Anda di halaman 1dari 4

Ikan Nila

2.2.1. Morfologi Dan Klasifikasi Ikan Nila

Kordy K.(2000) membuat catatan tentang bentuk tubuh (morfologi) seekor ikan nila
(oreochromis niloticus) secara umum, yaitu mempunyai bentik badan pipih ke samping
memenjang, warna putih kehitaman, makin ke perut makin terang. Ikan nila mempunyai garis
vertikal 9-11 buah berwarna hijau kebiruan. Mata ikan nila tampak menonjol agak besar dengan
bagian tepi berwarna hijau kebiru-biruan. Letak mulut ikan terminal, posisi sirip perut terhadap
sirip dada thorocis, garis rusuk (linea lateralis) terputus menjadi dua bagian, letaknya
memanjang diatas sirip dada, jumlah sisik pada garis rusuk 34 buah dan tipe sisik stenoid.

Penamaan ikan nila dan mujair di Indonesia menjadi Oreochromis nilotikus dan Oreochromis
mossamicus (Sugiarto, 1988). Sehingga klasifikasi ikan nila sebagai berikut :

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Percomorphi

Famili : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis nilotikus

Ikan nila termasuk golongan ikan pemakan segala atau lazim disebutomnivore. Namun larva
ikan nila tidak sanggup memakan makanan dari luar selama masih tersedia makanan cadangan
berupa kuning telur yang melekat di bawah perut larva yang baru menetas. Hal ini berbeda
dengan jenis ikan air tawar pada umumnya yang sesaat setelah menetas lubang mulut sudah
terbuka. Setelah rongga mulut terbuka, larva ikan nila memakan tumbuh-tumbuhan dan hewan
air berupa plankton. Jenis-jenis plankton yang biasa dimakan antara lain yaitu alga bersel tunggal
maupun benthos dan krustase berukuran kecil. Makanan ini diperoleh dengan cara menyerapnya
dalam air (Djarijah, 1995).

2.2.2. Salinitas

Menurut Boyd (1982) salinitas adalah kadar seluruh ion-ion yang terlarut dalam air, dinyatakan
juga bahwa komposisi ion-ion pada air laut dapat dikatakan mantap dan didominasi oleh ion-ion
tertentu seperti sulfat, chlorida, carbonat, natrium, calsium dan magnesium.

Salinitas sangat berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, semakin tinggi salinitas semakin
besar pula tekanan osmotiknya Semua ikan nila lebih toleran terhadap lingkungan payau.
Menurut Andrianto (2005) Ikan nila tergolong ikan yang dapat bertahan pada kisaran salinitas
yang luas dari 0 – 35 ppt. Ikan nila merupakan ikan yang biasa hidup di air tawar, sehingga untuk
membudidayakan diperairan payau atau tambak perlu dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu
secara bertahap sekitar 1 – 2 minggu dengan perubahan salinitas tiap harinya sekitar 2- 3 ppt agar
ikan nila dapat beradaptasi dan tidak stres (Andrianto, 2005).

2.2.3. Suhu

Menurut Ghufran (2007), suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu
penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan air tawar dibatasi oleh suhu di perairan
tersebut. Secara umum laju pertumbuhan meningkat seiring dengan kenaikan suhu, karena dapat
menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhunya
sampai ekstrim (drastis). Suhu air dapat mempengaruhi biota air secara langsung maupun tidak
langsung, yaitu melalui pengaruhnya terhadap kelarutan oksigen dalam air. Semakin tinggi suhu
air maka semakin rendah daya larut oksigen didalam air, begitupun sebaliknya. Pada suhu 36o C
dan salinitas 36 ppt nilai kelarutan oksigen dalam air sebesar 5,53 ppm, sedangkan pada suhu
30o C dan 25o C serta salinitas yang sama kelarutan tersebut berturut – turut adalah setinggi 6,14
ppm dan 6,71 ppm (Boyd, 1981. Dan saenong, 1992. Dalam Ghufran, 2007).

Oleh karena itu tidak heran jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di
berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu. Ada yang
mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euryterm. Sebaliknya
ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm. Sebagai contoh ikan di daerah sub-
tropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai
suhu yang hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Ikan yang berada
pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang lebih baik.

Parameter

Parameter yang diamati yaitu daya tahan ikan (waktu) pada masing-masing media percobaan,
tingkah laku ikan selama pengamatan, kondisi tubuh ikan (sekresi mukus, kondisi insang,
kondisi sirip), dan derajat kelangsungan hidup (sintasan). Nilai tingkat kelangsungan hidupnya
(SR) dapat diperoleh dari jumlah akhir/ ikan tersisa dibagi jumlah ikan keseluruhan. Rumus yang
digunakan :
𝑁𝑡
SR = (N𝑁𝑜 x ) x 100%

Keterangan :

Nt = Jumlah akhir

No = Jumlah awal

SR = Survival rate
https://elfianpermana010.wordpress.com/2015/11/24/laporan-respon-organisme-akuatik-terhadap-
suhu-dan-salinitas/

Anda mungkin juga menyukai