Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

STRUKTUR GEOLOGI

3.1 Struktur Geologi Regional


Menurut Pulunggono dan Martodjojo (1994), terdapat 3 arah kelurusan struktur di
Pulau Jawa yang dominan
 Arah Timurlaut – Baratdaya
Selanjutnya arah ini dikenal dengan Pola Meratus. Arah ini diwakili oleh Sesar
Cimandiri di Jawa Barat yang dapat diikuti ke arah timurlaut sampai batas
timur Cekungan Zaitun dan Cekungan Billiton. Di Jawa Timur, arah Meratus
menunjukkan arah yang dominan di kawasan lepas pantai utaranya, seperti
ditunjukkan oleh sesar pembatas Cekungan Pati, Florence timur, Central Deep,
Tuban, serta tinggian-tinggian Bawean, dan Karimunjawa. Sesar-sesar Pola
Meratus diketahui berumur Kapur-Paleosen. Di Pulau Jawa, sesar-sesar ini
diaktifkan kembali pada umur-umur yang lebih muda
 Arah Utara – Selatan
Pola ini dikenal dengan Pola Sunda, umumnya terdapat di bagian barat wilayah
Jawa Barat. Arah ini diwakili oleh sesar-sesar yang membatasi Cekungan Asri,
Cekungan Sunda dan Cekungan Arjuna. Gerak pola Sunda ini umumnya
regangan. Sesar-sesar yang berarah utara – selatan ditemukan di Cekungan
Sunda. Dari data seismik di lepas pantai Jawa Barat, tepatnya di Cekungan
Zaitun, menunjukkan bahwa Pola Sunda ini mengaktifkan kembali Pola
Meratus pada umur Eosen akhir – Oligosen akhir. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa Pola Sunda berumur lebih muda bila dibandingkan dengan
Pola Meratus
 Arah Barat – Timur
Arah ini dominan di daratan Pulau Jawa dan selanjutnya dinamakan Pola Jawa.
Di Jawa Barat, pola Jawa diwakili oleh sesar-sesar naik di dalam Zona Bogor.
Di Jawa Tengah, hampir semua sesar-sesar di jalur Serayu Utara dan Serayu
Selatan memiliki arah hampir barat-timut. Di Jawa Timur, pola Pegunungan
Kendeng adalah yang paling khas mewakili pola Jawa. Pola ini umumnya
diwaliki oleh sesar-sesar naik yang beranjak ke utara atau timur laut

Gambar 6.1 Pola struktur yang terdapat di Pulau Jawa


Arah Kelurusan struktur yang dominan di daerah Gunungkidul adalah timurlaut-
baratdaya yang merupakan kelurusan yang mengikuti Pola Meratus dan kelurusan
berarah barat-timut yang mengikuti Pola Jawa. Berdasarkan pola struktur geologi,
yang dapat dilihat pada peta geologi, dapat diketahui bahwa arah umum jurus sesar
mendatar di daerah Gunungkidul adalah baratlaut-tenggara dan timurlaut-
baratdaya.
Dari pola sesar-sesar mendatar yang berarah baratlaut-tenggara dan timurlaut-
baratdaya serta sumbu perlipatan yang relatif berarah barat-timur, maka dapat
diketahui bahwa deformasi di daerah Gunung Kidul dipengaruhi oleh gaya utara-
selatan yang terjadi pada kala Miosen Tengah-Pleistosen.
Pembentukan kompleks Pegunungan Selatan yang membentuk sebuah
bongkahan raksasa yang miring ke selatan dipengaruhi oleh proses pengangkatan
geantiklin Jawa. Pada kala Pleistosen Akhir, bongkah Pegunungan Selatan yang
miring ke selatan mengalami amblesan lagi. Bongkah yang ambles ke utara tersebut
selain mengalasi Cekungan Wonosari, juga menekan batuan Miosen yang
tersingkap di utara Cekungan Wonosari sehingga batuan terlipat, terbentuklah
Antiklin Baturagung, yang berkembang mulai dari Panggung Massive
3.2 Struktur Geologi Daerah Penelitian
Dari hasil pemetaan yang dilakukan di lapangan, tidak dapat ditemui adanya
struktur geologi baik yang berskala mayor ataupun minor. Struktur yang dapat
ditemukan hanya perlapisan batuan pada Satuan Litologi Batugamping Kastik yang
memiliki kecenderungan arah strike ke arah baratlaut.
Selain itu jika melihat dari kenampakan citra satelit dan DEM, dapat dilihat
bahwa terdapat pelurusan bukit-bukit karst dan lembahnya yang dalam hal ini
pelurusan tersebut berarah NW-SE. Pelurusan bukit berawal dari adanya rekahan
yang terbentuk akibat gaya tektonik yang terjadi sesudah daerah karst tersebut
terbentuk, atau dengan kata lain, terjadi antara miosen akhir-recent. Rekahan-
rekahan tersebut mengakibatkan pelarutan yang semakin cepat pada bagian yang
mengalami rekahan. Pelarutan tersebut terus berlangsung hingga membentuk pola
perbukitan seperti yang dapat dilihat saat ini.

Gambar 6.2 Pola Pelurusan bukit karst

Anda mungkin juga menyukai