Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH

PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN,


PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN PENGELOLAAN BARANG MILIK
DAERAH TERHADAP KINERJA SKPD PADA PEMERINTAH KABUPATEN
BANGKALAN

RAHMATUL MAGHFIROH
MOHAMAD DJASULI
GITA ARASY HARWIDA

Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trunojoyo
Madura

ABSTRACT

This research aims to test and analyze the influence of the understanding of the
government accounting system, the understanding of the local government financial
management, and the understanding of the local government asset management to
the performance of the government working unit at the Bangkalan regency. The object
of research is the government working unit at the Bangkalan regency. The amount of
samples in this research are 24 of the government working unit the Bangkalan
regency. This research is a quantitative research and the type of data used is the
primary source of the questionnaire. The determination method of the sample used in
this research is purposive sampling, meanwhile, the method of data analysis in this
research uses the compounding regression linear. This result indicates that the
understanding of the government accounting system, the local government financial
management, and the local government asset management have positive impact and
significantly influence to the performance of the government working unit either
simultaneously or partially.
Keywords : The government accounting system, the local government financial
management, the local government asset management and the performance of
the government working unit.

1
1. PENDAHULUAN
Undang–undang Nomor 9 tahun 2015 tentang Pemerintah Daerah
sebagaimana telah diubah dari UU Nomor 23 tahun 2014, menjadi tonggak awal dari
otonomi daerah. Dengan pemberian otonomi daerah kabupaten dan kota,
pengelolaan keuangan sepenuhnya berada ditangan pemerintah daerah. Oleh
karena itu sistem pengelolaan keuangan daerah yang baik sangat diperlukan untuk
mengelola dana desentralisasi secara transparan, ekonomis, efisien, efektif dan
akuntabel. Agar semua pelaksana keuangan daerah mampu mengelola keuangan
harus memahami sistem akuntansi, oleh sebab itu pemahaman pengelola keuangan
daerah mengenai sistem akuntansi pemerintah sangat penting dan harus
diperhatikan. Keberhasilan dari pengembangan sistem akuntansi sangat
bergantung pada keterlibatan pegawai pemerintah daerah.
Dalam situasi tertentu akuntansi menjadi salah satu kendala teknis bagi
eksekutif dalam pengelolaan keuangan daerah. Dari sekian banyak persoalan yang
dihadapi oleh pemerintah daerah salah satunya adalah tentang akuntansi
(Syahrida:2009). Hal ini menandakan bahwa pengelola keuangan daerah pada
masing–masing SKPD harus dilakukan oleh seseorang yang memiliki kemampuan
dibidang akuntansi itu sendiri agar dapat memecahkan permasalahan akuntansi
dan dapat menyajikan informasi keuangan secara memadai. Tuntutan masyarakat
menjadikan akuntansi pemerintahan semakin dibutuhkan. Dengan semakin
besarnya dana yang dikelola oleh pemerintah, semakin besar pula tuntutan
pertanggungjawaban atau akuntabilitas keuangan yang semakin baik. Kasus
korupsi menjadi semakin besar, salah satunya disebabkan karena lemahnya
akuntabilitas. Akuntabilitas yang baik dapat mengurangi tingkat korupsi yang pada
akhirnya akan meningkatkan kepercayaan publik.
Penelitian ini dilakukan di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten
Bangkalan. Fenomena yang terjadi dalam hal sistem akuntansi pemerintahan adalah
pada tahun 2015 pemerintah Kabupaten Bangkalan menerapkan akuntansi
berbasis akrual pertama kali sebagai pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Pemerintah Kabupaten
Bangkalan tidak menyajikan kembali laporan keuangan tahun 2014 berbasis kas
menuju akrual menjadi laporan keuangan tahun 2014 berbasis akrual. Dampak
Kumulatif yang disebabkan oleh perubahan penerapan akuntansi berbasis akrual
disajikan pada laporan perubahan ekuitas dan diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan.
Pemerintah Kabupaten Bangkalan telah memperoleh opini wajar tanpa
pengecualian 4 kali berturut-turut pada tahun 2010, 2011, 2012 dan 2013
sedangkan pada tahun 2014 Pemerintah Kabupaten Bangkalan mendapatkan opini
wajar dengan pengecualian. Hal itu membuktikan bahwa ada
kemerosotan/penurunan kinerja dari Pemerintah Kabupaten Bangkalan.
Kurangnya informasi yang dihasilkan mengakibatkan pemerintah tidak mempunyai
manajerial yang baik dan tidak bisa mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
sesuai dengan harapan masyarakat.

2
Opini wajar dengan pengecualian (WDP) adalah opini audit yang menyatakan
bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan
SAK/ETAP/IFRS, kecuali untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang
dikecualikan (Agoes, 2012:76).. Artinya, dengan pemerolehan opini WDP laporan
keuangan pemerintah daerah Kabupaten Bangkalan masih ditemui adanya temuan
yang material, temuan tersebut bisa terdapat pada belanja barang dan jasa, belanja
perjalan dinas atau bahkan ditemukannya bukti-bukti palsu contohnya tiket
pesawat fiktif dan nota belanja fiktif.
Fenomena yang terjadi di Kabupaten Bangkalan adalah dalam hal pengelolaan
aset/barang milik daerah misalnya penyalahgunaan barang yang terjadi, dengan
menggunakan barang milik daerah untuk kepentingan pribadi yang sering peneliti
temui. Seharusnya aset/barang milik daerah hanya boleh dipergunakan untuk
kepentingan kantor. Hal ini telah berlangsung sejak lama, dan itu membuktikan
bahwa pengawasan terhadap aset/barang milik daerah masih lemah.
2. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Akuntansi keuangan daerah merupakan serangkaian prosedur yang sistematik
mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran hingga pelaporan posisi
keuangan (Neraca) dan operasi keuangan pemerintah (LRA). Berikut ini adalah
sistem akuntansi menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006 :
1. Prosedur akuntansi penerimaan kas;
2. Prosedur akuntansi pengeluaran kas;
3. Prosedur akuntansi aset tetap/barang milik daerah; dan
4. Prosedur akuntansi selain kas.
Komponen-komponen laporan keuangan menurut Peraturan Pemerintah No.71
Tahun 2010 sebagai berikut:
1. Laporan Realisasi Anggaran;
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;
3. Neraca;
4. Laporan Operasional;
5. Laporan Arus Kas;
6. Laporan Perubahan Ekuitas;
7. Catatan atas Laporan Keuangan.
2.2. Pengelolaan Keuangan Daerah
Dalam permendagri No.13 tahun 2006 dinyatakan bahwa keuangan daerah
adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala
bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
proses pengelolaaan keuangan daerah dimulai dengan perencanaan/ penyusunan
anggaran pendapatan belanja daerah (APBD). APBD merupakan rencana keuangan
tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah
daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Oleh karena itu APBD

3
merupakan kesepakatan bersama antara eksekutif dan legislatif yang dituangkan
dalam peraturan daerah dan dijabarkan dalam peraturan bupati. APBD disusun
sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan
pendapatan daerah.
2.3. Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah
Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah adalah Kepala Daerah yang
karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan
pengelolaan keuangan daerah. Menurut Siregar (2015:14) Kepala Daerah selaku
pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan melimpahkan sebagian atau seluruh
kekuasaannya kepada :
1. Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelola kekuangan daerah
2. Kepala SKPKD selaku PPKD
3. Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang.
2.4. Pengelolaan Barang Milik Daerah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah Pasal 1. Barang Milik Daerah
adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban anggaran pendapatan
dan belanja daerah atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Pengelola Barang
adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan
pedoman serta melakukan pengelolaan Barang Milik Daerah.
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan asas
fungsional, kepastian hukum, transparansi, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian
nilai. Menurut Yusuf (2015:34) siklus pengeloloaan barang milik daerah meliputi :
1. Perencanaan Kebutuhan dan pengaggaran,
2. Pengadaan,
3. Penerimaan, Penyimpanan, dan Penyaluran,
4. Pemeliharaan,
5. Penatausahaan,
6. Penggunaan,
7. Pemanfaatan,
8. Pengamanan,
9. Penilaian,
10. Penghapusan,
11. Pemindahtanganan,
12. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian,
13. Pembiayaan,
14. Tuntutan ganti rugi.
2.5. Kinerja SKPD
Kinerja atau prestasi kerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai
hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan
memberikan kontirbusi ekonomi. Tugas utama pemerintah sebagai organisasi
sektor publik terbesar adalah untuk menciptkan kesejahtaraan masyarakaat.
Kesejahteraan masyarakat merupakan subuah konsep yang sangat multikompleks.

4
Kesejahteraan masyarakat tidak hanya berupa kesejahteraan fisik yang bersifat
material saja, namun termasuk kesejahteraan nonfisik yang lebih bersifat
immaterial.
Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator
tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif.
Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan sektor publik
lebih lebih banyak bersifat intangible output, maka ukuran finansial saja tidak cukup
untuk mengukur kinerja sektor publik. Oleh karena itu, perlu dikembangkan ukuran
kinerja non-finansial (Mardiasmo, 2002:122).
Menurut Mohammad (2006:77) dalam Hidayat (2015), indikator kinerja
pemerintah daerah terdapat beberapa jenis yaitu :
a. Indikator masukan (input), adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran.
b. Indikator proses (process). Dalam indikator ini. Organisasi/instansi
merumuskan ukuran kegiatan, baik dari segi kecepatan, ketepatan, maupun
tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan tersebut.
c. Indikator keluaran (Output), adalah sesuatu yang diharapkan langsung dapat
dicapai dari suatu kegiatan yang berupa fisik atau non-fisik.
d. Indikator hasil (outcomes), segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung).
2.6. Konsep Pengukuran Kinerja Value For Money
Menurut Mahmudi (2015:83) konsep value for money terdiri atas 3 elemen
utama, yaitu :
1. Ekonomi
Ekonomi terkait dengan pengkonversian input primer berupa sumber daya
keuangan menjadi input sekunder berupa tenaga kerja, bahan.
Infrastruktur, dan barang modal yang dikonsumsi untuk kegiatan operaso
organisasi.
2. Efisiensi
Efisiensi terkait dengan input dan output. Efisiensi terkait dengan hubungan
output berupa barang atau pelayanan yang dihasilkan dengan sumber daya
yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Secara matematis,
efisiensi merupakan perbandingan antara output dengan input atau dengan
istilah lain output per unit input. Suatu kegiatan dapat dikatakan efisien
apabila mampu mengahasilkan output tertentu dengan input serendah-
rendahnya, atau dengan input tertentu menghasilkan output sebesar-
besarnya.
3. Efektivitas
Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin
besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif
kegiatan tersebut. Jika ekonomi berfokus pada input dan efisiensi berfokus
pada output atau proses,maka efektifitas berfokus pada outcome (hasil).

5
2.7. Pengembangan Hipotesis
2.7.1. Pemahaman Sistem Akuntansi Pemerintahan terhadap Kinerja SKPD
Tuasikal (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh pemahaman sistem
akuntansi keuangan dan pengelolaan keuangan terhadap kinerja unit satuan kerja
pemerintah daerah di Kabupaten dan Kota Provinsi Maluku. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pemahaman sistem akuntansi pemerintah berpengaruh
terhadap kinerja SKPD.
Syahrida (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh pemahaman sistem
akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja
SKPD pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa sistem akuntansi keuangan berpengaruh terdahap kinerja
SKPD. Hal ini menandakan bahwa bila pemahaman eksekutif tentang sistem
akuntansi keuangan daerah ditingkatkan maka dapat mendorong kinerja satuan
kerja pemerintah daerah.
Ratih (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh pemahaman sistem
akuntansi keuangan daerah, penatausahaan keuangan daerah dan pengelolaan
barang milik daerah terhadap kinerja SKPD pada Pemerintah Provinsi Kepulauan
Riau. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemahaman sistem akuntansi
keuangan daerah berpengaruh terhapad kinerja SKPD.
Berdasarkan penelitian terdahulu dapat dirumuskan hipotesis :
H1 : Pemahaman Sistem Akuntansi Pemerintahan Berpengaruh Positif
Terhadap Kinerja SKPD.
2.7.2. Pemahaman Pengelolaan keuangan Daerah Terhadap Kinerja SKPD
Tuasikal (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh pemahaman sistem
akuntansi keuangan dan pengelolaan keuangan terhadap kinerja unit satuan kerja
pemerintah daerah di Kabupaten dan Kota Provinsi Maluku. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pemahaman pengelolaan keuangan daerah berpengaruh
terhadap kinerja SKPD.
Syahrida (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh pemahaman sistem
akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja
SKPD pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa pemahaman pengelolaan keuangan daerah tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja SKPD. Kemungkinan hal itu terjadi disebabkan
ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu adanya kebijakan dari Kepala Daerah
sehingga pengelolaa keuangan daerah tidak dikelola secara tertib,efektif, efisien,
dan juga kesulitan teknis dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah karena
pemahaman pelaksana yang kurang memadai.
Berdasarkan penelitian terdahulu dapat dirumuskan hipotesis :
H2 : Pemahaman Pengelolaan Keuangan Daerah Berpengaruh Positif
Terhadap Kinerja SKPD.
2.7.3. Pemahaman Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap Kinerja SKPD
Ratih (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh pemahaman sistem
akuntansi keuangan daerah, penatausahaan keuangan daerah dan pengelolaan

6
barang milik daerah terhadap kinerja SKPD pada Pemerintah Provinsi Kepulauan
Riau. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemahaman pengelolaan
barang milik daerah berpengaruh terdadap kinerja SKPD.
Berdasarkan penelitian terdahulu dapat dirumuskan hipotesis :
H3 :Pemahaman Pengelolaan Barang Milik Daerah Berpengaruh Positif
Terhadap Kinerja SKPD.
2.7.4. Pemahaman Sistem Akuntansi Pemerintahan, Pengelolaan Keuangan
Daerah dan Pengelolaan Barang Milik Daerah Secara Simultan Terhadap
Kinerja SKPD
Tuasikal (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh pemahaman sistem
akuntansi keuangan dan pengelolaan keuangan terhadap kinerja unit satuan kerja
pemerintah daerah di Kabupaten dan Kota Provinsi Maluku. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pemahaman sistem akuntansi pemerintahan, pengelolaan
keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD.
Ratih (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh pemahaman sistem
akuntansi keuangan daerah, penatausahaan keuangan daerah dan pengelolaan
barang milik daerah terhadap kinerja SKPD pada Pemerintah Provinsi Kepulauan
Riau. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemahaman sistem akuntansi
keuangan daerah, penatausahaan keuangan daerah dan pengelolaan barang milik
daerah berpengaruh terhapad kinerja SKPD.
Berdasarkan penelitian terdahulu dapat dirumuskan hipotesis :
H4 :Pemahaman Sistem akuntansi Pemerintahan, Pengelolaan Keuangan
Daerah dan Pengelolaan Barang Milik Daerah Secara Simultan
Berpengaruh Signifikan Terhadap Kinerja SKPD.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Data dan Sampel Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini
menggunakan data primer yang berupa kuesioner. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pejabat dan staf pada instansi pemerintahan yang melaksanakan
kewenangan dalam hal keuangan, pengelolaan barang, perencana anggaran dan
kepegawaian/SDM di tingkat daerah Kabupaten Bangkalan. Sedangkan sampel
dalam penelitian ini adalah pengguna anggaran (kuasa pengguna anggaran), bagian
keuangan, bagian barang, serta bagian sumber daya manusia (SDM) di seluruh
SKPD. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 51 pegawai dari 24 SKPD. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Purposive sampling yaitu teknik
pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Penentuan sampel
mempertimbangkan hal-hal tertentu yang telah dibuat terhadap obyek yang seusai
dengan tujuan penelitian. Kriteria dari sampel penelitian ini adalah :
1. Pegawai Negeri Sipil yang menjabat sebagai Kepala SKPD.
2. Pegawai Negeri Sipil yang menjabat sebagai sub bagian keuangan,
pengelolaan barang dan SDM.
3. Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran dengan lama bekerja
minimal 6 bulan.

7
3.2. Definisi Operasional
1. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah :
Pemahaman sistem akuntansi pemerintahan (X1), yang merupakan
pemahaman dari pengguna anggran tentang cara / sistematika pencatatan
akuntansi pemerintahan. Kuesioner pemahaman diadaptasi dari kuesioner
peneliti terdahulu oleh Ratih (2012). Dengan indikator :
a. Prosedur akuntansi penerimaan kas.
b. Prosedur akuntansi pengeluaran kas.
c. Prosedur akuntansi aset tetap.
d. Prosedur akunatnsi selain kas.
e. Sistem pencatatan double entry.
f. Akrual basis.
2. Pengelolaan Keuangan Daerah (X2) adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan , penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah. Kuesioner
pengelolaan keuangan daerah diadaptasi dari peneliti terdahulu oleh
Syahrida (2009) yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah sebagai pengganti PP No. 24
tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006.
Indikator dari Pengeloaan keuangan daerah sebagai berikut:
1. Penganggaran.
2. Pelaksanaan.
3. Penatausahaan.
4. Pengawasan dan Pertanggungjawaban.
3. Pengelolaan Barang Milik Daerah (X3) semua barang/aset yang dibeli atau
diperoleh atas beban anggaran pendapatan dan belanja daerah atau bersal
dari perolehan lainnya yang sah. Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah
dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi,
efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai. Pengeloloaan barang milik
daerah meliputi : Perencanaan kebutuhan dan pengaggaran, pengadaan,
penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian,
pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan, penataushaaan,
pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
4. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah :
Kinerja SKPD (Y) hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan
tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontirbusi
ekonomi. Kinerja sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi
yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum hukum dan sesuai
dengan moral dan etika.
Indikator kinerja menurut Ruspina (2013) dan Hidayat (2015) :
1. Indikator Masukan (Input).

8
2. Indikator Proses (Process).
3. Indikator Keluaran (Output).
4. Indikator Hasil (Outcome).
3.3. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda. Sebelum dilakukan analisis regresi berganda terlebih dahulu menguji
kualitas instrumen pengamatan yaitu, uji kualitas data dan uji asumsi klasik.
Pengelolaan data menggunakan software SPSS ( Statistical Package For Social
Sciences).
3.3.1. Uji Kualitas Data
3.3.1.1. Uji Validitas
Dalam buku Hartono (2013) Validitas menunjukkan seberapa jauh suatu tes
satu set dari operasi-operasi mengukur apa yang seharusnya diukur. Teknik
pengukuran untuk uji validitas yaitu dengan Korelasi Product Moment dari Karl
Pearson (r) yaitu uji validitas dilakukan untuk mengkorelasikan masing-masing
pernyataan dengan skor untuk masing-masing variabel (Ghozali, 2013:45).
3.3.1.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan akurasi dan ketepatan dari pengukurnya. Reliabilitas
berhubungan dengan akurasi dari pengukurnya. Reliabilitas berhubungan dengan
konsistensi dari pengukur. Uji reliabilitas dilakukan dengan cara menghitung
cronbach alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan
nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Sujarweni,2015).
3.3.2. Uji Asumsi Klasik
3.3.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Kolmogorov-
Smirnov.
a. Nilai signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak
normal
b. Nilai signifikan atau probabilitas >0,05, maka distribusi data adalah
normal.
3.3.2.2. Uji Multikolinieritas
Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas didalam model regresi adalah
dengan melihat tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai Tolerance >
0,10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat multikolinieritas,
namun jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka terjadi gangguan
multikolinieritas pada penelitian tersebut (Ghozali, 2009:92).
3.3.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
(Ghozali, 2009:105). Pendeteksian mengenai ada tidaknya heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser yaitu meregres nilai absolut

9
residual terhadap variabel independen (Ghozali, 2009:108). Jika nilai signifikansi
antar variabel independen dengan absolut residual > 0,05 maka tidak terjadi
masalah heteroskedastisitas.
3.3.3. Pengujian Hipotesis
1. Uji Simultan (F)
Uji statistik F pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2009:84). Hipotesis akan diuji
dengan menggunakan tingkat signifikansi (α) sebesar 5% atau 0,05.
Pengujian melalui uji F atau variansinya adalah dengan membandingkan Fhitung
dengan Ftabel pada α = 0,05.
a. Ho diterima jika Fhitung < Ftabel
b. Ha diterima jika Fhitung > Ftabel
2. Uji Parsial (t)
Uji statistik t pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen (Ghozali, 2009:84). Uji t menggunakan taraf signifikansi 0,05
(taraf kepercayaan 95%) dengan hipotesis:
Ho : secara persial tidak ada pengaruh signifikan antara variabel bebas (X)
terhadap variabel terikat (Y).
Ha : Secara parsial ada pengaruh signifikan antara variabel bebas (X) terhadap
variabel terikat (Y).
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Uji Kualitas Data
1. Hasil Uji Validitas
Untuk melihat validitas dari masing-masing pernyataan dalam kuesioner
menggunakan Korelasi Product Moment dari Karl Pearson (r). Jika rhitung > rtabel maka
data dikatakan valid, dimana rtabel untuk N = 51 adalah 0,2759. Berdasarkan hasil
pengolahan data didapatkan bahwa nilai pearson correlation untuk masing-masing
variabel X1, X2, X3 dan Y > rtabel. Maka dapat dikatakan bahwa seluruh item
pernyataan dalam kuesioner adalah valid.
2. Hasil Uji Reliabilitas
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu
variabel dikatakan reliabel jika memiliki Cronchbach Alpha > 0,60 (Sujarweni,
2015:169).
Dari nilai Cronchbach Alpha dari masing-masing instrument pernyataan lebih
dari 0,60 maka dapat dikatakan bahwa instrument pernyataan adalah reliable. Dari
hasil Cronchbach Alpha untuk instrument Pemahaman Sistem Akuntansi
Pemerintahan adalah 0,843, Pemahaman Pengelolaan Keuangan daerah adalah
0,854, Pemahaman Pengelolaan Barang Milik Daerah adalah 0,893, dan Kinerja
SKPD adalah 0,641. Dengan demikian semua instrument dapat dikatakan reliable.

10
4.2. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah apakah dalam model regresi
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Hasil uji normalitas
dapat diketahui dengan melihat nilai sigfikansi dari hasil uji Kolmogorov Smirnov.
Uji Kolmogorov Smirnov dilakukan untuk menguji apakah residual terdistribusi
secara normal, dengan melihat ∝ > 0,05. Dari hasil analisi data diperoleh nilai
Kolmogorov Smirnov sebesar 0,594 dan nilai signifikasi sebesar 0,872. Dari hasil uji
normalitas dapat disimpulkan bahwa distribusi data adalah normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel
independen yang memiliki kemiripan antar variabel independen dalam suatu
model. Jika Variance Inflation Factor (VIF) yang dihasilkan antara 1-10 maka tidak
terjadi multikolinieritas (Sujarweni,2015:177). Hasil multikolinieritas dari X1
menunjukkan VIF 1,114, X2 menunjukkan VIF 1,137, dan X3 menunjukkan VIF
1,205. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen
memiliki nilai VIF < 10, yang artinya tidak terjadi kolerasi antar variabel independen
atau dengan kata lain bahwa model regresi yang diajukan tidak terjadi gejala
multikolenieritas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil uji glejser koefisien parameter untuk variabel pemahaman
sistem akuntansi pemerintahan (X1) adalah 0,595, pemahaman pengelolaan
keuangan daerah (X2) adalah 0,198 dan pemahaman pengelolaan barang milik
daerah (X3) adalah 0,617. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas karena nilai sihnifikansi dari setiap valiabel > 0,05.
4.3. Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Dari hasil uji analisis regresi linear berganda didapatkan model regresi
sebagai berikut :
Y= 23,738 + 0,512 + 0,399 + 0,445
Dimana : Y = Kinerja SKPD
A = Konstanta
β1 + β2 + β3 = Koefisien regresi
X1 = Pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah
X2 = Pemahaman pengelolaan keuangan daerah
X3 = Pemahaman pengelolaan barang milik daerah
4.4. Analisi Koefisien Determinasi Regresi
Nilai Adjusted R Square sebesar 0,418 atau 41,8%. Hal ini menunjukkan bahwa
persentasi pengaruh pemahaman sistem akuntansi pemerintahan (X1),
pemahaman pengelolaan keuangan daerah (X2) dan pemahaman pengelolaan
barang milik daerah (X3) terhadap kinerja SKPD (Y) sebesar 41,8%. Dapat
disimpulkan bahwa 41,8% variabel kinerja SKPD dapat dijelaskan oleh variabel
pemahaman sistem akuntansi pemerintahan, pemahaman pengelolaan keuangan

11
daerah, dan pemahaman pengelolaan barang milik daerah. Sedangkan sisanya
58,2% dipengaruhi oleh variabel yang lain yang tidak masuk dalam penelitian ini.
4.5. Hasil Pengujian Hipotesis
1. Uji Parsial (t)
Variabel Koef. Regresi t hitung Sig. Keterangan
Konstanta 23,738
X1 (Pemahaman Sistem
0,512 2,760 0,008 Signifikan
Akuntansi Pemerintahan
X2 (Pemahaman Pengelolaan
0,399 2,091 0,042 Signifikan
Keuangan Daerah)
X3 (Pemahaman Pengelolaan
0,445 2,291 0,027 Signifikan
Barang Milik Daerah)
1. Variabel pemahaman sistem akuntansi pemerintahan (X1)
Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pemahaman
sistem akuntansi pemerintahan (X1) terhadap kinerja SKPD (Y) di
Kabupaten Bangkalan.Pada hasil uji t untuk variabel pemahaman sistem
akuntansi pemerintah diperoleh hasil bahwa thitung (2,760) > ttabel (2,01174)
dan tingkat signifikansinya 0,008 lebih kecil dari alpha (α) = 0,05. Jadi, H0
ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
secara parsial pemahaman sistem akuntansi pemerintahan berpengaruh
positif signifikan terhadap kinerja SKPD.
2. Variabel pemahaman pengelolaan keuangan daerah (X2)
Pada hasil uji t untuk variabel pemahaman pengelolaan keuangan daerah
(X2) pengaruhnya terhadap kinerja SKPD (Y) diperoleh hasil bahwa thitung
(2,091) > ttabel (2,01174) dan tingkat signifikansinya 0,042 lebih kecil dari
alpha (α) = 0,05. Jadi, H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan bahwa secara parsial pemahaman pengelolaan keuangan
daerah berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja SKPD.
3. Variabel pemahaman pengelolaan barang milik daerah (X3)
Pada hasil uji t untuk variabel pemahaman pengelolaan barang milik daerah
(X1) pengaruhnya terhadap kinerja SKPD (Y) diperoleh hasil bahwa thitung
(2,291) > ttabel (2,01174) dan tingkat signifikansinya 0,027 lebih kecil dari
alpha (α) = 0,05. Jadi, H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat ditarik
kesimpulan bahwa secara parsial pemahaman pengelolaan barang milik
daerah berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja SKPD.
2. Uji Simultan (F)
Model Sum of Df Mean F Sig
Squares Square
Regression 214,717 3 71,572 4,711 0,006 b
Residual 714,106 47 15,194
Total 928,824 50

12
Nilai ftabel pada taraf signifikansi 5% (df2) n-k (51-4) = 47 dan df1 (k-1) 4-1= 3.
Nilai f tabel yang didapat adalah 2,80. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa
nilai fhitung sebesar 4,711 lebih besar dari ftabel 2,80 dan nilai signifikansi sebesar
0,006 lebih kecil dari alpha (α) = 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
variabel pemahaman sistem akuntansi pemerintahan (X1), pemahaman
pengelolaan keuangan daerah (X2) dan pemahaman pengelolaan barang milik
daerah (X3) berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kinerja SKPD.
4.6. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Pemerintahan terhadap Kinerja
SKPD
Berdasarkan hasil penelitian dalam pengujian hipotesis diperoleh bahwa
pemahaman sistem akuntansi pemerintahan (X1) berpengaruh positif signifikan
terhadap kinerja SKPD (Y). Pada hasil uji t untuk variabel pemahaman sistem
akuntansi pemerintah diperoleh hasil bahwa thitung (2,760) > ttabel (2,01174) dan
tingkat signifikansinya 0,008 lebih kecil dari alpha (α) = 0,05. Jadi, H0 ditolak dan Ha
diterima. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemahaman aparatur
pemerintah tentang sistem akuntansi pemerintahan akan mempengaruhi kinerja
SKPD.
Hasil uji tersebut sejalan dengan penelitian Tuasikal (2007) yang menunjukkan
bahwa pemahaman sistem akuntansi pemerintah berpengaruh terhadap kinerja
SKPD. Hasil uji ini juga sejalan dengan penelitian Syahrida (2009) dengan hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa pemahaman sistem akuntansi keuangan
berpengaruh terhadap kinerja SKPD. Ratih (2012) juga melakukan penelitian yang
sama dan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pemahaman sistem
akuntansi keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja.
Hasil uji ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari dkk (2013)
yang menunjukkan bahwa pemahaman sistem akuntansi pemerintahan tidak
berpengaruh terhadap kinerja pengelola keuangan daerah.
Suwardjono (2005:159) dalam Syahrida (2009) menegaskan bahwa akuntansi
akan mempunyai peran yang nyata dalam kehidupan sosial ekonomi kalau
informasi yang dihasilkan oleh akuntansi dapat mengendalikan perilaku pengambil
kebijakan ekonomi untuk bertindak menuju ke suatu pencapaian tujuan sosial dan
ekonomi negara. Salah satu tujuan ekonomi negara adalah alokasi sumber daya
ekonomi secara efisien sehingga sumber daya ekonomi yang menguasai hajat hidup
orang banyak dapat dinikmati masyarakat secara optimal.
2. Pengaruh Pemahaman Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja
SKPD.
Berdasarkan hasil penelitian dalam pengujian hipotesis diperoleh bahwa
pemahaman pengelolaan keuangan daerah berpengaruh positif signifikan terhadap
kinerja SKPD. Pada hasil uji t untuk variabel pemahaman pengelolaan keuangan
daerah (X2) pengaruhnya terhadap kinerja SKPD (Y) diperoleh hasil bahwa thitung
(2,091) > ttabel (2,01174) dan tingkat signifikansinya 0,042 lebih kecil dari alpha (α)
= 0,05. Jadi, H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

13
variabel pemahaman pengelolaan keuangan daerah dapat mempengaruhi kinerja
SKPD di Kabupaten Bangkalan.
Hasil uji tersebut sejalan dengan penelitain Tuasikal (2007) yang menunjukkan
bahwa pemahaman pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja
SKPD. Hidayat (2015) melakukan penelitian dengan judul pengaruh pengelolaan
keuangan daerah dan sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh terhadap
kinerja pemerintah daerah, menunjukkan hasil bahwa pengelolaan keuangan
daerah berpengaruh terdahap kinerja pemerintah daerah. Hal ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan dengan Syahrida (2009) yang menunjukkan
bahwa pemahaman pengelolaan keuangan daerah tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja SKPD. Kemungkinan hal tersebut dapat terjadi akibat
adanya faktor lain yang mempengaruhi, salah satunya yakni kebijakan dari Kepala
Daerah sehingga, pengelolaan keuangan daerah tidak dilakukan secara tertib,
efektif, efisien, dan juga kesulitan teknis dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan
daerah karena pemahaman pelaksana yang kurang memadai.
3. Pemahaman Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap Kinerja SKPD.
Berdasarkan hasil penelitian dalam pengujian hipotesis diperoleh bahwa
pemahaman pengelolaan barang milik daerah berpengaruh positif signifikan
terhadap kinerja SKPD. Pada hasil uji t untuk variabel pemahaman pengelolaan
barang milik daerah (X3) pengaruhnya terhadap kinerja SKPD (Y) diperoleh hasil
bahwa thitung (2,291) > ttabel (2,01174) dan tingkat signifikansinya 0,027 lebih kecil
dari alpha (α) = 0,05 dan hasil dari koefisien regresi menunjukkan 0,445. Jadi, H0
ditolak dan Ha diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ratih (2012) yang menunjukkan
bahwa pemahaman pengelolaan barang milik daerah berpengaruh terhadap kinerja
SKPD, artinya apabila pengelolaan barang milik daerah telah diterapkan sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang pengelolaan barang
milik daerah, yang kemudian ditindak lanjuti dengan Permendagri Nomor 17 tahun
2007 tentang pedoman pengelolaan barang milik daerah maka akan menaikkan
kinerja SKPD.
Hasil penelitian ini memiliki arti jika aparatur pemerintah memiliki
pemahaman tentang pengelolaan barang milik daerah yang memadai, maka kinerja
SKPD dapat ditingkatkan. Artinya, jika aparatur pemerintah telah memiliki
pemahaman yang cukup mengenai pengelolaan barang milik daerah maka
pengelolaan barang milik daerah sudah dilaksakan sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang pengelolaan barang
milik daerah. Pemahaman pengelolaan barang milik daerah menjadi sangat penting
sebab, dalam konteks pengelolaan barang memiliki banyak tugas yang harus
diemban diantaranya dimulai dari pengadaan barang, pemeliharaan, inventarisasi,
dll.

14

4. Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Pemerintahan, Pengelolaan
Keuangan Daerah dan Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap
Kinerja SKPD Secara Simultan.
Berdasarkan hasil penelitian dalam pengujian hipotesis diperoleh bahwa
pemahaman sistem akuntansi pemerintahan, pengelolaan keuangan daerah dan
pengelolaan barang milik daerah berpengaruh signifikan secara simultan terhadap
kinerja SKPD. Nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5% (df2) n-k (51-4) = 47 dan df1 (k-
1) 4-1= 3. Nilai F tabel yang didapat adalah 2,80. Berdasarkan tabel diatas
menunjukkan bahwa nilai Fhitung sebesar 4,711 lebih besar dari Ftabel 2,80 dan nilai
signifikansi sebesar 0,006 lebih kecil dari alpha (α) = 0,05. Artinya, apabila
pengelola keuangan daerah memiliki pemahaman tentang sistem akuntansi
pemerintahan, pengelolaan keuangan daerah dan pengelolaan barang milik daerah
maka kinerja setiap SKPD akan meningkat.
Hasil pengujian ini sejalan dengan penelitian Ratih (2012) yang menyatakan
bahwa pemahaman sistem akuntansi pemerintah, penatausahan keuangan daerah
dan pengelolaan barang milik daerah berpengaruh secara simultan terhadap kinerja
SKPD. Penelitian ini juga konsisten dengan Tuasikal (2007).
5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemahaman sistem akuntansi pemerintahan (X1) berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja SKPD (Y).
2. Pemahaman pengelolaan keuangan daerah (X2) berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja SKPD (Y).
3. Pemahaman pengelolaan barang milik daerah (X3) berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja SKPD (Y).
4. Pemahaman sistem akuntansi pemerintahan (X1), pengelolaan keuangan
daerah (X2) dan pengelolaan aset milik daerah (X3) berpengaruh secara
simultan terhadap kinerja SKPD (Y).
5.2. Keterbatasan dan Saran
Hasil ini memiliki beberapa keterbatasan :
1. Objek dalam penelitian ini adalah seluruh SKPD di Kabupaten Bangkalan,
namun hanya dilakukan di 24 SKPD dikarenakan ada keterbatasanperijinan.
2. Pengaruh variabel independen hanya sebesar 41,8 %.
Dari keterbatasan penelitian yang telah diungkapkan, maka dapat diberikan
saran-saran sebagai berikut :
1. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya, responden lebih diperluas lagi agar
mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
2. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya, responden penelitian dilihat dari sudut
pandang yang menerima pelayanan yakni dalam hal ini adalah masyarakat.

15
3. Diharapkan untuk penelitan selanjutnya untuk menambahkan variabel yang
belum pernah digunakan dalam penelitian terdahulu.
4. Tidak hanya menggunakan kuesioner tapi juga dapat dikembangkan dengan
metode kualitatif dengan melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang
terkait.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Rika Krisna, Kadek Ainawarti dan Ari Surya Darmawan. 2014. Pengaruh
Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Pengelolaan Keuangan
Daerah Terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(Studi Empiris pada 10 SKPD Berupa Dinas di Kabupaten Jembrana). Jurnal
Akuntansi Program S1 (Volume 2 No.1 Tahun 2014).
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Up
Date PLS Regresi edisi tujuh. Bandung : Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Hidayat, Rahmad. 2015. Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah dan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.
Mahmudi. 2013. Manajemen Kinerja Sektor Publik edisi ketiga. Yogyakarta : Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Ratih, Asri Eka, 2012. Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,
Penatausahaan Keuangan Daerah, dan Pengelolaan Barang Milik Daerah
Terhadap Kinerja SKPD Pada pemerintah Provinsi Kepulauan Riau. Tesis
Tidak Dipublikasikan, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara.
Ruspina, Depi Oktia, 2013. Pengaruh Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah,
Pengelolaan Keuangan Daerah, Dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) terhadap Penerapan Good Governance (Studi Empiris pada
Pemerintahan Kota Padang).
Sari, Saiful dan Aprilia, 2010. Pengaruh pemahaman sistem akuntansi pemerintahan
dan penatausahaan keuangan daerah terhadap kinerja pengelola keuangan
daerah.Jurnal Fairness Volume 3.
Siregar, Baldric.2015. Akuntansi Sektor Publik (Akuntansi Keuangan Pemerintah
Daerah Berbasis Akrual). Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Sujarweni, V. Wiratna. 2015. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Baru Press.
Sujarweni, V. Wiratna. 2015. Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta:
Penerbit Pustaka Baru Press.
Syahrida, Cut Faiza. 2009. Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
dan Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja SKPD pada Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara. Tesis. Universitas Sumatera Utara.
Tausikal, Askam, 2007. Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi, Pengelolaan
Keuangan Daerah Terhdap Kinerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah di

16
Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku, Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Sektor Publik, Vol. 08, No. 01, Februari 2007.
Usman, dan Lukman Pakaya, 2014. Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah terhadap Kinerja SKPD pada Pemerintah Daerah
Kabupaten Bone Bolango.
Yusuf, M. 2015. 8 Langkah Pengelolaan Aset Daerah Menuju Pengelolaan Keuangan
Daerah Terbaik. Jakarta : Salemba Empat.

17

Anda mungkin juga menyukai