0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
51 tayangan3 halaman
Bab ini menjelaskan struktur geologi regional dan daerah penelitian di Gunungkidul. Secara regional, terdapat 3 pola struktur utama yaitu Meratus, Sunda, dan Jawa. Di daerah penelitian, struktur yang ditemukan hanya perlapisan batuan kapur dengan arah baratlaut. Bukit karst di daerah ini juga memiliki pelurusan NW-SE yang terbentuk dari rekahan akibat tektonik.
Bab ini menjelaskan struktur geologi regional dan daerah penelitian di Gunungkidul. Secara regional, terdapat 3 pola struktur utama yaitu Meratus, Sunda, dan Jawa. Di daerah penelitian, struktur yang ditemukan hanya perlapisan batuan kapur dengan arah baratlaut. Bukit karst di daerah ini juga memiliki pelurusan NW-SE yang terbentuk dari rekahan akibat tektonik.
Bab ini menjelaskan struktur geologi regional dan daerah penelitian di Gunungkidul. Secara regional, terdapat 3 pola struktur utama yaitu Meratus, Sunda, dan Jawa. Di daerah penelitian, struktur yang ditemukan hanya perlapisan batuan kapur dengan arah baratlaut. Bukit karst di daerah ini juga memiliki pelurusan NW-SE yang terbentuk dari rekahan akibat tektonik.
Menurut Pulunggono dan Martodjojo (1994), terdapat 3 arah kelurusan struktur di Pulau Jawa yang dominan Arah Timurlaut – Baratdaya Selanjutnya arah ini dikenal dengan Pola Meratus. Arah ini diwakili oleh Sesar Cimandiri di Jawa Barat yang dapat diikuti ke arah timurlaut sampai batas timur Cekungan Zaitun dan Cekungan Billiton. Di Jawa Timur, arah Meratus menunjukkan arah yang dominan di kawasan lepas pantai utaranya, seperti ditunjukkan oleh sesar pembatas Cekungan Pati, Florence timur, Central Deep, Tuban, serta tinggian-tinggian Bawean, dan Karimunjawa. Sesar-sesar Pola Meratus diketahui berumur Kapur-Paleosen. Di Pulau Jawa, sesar-sesar ini diaktifkan kembali pada umur-umur yang lebih muda Arah Utara – Selatan Pola ini dikenal dengan Pola Sunda, umumnya terdapat di bagian barat wilayah Jawa Barat. Arah ini diwakili oleh sesar-sesar yang membatasi Cekungan Asri, Cekungan Sunda dan Cekungan Arjuna. Gerak pola Sunda ini umumnya regangan. Sesar-sesar yang berarah utara – selatan ditemukan di Cekungan Sunda. Dari data seismik di lepas pantai Jawa Barat, tepatnya di Cekungan Zaitun, menunjukkan bahwa Pola Sunda ini mengaktifkan kembali Pola Meratus pada umur Eosen akhir – Oligosen akhir. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Pola Sunda berumur lebih muda bila dibandingkan dengan Pola Meratus Arah Barat – Timur Arah ini dominan di daratan Pulau Jawa dan selanjutnya dinamakan Pola Jawa. Di Jawa Barat, pola Jawa diwakili oleh sesar-sesar naik di dalam Zona Bogor. Di Jawa Tengah, hampir semua sesar-sesar di jalur Serayu Utara dan Serayu Selatan memiliki arah hampir barat-timut. Di Jawa Timur, pola Pegunungan Kendeng adalah yang paling khas mewakili pola Jawa. Pola ini umumnya diwaliki oleh sesar-sesar naik yang beranjak ke utara atau timur laut
Gambar 6.1 Pola struktur yang terdapat di Pulau Jawa
Arah Kelurusan struktur yang dominan di daerah Gunungkidul adalah timurlaut- baratdaya yang merupakan kelurusan yang mengikuti Pola Meratus dan kelurusan berarah barat-timut yang mengikuti Pola Jawa. Berdasarkan pola struktur geologi, yang dapat dilihat pada peta geologi, dapat diketahui bahwa arah umum jurus sesar mendatar di daerah Gunungkidul adalah baratlaut-tenggara dan timurlaut- baratdaya. Dari pola sesar-sesar mendatar yang berarah baratlaut-tenggara dan timurlaut- baratdaya serta sumbu perlipatan yang relatif berarah barat-timur, maka dapat diketahui bahwa deformasi di daerah Gunung Kidul dipengaruhi oleh gaya utara- selatan yang terjadi pada kala Miosen Tengah-Pleistosen. Pembentukan kompleks Pegunungan Selatan yang membentuk sebuah bongkahan raksasa yang miring ke selatan dipengaruhi oleh proses pengangkatan geantiklin Jawa. Pada kala Pleistosen Akhir, bongkah Pegunungan Selatan yang miring ke selatan mengalami amblesan lagi. Bongkah yang ambles ke utara tersebut selain mengalasi Cekungan Wonosari, juga menekan batuan Miosen yang tersingkap di utara Cekungan Wonosari sehingga batuan terlipat, terbentuklah Antiklin Baturagung, yang berkembang mulai dari Panggung Massive 3.2 Struktur Geologi Daerah Penelitian Dari hasil pemetaan yang dilakukan di lapangan, tidak dapat ditemui adanya struktur geologi baik yang berskala mayor ataupun minor. Struktur yang dapat ditemukan hanya perlapisan batuan pada Satuan Litologi Batugamping Kastik yang memiliki kecenderungan arah strike ke arah baratlaut. Selain itu jika melihat dari kenampakan citra satelit dan DEM, dapat dilihat bahwa terdapat pelurusan bukit-bukit karst dan lembahnya yang dalam hal ini pelurusan tersebut berarah NW-SE. Pelurusan bukit berawal dari adanya rekahan yang terbentuk akibat gaya tektonik yang terjadi sesudah daerah karst tersebut terbentuk, atau dengan kata lain, terjadi antara miosen akhir-recent. Rekahan- rekahan tersebut mengakibatkan pelarutan yang semakin cepat pada bagian yang mengalami rekahan. Pelarutan tersebut terus berlangsung hingga membentuk pola perbukitan seperti yang dapat dilihat saat ini.