Anda di halaman 1dari 55

SNARS ED 1

(STANDAR NASIONAL AKREDITASI RS)


Berlaku mulai
1 Januari 2018
1. PENDAHULUAN
• Standar Akreditasi Harus Dilakukan Improvement Terus Menerus Dan
Untuk Itu Diperlukan Suatu Evaluasi dan Revisi Dari Standar Yang
Sudah Ada
• KARS Perlu Memiliki Sendiri Standarnya Yang Mengacu Pada Standar
Internasional Dari ISQua
• KARS Membentuk Tim Untuk Menyusun Standar Tersebut Dengan
Melibatkan Juga Para Stake Holder Kars Termasuk Uji Coba Pada 10 Rs
Berbagai Kelas
EVALUASI VERSI 2012

1. BAHASA
2. SUBSTANSI
3. PENYAJIAN
4. MUNCULNYA MASALAH BARU
DALAM PERUMAH SAKITAN DI
INDONESIA
KARS
Standar TKRS 7.1.
Direktur RS menelusuri dan menggunakan data dan informasi tentang rantai distribusi obat, dan perbekalan
farmasi yang aman untuk melindungi pasien dan staf dari produk yang berasal dari pasar gelap, palsu,
terkontaminasi atau cacat.

• Maksud dan Tujuan TKRS 7.1 : Regulasi pembelian alat kesehatan , bahan medis habis pakai dan obat yang
berisiko termasuk vaksin, agar memperhatikan alur rantai distribusi yang antara lain meliputi :
1. Akte pendirian perusahaan & pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia.
2. Sura Izin Usaha Perusahaan (SIUP) dan
3. NPWP
4. Izin Pedagang Besar Farmasi - Penyalur Alat Kesehatan (PBF-PAK)
5. Perjanjian Kerja Sama antara distributor dengan prinsipal dan RS
6. Nama dan Surat izin Kerja Apoteker untuk apoteker Penanggung jawab PBF
7. Alamat dan denah kantor PBF
8. Surat garansi jaminan keaslian produk yang didistribusikan (dari prinsipal)
4. Direktur RS menelusuri rantai D Bukti penelusuran/investigasi rantai distribusi
pengadaan alat kesehatan , bahan medis habis
distribusi pengadaan alat
pakai dan obat yang berisiko termasuk vaksin dari
aspek 1 s/d 8 seperti tercantum pada maksud dan
kesehatan, bahan medis habis
tujuan.
pakai dan obat yang berisiko
W
• Direktur/Kepala bidang/divisi terkait
termasuk vaksin untuk
• Kepala Instalasi Farmasi
mencegah penggelapan dan
• Panitia Pengadaan
pemalsuan. (D,W)
KASUS BAYI DEBORA
ETIKA ORGANISASI DAN ETIKA KLINIS
Standar TKRS 12
RS menetapkan tata kelola untuk manajemen etis dan etika pegawai agar menjamin
bahwa asuhan pasien diberikan didalam norma-norma bisnis, finansial, etis, dan hukum
yang melindungi pasien dan hak mereka.
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RS EDISI 1

PIMPINAN/DIREKTUR RS
Mengetahui peraturan
perundangan terkait
perumah sakitan

Menyusun regulasi di
tingkat RS

Menjamin kepatuhan staf


melaksanakan regulasi RS

21
TANGGUNG JAWAB DIREKTUR RS
Patuh terhadap
peraturan &
perundangan RS

PIMPINAN RS
Menetapkan
regulasi di RS

Sistem monev
terhadap Menjamin
regulasi yg kepatuhan staf
ditetapkan pimp terhadap regulasi
yg ditetapkan
oleh pimpinan
PERBEDAAN SNARS ED1 DENGAN VERSI 2012

DUKUNGAN PADA PROGRAM NASIONAL

SOLUSI PENCEGAHAN MASALAH


PERUMAH SAKITAN DI INDONESIA

SUBSTANSI

BAHASA

PENYAJIAN
I. KELOMPOK STANDAR (ARK,HPK,AP,
PELAYANAN BERFOKUS PADA PAP,PAB,PKPO
PASIEN MKE)

(7 BAB)
(PMKP,PPI,TKRS,
II. KELOMPOK STANDAR MFK, KKS, MIRM)
STANDAR MANAJEMEN RS
NASIONAL AKREDITASI (6 BAB)
RUMAH SAKIT
ED 1 III. SASARAN KESELAMATAN
PASIEN SKP
PONEK
HIV/AIDS
IV. PROGRAM NASIONAL TB
PPRA
GERIATRI

V. INTEGRASI PENDIDIKAN
KESEHATAN DALAM IPKP
PELAYANAN
MUNCULNYA PERMASALAHAN BARU
DATA TAHUN 2012 SD 2017
SKOR TERENDAH : PPK
SKOR TERTINGGI : HPK
DUKUNGAN BAGI PROGRAM KEMENTERIAN
KESEHATAN/PEMERINTAH

1. UPAYA PENURUNAN ANGKA


KEMATIAN IBU DAN BAYI
2. PENURUNAN ANGKA HIV/AIDS
3. PENURUNAN ANGKA
KESAKITAN TUBERKULOSIS
4. PROGRAM PENCEGAHAN
PENGENDALIAN RESISTENSI
ANTI MIKROBA
5. PELAYANAN GERIATRI
APA YANG BERUBAH
PERUBAHAN NAMA BAB
1. Akses Pelayanan dan Kontinuitas (APK) Akses ke Rumah
Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK)
2. Pelayanan Pasien (PP) Pelayanan Asuhan Pasien (PAP)
3. Manajemen Penggunaan Obat (MPO) Pelayanan
Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
4. Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) Manajemen
Komunikasi dan Edukasi (MKE), dimana beberapa standar
dari Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) standar
versi 2012 yang terkait dengan komunikasi, dijadikan satu di
Manajemen Komunikasi dan Edukasi ini.
5. Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP) Tata
Kelola Rumah Sakit (TKRS)
PERUBAHAN NAMA BAB
6. Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS) Kompetensi dan
Kewenangan Staf (KKS)
7. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM)
8. Sasaran Milenium Development Goals (SMDGs)
Program Nasional dimana terdiri dari:
1. Program Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
2. Program Menurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS.
3. Program Menurunan Angka Kesakitan TB
4. Penyelenggaraan Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA)
5. Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri
PENGELOMPOKAN BAB
1. STANDAR PELAYANAN BERFOKUS PASIEN
1. Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK)
2. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
3. Asesmen Pasien (AP)
4. Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP)
5. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
6. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
7. Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)
2. STANDAR MANAJEMEN RUMAH SAKIT
8. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
9. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
10. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
11. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
12. Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS)
13. Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM)
LANJUTAN…
3. SASARAN KESELAMATAN PASIEN
1. SASARAN 1 : Mengidentifikasi pasien dengan benar
2. SASARAN 2 : Meningkatkan komunikasi yang efektif
3. SASARAN 3 : Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai (High Alert
Medications)
4. SASARAN 4 : Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar.
5. SASARAN 5 : Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. SASARAN 6 : Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh
4. PROGRAM NASIONAL
4. Program Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
5. Program Menurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS.
6. Program Menurunan Angka Kesakitan TB
7. Penyelenggaraan Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA)
8. Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri
5. INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN DI RUMAH SAKIT
PERAN KARS DALAM MENSUKSESKAN
PROGRAM KESEHATAN NASIONAL
4. PROGRAM NASIONAL
4. Program Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
5. Program Menurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS.
6. Program Menurunan Angka Kesakitan TB
7. Penyelenggaraan Pengendalian Resistensi Antimikroba
(PPRA)
8. Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri
APA YANG BARU DALAM SNARS ED 1
1. STANDAR PENGELOLAAN PENGENDALIAN
RESISTENSI ANTIMIKROBA (PPRA)
2. PELAYANAN GERIATRI
3. INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM
PELAYANAN (UNTUK RS PENDIDIKAN)
STANDAR
PENGELOLAAN
PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA
(PPRA)
GAMBARAN UMUM
Resistensi terhadap antimikroba (disingkat: resistensi antimikroba,
dalam bahasa Inggris antimicrobial resistance,AMR) telah menjadi masalah
kesehatan yang mendunia, dengan berbagai dampak merugikan yang dapat
menurunkan mutu dan meningkatkan risiko pelayanan kesehatan
khususnya biaya dan keselamatan pasien.
Yang dimaksud dengan resistensi antimikroba adalah ketidak
mampuan antimikroba membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroba sehingga penggunaannya sebagai terapi penyakit infeksi menjadi
tidak efektif lagi.
Meningkatnya masalah resistensi antimikroba terjadi akibat
penggunaan antimikroba yang tidak bijak dan bertanggung jawab dan
penyebaran mikroba resisten dari pasien ke lingkungannya karena tidak
dilaksanakannya praktik pengendalian dan pencegahan infeksi dengan baik.
Dalam rangka mengendalikan mikroba resisten di RS, perlu
dikembangkan program pengendalian resistensi antimikroba di RS.
Pengendalian resistensi antimikroba adalah aktivitas yang
ditujukan untuk mencegah dan/atau menurunkan adanya kejadian
mikroba resisten.
Dalam rangka pengendalian resistensi antimikroba secara luas
baik di fasilitas pelayanan kesehatan maupun di komunitas di tingkat
nasional telah dibentuk Komite Pengendalian Antimikroba yang
selanjutnya disingkat KPRA oleh Kementerian Kesehatan. Disamping itu
telah ditetapkan program aksi nasional / national action plans on
antimicrobial resistance (NAP AMR) yang didukung oleh WHO.
Program pengendalian resistensi antimikroba (PPRA) merupakan
upaya pengendalian resistensi antimikroba secara terpadu dan
paripurna di fasilitas pelayanan kesehatan.
Implementasi program ini di rumah sakit dapat berjalan baik apabila
mendapat dukungan penuh dari pimpinan/direktur RS berupa penetapan regulasi
pengendalian resistensi antimikroba, pembentukan organisasi pengelola,
penyediaan fasilitas, sarana dan dukungan finansial untuk mendukung pelaksanaan
PPRA.
Penggunaan antimikroba secara bijak ialah penggunaan antimikroba yang
sesuai dengan penyakit infeksi dan penyebabnya dengan rejimen dosis optimal,
durasi pemberian optimal, efek samping dan dampak munculnya mikroba resisten
yang minimal pada pasien. Oleh sebab itu diagnosis dan pemberian antimikroba
harus disertai dengan upaya menemukan penyebab infeksi dan kepekaan mikroba
patogen terhadap antimikroba. Penggunaan antimikroba secara bijak memerlukan
regulasi dalam penerapan dan pengendaliannya.
Pimpinan rumah sakit harus membentuk komite atau tim PPRA sesuai
peraturan perundang-undangan sehingga PPRA dapat dilakukan dengan baik
STANDAR 4 - PPRA

Rumah sakit menyelenggarakan pengendalian


resistensi antimikroba sesuai peraturan
perundang-undangan.
MAKSUD DAN TUJUAN
Standar 4
• Tersedia regulasi pengendalian resistensi antimikroba di RS yang meliputi:
- Pengendalian resistensi antimikroba.
- Panduan penggunaan antibiotik untuk terapi dan profilaksis pembedahan.
- Organisasi pelaksana, Tim/ Komite PPRA terdiri dari tenaga kesehatan yang
kompeten dari unsur:
Staf Medis
Staf Keperawatan
Staf Instalasi Farmasi
Staf Laboratorium yang melaksanakan pelayanan mikrobiologi klinik
Komite Farmasi dan Terapi
Komite PPI
Organisasi PRA dipimpin oleh staf medis yang sudah mendapat sertifikat
pelatihan PPRA
• Program Pengendalian Resistensi Antimikroba terdiri dari :

a) peningkatan pemahaman dan kesadaran seluruh staf,pasien


dan keluarga tentang masalah resistensi anti mikroba
b) pengendalian penggunaan antibiotic
c) surveilans pola penggunaan antibiotik
d) surveilans pola resistensi antimikroba
e) forum kajian penyakit infeksi terintegrasi
ELEMEN PENILAIAN STD 4 PPRA :
1. Ada regulasi dan program tentang pengendalian resistensi antimikroba
di RS sesuai peraturan perundang-undangan. (R)
2. Ada bukti pimpinan RS terlibat dalam menyusun program. (D,W)
3. Ada bukti dukungan anggaran operasional, kesekretariatan, sarana
prasarana untuk menunjang kegiatan fungsi, dan tugas organisasi PPRA.
(D,O,W)
4. Ada bukti pelaksanaan penggunaan antibiotik terapi dan profilaksis
pembedahan pada seluruh proses asuhan pasien. (D,O,W)
5. Direktur melaporkan kegiatan PPRA secara berkala kepada KPRA. (D,W)
PELAYANAN GERIATRI
Standar 5
Rumah sakit menyediakan pelayanan geriatri rawat jalan, rawat inap
akut dan rawat inap kronis sesuai dengan tingkat jenis pelayanan.

Elemen Penilaian Standar 5


1. Ada regulasi tentang penyelenggaraan pelayanan geriatri di rumah
sakit sesuai dengan tingkat jenis layanan. (R)
2. Terbentuk dan berfungsinya tim terpadu geriatri sesuai tingkat
jenis layanan. (R,D,W)
3. Terlaksananya proses pemantauan dan evaluasi kegiatan. (D,O,W)
4. Ada pelaporan penyelenggaraan pelayanan geriatri di rumah sakit.
(D,W)
Standar 5.1
Rumah Sakit melakukan promosi dan edukasi sebagai bagian dari
Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut usia di Masyarakat Berbasis
Rumah Sakit (Hospital Based Community Geriatric Service).

Elemen Penilaian Standar 5.1


1. Ada regulasi tentang edukasi sebagai bagian dari Pelayanan Kesehatan
Warga Lanjut usia di Masyarakat Berbasis Rumah Sakit (Hospital Based
Community Geriatric Service). (R)
2. Ada program PPRS terkait Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut usia di
Masyarakat Berbasis Rumah Sakit (Hospital Based Community Geriatric
Service). (D,W)
3. Ada leaflet atau alat bantu kegiatan (brosur, leaflet dll). (D,W)
4. Ada bukti pelaksanaan kegiatan. (D,O,W)
5. Ada evaluasi dan laporan kegiatan pelayanan. (D,W)
METODA TELUSUR
REDOWS
• R = Regulasi (Pedoman, Panduan, Kebijakan , SPO)
• D = Dokumen bukti implementasi (Rekam Medis, dll)
• O = Observasi pelaksanaan regulasi oleh civitas Hospitalia
• W = Wawancara dengan pelaksana asuhan dan pasien atau
keluarga
• S = Simulasi pelaksanaan SPO
SURVEI TERFOKUS
PERLUASAN PELAYANAN
Survei Terfokus Perluasan Pelayanan
• Bila ada perluasan pelayanan di rumah sakit maka akan dilakukan
survei terfokus perluasan pelayanan. Perluasan pelayanan rumah
sakit meliputi:
1. Hemodialisis 9. Fisioterapi
2. Hiperbarik 10.Pusat pelayanan baru:
3. MRI a. stroke center
b. luka bakar center
4. CT Scan c. ICU
5. Katerisasi jantung d. NICU
6. Katerisasi otak e. PICU
f. HCU
7. Radioterapi g. talasemi center
8. Kemoterapi h. pusat jantung terpadu
POKOK BAHASAN
1. PERSYARATAN AKREDITASI RS
2. KEBIJAKAN PRA SURVEI
3. TATA CARA PENGAJUAN SURVEI
4. PELAKSANAAN SURVEI
KEBIJAKAN PERSYARATAN AKREDITASI

Mendorong rumah sakit untuk:


mengikuti peraturan dan perundang-undangan dan
standar profesi terkini,
sehingga tujuan akreditasi untuk peningkatan mutu dan
keselamatan pasien dapat dicapai.
PERSYARATAN AKREDITASI

• RS memenuhi semua persyaratan


informasi dan data kepada KARS
• RS menyediakan informasi yang lengkap
dan akurat kepada KARS selama
1,2 keseluruhan fase dari proses akreditasi.
PERSYARATAN AKREDITASI

• RS melaporkan bila ada perubahan dari profil rumah


sakit (data elektronik) atau informasi yang diberikan
kepada KARS saat mengajukan aplikasi survei dalam
jangka waktu maksimal 10 hari sebelum waktu survei
• RS mengizinkan memberikan akses kepada KARS untuk
3,4 melakukan monitoring terhadap kepatuhan standar,
melakukan verifikasi mutu dan keselamatan atau
terhadap laporan dari pihak yang berwenang.
PERSYARATAN AKREDITASI

• RS bersedia menyerahkan data hasil monitoring dari


Kemenkes/DKK Propinsi/Kabupaten/Kota berupa
berkas asli atau fotokopi legalisir kepada KARS
• RS mengizinkan pejabat KARS atau surveior senior

5,6 yang ditugaskan oleh KARS untuk mengamati


proses survei secara langsung.
PERSYARATAN AKREDITASI
• RS bersedia bergabung dalam sistem penilaian
perkembangan mutu dengan memberikan hasil pengukuran
indikator mutu.
• Rumah sakit wajib menampilkan status akreditasi dengan
tepat, program dan pelayanan sesuai dengan tingkatan status
akreditasi yang diberikan oleh KARS melalui website atau
promosi lainnya
7,8,9 • RS menyelenggarakan pelayanan pasien dalam lingkungan
yang tidak memiliki risiko atau mengancam keselamatan
pasien, kesehatan masyarakat atau keselamatan staf
KEBIJAKAN PRA SURVEI
AKREDITASI
KEBIJAKAN PRA SURVEI AKREDITASI
PERSYARATAN KELAYAKAN UMUM

1. Berlokasi di wilayah Indonesia


2. Rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus
untuk semua kelas rumah sakit
3. Izin operasional rumah sakit masih berlaku
4. Direktur/Kepala rumah Sakit adalah tenaga medis
(dokter atau dokter gigi)
LANJUTAN….

5. Rumah sakit mempunyai izin pengelolaan limbah bahan


berbahaya dan beracun yang masih berlaku atau
kerjasama dengan pihak ketiga yang mempunyai izin
sebagai pengolah limbah bahan beracun dan berbahaya
yang masih berlaku dan atau izin sebagai transporter yang
masih berlaku.
6. Semua staf pemberi asuhan di RS telah mempunyai STR
dan SIP
7. RS melaksanakan atau bersedia melaksanakan
kewajiban dalam meningkatkan mutu asuhan dan
keselamatan pasien.
KONTRAK ANTARA KARS DENGAN RS

RS melakukan kontrak komitmen dengan KARS:


• Kesediaan RS dilakukan evaluasi terus menerus mulai dari permohonan
survei yang diajukan, pada waktu survei akreditasi dilaksanakan dan selama
siklus akreditasi 3 tahunan. Evaluasi pasca akreditasi ini dapat dilakukan
setiap saat dengan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Bila rumah
sakit menolak dilakukan evaluasi dapat berisiko sertifikat akreditasi ditarik
kembali oleh KARS
• Kesediaan RS dilakukan survei verifikasi tepat waktu atau sesuai dengan
jadwal sebanyak dua kali yaitu satu tahun setelah survei dan dua tahun
setelah survei. Bila Rumah Sakit menolak dilakukan survei verifikasi maka
berisiko sertifikat akreditasi ditarik kembali oleh KARS.
• Kesediaan RS memberikan data dan informasi yang akurat dan tidak
palsu kepada KARS dan surveior. Bila terbukti data dan informasi
tidak akurat atau dipalsukan maka rumah sakit siap menerima risiko
gagal akreditasi dan rumah sakit mengajukan ulang permohonan
untuk dilakukan survei oleh KARS.
• Kesediaan RS melaporkan perubahan data di aplikasi survei
(kepemilikan, Direktur Rumah Sakit, perizinan, pelayanan,
gedung/bangunan dan fasilitas dll) selambat-lambatnya 10 hari
sebelum survei dilakukan
• Kesediaan RS melaporkan bila ada kejadian sentinel, perubahan
kelas rumah sakit, perubahan jenis atau kategori rumah sakit,
penambahan pelayanan baik spesialistik atau sub spesialistik,
perubahan bangunan yang lebih dari 25 % dari bangunan saat
sekarang selama siklus akreditasi 3 tahun dan bersedia dilakukan
survei terfokus sesuai kebutuhan.
• Kesediaan RS melengkapi perizinan yang terkait dengan
tenaga dan sarana-prasarana (fasilitas)
• Kesediaan RS mengizinkan pejabat KARS atau surveior senior
yang ditugaskan dengan menggunakan tanda pengenal dari
KARS untuk melakukan evaluasi pada saat berlangsungnya
survei. Evaluasi bisa dilaksanakan pada seluruh fase
akreditasi, termasuk siklus akreditasi tiga tahunan.
• Kesediaan RS menyediakan fasilitas dan lingkungan yang
aman bagi pasien, keluarga dan staf sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
KOMISI AKREDITASI RUMAH
SAKIT

KARS
MEMPEROLEH PENGAKUAN DARI ISQUA
SEBAGAI BADAN AKREDITASI INTERNASIONAL
HASIL PENILAIAN SURVEI
SNARS ED 1
AKREDITASI
INTERNASIONAL
INTERNATIONAL
15 BAB ACCREDITATION
KARS
12 BAB

8 BAB
PROGSUS 3 TH

4 BAB
PERDANA
KARS INTERNASIONAL
• HARUS SUDAH LULUS PARIPURNA
• RS INDONESIA PROGRAM NASIONAL TETAP HARUS DI LAKSANAKAN
• SKOR SAMA LABIH BESAR SAMA DENGAN 95
• BILA TAK TERCAPAI SKOR 95 TETAP MENDAPAT SERTIFIKAT SESUAI
PENCAPAIAN
• JUMLAH SURVEIOR LEBIH BANYAK
KESIMPULAN

• SNARS edisi 1: merupakan standar akreditasi


rumah sakit yang mudah dipahami sehingga mudah
diimplementasikan, yang lebih mendorong
peningkatan mutu, keselamatan pasien dan
manajemen risiko, termasuk di rumah sakit
pendidikan,
• SNARS ed1 mendukung program nasional bidang
kesehatan
• AKREDITASI KARS INTERNASIONAL terintegrasi
dengan NASIONAL
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai