Anda di halaman 1dari 22

KASUS

“ASMA BRONCHIALE”

Oleh:
SEPTIAN TRI ANGGARA
2101210038

KEPANITERAAN KLINIK MADYA LAB ILMU FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2016
ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. A
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Dinoyo - Malang
Suku : Jawa

II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Sesak napas
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita datang dengan sering mengeluh sesak napas yang sering
kambuh apabila terkena debu rumah dan pasien merupakan perokok. Pasien
juga mengeluh batuk – batuk berdahak apabila sesak napasnya kambuh.
Meskipun tidak setiap hari kambuh, dalam satu minggu kekambuhan bisa
terjadi satu sampai dua kali. Dalam satu bulan bisa terjadi 2 sampai 3 kali
sesak. Pada malam hari kadang tidurnya terganggu. Saat sesak kambuh
napasnya bunyi ngik – ngik.
Pasien mengaku sesaknya dialami sejak ± 5 tahun yang lalu dan sering
kambuh. Pasien mengkonsumsi obat isuprel. Ayah pasien juga menderita
asma. Pada pemeriksaan fisik didapatkan takanan darah 140/100 mmHg, RR :
25x/mnt, nadi 88x/mnt, BB: 50 kg, TB: 160 cm. Pada pemeriksaan paru
didapatkan wheezing.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien mengatakan bahwa sesaknya dirasakan sejak ± 5 tahun yang lalu
Riwayat Keluarga
 Ayah pasien menderita asma

Vital Sign
 Tekanan darah : 140/100 mmHg
 Nadi : 80 x / menit
 Suhu : 36,5º C
 Pernapasan (Frekuensi dan tipe) : 25 x / menit

Pemeriksaan Paru:
 Didapatkan wheezing

Diagnosis Kerja
 Asma Bronchiale

1. Identifikasi problem
1. Sesak napas
2. Batuk berdahak
3. Pasien merupakan perokok
4. Alergi debu

2. Tujuan Terapi
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma.
2. Mengurangi batuk.
3. Memberi edukasi kepada pasien untuk berhenti merokok dan menghindari
faktor pencetusnya.

3. P Treatment
a. Medikamentosa
 Bronkodilator → Salbutamol
 Steroid → Metilprednisolon
 Mukolitik → Ambroksol .
b. Non medikamentosa (KIE)
 Berhenti merokok
 Menghindari faktor pencetus (debu)
 Hentikan obat isopriel.
Untuk menentukan P Treatment, perlu diketahui aturan pemberian terapi asma
bronkial sesuai dengan derajat penyakit. Obat yang digunakan dalam
melakukan terapi asma sesuai derajat penyakit antara lain:
Yang termasuk obat asma:
a. Agonis β 2 adrenergik
Obat ini punya efek bronkodilatasi. Terbutalin, salbutamol, dan
feneterol memiliki lama kerja 4 – 6 jam, sedangkan agonis β 2 long-
acting bekerja lebih dari 12 jam, seperti salmeterol, formoterol,
bambuterol dan lain-lain.
b. Metilxantin
Teofilin termasuk golongan ini. Efek bronkodilatornya berkaitan
denagn konsentrasinya di dalam serum. Efek samping obat ini dapat
ditekan dengan pemantauan kadar teofilin serum dalam pengobatan
jangka panjang.
c. Antikolinergik
Golongan ini menurunkan tonus vagus instrinsik dari saluran nafas
d. Kortikosteroid
e. Natrium Kromolin (sodium cromoglycate) merupakan
antiinflamasi non steroid.
f. Obat lain: Adrenalin dapat diberikan pada serangan asma yang
tidak tersedia β2-agonis. Sedangkan antikolinergik berfungsi sebagai
bronkodilator pada serangan asma, namun kerjanya tidak terlalu poten
dibandingkan β2-agonis kerja cepat. Sebagai pengendali asma juga
terdapat golongan antihistamin seperti ketotifen. Obat asma yang
relatif baru adalah leukotriene modifiers yang mekanisme kerjanya
menghambat 5-lipoksigenase sehingga memblok sintesis leukotrien
dan memblok reseptor leukotrien. Saat ini yang beredar di Indonesia
adalah zafirlukas (antagonis reseptor leukotrien) (PDPI, 2004).
4. P Drug
A. Obat Asma
Nama EFFICACY SAFETY SUITABILITY COST
Nama Generik
Golongan Farmakodinamik Farmakokinetik Efek Samping Peringatan
Salbutamol - Melalui aktivasi A : salbutamol Tremor ringan, Hipersensitif Tablet : 10 tab 2
reseptor β2 inhalasi secara palpitasi, mual, Pemantauan pada mg Rp. 5.650,- ; 4
menimbulkan cepat di absorbsi pusing, mulut kering, pengguna yang hamil mg Rp.7.950,-
relaksasi otot 5-15 nenit kram otot , atau laktasi,
polos melalui ↑ mencapai paru- hipokalemi hipertyroid, ggn Inhaler : inhaler
CAMP paru dan bekerja konvulsi, penyakit 200 dosis Rp.
intraseluler yang langsung pada jantung parah. 110.000,-
mengaktivasi otot polos. Interaksi obat dengan
protein kinase bronkus. propanolol, MAOI, Nebulizer :
Agonis b2 - Bronchodilatasi D : Salbutamol adrenergik lain, salbutamol ampul
& Hambat tidak terikat pada antidepresan trisiklis. 2,5mg/ml
selektif
pelepasan protein plasma . Rp.6.480,-
mediator o/ E: 77-97 %
mastcell diekskresi melalui
urin.
oral : tab 2-4mg
2-3x/hari
inhalasi : 100
mcq

Terbutalin - Melalui aktivasi - Pada dosis  Tremor otot Hipertensi, penyakit Tablet : 1 tab
reseptor β2 kecil kerja obat rangka, jantung koroner, 2,5mg Rp.1.900,-
menimbulkan ini pada kegelisahan, gagal jantumg
relaksasi otot reseptor β2 kadang-kadang kongestif, hipertiroid Sirup : sirup
polos. jauh lebih kuat kelemahan.. dan diabetes. 1,5mg/5ml botol
- Bronchodilatasi daripada  Rasa gugup, 100ml
& Hambat kerjanya pada takikardi, Rp.43.988,-
pelepasan reseptor β1, palpitasi, ngantuk,
mediator o/ tetapi bila nyeri kepala, Injeksi : 5 ampul
mastcell dosisnya di nausea, muntah, 0,5/ml Rp.79.00,-
tinggikan, dan berkeringat
selektifitas ini terutama pada Inhalasi : 1
hilang. pemberian per canister 400 dosis
 Dosis : oral., 0,25mg/puff Rp.
1. Inhalasi/ 153.673,-
aerosol 0,2
mg/semprot
2. Oral
(efektif)Tabl
et 2,5 – 5 mg
3. Sub kutan
1mg/ml
Dipilih golongan agonis β2 yaitu Salbutamol karena: pada serangan ringan sampai sedang obat lini pertama adalah agonist β2 selektif
short acting yang paling efektif dibandingkan jenis lainnya. Salbutamol tidak spesifik, tetapi biasanya efek β1 (stimulasi jantung) tidak
timbul pada pada dosis bronkodilatasi → sehingga tidak menimbulkan efek samping hipertensi. Meskipun harganya relatif sedikit
lebih mahal akan tetapi pada pasien tidak memberatkan bila dibandingkan dengan efektifitas kerja obat.

B. Obat Kortikosteroid

Nama Golongan Nama Generik EFFICACY SAFETY SUITABILITY COST


Farmakodinamik Farmakokinetik Efek samping Peringatan
Oral :  antiinflamasi : Gluko-kortikoid  Kortikosteroid  Sebaiknya Tablet prednison 5
Prednison , menghambat dapat diabsorbsi oral: tidak diberikan mg; botol 1000
prednisolon, prod sitokin melaui kulit, Gangguan pada Infeksi tab Rp.88.000,-
metilprednisolon inflamasi (PG sakus konjungtiva keseimbangan jamur sistemik
&leukotrien) & dan ruang cairan, iritasi Kaplet
menurunkan synovial. lambung,  Pemberian prednisolon 5 mg;
infiltrasi sel Penggunaan hiperpigmentasi, jangka lama pada pot 1000 kapl
inflamatori jangka panjang acne, purpura, penderita ulkus Rp.43.000,-
(menurunkan atau pada daerah striae, sakit duodenum dan
destruksi epitel, kulit yang luas kepala, peptikum, Tablet
mukus, & dapat mengganggu osteoporosis metilprednisolon 4
Kortikosteroid
bronkonstriksi ) menyebakan efek siklus mentruasi, berat, penderita mg; Dus 10x10
 menurunkan sistemik, antara sindroma dengan riwayat tab 4 mg Rp.
hiper reaktifitas lain supresi cushing, dll. penyakit jiwa, 155.000,-
bronkial korteks adrenal. herpes.
Inhalasi :  meningkatkan  Kortikosteroid Inhaler :
Beklometason, affinitas b inhalasi : beklometason
triamsinolon, agonis & kandidiasis oral, dipropionat
flunisolid mencegah down serak, penurunan 200mg/dosis Rp.-
budesonid, regulation massa tulang
flutikason. reseptor b.

Menggunakan steroid yaitu untuk memperbesar diameter saluran nafas pada pasien asma dengan menurunkan reaksi inflamasi bronkus
(misalnya edema, hipersekresi mukus) dan dengan modifikasi reaksi alergi. Dipilih Methylprednisolon karena prednisolon mempunyai
efek penimbunan cairan yang lebih tinggi dibandingkan metilprednisolon, sehingga lebih baik menggunakan metilprednisolon untuk orang
dengan memiliki sakit atau mempunyai faktor resiko hipertensi. Untuk dosis 5 mg prednisolon setara dengan 4 mg metilprednisolon,
sehingga penggunaan metilprednisolon lebih ringan dibanding prednisolon.

C. Obat Mukolitik
Nama
Nama Generik EFFICACY SAFETY SUITABILITY
Golongan COST
Farmakodinamik Farmakokinetik Efek samping Peringatan
bromhexin  mengecerkan Dimetabolisme di  Hipersensitifitas,  kehamilan dan Tablet : Tab 8 mg
sekret saluran hepar. Mual, pada masa x 10 Rp.23.170,-
napas dengan Bioavailibilitas peningkatan menyusui. Hati-
jalan memecah sekitar 20% dan transaminase hati penggunaan Sirup : Syr
benang-benang terdistribusi ke serum. pada penderita 4mg/5ml botol
mukoprotein dan jaringan tubuh tukak lambung. 100 ml Rp.
mukopolisakarid serta terikat 11.000,-
Mukolitik
a dari sputum protein plasma.
85-90%
diekskresikan di
urin sebagai
metabolit..

Asetilsistein Asetilsistein Cepat spasme bronkus,  Hipersensitifitas, Kaplet : Cap 200


memiliki efek diabsorbsi oleh terutama pada pasien ibu hamil, anak- mg x 60
mukolitik sehingga saluran cerna asma. Selain itu, anak. Rp.219.000,-
menurunkan (oral).Onset dapat pula muncul
viskositas sekret kerja terjadi mual, muntah, Tablet : Tab 600
paru. Hal tersebut dalam 1 menit, stomatitis, pilek, mg x 20
terjadi akibat dan puncaknya hemoptisis, dan Rp.180.000,-
aktivitas mukolitik sekitar 5-10 terbentuknya sekret
zat ini langsung menit. berlebihan. Dry sirup : Dry
terhadap Konsentrasi syr 100 mg/5ml
mukoprotein plasma puncak Rp.35.000,-
dengan melepaskan dicapai 1-2 jam
ikatan setelah Granul : Granul
disulfidanya. pemberian.Terik 200 mg
 at protein Rp.117.000,-
sekitar
50%.Metabolis Injeksi : Amp
me di hati. 300mg/3ml x 5
Ekskresi di urin Rp.177.000,-
dan waktu paru
6,25 jam (oral)
dan 5,58 jam
(iv).

Ambroxol  Merangsang Dimetabolisme di - Efek samping yang  Hipersensitif Tablet : 30 mg x


produksi hepar, ringan pada saluran terhadap 10 Rp.45.000,-
surfaktan, terakumulasi di cerna. , Reaksi alergi, Ambroxol.
menurunkan paru-paru dan kulit, pembengkakan  Ibu hamil dan Sirup : Syr
tegangan waktu paruh wajah, dyspnea, menyusui. 15mg/5ml totol
demam. 120 ml
Diberikan mukolitik yaitu untuk membantu mengencerkan dahak, dimana pada asma terjadi hipersekresi mukus, dan untuk itu dipilih
Ambroxol karena metabolit memiliki efek bronchosecretolytic lebih besar dari Bromhexine, ambroxol merangsang produksi surfaktan,
menurunkan tegangan permukaan dan sebagai anti-inflamatory. Namun harganya cukup mahal tetapi efek sampingnya di gastrointestinal
ringan dibandingnya lainnya. Ambroxol memiliki bioavaibilitas yg cukup tinggi yaitu 79% dibandingkan dengan bromhexin.
P Drug Asma Bronchiale:
1. GOL Agonis β2 ( Salbutamol)
Alasan: agonist β2 selektif short acting yang paling efektif sebagai
bronkodilator.
Efek: merelaksasi otot polos melalui peningkatan cAMP intraseluler yang
mengaktivasi suatu protein kinase.
2. Kortikosteroid (metilprednisolon)
Alasan: Untuk menurunkan reaksi inflamasi pada bronkus (misalnya edema,
hipersekresi mukus).
Efek: efek yang kuat sebagai anti-inflamasi.
3. Mukolitik (ambroxol)
Alasan: untuk menurunkan batuk
Efek: mengecerkan sekret saluran napas

4. Prescribe Nama : Septian Tri Anggara


SP/SIP 2101210038
Alamat : Jl.MT.Haryono-Malang
Jam praktek 18.00-22.00
Tlp: 085649344443

Malang, 1 Januari 2016

R/ Salbutamol inhaler 100 mcg fl. No.I


S prn 1 spray

R/ Metilprednisolon tab 4 mg No.XV


S 3 dd tab 1 ½ h. pc

R/ Ambroxol tab 30 mg No. XV


S 3 dd tab 1 pc

Pro : Tn. A BB: 50 kg


Usia :30 tahun Alamat : Dinoyo
5. Informasi Obat
( Salbutamol)
 Pengobatan dan pencegahan asma serta pencegahan timbulnya
asma
 Efek samping : Tremor ringan, palpitasi, mual, pusing, mulut kering, kram otot ,
hipokalemi
 Kontra indikasi : aritmia jantung yang berhubungan dengan takikardia,
angina, aritmia ventrikular yang memerlukan terapi inotopik, takikardia
atau blok jantung yang berhubungan dengan intoksikasi digitalis (karena
isoproterenol).
 Dosis: tab 4 mg 3-4 kali sehari.
 Interaksi: antihistamin, bloker alfa adrenergik, beta bloker, glikosida
jantung, inhibitor monoamin oksidase, nitrat.

(Metilprednisolon)
 Diminum setelah makan
 Efek samping : menurunkan sistem imun, moon face, Peningkatan tekanan
cairan di mata (glaukoma)
 Kontra indikasi : sistemic fungal infection.
 Dosis 4-48 mg/hari
 Interaksi : ketokonazol.

(Ambroxol)
 Diminum setelah makan
 Efek samping: gangguan GI namun ringan
 Kontraindikasi: ulkus gaster.
 Dosis : 30 mg 3 kali sehari.
 Interaksi obat: tidak boleh digunakan dengan antitusif.
SKENARIO

ILUSTRASI
SKENARIO P DRUGS – KIE

Penderita datang dengan sering mengeluh sesak napas yang sering kambuh
apabila terkena debu rumah dan pasien merupakan perokok. Pasien juga mengeluh
batuk – batuk berdahak apabila sesak napasnya kambuh. Meskipun tidak setiap
hari kambuh, dalam satu minggu kekambuhan bisa terjadi satu sampai dua kali.
Dalam satu bulan bisa terjadi 2 sampai 3 kali sesak. Pada malam hari kadang
tidurnya terganggu. Saat sesak kambuh napasnya bunyi ngik – ngik.
Pasien mengaku sesaknya dialami sejak 5 th yang lalu dan sering kambuh.
Pasien mengkonsumsi obat isuprel. Ayah pasien juga menderita asma. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan takanan darah 140/100 mmHg, RR : 25x/mnt, nadi
88x/mnt, BB: 50 kg, TB: 160. Pada pemeriksaan paru didapatkan wheezing.
Setelah itu dokter memberikan Salbutamol inhaler, metilprednisolon,
ambroxol. Kemudian Dokter menjelaskan kie kepada pasien.

Dokter: Assalamualaikum pak perkenalkan saya dr. Septian, saya dokter jaga
disini pak.
Pasien: Waalaikumsalam dokter, .saya Ainul. Bagaimana keadaan saya dokter ?
Dokter: Bapak, penyakit bapak ini namanya sakit Asma, gejalanya berulang
berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada
malam dan atau dini hari. Nah…Asma sifatnya hilang timbul pak, artinya
dapat tenang tanpa gejala tidak mengganggu aktifitas tetapi dapat juga
kambuh dengan gejala ringan sampai berat bahkan dapat menimbulkan
kegawatan. Gejala ini bisa diatasi dengan obat tergantung pada tingkat
sakitnya.
Pasien: Loh, kenapa kok saya bisa terkena Asma dok? Dulu saya waktu kecil
tidak pernah kena asma.
Dokter: Penyebab asma 2 faktor yang berperan yaitu faktor genetik dan faktor
lingkungan. Ada beberapa proses yang terjadi sebelum pasien menjadi
asma:
Seseorang dengan risiko genetik dan lingkungan apabila terpajan dengan
pemicu maka akan timbul sensitisasi pada dirinya. Nah, disini bapak
mempunyai resiko genetik asma dari ayah Pak Ainul dan Seseorang yang
telah mengalami sensitisasi maka belum tentu menjadi asma. Itulah kenapa
bapak tidak sesak sejak kecil.
Nahh...kenapa baru sekarang bapak muncul asma karena di tubuh bapak
sudah ada bakat dan apabila ada faktor-faktor pemicu (debu) akan terjadi
penyembitan pada saluran nafas khususnya di bronkus, terjadi peningkatan
penumpukan sekret di saluran nafas dan terjadi pembengkakan maka itu
terjadi sesak. oleh karena itu harus selalu di pantau keadaan bapak, jadi
untuk sementara obat nya di minum duluyang teratur ya pak
Pasien: Tadi obatnya dikasih apa ya dok? Langsung di minum atau bagaimana
dokter?
Dokter: Obat semprotnya ini untuk melebarkan jalan nafas bapak yang
menyempit jadi bapak gunakan hanya pada saat serangan sesak, jika tidak
sesak bisa bapak simpan untuk digunakan sewaktu – waktu. Cara
pemakaiannya:
1) Bukalah penutup ujung inhaler lalu kocok inhaler dengan kuat.
2) Pegang inhaler di depan mulut dengan kepala agak menengadah.
Tempatkan ujung inhaler di dalam mulut di atas lidah dan tutup inhaler
dengan bibir Anda. Mulailah menarik nafas perlahan dan tekan inhaler
1 kali bersamaan dengan menarik nafas perlahan sedalam-dalamnya.
3) Tahan nafas Anda selama 10 detik atau selama mungkin yang Anda
sanggup, sebelum menghembuskan nafas perlahan untuk memastikan
seluruh obat masuk ke saluran nafas.
Simpan inhaler pada suhu sejuk, kering, terhindar dari cahaya dengan
mulut inhaler menghadap ke bawah.
Untuk obat minumnya diminum 3 kali dalam sehari setelah makan ya pak,
jadi jangan diminum pada saat perut kosong. Kalau metilprednisolon, Obat
ini saya berikan untuk mengurangi bengkak di saluran nafasnya dan
ambroxol digunakan untuk mengencerkan dahaknya. Disini obatnya untuk
lima hari ya pak agar kita bisa evaluasi bagaimana kemajuan pengobatan
ini.
Pasien: Apakah obat – obatan dari dokter ini tidak ada efek sampingnya? Tidak
berbahaya kan dok?
Dokter: Setiap obat tentunya punya efek samping pak.. tapi efek samping ini bisa
kita minimalkan dengan bapak menggunakan dan mengkonsumsi obat
sesuai dengan aturan yang saya berikan.
Untuk obat semprot:
- Gemetar pada anggota badan
- Jantung berdegup lebih kencang
Untuk metilprednisolon: efek samping jangka pendeknya terutama adalah
iritasi lambung, sehingga timbul perih, rasa tidak nyaman diperut. Untuk
jangka panjang juga tidak baik pak, maka penggunaannya sesuai petunjuk
dokter.
Untuk ambroxol: bisa menyebabkan mual, muntah untuk itu diminum
setelah makan.
Pasien: Apakah tidak berbahaya jika saya menggunakan dua obat ini sehari- hari?
Dokter: Tidak pak, asalkan penggunaannya sesuai anjuran.
Yang perlu bapak ketahui bahwa jika bapak menggunakan obat semprot ini
bapak jangan minum obat – obatan anti darah tinggi, konsultasikan pada
saya atau ahli jantung terlebih dahulu. Karena ada obat anti darah tinggi
yang dapat menurunkan kerja dari obat ini. Dan juga jangan dikonsumsi
berdekatan dengan konsumsi kopi ya pak, karena nanti ditakutkan kopi
bisa meningkatkan efek samping lain dari obat yang berbahaya
Untuk obat minumnya digunakan setelah makanan untuk meminimalisir
iritasi lambung. Pada Penggunaan metil prednisolon jangan menggunakan
obat anti jamur karena terjadi hambatan kuat pada metabolisme obatnya.
Dan pada penggunaan obat batuk jangan sampai mengkonsumsi dosis.
Buat yang ambroxol ini untuk mengurangi batuk bapak, jadi sebaiknya
jangan menggunakan obat batuk yang lainnya juga.
Pasien: Wah baiklah dokter semoga saya lekas sembuh, lalu kapan ini baiknya
saya kontrol dokter?
Dokter: Lima hari lagi saat obat habis datanglah kembali ke sini ya pak.. untuk
menilai keberhasilan terapi, adakah keluhan lain dari Pak Ainul , gejalanya
semakin hilang atau justru semakin bertambah. Bagaimana pak, apakah
ada penjelasan yang kurang jelas?
Pasien: Sudah cukup jelas dokter. Oh iya dokter ada yang mau saya
tanyakan..yang harus saya hindari apa saja ya dok?
Dokter: Hindari apa saja yang menyebabkan bapak alergi pak dan jangan
merokok lagi ya pak.
Pasien: Iya dok, saya juga merokok.
Dokter: Nah maka dari itu sebisa mungkin hindari pencetus seperti debu pak.
Kalau membersihkan bagian rumah sebaiknya memakai lap basah,
kemudian kain – kain sebaiknya dicuci dengan air hangat tiap 1 – 2
minggu sekali.
Dan bapak harus berhenti merokok karena merokok akan mempengaruhi
mekanisme kerja dari obat tersebut supaya pengobatan bisa optimal.
Pasien: Terimakasih dokter atas info dan bantuannya.
Dokter: Iya sama-sama pak, nanti jika keluhan belum mereda atau di rasa
semakin bertambah cepat kontrol ya pak,.
Pasien : Iya dokter.
Dokter: Baiklah pak, marilah kita selalu bersyukur, atas segala nikmat Allah, dan
kita harus menyadari bahwa hendaknya sakit membuat kita selalu ingat
pada Allah. Sehat adalah nikmat, sembuh datangnya dari Allah.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Pedoman Pengendalian
Penyakit Asma, Departemen Kesehatan, Jakarta.
Ege, M.J., Mayer, M., Normand, A., Genuneit, J., Cookson, W., Braun-Fahrländer,
C., Deederik, D.,Piarroux, R., and Mutius, E., Exposure to Environmental
Microorganisms and Childhood Asthma, New England Journal Medicine,
2011;364:701-9.
Hay, W. W., et al, 2010. Current Diagnosis and Treatment in Pediatrics, 20th
edition, McGraw Hill, New York.
Guyton, A.C, Hall, A.E, 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 11, EGC,
Jakarta.
Lemanske, R. F., Mauger, D.T., Sorkness, C.A., Pharm.D., Jackson, D.J.,
Boehmer, S.J., Martinez,F.D., Strunk, R.C., Szefler, S.J., Zeiger, R.S.,
Bacharier, L.B., Covar, R.A., Guilbert, T.W., Larsen, G., Morgan, W.J.,
Moss, M.H., Spahn, J.D., Taussig, L.M, Step-up Therapy for Children with
Uncontrolled Asthma Receiving Inhaled Corticosteroids, New England
Journal Medicine, 2010;362:975-985.
Leung D.Y.M., 2008. Allergy and the Immunologic Basis of Atopic Disease,
Nelson Textbook of Pediatric, 18th edition, Elsevier, Philadelphia.
Lui A. H., et al, 2008. Childhood Asthma, Nelson Textbook of Pediatric, 18th
edition, Elsevier, Philadelphia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2004. Asma: Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia, Balai Penerbit FK UI, Jakarta.
Pusponegoro, H. D., et al, 2004. Standar Pelayanan Kesehatan Anak, edisi 1,
Balai Penerbit IDAI, Jakarta.
Rudolph, M. A., et al, 2006. Rudolph’s Pediatric, 20th edition, McGraw Hill, New
York.
Santoso, H., 2008. Asma Bronkial, Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak, edisi 2,
Balai Penerbit IDAI, Jakarta.
Sharma G. D., 2010,Pediatric Asthma , http://emedicine.medscape.com/
Supriyatno, B., 2005. Diagnosis dan Penatalaksanaan TerkiniAsma pada Anak,
Majalah Kedokteran Indonesia, 55: 3, 237-243.
Suyoko, E.D., 2008. Medikamentosa, Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak, edisi 2,
Balai Penerbit IDAI, Jakarta.
UKK Pulmonologi IDAI, 2000.Konsensus Nasional Asma Anak, Sari Pediatri,
Juni, 2:1, 50 - 66
WHO, 2008. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit, WHO Indonesia,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai