Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih, sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan
Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih
dapat ditemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-
buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih
bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis
urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di
dalam divertikel uretra.
Nefrolitiasis adalah kasus yang sering dijumpai dengan prevalensi 10% pada pria dan
5 % pada wanita, dimana survei pada tahun 1988-1994 menunjukkan bahwaorang
dewasa yang berusia 20-74 tahun memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkansurvei
pada tahun 1976-1980 (5,2% vs 3,2%). Peningkatan terjadi pada orang kulit
putihtetapi tidak pada ras Afrika maupun Meksiko di Amerika, lebih tinggi pada pria
dibandingkanwanita, dan meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara
berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak
dijumpai batu saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status
gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-
12 % penduduk menderita batu saluran kemih.
Oleh sebab itu permasalahan tersebut sangat penting maka penulis membuat makalah
dengan judul “ Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan: Uretrolihiasis dan
Nefrolithiasis”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas kami tertarik membahasnya dalam bentuk makalah dengan
materi mengenai konsep dasar Uretrolihiasis dan Nefrolithiasis dan konsep asuhan
Uretrolihiasis dan Nefrolithiasis
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami , memberikan dan melaksanakan asuhan keperawatan
pada klien yang gangguan pada saluran kemih.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi urolithiasis dan nefrolitiasis.
2. Mengetahui klasifikasi dari urolithiasis dan nefrolitiasis.
3. Mengetahui etiologi urolithiasis dan nefrolitiasis.
4. Memahami patofisiologi urolithiasis dan nefrolitiasis.
5. Mengetahui manifestasi klinis dari urolithiasis dan nefrolitiasis.
6. Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi terhadap pasien urolithiasis dan nefrolitiasis.
7. Memahami pemeriksaan penunjang urolithiasis dan nefrolitiasis.
8. Mengetahui tata cara penatalaksanaan dan pencegahan yang dilakukan terhadap pasien
urolithiasis dan nefrolitiasis.
9. Mengetahui prognosis dari urolithiasis dan nefrolitiasis.
10. Memahami dan mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien urolithiasis dan
nefrolitiasis.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Definisi
Urolithiasis adalah batu ginjal (kalkulus) yang merupakan bentuk deposit mineral,
paling umum oksalat Ca2+ dan fosfat Ca2+, namun asam urat dan kristal lain juga pembentuk
batu. Meskipun kalkulus ginjal dapat terbentuk dimana saja dari saluran perkemihan, batu ini
paling umum ditemukan pada pelvis dan kalik ginjal. Batu ginjal dapat tetap asimtomatik
sampai keluar ke dalam ureter dan/atau aliran urine terhambat, potensial untuk kerusakan
ginjal akut. (Doenges, 1999)
Dapat disimpulkan, urolihtiasis adalah suatu keadaan penyakit pembetukan batu
(kalkuli) pada traktus urinarius yang dapat ditemukan di setiap bagian ginjal hingga kandung
kemih yang terjadi akibat peningkatan kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat,
defisiensi substansi sitrat, perubahan pH urine dan status cairan yang kurang sehingga
menyebabkan terganggunya sistem perkemihan.
Nefrolitiasis atau batu ginjal merupakan suatu keadaan terdapatnya batu (kalkuli) di
ginjal. Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kalik, infundibulum,
pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal.Ukuran batu tersebut
bervareasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil
biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih sering terkena penyakit ini dari pada wanita
dan kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi.

2.1.2 Klasifikasi
Adapun menurut Muttaqini (2008), pembentukan batu saluran kemih atau ureter dapat
diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:
1. Batu kalsium
Paling sering terjadi (90%), dalam bentuk kalsium oksalat atau kalsium fosfat. Mulai dari
ukuran pasir sampai memenuhi pelvis renal (batu stoghorn). Hiperkalsiuria dapat disebabkan
oleh beberapa hal:
1) Kecepatan reabsorpsi tulang yang tinggi yang melepas kalsium,seperti pada hiperparatiroid,
immobilias, dan cushing disease.
2) Absorpsi kalsium di perut dalam jumlah besar, seperti: sarcoidosis atau milk-alkali sindrom.
3) Gangguan absorpsi tubulus ginjal.
4) Abnormalitas struktur traktur urinarius, seperti: sponge kidney.
2. Batu oksalat
Paling sering terjadi di daerah yang makanan utamanyasereal, dan jarang terjadi di daerah
peternakan. Meningkatnya oksalat disebabkan oleh:
1) Hiperabsorpsi oksalat pada inflamasi bowel disease dan intake tinggimakanan berbahan
kecap.
2) Post ileal resection atau post operasi bypass usus kecil.
3) Overdosis vitamin C atau asam askorbat.
4) Malabsorpsi lemak, yang menyebabkan calcium binding dan oksalat dilepas untuk
diabsorpsi.
3. Batu struvit
Disebut juga triple fosfat: carbonat, magnesium, dan ammonium fosfat. Pada urin tinggi
ammonia karena infeksi oleh bakteri yang mengandung enzim urease, seperti proteus,
pseudomonas, klebsiella, stapilococcus,yang memecah urea menjadi 2 molekul ammonia,
sehingga pH urin menjadi alkali. Biasa membentuk batu staghorn, sering membuat abses,dan
sulit dieliminasi karena batu mengelilingi bakteri sehingga terlindung dari antibiotic.
4. Batu asam urat
Disebabkan karena peningkatan ekskresi asam urat, kurang cairan,atau pH urin rendah.
Orang dengan gout primer/sekunder berisikomengalami batu asam urat
5. Batu sistin
Merupakan hasil dari gangguan metabolic asam amino congenital dari gangguan autosom
resesif, yang mengakibatkan terbentuknya Kristalcistin di urin yang terutama terjadi pada
anak-anak dan remaja, sedangkan pada dewasa jarang terjadi.
6. Batu xantin
Berssifat herediter, akibat defisiensi xantin oksidase. Kristal dipicu pada urin yang asam.
2.1.3 Etiologi
Ada beberapa faktor yang memungkinkan terbentuknya batu pada saluran kemih,
yaitu sebagai berikut:
1. Hiperkalsiuria adalah kelainan metabolik yang paling umum. Beberapa kasus hiperkalsiuria
berhubungan dengan gangguan usus yang meningkatkan penyerapan kalsium (dikaitkan
dengan kelebihan diet kalsium dan mekanisme penyerapan kalsium terlalu aktif), beberapa
kelebihan terkait dengan resorpsi kalsium dari tulang (hiperparatiroidisme) dan beberapa
yang berhubungan dengan ketidakmampuan dari tubulus ginjal untuk merebut kembali
kalsium dalam filtrat glomerulus.
2. Pelepasan ADH yang menurun dan peningkatan konsentrasi, kelarutan, dan Ph urine.
3. Lamanya kristal terbentuk di dalam urine, dipengaruhi mobilisasi rutin.
4. Gangguan reabsorpsi ginjal dan gangguan aliran urine.
5. Infeksi saluran kemih.
6. Kurang asupan air dan diet yang tinggi mengandung zat penghasil batu.
7. Idiopatik.
2.1.4 Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolithiasis
belum diketahui secara pasti. Namun sesuai berdasrkan beberapa faktor predisposisi
terjadinya batu yang telah disebutkan diatas antara lain : peningkatan konsentrasi larutan urin
akibat dari intake cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat
infeksi saluran kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oksalat, dan faktor lain mendukung
pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin
dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi
pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat
dan batu sistine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu
struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang akan
terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika
cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan
pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan
batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri,
trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar
dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari
dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena
dilatasi ginjal.
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada organ-
organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan
fungsinya secara normal. Maka dapat terjadi penyakit ginjal kronis yang dapat menyebabkan
kematian.

Selain itu, Dari beberapa referensi disebutkan terdapat teori terbentuknya batu ginjal
yaitu:
a. Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansia organik sebagai inti.
Substansia organik ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan
mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.
b. Teori supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin, asam urat,
kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi substansi dalam urine. Pada urine yang bersifat
asam akan mengendapkan sistin, santin, asam dan garam urat, sedangkan pada urine yang
bersifat alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
2.1.5 Manifestasi Klinis
Berdasarkan setiap letak batu yang berbeda yaitu:
a. Batu di ginjal
a) Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.
b) Hematuri dan piuria.
c) Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri ke bawah
mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
d) Mual dan muntah.
e) Diare.
b. Batu di ureter
a) Nyeri menyebar ke paha dan genitalia.
b) Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.
c) Hematuri akibat aksi abrasi batu.
d) Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diametr batu 0,5-1 cm.
c. Batu di kandung kemih
a) Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan
hematuri.
b) Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urine.
2.1.6 Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu,
mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang terjadi.
Untuk Indikasi pengeluaran batu saluran kemih sebagai berikut:
 Obstruksi jalan kemih
 Infeksi
 Nyeri menetap atau nyeri berulang-ulang
 Batu yang agaknya menyebabkan infeksi atau obstruksi
 Batu metabolic yang tumbuh cepat.
a. Diet
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan :
1. Batu kalsium oksalat
Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung kalsium oksalat
seperti bayam, daun seledri, kacang-kacangan, kopi, teh, dan coklat serta mengurangi
makanan yang mengandung kalsium tinggi seperti : ikan laut, kerang, daging, sarden, keju
dan sari buah.
2. Batu asam urat
Makanan yang dikurangi adalah daging, kerang, gandum, kentang, tepung-tepungan, saus
dan lain-lain.
3. Batu struvite
Makanan yang dikurangi adalah keju, telur, buah murbai, susu dan daging.
4. Batu cystin
Makanan yang dikurangi adalah sari buah, susu, kentang. Serta menganjurkan pasien
banyak minum yaitu 3-4 liter/hari dan olahraga yang teratur.
b. Pengurangan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah untuk mengurangi
nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan; morfin atau meperidin diberikan untuk
mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa. Mandi air hangat diarea panggul
dapat bermanfaat. Cairan diberikan, kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal
jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan
tekanan hidrostatik pada ruang di belakang batu sehingga mendorong pasase batu tersebut ke
bawah. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi konsentrasi kristaloid urin, mengencerkan
urin dan menjamin haluaran urin yang besar.
c. Kolaborasi pemmberian antibiotik untuk mengatasi infeksi.
d. Pengangkatan batu
Pemeriksaan sitoskopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk menghilangkan batu
yang menyebabkan obstruksi (jika mungkin), akan segera mengurangi tekanan-belakang pada
ginjal dan mengurangi nyeri.
e. Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (ESWL)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada
tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau buli-buli tanpa
melalui tindakan invasif atau tanpa ada pembiusan dengan mengkonsentrasikan gelombang
kejut dari lokasi batu dari luar tubuh. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga
mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan-pecahan batu yang sedang
keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria. Setelah batu tersebut
pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara
spontan.
f. Metode Endourologi Pengangkatan Batu
Mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan (atau
nefrolitotomi perkutan) dilakukan dan nefroskop dimasukkan ke traktus perkutan yang sudah
dilebarkan ke dalam parenkim ginjal.
g. Ureteroskopi
Mencakup visualisasi dan aksis ureter dengan memasukkan suatu alat ureteroskop
melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy
elektrohidraulik atau ultrasound kemudian diangkat.

h. Pelarutan batu
Infus cairan kemolitik (misal: agen pembuat asam dan basa) untuk melarutkan batu
dapat dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi
lain dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit).
i. Pengangkatan batu
Jika batu terletak didalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (insisi
pada ginjal untuk mengangkat batu) atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi
atau hidronefrosis. Batu dalam piala ginjal diangkat dengan pielolitotomi, sedangkan batu
pada ureter diangkat dengan ureterolitotomi dan sistotomi jika batu berada dikandung kemih.
Jika batu berada dikandung kemih; suatu alat dapat dimasukkan ke uretra ke dalam kandung
kemih; batu kemudian dihancurkan oleh penjepit pada alat ini. prosedur ini disebut
sistolitolapaksi.
2.1.7 Pemerikasaan Penujang
1. Foto BNO/KUB : akan terlihat adanya batu renal
2. Urografi ekskretori
Untuk menentukan atau mengetahui ukuran dan lokasi batu.
3. Kimia urine
Didapatkan urine yang asam atau alkalis, piuria, proteinuria, hematuria, keberadaan WBC,
peningkatan berat jenis urine.
4. CT Scan ginjal : akan terlihat batu renal
5. Pengumpulan urine 24 jam
Terdapat peningkatan asam urat, oksalat, kalsium, fosfor, kreatinin.
6. Radiologi
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini berbeda untuk
berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis apa yang ditemukan.
Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat murni.
Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya
batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu terletak di depan
bayangan tulang, sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering
perlu ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan
bantuan kontras akan menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada.
Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga
kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perludilakukan pielografi retrograd.
Ultrasonografi (USG) dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP,
yaitu pada keadaan-keadaan; alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan
pada wanita yang sedang hamil . Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua jenis batu,
selain itu dapat ditentukan ruang/ lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai unutk
menentukan batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu.
2.1.8 Pencegahan
1. Hindari dehidrasi
2. Diet kadar zat-zat komponen pembentuk batu
3. Aktivitas harian cukup
4. Medikamentosa
Apabila pasien yang telah terkena urolithiasis dan nefrolitiasis, dapat melakukan diet
untuk mengurangi kekambuhan:
1. Rendah protein
2. Rendah oksalat
3. Rendah garam
4. Rendah purin

Anda mungkin juga menyukai