedoman di dalam menjalankan kegiatan penelitian. Secara khusus, pada bagian ini, teori
dapat dipergunakan untuk membangun hipotesis, seperti halnya yang dilakukan pada
paradigma deduktif atau positivistik (VanWynsberghe dan Khan, 2007; Eckstein, 2002;
Lincoln dan Guba, 2000). Pada bagian tengah, teori dipergunakan untuk menentukan posisi
temuan-temuan penelitian terhadap teori yang ada dan telah berkembang (Creswell, 2003,
2007). Sedangkan pada bagian belakang, teori dipergunakan untuk menentukan posisi hasil
keseluruhan penelitian terhadap teori yang ada dan telah berkembang (Creswell, 2003, 2007).
Melalui pemanfaatan teori tersebut, peneliti studi kasus dapat membangun teori yang
langsung terkait dengan kondisi kasus yang ditelitinya. Kesimpulan konseptual dan teoritis
yang dibangun melalui penelitian studi kasus dapat lebih bersifat alamiah, karena sifat dari
kasus yang alamiah seperti apa adanya tersebut.
D. Penelitian Kasus dan Penelitian Lapangan ( Case study and field study)
Penelitian kasus dan penelitian lapangan bermaksud mempelajari secara intensif tentang
latar belakang keadaan sekarang dan interaksi suatu sosial, individu, kelompok, lembaga,
masyarakat. Misalnya, study secara intensif tentang sosial kebudayaan suatu kota
metropolitan, study lapangang tentang kelompok masyarakat terpencil dan lain-lain.[11]
1. Tujuan
Tujuan penelitian kasus dan penelitian lapangan adalah untuk mempelajari secara intensif
tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan sesuatu unuit sosial,
individu, kelompok, lembaga atau masyarakat.[12]
2. Contoh
a. Study lapangan yang tuntas mengenai kebudayaan kelompok—kelompok
masyarakat terpencil
b. Study secara mendalam mengenai seorang anak yang mengalami
ketidakmampuan belajar yang dilakukan oleh seorang ahli psikologi.[13]
3. Ciri-ciri
a. Penelitian kasus adalah penelitain yang mendalam mengenai kasus tertentu yang hasilnya
merupakan gambaran lengkap dan terorganim mengenai kasus itu penelitian ini antara lain
mencakup keseluruhan siklus kehidupan, kadang-kadang hanya meliputi segmen-segmen
tertentu pada faktor-faktor kasus.
b. Penelitian kasus cendrung untuk meneliti jumlah unit yang kecil tetapi mengenai variable-
variabel dan kondisi yang besar jumlahnya.
1) Penelitian kasus sangat berguna untuk informasi latar belakang guna merencakan yang lebih
besar dalam ilmu-ilmu sosial.
Ia lebih intensif menerangi variable-variabel yang penting, proses-proses dan interaksi-
interaksi yang memerlukan perhatian yang lebih luas. Penelitian ini merupakan perintis bagi
penelitian lanjutan, juga merupakan sumber hipotesi.
2) Penelitian kasus memberikan contoh yang berguna berdasarkan data yang diperoleh untuk
memberi gambaran untuk penemuan-penemuan yang disimpulkan dengan statistik.
Kelemahan :
a) Tidak memungkinkan generalisasi yang obyektif pada populasi sebab perincian kasus sangat
terbatas representatnya.
b) Penelitian kasus sangatlah peka terhadap keberatan sebelahan yang subyektif maka hasilnya
kurang obyektif.[14]
4. Langkah-langkah Pokok
1. Merumuskan tujuan-tujuan yang akan dicapai, apakah yang dijadikan unit studi dan sifat-
sifat, saling hubungan serta proses-proses yang mana yang akan menuntun penelitian.
2. Merancangkan cara pendekatannya. Bagaimana unit-unit itu akan dipilih? Sumber-sumber
data mana yang tersedia Metode pengumpulan data mana yang akan digunakan?
3. Mengumpulkan data.
4. Mengorganisasikan data dan informasi yang diperoleh itu menjadi rekonstruksi unit studi
yang koheren dan terpadu secara baik.
5. Menyusun laporan dengan sekaligus mendiskusikan makna hasil tersebut.[15]
1. Pengertian Studi Kasus
Penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci, dan
mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya,
maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subyek yang sangat sempit. Tetapi ditinjau
dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam.1[1]
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci
terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu
peristiwa tertentu . Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu
pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci.
SementaraYin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada
ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus
hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti
berusaha menernukan sernua variabel yang penting.2[2]
Secara umum, pengertian-pengertian tersebut mengarah pada pernyataan bahwa,
sesuai dengan namanya, penelitian studi kasus adalah penelitian yang menempatkan sesuatu
atau obyek yang diteliti sebagai ‘kasus’.
Definisi yang paling sering dijumpai tentang studi kasus semata-mata mengulangi
jenis-jenis topik yang aplikatif. Sebagai contoh, dalam kata-kata seorang pengamat bahwa
Esensi studi kasus, adalah mencoba menjelaskan keputusan-keputusan tentang mengapa studi
tersebut dipilih, bagaimana mengimplementasikannya, dan apa hasilnya
(Scharmm,1971).3[3]
Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi: (1)
sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2) sasaran-
sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau
konteksnya masing-masing dengan maksud untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di
antara variabel-variabelnya.
Setiap analisis kasus mengandung data berdasarkan wawancara, data berdasarkan
pengamatan, dokumenter, kesan dan pernyataan orang lain mengenai kasus tersebut.4[4]
Contoh:
Disuatu kelas terdapat seorang siswa yang sangat menonjol, lain dari yang lain. Jika
diajar tidak pernah tenang, sifatnya keras, suka membantah. Sikapnya berang. Tapi
prestasinya luar biasa baik. Siswa seperti ini pantas dijadikan “kasus”, artinya dijadikan
subyek dalam penelitian kasus.
Di dalam penelitian tersebut siswa diselidiki, apa sebab mempunyai tingkah laku
demikian. Apa latar belakangnya, bagaimana sejarahnya, dan seterusnya.
3. Penelitian studi kasus (CSR), dapat menumbuhkan semangat membebaskan (liberating) dan
menyetarakan (emancipating) dalam konteks profesi guru BP/BK. Artinya ketika guru
BP/BK mempunyai rasa kepercayaan diri dan harga diri (self esteem) sebagai guru BP/BK
yang profesional, dia akan mandiri, tidak tergantung pada pihak lain, punya semangat
inovatif dalam proses layanan pembimbingan siswa.
4. Penelitian studi kasus (CSR), dapat memberikan masukan (input) bagi guru BP/BK dalam
hal: (a) penyusunan program layanan pembimbingan di kelas (sekolah); (b) strategi
memecahkan beragam problema peserta didik untuk kemudian dicari solusi yang terbaik
dalam mencapai kualitas prestasi belajar siswa; (c) upaya guru BP/BK dalam melakukan
inovasi layanan pembimbingan pesrta didik di sekolah; dan (d) membangun iklim hubungan
yang persuasif, komunikatif antara peserta didik dengan guru BP/BK, sehingga siswa tidak
merasa takut atau enggan bertemu dengan guru BP/BK