Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Laporan Pendahuluan

1. Pengertian

Trauma pada tulang belakang adalah cedera yang mengenai servikalis,

vertebralis, dan lumbalis akibat dari trauma yang mengenai tulang belakang.

Trauma servikal adalah suatu keadaan cedera pada tulang belakang servikal

dan medulla spinalis yang disebabkan oleh dislokasi, subluksasi, atau

fraktur vertebra servikalis dan ditandai dengan kompresi pada medulla

spinalis daerah servikal. Dislokasi servikal adalah lepasnya salah satu

struktur tulang servikal. Subluksasi servikal merupakan kondisi sebagian

dari tulang servikal lepas. Fraktur servikal adalah terputusnya hubungan dari

badan tulang vertebra servikalis (Muttaqin, 2011).

2. Etiologi

Cidera medulla spinalis servikal disebabkan oleh trauma langsung yang

mengenai tulang belakang dan melampaui batas kemampuan tulang

belakang dalam melindungi syaraf-syaraf yang berada di dalamnya.

Menurut Muttaqin 2011 trauma langsung meliputi:

a. Kecelakaan lalu lintas

b. Kecelakaan olahraga

c. Kecelakaan industri
d. Kecelakaan lain (seperti: jatuh dari pohon atau bangunan, luka tusuk,

luka tembak, dan kejatuhan benda keras)

3. Klasifikasi

Cedera Medulla spinalis dapat dibagi menjadi komplet dan tidak

komplet berdasarkan ada/tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi.

Tabel 1 : klasifikasi lesi trauma medulla spinalis

Terdapat 5 sindrom utama cedera medulla spinalis inkomplet menurut

American Spinal Cord Injury Association yaitu : (1) Central Cord

Syndrome, (2) Anterior Cord Syndrome, (3) Brown Sequard Syndrome, (4)

Cauda Equina Syndrome, dan (5) Conus Medullaris Syndrome. Lee

menambahkan lagi sebuah sindrom inkomplet yang sangat jarang terjadi

yaitu Posterior Cord Syndrome Central Cord Syndrome (CCS) biasanya

terjadi setelah cedera hiperekstensi. Sering terjadi pada individu di usia

pertengahan dengan spondilosis cervicalis. Predileksi lesi yang paling sering

adalah medulla spinalis segmen servikal, terutama pada vertebra C4-C6.

Sebagian kasus tidak ditandai oleh adanya kerusakan tulang. Mekanisme

terjadinya cedera adalah akibat penjepitan medulla spinalis oleh ligamentum

flavum di posterior dan kompresi osteofit atau material diskus dari anterior.
Bagian medulla spinalis yang paling rentan adalah bagian dengan

vaskularisasi yang paling banyak yaitu bagian sentral. Pada Central Cord

Syndrome, bagian yang paling menderita gaya trauma dapat mengalami

nekrosis traumatika yang permanen. Edema yang ditimbulkan dapat meluas

sampai 1-2 segmen di bawah dan di atas titik pusat cedera. Sebagian besar

kasus Central Cord Syndrome menunjukkan hipo/isointens pada T1 dan

hiperintens pada T2, yang mengindikasikan adanya edema Gambaran khas

Central Cord Syndrome adalah kelemahan yang lebih prominen pada

ekstremitas atas dibanding ektremitas bawah. Pemulihan fungsi ekstremitas

bawah biasanya lebih cepat, sementara pada ekstremitas atas (terutama

tangan dan jari) sangat sering dijumpai disabilitas neurologic permanen. Hal

ini terutama disebabkan karena pusat cedera paling sering adalah setinggi

VC4-VC5 dengan kerusakan paling hebat di medulla spinalis C6 dengan

lesi LMN. Gambaran klinik dapat bervariasi, pada beberapa kasus

dilaporkan disabilitas permanen yang unilateral.

Tabel 2 : klasifikasi trauma medulla spinalis inkomplit (10)


4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala cidera spinallis tergantung dari tingkat kerusakan dan

lokasi kerusakan. Dibawah garis kerusakan terjadi misalnya hilangnya

gerakan volunter, hilangnya sensasi nyeri, temperatur, tekanan dan

proprioseption, hilangnya fungsi bowel dan bladder dan hilangnya fungsi

spinal dan refleks autonom.

a. Perubahan refleks

Setelah terjadi cedera medulla spinalis terjadi edema medulla spinalis

sehingga stimulus reflek juga terganggu misalnya reflek pada bladder,

reflek ejakulasi dan aktivitas viseral

b. Spasme otot

Gangguan spasme otot terutama terjadi pada trauma komplit transversal,

dimana pasien terjadi ketidakmampuan melakukan gerakan

c. Spinal shock

Tanda dan gejala spinal shock meliputi flassid paralisis dibawah garis

kerusakan, hilangnya sensasi, hilangnya reflek spinal, hilangnya tonus

vasomotor yang mengakibatkan tidak stabilnya tekanan darah, tidak

adanya keringat dibawah garis kerusakan, inkontinensia urin dan retensi

feses

d. Autonomic disrefleksia

Terjadi pada cidera T6 keatas, dimana pasien mengalami gangguan

refleks autonom seperti terjadinya bradikardia, hipertensi paroxismal,

distensi bladder
5. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada trauma servikal antara lain:

a. Antara C1 sampai C5

Respiratori paralisis dan quadriplegi, biasanya pasien meninggal

b. Antara C5 dan C6

Paralisis kaki, tangan, pergelangan; abduksi bahu dan fleksi siku yang

lemah; kehilangan refleks bracioradialisis

c. Antara C6 dan C7

Paralisis kaki, pergelangan, dan tangan, tetapi pergerakan bahu dan fleksi

siku masih bisa dilakukan; kehilangan reflek bisep

d. Antara C7 dan C8

Paralisis kaki dan tangan

e. C8 sampai T1

Horner’s syndrome (petosis, miotic pupils, facialanhidrolisis), paralisis

kaki

f. Antara T2 sampai T12

Paralisis kaki atas dan bawah

g. T12 sampai L1

Paralisis di bawah lutut

h. L2 sampai S2

Kelemahan kaki dan mati rasa

i. S3 sampai S5

Kehilangan kontrol bowel dan bladder secara total


6. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Doengoes (2000), pemeriksaan penunjang trauma servikal yaitu:

a. Sinar-X Spinal

Menentukan lokasi dan jenis cidera tulang (fraktur, dislokasi) untuk

kesejajaran, reduksi setelah dilakukan traksi atau operasi

b. CT-Scan

Menentukan tempat atau luka/jejas, mengevaluasi gangguan struktural

c. MRI

Mengidentifikasi adanya kerusakan syaraf spinal, edema, dan kompresi

d. Mielografi

Memperlihatkan Columna Spinalis (Kanal Vertebral) jika faktor

patologisnya tidak jelas atau dicurigai adanya oklusi pada ruang

subaraknoid medulla spinalis

e. Foto Rontgen Torak

Memperlihatkan keadaan paru (contohnya: perubahan pada diafragma,

anterlektasis)

f. AGD

Menunjukkan keefektifan pertukaran gas atau upaya ventilasi

7. Komplikasi

Menurut Emma (2011) komplikasi yang terjadi pada trauma servikal adalah:

a. Syok Neurogenik

Syok neurogenik merupakan hasil kerusakan jalur simpatik yang

desending pada medulla spinalis. Kondisi ini mengakibatkan kehilangan


tonus vasomotor dan kehilangan persyarafan simpatis pada jantung

sehingga menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah viseral serta

ekstremitas bawah maka terjadi penumpukan darah dan konsekuensinya

terjadi hipotensi.

b. Syok Spinal

Syok spinal adalah keadaan flasid dan hilangnya reflek, terlihat setelah

terjadinya cedera medulla spinalis. Pada syok spinal mungkin akan

tampak seperti lesi komplit walaupun tidak seluruh bagian rusak.

c. Hipoventilasi

Hal ini disebabkan karena paralisis otot intercostal yang merupakan hasil

dari cedera yang mengenai medulla spinalis bagian di daerah servikal

bawah atau torakal atas.

d. Hiperfleksia autonomic

Dikarakteristikkan oleh sakit kepala berdenyut, keringat banyak, kongesti

nasal, bradikardi dan hipertensi.

8. Penatalaksanaan

Menurut ENA (2000) penatalaksanaan pada pasien trauma servikal yaitu:

a. Mempertahankan ABC

b. Mengatur posisi kepala dan leher untuk mendukung Airway

c. Stabilisasi tulang servikal

d. Menyediakan oksigen tambahan

e. Memonitor tanda-tanda vital

f. Menyediakan ventilasi meanik jika perlu


g. Memonitor tingkat kesadaran dan output urin

h. Meningkatkan aliran balik vena ke jantung

i. Berikan anti emboli

j. Tinggikan ekstremitas bawah

k. Gunakan baju anti syok

l. Meningkatkan tekanan darah

m. Monitor volume infus

n. Berikan terapi farmakologi (vasokontriksi)

o. Berikan atropin

p. Mengatur suhu ruangan

q. Mempersiapkan pasien untuk reposisi spinal

r. Memberikan obat-obatan
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian primer

Data Subyektif

a. Riwayat Penyakit Sekarang

1) Mekanisme Cedera

2) Kemampuan Neurologi

3) Status Neurologi

4) Kestabilan Bergerak

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1) Keadaan Jantung dan pernapasan

2) Penyakit Kronis

Data Obyektif

a. Airway

Adanya desakan otot diafragma dan interkosta akibat cedera spinal

sehingga mengganggu jalan napas.

b. Breathing

Pernapasan dangkal, penggunaan otot-otot pernapasan, pergerakan

dinding dada.

c. Circulation

Hipotensi (biasanya sistole kurang dari 90 mmHg), Bradikardi, Kulit

teraba hangat dan kering, Poikilotermi (Ketidakmampuan mengatur suhu

tubuh, yang mana suhu tubuh bergantung pada suhu lingkungan.


d. Disability

Kaji Kehilangan sebagian atau keseluruhan kemampuan bergerak,

kehilangan sensasi, kelemahan otot.

e. Exposure

Adanya deformitas tulang belakang.

2. Pengkajian Sekunder

a. Five Intervensi

Hasil AGD menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya ventilasi,

CT Scan untuk menentukan tempat luka atau jejas, MRI untuk

mengidentifikasi kerusakan saraf spinal, foto Rongen Thorak untuk

mengetahui keadaan paru, sinar – X Spinal untuk menentukan lokasi dan

jenis cedera tulang (Fraktur/Dislokasi).

b. Give Comfort

Kaji adanya nyeri ketika tulang belakang bergerak.

c. Head to Toe

1) Leher : Terjadinya perubahan bentuk tulang servikal akibat cedera.

2) Dada : Pernapasan dangkal, penggunaan otot-otot pernapasan,

pergerakan dinding dada, bradikardi, adanya desakan otot diafragma

dan interkosta akibat cedera spinal.

3) Pelvis dan Perineum : Kehilangan control dalam eliminasi urin dan

feses, terjadinya gangguan pada ereksi penis (priapism).

4) Ekstermitas : terjadi paralisis, paraparesis, paraplegia atau

quadriparesis/quadriplegia.
5) Inspeksi Back / Posterior Surface : Kaji adanya spasme otot,

kekakuan, dan deformitas pada tulang belakang.

3. Diagnosa Keperawatan

a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai

dengan dispnea,terdapat otot bantu napas.

b. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penyumbatan

aliran darah.

c. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan neurologis.

4. Intervensi

N Diagnosa Tujuan/kriteria Intervensi Rasional


o keperawatan hasil
1. Pola napas Setelah diberikan a. Pantau ketat a. Perubahan pola
tidak efektif tindakan tanda-tanda vital nafas dapat
berhubungan keperawatan dan pertahankan mempengaruhi
dengan selama 2x15 ABC. tanda-tanda vital
hiperventilasi menit, diharapkan
ditandai pola napas pasien b. Monitor usaha b. Pengembangan
dengan efektif dengan pernapasan dada dan
dispnea, kriteria hasil: pengembangan penggunaan otot
terdapat otot a. Pasien dada, keteraturan bantu pernapasan
bantu napas. melaporkan pernapasan nafas mengindikasikan
sesak napas bibir dan gangguan pola
berkurang penggunaan otot nafas.
b. Pernapasan bantu pernapasan.
teratur
c. Takipnea tidak c. Berikan posisi c. Mempermudah
ada semifowler jika ekspansi paru.
d. Pengembanga tidak ada kontra
n dada indikasi.
simetris antara
kanan dan kiri d. Gunakan servikal d. Stabilisasi tulang
e. Tanda vital collar, imobilisasi servikal.
dalam batas lateral kepala,
normal (nadi meletakkan
60- papan di bawah
100x/menit, tulang belakang.
RR 16-20
x/menit, e. Berikan oksigen e. Oksigen yang
tekanan darah sesuai indikasi adekuat dapat
110-140/60-90 menghindari
mmHg, suhu resiko kerusakan
36,5-37,5 oC) jaringan
f. Tidak ada
penggunaan
otot bantu
napas.
2. Perfusi Setelah dilakukan a. Atur posisi a. Untuk
jaringan tindakan kepala dan leher mempertahankan
perifer tidak keperawatan untuk ABC dan
efektif selama 3x5 menit mendukung mencegah terjadi
berhubungan diharapkan airway (jaw obstruksi jalan
dengan perfusi jaringan thrust). Jangan napas
penyumbatan adekuat. memutar atau
aliran darah Kriteria hasil : menarik leher ke
a. Nadi teraba belakang
kuat (hiperekstensi),
b. Tingkat mempertimbangk
kesadaran an pemasangan
composmentis intubasi
c. Sianosis atau nasofaring.
pucat tidak
ada b. Tinggikan b. Meningkatkan
d. Nadi Teraba ekstremitas aliran balik vena
lemah, bawah. ke jantung
terdapat
sianosis, c. Gunakan servikal c. Stabilisasi tulang
e. Akral teraba collar, imobilisasi servikal
hangat lateral kepala,
f. CRT < 2 detik meletakkan
g. GCS 13-15 papan di bawah
h. AGD normal tulang belakang.

d. Sediakan oksigen
dengan nasal d. Mencukupi
canul untuk kebutuhan
mengatasi oksigen tubuh
hipoksia dan oksigen juga
dapat
menurunkan
e. Ukur tanda-tanda terjadinya
vital. sickling

e. Perubahan tanda-
tanda vital
seperti bradikardi
akibat dari
kompensasi
jantung terhadap
penurunan fungsi
hemoglobin

f. Awasi f. Penurunan
pemeriksaan perfusi jaringan
AGD dapat
menimbulkan
infark terhadap
organ jaringan

3. Nyeri akut Setelah dilakukan a. Kaji PQRST a. Pengkajian yang


berhubungan tindakan pasien. tepat dapat
dengan keperawatan membantu dalam
gangguan selama 3 x 15 memberikan
neurologis. menit diharapkan intervensi yang
nyeri pasien dapat tepat.
berkurang dengan
kriteria hasil : b. Pantau tanda- b. Nyeri bersifat
a. Tanda-tanda tanda vital proinflamasi
vital dalam sehingga dapat
batas normal mempengaruhi
(Nadi 60-100 tanda-tanda vital.
x/menit),(Suhu
36,5-37,5),( c. Berikan analgetik c. Analgetik dapat
Tekanan untuk mengurangi nyeri
Darah 110- menurunkan yang berat
140/60-90 nyeri. (memberikan
mmHg),(RR kenyamanan
16-20 x/menit) pada pasien)
b. Penurunan
skala nyeri( d. Gunakan servikal d. Stabilisasi tulang
skala 0-10) collar, imobilisasi belakang untuk
c. Wajah pasien lateral kepala, mengurangi nyeri
tampak tidak meletakkan yang timbul jika
meringis papan di bawah tulang belakang
tulang belakang. digerakkan
5. Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai keadaan pasien dan sesuai dengan intervensi

yang telah dituliskan.

6. Evaluasi

a. Klien dapat meningkatkan pernafasan yang adekuat

b. Perfusi serebral adekuat

c. Nyeri berkurang
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2016). International Standart for Neurological Classification of Spinal


Cord Injury. ASIA

Ariani, Tutu April. (2012). Sistem Neurobehaviour. Jakarta : EGC

Emergency Nurse Association. (2000). Emergency Nursing Core Curriculum.


USA : W.B. Saunders Company

Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :


EGC

Muttaqin, Arif. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika

Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik, Edisi 4, Volume 2. Jakarta : EGC

Silviana, Tirtasari. 2012. Trauma Medulla Spinalis. https://kupdf.com/


download/trauma-medulla-spinalis_5992e820dc0d60764f300d22_pdf
diakses tanggal 19 Februari 2018

Anda mungkin juga menyukai