Anda di halaman 1dari 13

Pengertian

Pelaksanaan pemeriksaan pajak dilakukan oleh pemeriksa pajak yang telah dintunjuk dan
dibuktikan dengan suatu tanda pengenal pemeriksa pajak. Tidak setiap pegawai pajak dapat
melakukan pemeriksaan pajak. Mereka yang melakukan pemeriksaan pajak telah dibekali oleh
pendidikan berkaitan dengan tata cara pemweiksaan dan pendidikan terkait dengan UU Pajak
yang berkaitan dengan objek yang akan diperiksa. Konsep pemeriksaan terhadap WP berkaitan
dengan UU Perpajakan tentunya berbeda dengan konsep pemeriksaan menurut auditing atau
akuntansi dalam dunia usaha lazimnya dikenal dalam rangka pemeriksaan keuangan. Objek
pemeriksaan yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan. Pemeriksaan ini dilakukan
oleh pihak yang independen sesuia dengan kualifikasi antara pernyataan yang ditetapkan oleh
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Konsep pemeriksaan yang dilkukan Akuntan Publik antara lain sebagai berikut:
1. Secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematis untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentan kajadian ekonomi,
dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan
criteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemekai yang
berkepentingan.
2. Secara Khusus ditunjau dari sudut auditor independen, audit adalah pemeriksaan secara
objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi yang lain dengan tujuan
untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secra wajar keadaan
keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut.
Dasar Hukum
Landarsan atau dasar hukum pemeriksaan perpajakan telah diatur dalam ketentuan pasal 29
sampai dengan pasal 31 UU KUP, keteiga pasal dapat dikutip sebgai berikut;
Arat (1): Direktur Jendral Pajak Berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentua peraturan perundang-undangan perpajakan.
Ayat (2): Untuk keperluan pemeriksaan, petugas pemeriksa harus harus memiliki tanda
pengenal pemeriksa dan dilengkapi dengan surat Perintah Pemeriksaan serta
memperlihatkannya kepada Wajib Pajak yang diperiksa.
Ayat (3): wajib Pajak yang diperiksa wajib:
a. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumenyang
menjadi dasarnya dan dokumenlain yang berhubungan dengan penghasilan
yag diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang
terutang pajak;
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang
perlu dan member bantuan guna kelancaran pemeriksaan ;
c. Memberikan keterangan yang diberikan.
Ayat (4): apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, dan dokumen serta
keterangan yang diminta, Waib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk
merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh
permintaan untuk keperluan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

Pasal 30 Menyebutkan:
Direktur Jendral Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat atau ruangan
tertentu , bila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 ayat (3) Huruf b.
Pasal 31 Menyebutkan:
Tata cara Pemeriksaan diatur Dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Tujuan Pemeriksan Pajak
Tujuan dari pemeriksaan pajak sesuai Pasal 2 PerMenKeu No. 199/PMK.03/2007 adalah untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan sesuai Pasal 3 PerMenKeu No.
199/PMK.03/1997 :
a. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar .
b. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi
c. SPT tidak disampaikan atau terlambat.
c. SPT memenuhi kriteria yang ditentukan Dirjen Pajak untuk diperiksa.
d.Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran atau akan
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya
Sedangkan tujuan lain, dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan sesuai penjelasan Pasal 29 ayat 1 KUP dan Pasal 3 PerMenKeu No.
199/PMK.03/2007 adalah :
1. Pemberian atau pencabutan NPWP
2. Pemberian pengukuhan Penghasilan Kena Pajak
3. Penentuan besarnya angsuran pajak suatu masa untuk WP baru
4. WP mengajukan keberatan dan banding
5. Pengumpulan bahan guna menyusun norma penghitungan
6. Pencocokan data dan / atau keterangan
7. Penentuan WP berlokasi di daerah tertentu
8. Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN dan atau PPh Pasal 21
Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak
Sesuai Pasal 3 ayat 1 PerMenKeu No. 199/PMK.03/2007, ruang lingkup Pemeriksaan pajak
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat meliputi satu, beberapa atau
seluruh jenis pajak, baik untuk satu atau beberapa Masa pajak, bagian tahun Pajak atau tahun
Pajak dalam tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan.
Sesuai Pasal 30 ayat 1 PerMenKeu No. 199/PMK.03/2007, ruang lingkup Pemeriksaan pajak
untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dapat meliputi penentuan , pencocokan atau pengumpulan materi yang berkaitan
dengan tujuan Pemeriksaan.
Pedoman Umum Pemeriksaan Pajak adalah sebagai berikut:
1.Pemeriksaan dilaksanakan oleh pemeriksa pajak yang:
a. Telah mendapat pendidikan teknis yang cukup danmemiliki keterampilan sebagai
pemeriksa pajak.
b. Bekerja dengan jujur, bertanggung jawab, penuhpengabdian, bersikap terbuka, sopan, dan
objektif, sertamenghindarkan diri dari perbuatan tercela.
c. Menggunakan keahliannya secara cermat dan seksamaserta memberikan gambaran yang
sesuai dengankeadaan yang sebenarnya tentang wajib pajak.
2. Temuan hasil pemeriksaan dituangkan dalam kertas kerjapemeriksaan (KKP) sebagai bahan
untuk menyusun laporanpemeriksaan pajak
2. Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak adalah sebagaiberikut:
a. Pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapanyang baik, sesuai dengan
tujuan pemeriksaan, dan mendapatpengawasan yang seksama.
b. Luas pemeriksaan ditentukan berdasarkan petunjuk yangdiperoleh yang harus
dikembangkan melalui pencocokan data,pengamatan, tanya jawab, dan tindakan lain
yang berkenaandengan pemeriksaan.
c. Pendapat dan kesimpulan pemeriksa pajak harus didasarkanpada temuan yang kuat dan
berlandaskan ketentuan peraturanperundang-undangan perpajakan.
3. Pedoman Laporan Pemeriksaan Pajak adalah sebagai berikut:
1.Laporan pemeriksaan pajak disusun secara ringkas dan jelas,memuat ruang lingkup sesuai
dengan tujuan pemeriksaan,memuat kesimpulan pemeriksa pajak yang didukung temuanyang
kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpanganterhadap peraturan perundang-undangan
perpajakan, danmemuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait.
2.Laporan pemeriksaan pajak yang berkaitan denganpengungkapan penyimpangan SPT
harus memperhatikan kertaskerja pemeriksaan antara lain mengenai:
a. Berbagai faktor perbandingan.
b. Nilai absolut dari penyimpangan
c. Sifat dari penyimpangan
d. Petunjuk atau temuan adanya penyimpangan
e. Pengaruh penyimpangan
f. Hubungan dengan permasalahan lainnya
3.Laporan pemeriksaan pajak harus didukung oleh daftar yanglengkap dan terperinci
sesuai dengan tujuan pemeriksaan
Norma Pemeriksaan
Ada empat (4) norma yang berkaitan di dalam pemeriksaan pajak, yaitu:
1. Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak dalam Pelaksanaan
Pemeriksaan Lapangan, antara lain :
a) Pemeriksa pajak harus memiliki tanda pengenal dan dilengkapi dengan surat perintah
pemeriksaan.
b) Pemeriksa wajib memberitahukan secara tertulis tentang akan dilakukannya pemeriksaan.
c) Pemeriksa wajib memperlihatkan tanda pengenal dan surat perintah tersebut di atas.
Pemeriksa wajib menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan.
d) Hasil pemeriksaan dituangkan ke dalam kertas kerja pemeriksaan (KKP).
e) Pemeriksa pajak wajib membuat Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) berdasarkan KKP.
Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) adalah laporan tentang hasil pemeriksaan yang disusun oleh
pemeriksa pajak secara ringkas dan jelas serta sesuai dengan ruang lingkup dan tujuan
pemeriksaan.
2. Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak dalam Rangka
Pemeriksaan Kantor, antara lain :
a) Pemeriksa pajak dengan menggunakan surat panggilan yang ditanda-tangani oleh pejabat yang
berwenang.
b) Pemeriksa wajib memberitahukan maksud dan tujuan pemeriksaan.
c) Hasil pemeriksaan dituangkan ke dalam KKP.
d) Pemeriksa wajib membuat LPP berdasarkan KKP.
e) Pemeriksa wajib memberitahukan secara tertulis mengenai hasil pemeriksaan.
f) Pemeriksa wajib memberi petunjuk mengenai penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan.
3. Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Wajib Pajak, antara lain :
a) WP berhak meminta kepada pemeriksa untuk memperlihatkan tanda pengenal dan surat
perintah pemeriksaan.
b) Berhak meminta penjelasan tentang maksud dan tujuan pemeriksaan.
c) WP wajib memenuhi panggilan untuk datang menghadiri pemeriksaan.
d) WP wajib memenuhi permintaan peminjaman buku-buku, catatan dsb.
e) WP berhak meminta rincian yang berkenaan dengan hal-hal yang berbeda antara hasil
pemeriksaan dengan SPT.
f) WP atau kuasanya wajib menandatangani surat pernyataan persetujuan apabila WP menyetujui
seluruh hasil pemeriksaan.
4. Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Pelaksanaan Pemeriksaan, antara lain :
a) Pemeriksaan dapat dilakukan oleh seorang atau lebih pemeriksa pajak.
b) Pemeriksaan dilaksanakan di Kantor Ditjen Pajak, di kantor WP, di kantor lainnya dsb atau di
tempat lain yang ditentukan oleh Ditjen Pajak.
c) Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja, apabila dipandang perlu dapat dilanjutkan di luar
jam kerja.
d) Hasil pemeriksaan dituangkan dalam KKP.
e) Laporan pemeriksaan pajak disusun berdasarkan KKP.
f) Hasil pemeriksaan lapangan yang seluruhnya disetujui WP atau kuasanya, dibuatkan surat
pernyataan tentang persetujuan dan ditanda-tangani oleh WP.
g) Berdasarkan laporan pemeriksaan pajak, diterbitkan surat ketetapan pajak dan surat tagihan
pajak, kecuali pemeriksaan dilanjutkan dengan tindakan penyidikan.
Pelaksanaan Pemeriksaan
Dalam pelaksanaan pemeriksaan, Keputusan Mentri Keuangan No.545/KMK.04/2000 Juga telah
menetapkan adanya wewenang pemeriksaan pajak, baik pemeriksaan lapangan maupun
pemeriksaan kanto, yaitu sebagai berikut:
Pemeriksaan Lapangan :
Dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan dan dapat diperpanjang menjadi
paling lama 8 (delapan) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan sampai
dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan. Pemeriksaan lapangan dapat dilaksanakan paling
lama 2 (dua) tahun apabila ada indikasi transfer pricing atau rekayasa transaksi keuangan.
Pemeriksaan Kantor :
Dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang menjadi paling
lama 6 (enam) bulan yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak datang memenuhi surat panggilan
dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.
Pemeriksaan Kantor dapat diubah menjadi pemeriksaan lapangan, apabila ada indikasi transfer
pricing atau rekayasa transaksi keuangan.
Pengertian Tindak Pidana Perpajakan
Tindak pidana di bidang perpajakan adalah suatu perbuatan yang melanggar peraturan
perundang-undangan pajak yang menimbulkan kerugian keuangan negara dimana pelakunya
diancam dengan hukuman pidana. Ketentuan yang mengatur tindak pidana pajak terdapat dalam
hukum pidana pajak yang berisi peraturan-peraturan tentang :
a. perbuatan-perbuatan apa yang dapat diancam dengan hukuman,
b. siapa-siapa yang dapat dihukum, dan
c. hukuman apa yang dapat dijatuhkan.
Jadi tindak pidana pajak ini merupakan suatu perbuatan yang melanggar peraturan perundang-
undangan pajak yang menimbulkan kerugian keuangan negara dimana pelakunya diancam
dengan hukuman pidana.
Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak sepanjang
menyangkut tindakan administrasi perpajakan dikenakan sanksi administrasi, sedangkan yang
menyangkut tindak pidana di bidang perpajakan, dikenakan sanksi pidana. Dan untuk
mengetahui telah terjadinya suatu tindak pidana di bidang perpajakan maka perlu dilakukan
pemeriksaan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Dalam UU Perpajakan diatur adanya dua macam sanksi yang dapat diterapkan kepada Wajib
Pajak (WP) apabila Wp melanggar UU Pajak yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana.
Adapun sansi pidana tersebut adalah sebagai berikut:
1. UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana
diubah dengan UU No. 16 Tahun 2000( selanjutnya disebut UU KUP diatur dalam pasala
38 sampai dengan pasal 43);
2. UU No. 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Sebagaimana Diubah dengan
UU No. 12 Tahun 1994 ( diatur dalam pasal 24 dan pasal 25);
3. UU No. 13 Tahun 1985 Tentang Bea Materai ( diatur dalam pasal 13 dan pasal 14);
4. UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah( diatur dalam pasal
37 sampai dengan pasal 40)
Aspek Pidana dalam UU Perpajakan
Hukum Pidana UU Perpajakan
a. Pidana Penjara 6 bulan-6 tahun).
b. Pidana kurungan (3 bulan-1 tahun).
Pokok
c. Denda (1-2 kali jumlah pajak terhutang yang tidak atau kurang
dibayar).
a. Pidana Penjara (6 bulan-2 tahun).
Percobaan b. Denda (2-4 kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau
kompensasi).
Pembantuan a. Pidana Penjara (1-3 tahun).
b. Denda (75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dan Pasal 39A,
berlaku juga bagi wakil, kuasa, pegawai dari Wajib Pajak, atau
Penyertaan pihak lain yang menyuruh melakukan, yang turut serta
melakukan, yang menganjurkan, atau yang membantu melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan.

Daluarsa Tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut setelah


lampau waktu 10 tahun sejak saat terutangnya pajak, betakhirnya
masa pajak, berakhirnya bagian tahun pajak, atau berakhirnya
tahun pajak yang bersangkutan.
Penjelasan :
Daluarsa ini untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib
Pajak, penuntut umum dan hakim.
Jangka waktu 10 tahun adalah untuk menyesuaikan dengan
daluarsa penyimpanan dokumen2 perpajakan yang dijadikan
dasar penghitungan jumlah pajak terutang selama sepuluh tahun.

Pemeriksaan Bukti Permulaan Tindak Pidana Di Bidang Perpajakan


Pemeriksaan bukti permulaan merupakan suatu pemeriksaan pajak dengan tujuan untuk
mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan bahwa telah terjadi tindak pidana di
bidang perpajakan. Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-47/PJ/2009, unit
pelaksana Pemeriksaan bukti permulaan adalah Direktorat Intelijen dan Penyidikan dan Kantor
wilayah Direktorat Jenderal Pajak. Pemeriksaan bukti permulaan merupakan tindak lanjut dari
kegiatan pengamatan, yaitu kegiatan untuk mencocokkan data, informasi, laporan, dan atau
pengaduan dengan fakta, dan membahas serta mengembangkan lebih lanjut data, informasi,
laporan, dan atau pengaduan tersebut untuk memperoleh petunjuk adanya dugaan telah terjadi
tindak pidana di bidang perpajakan.
Pelaksanaanbukti permulaan dilakukan sesuai standar pemeriksaan bukti permulaan yaitu;

1. Peleksanaaanya harus didahului dengan persiapan yang baik sesuai dengan tujuan
pemeriksaan bukti permulaan dengan mendapat pengawasan yang saksama.
2. Luas pemeriksaannya ditentukan berdasarkan petunjuk yang di peroleh yang harus
dikembangkan melalui pencocokan data, pengamatan, permintaan, keterangan
konfirmasi, dan pengujian lainnya berkenaan dengan pemeriksaan bukti permulaan.
3. Temuan pemeriksaan harus didasarkan pada bukti yang sah dan cukup dan sesuai dengan
ketentuan UU Perpajakan.

Dalam melaksanakan pemeriksaan bukti permulaan, pemeriksan mempunyai kewajiban yaitu;


1. Menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada WP tentang akan dilakukan pemeriksaan
bukti permulaan.
2. Memperhatikan tanda pengenal pemeriksaan pajak dan surat perintah pemeriksaan bukti
permulaan kepada WP.
3. Melaksanakan alasan dan tujuan pemeriksaan.
Selain mempunyai kewajiban, pemeriksan juga mempunyai kewenangan dalam melaksanakan
pemeriksaan bukti permulaan yaitu;
1. Meminjam dan memeriksa buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan
atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang
diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak.
2. Mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik.
3. Memasuki dan memriksa tempat atau ruangan, barang bergerak, dan atau tidak bergerak
yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan , dokumen lain, uang, dan atau barang
yang dapat member petunjuk tentang pengasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan besar WP, atau objek yang terutang pajak.
Penghntian Penyidikan Tindak Pidana Pajak.
Dalam hal dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, sebelum bukti-bukti
dilimpahkan ke pengadilan, maka masih terdapat kesempatan untuk menghentikan penyidikan
dengan memanfaatkan fasilitas Pasal 44B UU KUP dan Peraturan Menteri
KeuanganNo.130/PMK.03/2009 . Atas permintaan Menteri Keuangan, Jaksa Agung dapat
menghentikan penyidikan paling lama dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal surat
permintaan. Penghentian penyidikan hanya dilakukan setelah WP (Wajib Pajak) melunasi
pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang seharusnya tidak dikembalikan dan ditambah
dengan sanksi administrasi berupa denda sebesar 4 (empat) kali dari pajak yang tidak atau
kurang dibayar atau yang seharusnya tidak dikembalikan.
Pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang seharusnya tidak dikembalikan dihitung dari:
 jumlah kerugian pada pendapatan negara yang tercantum dalam berkas perkara dalam hal
penghentian penyidikan dilakukan setelah berkas perkara dinyatakan lengkapoleh Penuntut
Umum; atau
 jumlah kerugian pada pendapatan negara yang dihitung oleh penyidik atau ahli yang
dituangkan dalam laporan kemajuan dalam hal penghentian penyidikan dilakukan pada saat
penyidikan masih berjalan.
Wewenang Penyidik Pajak
1. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keteranga atau laporan berkenaan
dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau laporan tersebut menjadi
lebih legkap dan jelas.
2. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan
tentang kebenaran pembuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di
bidang perpajakan
3. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan
tindak pidana di bidang perpajakan
Penuntutan Tindak Pidana Pajak
Penuntuktan tindak pidana Pajak merupakan ragkaian hukum berikutnya setelah proses hukum
penyidikan berjalan tuntas. Proses penuntutan dalam tindak pidana pajak adalah sama dengan
tindak pidana umum lainnya. Setelah proses penyidikan pajak selesai dilakukan, maka penyidik
pajak akan menyampaikan hasi penyidikannya kepada penuntut umum. Sesuai hukum acara
pidan , penuntut umumlah yang menentukan kebijakan suatu penuntutan, termasuk penuntutan
tindak pidan di bidang perpajakan. Dengan kata lain, penuntu umum yang menentukan apakah
hasil penyidikan yang dilakukan oleh penyidik pajak ( Penyidik Pegawai Negeri Sipil/PPNS
Ditjen Pajak). Sesuai pasal 1 butir 6 KUHAP penuntut umum adalah jaksa yang diiberi
wewenang oleh UU untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. Jaksa
adalah pejabat yang diberi wewenang oleh UU untuk bertindak sebagai penuntut umum serta
melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh ekuatan hukum tetap. Dengan
demikian, yamg bertindak melakukan penuntutan tindak pidana perpajakan adalah jaksa yang
diberi wewenang oleh UU. Pengertian penuntutan itu sendiri adalah tindakan penuntut umum
untuk melimpahkan perkara ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menuntut cara
yang diatur dalam UU denga permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang
pengadilan.
Daftar Pustaka
http://elpardani.blogspot.com/2013/10/tindak-pidana-perpajakan.html
http://cindtaxation.blogspot
https://indonesiantaxpayers.wordpress.com/2009/08/29/penghentian-penyidikan-tindak-pidana-
di-bidang-perpa.com/2012/07/pemeriksaan-bukti-permulaan.html
https://indonesiantaxpayers.wordpress.com/2009/08/29/penghentian-penyidikan-tindak-pidana-
di-bidang-perpa
B. Ilias Wirawan, Richard Burton, 2011, Hukum Pajak, Jakarta, Selemba Empat
Bab VII Perpajakan
Pemeriksaan Pajak dan Tindak Pidana Pajak

Oleh : Kelompok 8
I Wayan Diva Pradita Kamajaya (1406305036)
I Gde Sandita Nugraha (1406305040)
Kadek Darmawan (1406305106)

Universitas Udayana
Semester Genap 2015

Anda mungkin juga menyukai