Anda di halaman 1dari 3

KOMPLIKASI ANESTESI

Angka kejadian adanya komplikasi di anestesi tidak pernah tidak terjadi. Semua dokter
anestesi memiliki pengalaman dan kemampuan dalam kondisi pasien apapun. Terkadang
ada beberapa hal di dalam hasil perioperatif menghasilkan suatu keadaan buruk yang
terkadang membawa ke dalam persidangan, walaupun sebenarnya hal- hal tersebut
bukanlah murni dari komplikasi pada tindakan anestesi.

Persidangan dan komplikasi anestesi

Setiap dokter anestesi akan memiliki beragam pasien dengan kondisi yang berbeda- beda.
Kadangkala bidang anestesi menjadi salah satu bagian di dalam suatu persidangan suatu
kasus malpraktek saat ini. Kelengkapan dokumentasi pasien yaitu rekam medis sangatlah
membantu di dalam kasus pengadilan dengan berdasarkan kualitas dan kemampuan bidang
anestesi saat praktik di RS sehingga rekam medis yang terisi sesuai dengan kondisi pasien.
Malpraktek terjadi jika terdapat 4 hal: adanya praktiksi yang melakukan pemeriksaan dan
tindakan pada pasien, adanya suatu pelanggaran yang terjadi di luar dari SOP, pasien
mengalami suatu trauma, penyebab dari trauma karena adanyap tindakan yang tidak sesuai
dari SOP yang dilakukan seorang praktisi. Trauma dapat berbentuk fisik, psikis ataupun
finansial. Setiap staf dari anestesi haruslah hati- hati dan benar dalam menjelaskan resiko
dan manfaat dari anestesi, serta dapat memberikan pilihan yang dapat dipilih dan
dimengerti oleh pasien. Setelah itu dibutuhkan adanya suatu persetujuan atau informed
consent dari pasien setelah pasien memahami semua penjelasan yang sudah dipaparkan.

KOMPLIKASI ANESTESI

Insidens
Untuk mengukur suatu hasil yang merugikan dalam bidang anestesi merupakan suatu hal
yang suli, karena hasil akhir dari penyakit pasien yang tidak pasti, prosedur operasi, dan
manajemen anestesi itu sendiri. Seperti contoh, adanya suatu kematian pada pasien
merupakan hasil akhir yang jelas dan pasti namun kematian yang dikarenakan anestesi
begitu jarang. Kematian saat perioperative biasanya terjadi 48 jam setelah operasi.

Seperti dalam suatu penelitian yang dilakukan antara tahun 1948 dan 1952, angka kematian
karena anestesi di Amerika serikta sekitar 5.100 kematian per tahun atau 3.3 kematian per
100.000 penduduk. Penyebab kematian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa tingkat
kematian akbiat anestesi adalah 1.1/ 1.000.000 per populasi atau 1 kematian anestesi per
100.000 antara tahun 1999 hingga 2005. Untuk penelitian pada tahun 2002 mengemukakan
kematian karena anestesi sekitar 1 kematian per 13.000 kasus yang ada di anestesi. Pada
tahun 2008 terdapat penelitian yang menghitung bahwa terdapat 815.077 pasien dengan
kondisi ASA 1 – 3 yang memiliki jadwal operasi di US Department of Veterans Affairs
Hospitals memiliki tingkat kematian sebesar 0.08% per harinya. Faktor risiko yang dapat
meningkatkan resiko kematian yaitu, dyspnea, penurunan kadar albumin, penigkatan
bilirubin dan peningkatan konsentrasi kreatinin.
Etiologi
Adanya suatu kelalaian dalam anestesi dapat dikategorikan sebagai berikut, yaitu kategori
yang dapat dicegah dan yang tidak dapat dicegah. Contohnya seperti sudden death
syndrome, fatal idiosyncratic drug reactions, atau hal lain dengan kondisi akhir buruk
walaupun dalam penanganan dan manajemen anestesi sudah benar. Dari beberapa
penelitian menyebutkan bahwa kelalaian dalam anestesi lebih banyak yang dapat dicegah.
Selama tahun 1990. Penyebab adanya suatu kematian menurut ASA Closed Claims Project
yaitu; kematian (22%), nerve injury (18%), kerusakkan otak (9%). P

Tabel 1. Human Error penyebab kelalaian di anestesi

Kematian dan Trauma Otak


Pada periode tahun 1975 dan 2000 terdapat 6750 kasus, diantaranya 2613 kasus
merukapakan trauma otak dan kematian. Presentasenya pada tahun 1975 terdapat 56%
kasus trauma otak atau kematian, sedangkan terjadi penurunan kasus pada tahun 2000
yaitu terdapat 27% kasus tersebut. Pada awal periode penelitian, untuk system pernapasan
berhubungan dengan adanya kerusakan dari trauma otak ataupun kematian sebesar 50%
berkorelasi dengan cardiovaksuler sebesar 27%.
Rusaknya suatu sistem pernapasan termasuk dalam jalan nafas yang sulit, intubasi
esophageal, dan kondisi ekstubasi yang tidak diinginkan. Untuk kerusakn system
kardiovaskuler memiliki berbagai factor. Ada suatu hasil penelitian menyebutkan bahwa
anestesi berkorelasi dengan adanya komplikasi system pernapasan sebesar 65% untuk kasus
trauma otak atau kematian. Sedangkan untuk anestesi yang berkorelasi dengan
kardiovaskular yang menyebabkan adanya suatu trauma sebesar 28%. Manipulasi jalan
napas dan pemasangan katerisasi vena menjadi salah satu penyebab kematian terbesar. Di
mana hal tersebut membuat adanya trauma jalan napas jika esophagus atau adanya rupture
trakea

Kanulisasi Vaskuler
Pemasangan central vena katerisasi menjadi salah satu penyebab kematian sebesar 47%
dari 6449 kasus yang ada. Komplikasi yang dapat timbul seperti emboli pada kateter,
tamponade, infeksi pada pembuluh darah, hemotoraks, pneumotoraks, dan adanya tusukan
pada arteri karotis. Keruskan otak dn stroke dapat menjadi korelasi kedua pada komplikasi
pemasangan kanul karotis.

Anestesi Obstetri
Pada penelitian di Pregnancy Mortality Surveillance Sytem mendapatkan adanya 86 kasus
dari 5946 kasus kehamilan yang menimbulkan kematian karena anestesi dengan rata- rata
1.6% dari kasus yang ada sejak 1991- 2002. Kondisi anestesi yag menybabkan adanya
kematian maternal pada penggunaan anestesi general di parturient, penurunan konsentrasi
bupivacaine pada epidural, melakukan manajemen airway yang tidak sesuai dengan
protocol, dan penggunaan dosis epidural kateteter dengan incremental daripada bolus. Dari
komplikasi yang ada menunjukkan adanya peningkata pada pasien yang melakukan seksio
cesaria yang tinggal di daerah pedesaan dan mendapatkan pengobatan yang kurang
memadai. Dengan adanya komplikasi pada neuraxial anestesi seperti keluhan sakit kepala
setelah postdural, komplikasi sitemik termasuk aspirasi atau cardiac arrest. Upaya dalam
melakukan tindakan spinal yang berkepanjangan dalam seksio cesaria dapat memberikan
efek yang kurang baik terhadap janin. Kematian maternal timbul disebabkan oleh
terhambatnya jalan napas, perdarahan maternal dan terlalu tingginya blockade neuraxial.
Pada regional anestesi dapat terjadi trauma saraf yang terjadi pada kasus obstetric.

Anestesi Regional
Pada suatu analisis penelitian, dengan adanya blok system saraf perifer yang ada pada 6894
kasus, terdapat komplikasi yang menyebabkan kematian sebanyak 8%, adanya luka pada
penusukan sebesar 36%. Pleksus brachialis merupakan lokasi terumum yang menyebabkan
cedera saraf. Kondisi lain yang dapat muncul seperti serangan jantung, henti jantung, dan
hematom epidural. Adanya hematom pada neuraxial pada pasien obstetric dan non
obstetric berkorelasi dengan adanya gangguan koagulopati. Pemberikan obat melalui
intravena dan local anestesi yang tidak sesuai dosis dapat menjadi racun tubuh dan
menyebabkan kematian. Pasien dengan adanya hipertensi dan diabetes serta perokok dapat
meningkatkan resiko trauma saraf pada perioperative dikarenakan adanya tekanan,
kekakuan, hingga iskemik. Kondisi cedera saraf tidak akan muncul hingga 48 jam setelah
operasi dan tindakan anestesi.

Anestesi Pediatric
Selama 3 dekade kasus pada pediatric yang menyebabkan kematian yaitu adanya keruskan
otak. Terdapat 193 kasus anak antara tahun 1998 hingga 2004 adanya kasus henti jantung
sebesar 41% dengan hypovolemia dan hyperkalemia yang menyebabkan kematian serta
henti napas sebesar 27% yang berhubungan dengan kondisi spasme pada laring. Penurunan
penggunaan haloten dapat menurunkan kejadian henti jantung dan napas. Bagaimanapun
adanya hyperkalemia dan gangguan elektroil pada proses transfuse serta kondisi
hipovolemik dapat menyebabkan henti jantung pada anak saat perioperative.

Anda mungkin juga menyukai