Anda di halaman 1dari 6

Sayatan Tipis AN-AT 155

Pada pengamatan pertama adalah sayatan batuan alterasi dengan nomor peraga AN-AT
155. Pengamatan pertama yang perlu diperhatikan ketika pengamatan mikroskopis adalah
tekstur umum batuan peraga tersebut. Batuan ini tersusun atas mineral kristalin seutuhnya tanpa
massa gelas dengan kristal-kristal yang saling interlocking (mengunci). Deskripsi petrografis
sayatan ini merupakan jenis batuan beku, menunjukan adanya tekstur kristalinitas yang
holokristalin dikarenakan seluruhnya terdiri dari mineral. Kemudian ukuran butir mineralnya
tidak seragam, sehingga granularitasnya yaitu Inequigranular, dan dapat diketahui juga ukuran
kristal mineralnya tidak seragam dan terlihat adanya fenokris yang dikelilingi oleh massa dasar
yang dapat di deskripsikan dan dilihat dengan mata telanjang sehingga disebut faneroporfir.
Tekstur holokristalin tersebut dapat diketahui ketika pada saat pengamatan mikroskopis
bahwa adanya perubahan warna ketika baji kuarsa dimasukkan adanya perubahan warna tidak
seperti penciri gelasan yang tetap berwarna merah muda ketika dilakukan pemutaran dengan
meja optik. Tekstur holokristalin mencirikan waktu pembekuan yang sangat lama karena
batuan membeku di bawah permukaan bumi sehingga tidak ada kontak langsung dengan udara
bebas. Mineral-mineral kristalin yang saling interlocking ini dapat menandakan batuan asal
(wall rock) dari batuan alterasi ini adalah batuan beku yang kemudian terubahkan. Dari tekstur
yang ada terlihat tekstur hypidiomorfik granular dengan kristal yang mempunyai bentuk
hampir lengkap dan dibatasi oleh bidang kristal yang sebagian jelas dan sebagian lagi tidak
jelas, dan kurang teratur (subhedral). Memiliki tingkat granularitas berupa inequigranular
yaitu kristal-kristalnya berukuran tidak seragam di mana terdapat mineral yang besar, yang
disebut sebagai fenokris, yang dikelilingi oleh massa dasar, yang merupakan mineral-mineral
yang lebih kecil dari fenokris.
Adapun mineral penyusun batuan ini terdiri dari mineral primer dan mineral
sekunder. Mineral primer merupakan mineral yang terbentuk bersamaan dengan proses
terbentuknya batuan tersebut. Sedangkan mineral sekunder adalah mineral hasil ubahan
dari mineral yang telah ada sebelumnya. Mineral primer yang ada dalam batuan peraga ini
adalah mineral plagioklas dan kuarsa, sedangkan mineral sekundernya adalah mineral
serisit yang merupakan mineral ubahan dari mineral plagioklas. Adapun fenokris batuan
ini adalah mineral plagioklas dan dikelilingi oleh massa dasar yang berupa mineral kuarsa,
mineral opaque, serisit dan lithic. Sifat fisik dan sifat optik mineral-mineral tersebut
adalah:
 Mineral plagioklas memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa warna agak
keruh, bentuk lath like, dan memiliki kembaran.
 Mineral kuarsa memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa warna colorless,
relief rendah, gelapan gelombang, tidak ada belahan, anhedral.
 Mineral serisit memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa warna colorless,
bentuk prismatik dan relief sedang. Biasanya mineral ini berasosiasi dengan mineral
plagioklas.
 Mineral opaque memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa warna hitam,
prismatik, relief tinggi.
Adanya mineral sekunder seperti mineral serisit dan kuarsa sekunder dalam tubuh
batuan menandakan bahwa wall rock batuan ini telah mengalami proses alterasi atau
perubahan baik perubahan komposisi kimia maupun tekstur batuan akibat perubahan
suhu dan tekanan akibat adanya fluida hidrotermal yang melewati wall rock sehingga
fluida yang cenderung panas tersebut memanaskan wall rock secara konveksi. Karena
kejadian ini terjadi secara gradual, pada akhirnya wall rock tersebut berubah komposisi
dan teksturnya, mulai muncul mineral-mineral ubahan dari mineral primer seperti yang
terjadi pada sayatan batuan ini bahwa mineral plagioklas berubah menjadi mineral
serisit. Mineral serisit yang berasosiasi dengan mineral plagioklas, menunjukam zonasi
alterasi pada batuan ini adalah zona filik. Zonasi ini terbentuk pada temperatur sedang
sampai tinggi (230˚C - 400˚C) , dengan pH fluida hidrotermal cenderung asam sampai
netral, salinitas beragam, terbentuk pada zona permeabel, dan pada batas dengan urat.
AN-AT 300
Batuan ini tersusun atas mineral kristalin seutuhnya tanpa massa gelas dengan
kristal-kristal yang saling interlocking (mengunci). Tekstur tersebut dalam batuan dapat
disebut dengan tekstur holokristalin. Tekstur holokristalin tersebut dapat diketahui ketika
pada saat pengamatan mikroskopis bahwa adanya perubahan warna ketika baji kuarsa
dimasukkan adanya perubahan warna tidak seperti penciri gelasan yang tetap berwarna
merah muda ketika dilakukan pemutaran dengan meja optik. Tekstur holokristalin
mencirikan waktu pembekuan yang sangat lama karena batuan membeku di bawah
permukaan bumi sehingga tidak ada kontak langsung dengan udara bebas. Mineral-
mineral kristalin yang saling interlocking ini dapat menandakan batuan asal (wall rock)
dari batuan alterasi ini adalah batuan beku yang kemudian terubahkan. Dari tekstur yang
ada terlihat tekstur hypidiomorfik granular dengan kristal yang mempunyai bentuk hampir
lengkap dan dibatasi oleh bidang kristal yang sebagian jelas dan sebagian lagi tidak jelas,
dan kurang teratur (subhedral). Memiliki tingkat granularitas berupa inequigranular yaitu
kristal-kristalnya berukuran tidak seragam di mana terdapat mineral yang besar, yang
disebut sebagai fenokris, yang dikelilingi oleh massa dasar, yang merupakan mineral-
mineral yang lebih kecil dari fenokris.
Adapun mineral penyusun batuan ini terdiri dari mineral primer dan mineral
sekunder. Mineral primer merupakan mineral yang terbentuk bersamaan dengan proses
terbentuknya batuan tersebut. Sedangkan mineral sekunder adalah mineral hasil ubahan
dari mineral yang telah ada sebelumnya. Sifat fisik dan sifat optik mineral-mineral tersebut
adalah:
 Mineral epidot memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa relief berwarna
kuning/orange, inti berwarna ungu, berbentuk serabut/columnar/tabular.
 Mineral lempung memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa bentuk poligonal,
memiliki gelapan bergelombang, ukuran kecil dan berwarna coklat kehitaman.
 Mineral klorit memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa warna hijau,
berbentul menjarum/ tabular.
 Mineral opaque memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa warna hitam,
prismatik, relief tinggi.
Hadirnya mineral sekunder seperti mineral epidot, dan klorit dalam tubuh batuan
menandakan bahwa wall rock batuan ini telah mengalami proses alterasi atau perubahan
baik perubahan komposisi kimia maupun tekstur batuan akibat perubahan suhu dan
tekanan akibat adanya fluida hidrotermal yang melewati wall rock sehingga fluida yang
cenderung panas tersebut memanaskan wall rock secara konveksi. Karena kejadian ini
terjadi secara gradual, pada akhirnya wall rock tersebut berubah komposisi dan teksturnya,
mulai muncul mineral-mineral ubahan dari mineral primer seperti yang terjadi pada
sayatan batuan ini bahwa mineral piroksen berubah menjadi klorit. Hadirnya mineral-
mineral sekunder di atas, menandakan zonasi alterasi pada batuan ini adalah zona
propilitik. Zonasi ini terbentuk pada temperatur sedang (200˚C - 300˚C), dengan pH fluida
hidrotermal mendekati netral, salinitas beragam, terbentuk pada daerah yang memiliki
zona permeabel rendah. Dari hasil penggolongan zonasi hidrotermal tersebut, dapat
diketahui bahwa wall rock dari batuan alterasi ini terletak tidak jauh dari permukaan bumi.
AN-AT 384,9
Batuan ini tersusun atas mineral kristalin seutuhnya tanpa massa gelas dengan
kristal-kristal yang saling interlocking (mengunci). Tekstur tersebut dalam batuan dapat
disebut dengan tekstur holokristalin. Tekstur holokristalin tersebut dapat diketahui ketika
pada saat pengamatan mikroskopis bahwa adanya perubahan warna ketika baji kuarsa
dimasukkan adanya perubahan warna tidak seperti penciri gelasan yang tetap berwarna
merah muda ketika dilakukan pemutaran dengan meja optik. Tekstur holokristalin
mencirikan waktu pembekuan yang sangat lama karena batuan membeku di bawah
permukaan bumi sehingga tidak ada kontak langsung dengan udara bebas. Mineral-
mineral kristalin yang saling interlocking ini dapat menandakan batuan asal (wall rock)
dari batuan alterasi ini adalah batuan beku yang kemudian terubahkan. Dari tekstur yang
ada terlihat tekstur hypidiomorfik granular dengan kristal yang mempunyai bentuk hampir
lengkap dan dibatasi oleh bidang kristal yang sebagian jelas dan sebagian lagi tidak jelas,
dan kurang teratur (subhedral). Memiliki tingkat granularitas berupa inequigranular yaitu
kristal-kristalnya berukuran tidak seragam di mana terdapat mineral yang besar, yang
disebut sebagai fenokris, yang dikelilingi oleh massa dasar, yang merupakan mineral-
mineral yang lebih kecil dari fenokris.
Adapun mineral penyusun batuan ini terdiri dari mineral primer dan mineral
sekunder. Mineral primer merupakan mineral yang terbentuk bersamaan dengan proses
terbentuknya batuan tersebut. Sedangkan mineral sekunder adalah mineral hasil ubahan
dari mineral yang telah ada sebelumnya. Mineral primer yang ada dalam batuan peraga ini
adalah mineral olivin, sedangkan mineral sekundernya adalah mineral epidot, klorit yang
merupakan mineral ubahan dari mineral olivin. Sifat fisik dan sifat optik mineral-mineral
tersebut adalah:
 Mineral olivin berwarna hijau, memiliki banyak pecahan.
 Mineral epidot memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa relief berwarna
kuning/orange, inti berwarna ungu, berbentuk serabut/columnar/tabular.
 Mineral klorit memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa warna hijau,
berbentul menjarum/ tabular.
Hadirnya mineral sekunder seperti mineral serisit, epidot, dan klorit dalam
tubuh batuan menandakan bahwa wall rock batuan ini telah mengalami proses alterasi atau
perubahan baik perubahan komposisi kimia maupun tekstur batuan akibat perubahan suhu
dan tekanan akibat adanya fluida hidrotermal yang melewati wall rock sehingga fluida
yang cenderung panas tersebut memanaskan wall rock secara konveksi. Karena kejadian
ini terjadi secara gradual, pada akhirnya wall rock tersebut berubah komposisi dan
teksturnya, mulai muncul mineral-mineral ubahan dari mineral primer seperti yang terjadi
pada sayatan batuan ini bahwa mineral plagioklas berubah menjadi mineral serisit, mineral
piroksen berubah menjadi klorit. Hadirnya mineral-mineral sekunder di atas, menandakan
zonasi alterasi pada batuan ini adalah zona propilitik. Zonasi ini terbentuk pada temperatur
sedang (200˚C - 300˚C), dengan pH fluida hidrotermal mendekati netral, salinitas
beragam, terbentuk pada daerah yang memiliki zona permeabel rendah. Dari hasil
penggolongan zonasi hidrotermal tersebut, dapat diketahui bahwa wall rock dari batuan
alterasi ini terletak tidak jauh dari permukaan bumi.
AN-ABT 196,9
Pada pengamatan pertama adalah sayatan batuan alterasi dengan nomor peraga
R.12.39. Pengamatan pertama yang perlu diperhatikan ketika pengamatan mikroskopis
adalah tekstur umum batuan peraga tersebut. Batuan ini tersusun atas mineral kristalin
seutuhnya tanpa massa gelas dengan kristal-kristal yang saling interlocking (mengunci).
Tekstur tersebut dalam batuan dapat disebut dengan tekstur holokristalin. Tekstur
holokristalin tersebut dapat diketahui ketika pada saat pengamatan mikroskopis bahwa
adanya perubahan warna ketika baji kuarsa dimasukkan adanya perubahan warna tidak
seperti penciri gelasan yang tetap berwarna merah muda ketika dilakukan pemutaran
dengan meja optik. Tekstur holokristalin mencirikan waktu pembekuan yang sangat lama
karena batuan membeku di bawah permukaan bumi sehingga tidak ada kontak langsung
dengan udara bebas. Mineral-mineral kristalin yang saling interlocking ini dapat
menandakan batuan asal (wall rock) dari batuan alterasi ini adalah batuan beku yang
kemudian terubahkan. Dari tekstur yang ada terlihat tekstur hypidiomorfik granular
dengan kristal yang mempunyai bentuk hampir lengkap dan dibatasi oleh bidang kristal
yang sebagian jelas dan sebagian lagi tidak jelas, dan kurang teratur (subhedral). Memiliki
tingkat granularitas berupa inequigranular yaitu kristal-kristalnya berukuran tidak
seragam di mana terdapat mineral yang besar, yang disebut sebagai fenokris, yang
dikelilingi oleh massa dasar, yang merupakan mineral-mineral yang lebih kecil dari
fenokris.
Sifat fisik dan sifat optik mineral-mineral tersebut adalah:
 Mineral plagioklas memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa warna agak
keruh, bentuk lath like, dan memiliki kembaran.
 Mineral kuarsa memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa warna colorless,
relief rendah, gelapan gelombang, tidak ada belahan, anhedral.
 Mineral epidot memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa relief berwarna
kuning/orange, inti berwarna ungu, berbentuk serabut/columnar/tabular
 Mineral opaque memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa warna hitam,
prismatik, relief tinggi.
Hadirnya mineral sekunder seperti mineral serisit dalam tubuh batuan menandakan
bahwa wall rock batuan ini telah mengalami proses alterasi atau perubahan baik perubahan
komposisi kimia maupun tekstur batuan akibat perubahan suhu dan tekanan akibat adanya
fluida hidrotermal yang melewati wall rock sehingga fluida yang cenderung panas tersebut
memanaskan wall rock secara konveksi. Karena kejadian ini terjadi secara gradual, pada
akhirnya wall rock tersebut berubah komposisi dan teksturnya, mulai muncul mineral-
mineral ubahan dari mineral primer seperti yang terjadi pada sayatan batuan ini bahwa
mineral plagioklas berubah menjadi mineral serisit. Hadirnya mineral serisit yang
berasosiasi dengan mineral plagioklas, menandakan zonasi alterasi pada batuan ini adalah
zona filik. Zonasi ini terbentuk pada temperatur sedang sampai tinggi (230˚C - 400˚C) ,
dengan pH fluida hidrotermal cenderung asam sampai netral, salinitas beragam, terbentuk
pada zona permeabel, dan pada batas dengan urat. Dari hasil penggolongan zonasi
hidrotermal tersebut, dapat diketahui bahwa wall rock dari batuan alterasi ini terletak
cukup jauh di bawah permukaan bumi.

Anda mungkin juga menyukai