Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi senantiasa berperan penting dalam proses kehidupan.
Komunikasi merupakan inti dari kehidupan sosial manusia dan merupakan
komponen dasar dari hubungan antar manusia. Banyak permasalahan yang
menyangkut manusia dapat diidentifikasikan dan dipecahkan melalui
komunikasi, tetapi banyak pula hal hal kecil dalam kehidupan
manusia menjadi permasalahan besar karena komunikasi. Oleh sebab itu
komunikasi merupakan kunci utama dalam melakukan proses interaksi
antar manusia. Di dalam dunia kesehatan, khususnya dalam profesi
keperawatan sendiri, komunikasi juga mendapatkan peran utama dalam
melaksanakan proses keperawatan. Dalam asuhan keperawatan,
komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien dalam mencapai
tingkat kesehatan yang optimal.
Didalam profesi keperawatan, komunikasi yang digunakan
oleh seorang perawat disebut dengan komunikasi terapeutik. Menurut

Struart G.W. (1998)3 menyatakan bahwa, komunikasi terapeutik


merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien, dalam
hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama
dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
Komunikasi terapeutik sendiri memandang gangguan jiwa
bersumber pada gangguan komunikasi, pada ketidakmampuan pasien
untuk mengungkapkan dirinya. Interaksi perawat dan pasien akan
menghasilkan informasi untuk perawat tentang keadaan pasien dan pada
waktu yang bersamaan, perawat dapat memberikan informasi tentang
cara-cara menyelesaikan masalah dengan strategi tertentu sehingga pasien
terpengaruh dan mau melakukannya untuk penyelesaian masalah pasien.
Jika pasien menerima dan melakukan informasi yang diberikan oleh
perawat maka perilaku pasien dapat dikatakan menuju ke arah penerimaan
yang merupakan hasil utama dari tindakan keperawatan.
2

Menurut dr. Danardi Sosrosumihardjo, Sp. KJ dari Kedokteran


Jiwa FKUI/RSCM (Republika, 18 Maret 2000), menyatakan bahwa di
Indonesia sendiri jumlah penderita Skizofrenia mencapai 0,3 – 1% dan
biasanya timbul pada usia sekitar 18 – 45 tahun, namun ada juga yang
baru berusia 11 -12 tahun sudah menderita skizofrenia. Apabila
penduduk Indonesia sekitar 200 juta jiwa, maka diperkirakan sekitar 2
juta jiwa menderita skizofrenia. Skizofrenia adalah gangguan mental
yang cukup luas dialami di Indonesia, di mana sekitar 99% pasien di
Rumah Sakit Jiwa di Indonesia adalah penderita skizofrenia. Sedangkan di
Jawa Timur menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Studi
Proporsi Gangguan Jiwa oleh Direktorat Kesehatan Jiwa, Departemen
Kesehatan, di 16 kota selama kurun waktu 1996-2000
menjumpai gangguan disfungsi mental (kecemasan, depresi, dsb)
sebanyak Menurut Kasubag Hukum dan Humas RSJ Radjiman
Wediodiningrat Lawang, Heri Juwanto, hingga tanggal 28 Desember 2009
Jumlah RSJ Lawang mencapai 710 pasien dan sampai bulan September
2010 tercatat ada 660 pasien dari 700 pasien yang menjadi kapasitas RSJ
Malang. Dari data itu besar pasien yang masuk berusia antara 18 - 60
tahun dengan latar belakang yang beraneka ragam, antara lain sekitar
60% adalah pasien yang masuk karena faktor ekonomi, 30 % lainnya
disebabkan faktor susah mencari kerja, dan 10 % masuk karena putus
cinta. Selain itu, asal para pasien tersebut, mayoritas dari kawasan Malang
Raya , meliputi Kota Batu, Kota Malang, dan Kabupaten Malang. Sisanya,
para warga asal 31 kabupaten dan kota di Jawa Timur. Dari kawasan
Malang Raya sebanyak 30 % dan sisanya dari 31 kabupaten dan kota
di Jatim.
Komunikasi terapeutik yang diterapkan oleh seorang perawat,
merupakan salah satu bentuk dari penerapan komunikasi dibidang
kesehatan. Dimana studi mengenai komunikasi kesehatan ini pada
dasarnya menghubungkan studi komunikasi dengan kesehatan.
Pengetahuan komunikasi kesehatan, terutama hasil komunikasi kesehatan
yang efektif, dapat membantu kita untuk meningkatkan kesadaran tentang
3

resiko dan solusi terhadap masalah kesehatan yang sedang dihadapi


masyarakat, juga dapat memberikan motivasi agar masyarakat dapat
mengembangkan keterampilan untuk mengurangi resiko tersebut.
Dengan pengalaman, pengetahuan dan teknik komunikasi
terapeutik yang harus dimiliki oleh seorang perawat sangatlah berperan
penting bagi kesembuhan para pasien dengan halusinasi dengar,
khususnya di ruang flamboyan dan komunikasi terapeutik sendiri
merupakan bagian dari komunikasi interpersonal yang bergerak di dalam
bidang komunikasi kesehatan dimana, setiap perawat wajib
menggunakannnya dengan pasien. Oleh sebab itu dengan menjalin
komunikasi terapeutik setidaknya bisa membantu proses penyembuhan
pasien yang semakin meningkat setiap tahunnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Komunikasi Terapeutik?
2. Apa parbedaan komunikasi terapeutik dengan komunikasi sosial?
3. Bagimana Prinsip Komunikasi Terapeutik?
4. Bagaimana Tahap-tahap komunikasi terapeutik?
5. Bagaimana karakteristik Komunikasi Terapeutik?
6. Bagaimana fase-fase komunikasi terpeutik?

C. Tujuam
1. Mengetahui pengertian Komunikasi Terapeutik.
2. Mengetahui parbedaan komunikasi terapeutik dengan komunikasi
sosial.
3. Mengetahui Prinsip Komunikasi Terapeutik.
4. mengetahui Tahap-tahap komunikasi terapeutik.
5. mengetahui karakteristik Komunikasi Terapeutik.
6. Mengetahui fase-fase komunikasi terpeutik.
4

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal
antara perawat dan pasiennya. Dimana dalam hubungan ini, perawat dan
klien bersama-sama belajar untuk memperbaiki pengalaman emosional
klien.(Stuart G.W ,2002)
Komunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan oleh perawat
memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan pada klien. (Rahman, I Taupik, 2015)
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses
penyembuhan klien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi
interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara
perawat dengan klien. (Rahman, I Taupik, 2015)
Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
komunikasi terapeutik merupakan proses komunikasi dalam keperawatan
yang di rencanakan.

B. Perbedaan Komunikasi Terapeutik dengan Komunikasi sosial.


Komunikasi Terapeutik Komunikasi Sosial
1. Terjadi antara perawat dan 1. Terjadi setiaphari antara
klien atau anggota tim orang dengan orang, baik
kesehatan lainnya dalam pergaulan biasa
2. Lebih akrab, karena atapun dalam lingkungan
mempunyai tujuan dan kerja.
fokusnya adalah pada 2. Bersifat dangkal karena
pasien sebagai orang yang tidak adanya tujuan.
membutuhkan bantuan 3. Lebih banyak terjadi
untuk mengatasi masalah didalam pekerjaanm
kesehatannya. aktifitas sosial, dll
3. Perawat secara aktif 4. Pembicaraan tidak
mendengarkan dan mempunyai fokus
membrikan responkeada tertentu, tetapi lebih
pasien, sebagai isyarat kearah kebersamaan dan
bahwa perawat peduli, mau rasa ssenang antar
memahami, serta empati, pembicaranya.
5

sehingga dapat lebih 5. Dapat maupun tidak


menumbuhkan rasa percaya direncanakan.
p[ada diri pasien serta
pasien lebih menjadi
terbuka dalam
menceritakan masalah
kesehatannya kepada
perawat.

C. Prinsip Komunikasi Terapeutik


1. Kejujuran (Trustworthy)
2. Ekspresif dan tidak membingungkan agar tidak terjadi
kesalahpahaman
3. Bersikap positif
4. Empati, bukan simpati
5. Melihat permasalahan dari kacamata pasien
6. Menerima pasien apa adanya
7. Sensitive terhadap perasaan pasien
8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu pasien

D. Teknik-Teknik Komunikasi Terapeutik


1. Mendengarkan
Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi
yang disampaikan oleh klien dengan penuh empati dan perhatian.
Ini dapat ditunjukkan dengan memandang kearah klien selama
berbicara, menjaga kontak pandang yang menunjukkan
keingintahuan, dan menganggukkan kepala pada saat berbicara
tentang hal yang dirasakan penting atau memerlukan ummpan
balik. Teknik dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada
klien dalam mengungkapkan perasaan dan menjaga kestabilan
emosi klien.
2. Menunjukkan penerimaan
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia
untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan sikap ragu
atau penolakan. Dalam hal ini sebaiknya perawat tidak
6

menunjukkan ekspresi wajah yang menunjukkan ketidaksetujuan


atau penolakan. Selama klien berbicara sebaiknya perawat tidak
menyela atau membantah. Untuk menunjukkan sikap penerimaan
sebaiknya perawat menganggukkan kepala dalam merespon
pembicaraan klien.
3. Mengulang Pernyataan Klien
Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan
balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya mendapat
respond an berharap komunikasi dapat berlanjut. Mengulang pokok
pikiran klien menunjukkan indikasi bahwa perawat mengikuti
pembicaraan klien.
4. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawta perlu
mengehentikan pembicaraan untuk meminta penjelasan dengan
menyamakan pengertian. Ini berkaitan dengan pentingnya
informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan. Klarifikasi
diperlukan untuk memperoleh kejelasan dan kesamaan ide,
perasaan, dan persepsi.
5. Memfokuskan Pembicaraan
Tujuan penerapan metode ini untuk membatasi materi
pembicaraan agar lebih spesifik dan mudah dimengerti. Perawat
tidak perlu menyela pembicaraan klien ketika menyampaikan
masalah penting kecuali apabila tidak membuahkan informasi
baru.
6. Menyampaikan Hasil Pengamatan
Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap
klien untuk mengetahui bahwa pesan dapat tersampaikan dengan
baik. Perawat menjelaskan kesan yang didapat dari isyarat
nonverbal yang dilakukan oleh klien. Dengan demikian akan
menjadikan klien berkomunikasi dengan lebih baik dan terfokus
pada permasalahan yang sedang dibicarakan.
7

7. Menawarkan Informasi.
Penghayatan kondisi klien akan lebih baik apabila ia
mendapat informasi yang cukup dari perawat. Memberikan
informasi yang lebih lengkap merupakkan pendidikan kesehatan
bagi klien. Apabila ada informasi yang tidak disampaikan oleh
dokter, perawat perlu meminta penjelasan alasannya. Perawat
dimungkinkan untuk memfasilitasi klien dalam pengambilan
keputusan, bukan menasihatinya.
8. Diam
Dengan diam akan terjadi proses pengorganisasian pikiran
dipihak perawat dan klien. Penerapan metode ini memerlukan
ketrampilan dan ketepatan waktu agar tidak menimbulkan
ketrampilan dan ketepatan waktu agar tidak menimbulkan perasaan
tidak enak. Diam memungkinkan klien berkomunikasi dengan
dirinya sendiri, menghimpun pikirannya, dan memproses
informasi.
9. Menunjukkan Penghargaan
Menunjukkan penghargaan dapat dinyatakan dengan
mengucapkan salam kepada klien, terlebih disertai menyebutkan
namanya. Hal ini akan diterima oleh klien sebagai suatu
penghargaan yang tulus. Dengan demikian klien merasa
keberadaannya dihargai.
10. Refleksi
Reaksi yang muncul dalan komunikasi antara perawat dan
klien disebut refleksi. Refleksi dibedakan dalam dua klasifikasi:
a. Refleksi isi bertujuan mensahkan sesuatu yang didengar.
Klarifikasi ide yang diungkapkan oleh klien dan
pemahaman perawat tergolong dalam klasifikasi refleksi
ini.
b. Ungkapan yang bertujuan memberi respon terhadap
ungkapan perasaan klien tergolong dalam refleksi perasaan.
Refleksi ini bertujuan agar klien dapat menyadari
8

eksistensinya sebagai manusia yang mempunyai potensi


sebagai manusia yang mempunyai potensi sebagai individu
yang berdiri sendiri.

E. Fase Komunikasi Terapeutik


1. Pra Ineraksi
Pra interaksi mulai sebelum kontak pertama dengan klien. Perawat
mengeksplorasikan perasaan, fantasi dan ketakutannya. Sehingga
kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan
klien dapat dipertanggungjawabkan. Tugas tambahan pada fase ini
adalah mendapatkan informasi tentang klien dan menentukan kontak
pertama.
2. Orientasi (Orientation)
Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi
yang terjadi bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien.
Fase ini dicirikan oleh lima kegiatan pokok yaitu testing, building
trust, identification of problems and goals, clarification of roles dan
contract formation.
3. Kerja (Working)
Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi
tujuan yang telah ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja sama dengan
pasien untuk berdiskusi tentang masalah-masalah yang merintangi
pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu
menyatukan proses komunikasi dengan tindakan perawatan dan
membangun suasana yang mendukung untuk proses perubahan.
4. Penyelesaian (Termination)
Paa fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan
penilaian atas tujuan telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah
kondisi yang saling menguntungkan dan memuaskan. Kegiatan pada
fase ini adalah penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan.
9

F. Karakteristik Komunikasi Terapeutik


Karakteristik Komunikasi Terapeutik Ada tiga hal mendasar yang
memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai berikut:
1. Ikhlas (Genuiness)
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien barus bisa
diterima dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal
akan memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan
kondisinya secara tepat.
2. Empati (Empathy)
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif
dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak
berlebihan.
3. Hangat (Warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien
dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut,
sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.
10

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik merupakan
proses komunikasi dalam keperawatan yang di rencanakan. Adapun
prinsip-prinsip komunikasi terapeutik Kejujuran (Trustworthy),
Ekspresif dan tidak membingungkan agar tidak terjadi
kesalahpahaman, Bersikap positif, Empati, bukan simpati, Melihat
permasalahan dari kacamata pasien, Menerima pasien apa adanya,
Sensitive terhadap perasaan pasien dan Tidak mudah terpengaruh oleh
masa lalu pasien.
Selain itu adapun teknik-yeknik dalam komunikasi terapeutik
adalah diantaranya mendengar, pernyataan terbuka, pengulangan
pernyataan, klarifikasi, refleks, pemusatan, berbagai persepsi,
mengidentifikasikan teman, diam, dan humor.
Fase-fase dalam komunikasi terapeutik ada empat yang
diantaranya: fase pra-interaksi, orientasi, tahap kerja(working) dan
terminasi. Selain itu adapaun karakteristik komunikasi yang
diantaranya: Ikhlas (Genuiness), Empati (Empathy) dan Hangat
(Warmth).

B. Saran
Latihlah teknik komunikasi terapeutik kita agar kita bisa
menerapkan konsep-konsep komunikasi dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada klien dengan sesuai.

Anda mungkin juga menyukai