Anda di halaman 1dari 8

PERBANDINGAN KUHP DENGAN UNDANG-UNDANG PEMBERANTASAN TINDAK

PIDANA KORUPSI
1. Subyek
KUHP
a. Semua orang
b. korporasi
UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001
1. Setiap orang
Pasal 1 angka 3 “Setiap orang adalah orang perseorangan atau termasuk
korporasi.”
2. Korporasi
Pasal 1 angka 1 “Korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan yang
terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan
hukum.”
3. Pegawai negri sipil
Pasal 1 angka 2 “Pegawai Negeri adalah meliputi :
a. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
tentang Kepegawaian;
b. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana;
c. orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau
daerah;
d. orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerima
bantuan dari keuangan negara atau daerah; atau
e. orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yangmempergunakan
modal atau fasilitas dari negara atau masyarakat.”

2. Jenis perbuatan.
KUHP (TIDAK DI ATUR)

UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001


Pasal 2 – 20 Kecuali: Pasal 4; 12C; 19; 20
a. Merugikan keuangan dan perekonomian negara;
b. Suap menyuap-gratifikasi;
c. Penggelapan dalam jabatan;
d. Pemalsuan;
e. Pemerasan;
f. Perbuatan curang;
g. Benturan kepentingan dalam pengadaan.

3. Proses beracara
KUHAP
a. Penyelidik
Pejabat polisi
Pasal 1 angka 4 jo. Pasal 4 yaitu “Penyelidik adalah pejabat polisi negara Republik
Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan
penyelidikan.”
b. Penyidik
1. Pejabat polisi
2. Pegawai negri sipil
Pasal 1 angka 1 jo pasal 6 ayat (1) yaitu : “Penyidik adalah pejabat polisi
negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi
wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.”
c. Penuntut
Jaksa
Pasal 1 angka 6b jo pasal 13 yaitu : “Penuntut umum adalah jaksa yang diberi
wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penuntutan dan
melaksanakan penetapan hakim.”
d. Alat bukti
Pasal 184 ayat (1) Alat bukti yang sah adalah :
a. Keterangan Saksi
b. Keterangan Ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan Terdakwa

UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001


a. Penyelidik
1. Komisi pemberantasan korupsi
Pasal 43 ayat (1) yaitu : “Penyelidik adalah Penyelidik pada Komisi
Pemberantasan Korupsi yang diangkat dan diberhentikan oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi.”
b. Penyidik
1. keJaksaan
2. kepolisian
3. Komisi pemberantasan korupsi
Pasal 8 ayat (2) Dalam melaksanakan wewenang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang juga mengambil
alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku tindak pidana korupsi
yang sedang dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan.
c. penuntut
1. kejaksaan
2. kepolisian
3. komisi pemberantasan korupsi
Pasal 8 ayat (2) Dalam melaksanakan wewenang sebagaimana dimaksud
padaayat (1), Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang juga mengambil alih
penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku tindak pidana korupsi yang sedang
dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan.
d. Alat bukti
Pasal 184 ayat (1) KUHP alat bukti yang sah adalah :
1. Keterangan Saksi
2. Keterangan Ahli
3. Surat
4. Petunjuk
5. Keterangan Terdakwa
Di tambah pasal 12 ayat (1) huruf a UU KPK yaitu
1. Penyadapan

4. Sanksi
KUHP
Pasal 10.
Pidana terdiri atas: (KUHP 69.)
a. pidana pokok:
1. pidana mati; (KUHP 6, 11, 67.)
2. pidana penjara; (KUHP 12-17, 24 dst., 27 dst., 32 dst., 38, 42, 67; Inv. Sw.
2 dst.)
3. pidana kurungan; (KUHP 18-33, 38, 41 dst.; Inv. Sw. 2 dst.)
4. pidana denda; (KUHP 30-33, 38, 42.)
5. (s.d. t. dg. UU No. 2011946.) pidana tutupan;
b. pidana tambahan:
1. pencabutan hak-hak tertentu; (KUHP 35 dst., 38, 47 3.)
2. perampasan barang-barang tertentu; (ISR. 145; KUHP 39-42.)
3. pengumuman putusan hakim. (KUHP 43, 473.)

UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001


1. Hukuman mati
2. Penjara seumur hidup
3. Denda
(Pasal 5, 6, dan 12)

Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:

1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana


korupsi.
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi.
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi.
4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi


berwenang :

1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi;


2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi;
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada
instansi yang terkait;
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan
5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.
1. Jenis Kejahatan: Pornografi [Pasal 27 ayat 1]

Ciri-Ciri :

1. Mempublikasikan video porno milik seseorang melalui sebuah situs web.


2. Mengirim file ke email seseorang dengan unsur pornografi.
3. Memanipulasi dan mempublikasikan gambar porno melalui media internet.

2. Jenis Kejahatan: Perjudian [Pasal 27 ayat 2]

Ciri-Ciri :

Melakukan perjudian online melalui sebuah situs web

3. Jenis Kejahatan: Penghinaan / Pencemaran nama baik [Pasal 27 ayat 3]

Ciri-Ciri :

1. Mempublikasikan artikel berisi penghinaan, sindiran maupun pelecehan terhadap


suatuperusaahan/ instansi melalui situs web/ blog atau email.
2. Memanipulasi dan mempublikasikan identitas milik pribadi seseorang yang bersifat fitnah
melalui media internet.

4. Jenis Kejahatan: Pemesaran/ Pengancaman [Pasal 27 ayat 4]

Ciri-Ciri :

1. Mengirimkan pesan yang berupa ancaman/pemerasan kepada pihak tertentu.


2. Memanfaatkan metode DDos (distributed denial of service) untuk menyerang sebuah situs
web, dengan cara meminta sejumlah uang kepada pemilik situs untuk dapat menghindari
serangan yang akan dilakukan ke situs tersebut.

5. Jenis Kejahatan: Carding [Pasal 28 ayat 1]

Ciri-Ciri :

1. Melakukan pencurian nomor pin kartu kredit seseorang demi mendapatkan keuntungan
pribadi melalui media internet dan bertransaksi secara online.
2. Bekerja sama dengan pihak perbankan untuk melakukan pencurian nomor pin maupun
nomor kartu kredit nasabah bank.
6. Jenis Kejahatan: Politic Hacker [Pasal 28 ayat 2]

Ciri-Ciri :

1. Mempublikasikan berita yang menimbulkan rasa kebencian/permusuhan terhadap seorang


atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras dan antar golongan
(SARA) maupun terhadap pemerintah atau instansi.
2. Mensabotase komputer yang mengakibatkan penghapusan data penting.

7. Jenis Kejahatan: Teror [Pasal 29]

Ciri-Ciri :

1. Mempublikasikan dokumen yang bersifat teror kepada pihak luas melalui email, situs
web/blog, dan melalui situs jejaring social.
2. Mempublikasikan video yang berisi ancaman atau terror yang dapat meresahkan orang
yang terlibat.

8. Jenis Kejahatan: Abuse/ Penyalahgunaan [Pasal 30 ayat 1,2,3]

Ciri-Ciri :

Mengakses system orang lain tanpa sepengetahuan si pemilik dengan cara apapun dengan tujuan,
mencuri data maupun informasi.

9. Jenis Kejahatan: Penyadapan [Pasal 31]

Ciri-Ciri :

1. Penyadapan akses komunikasi melalui video conference maupun chatting.


2. Penyadapan data melalui saluran transmisi data (kabel telepon, serat optic atau satelit)

10. Jenis Kejahatan: Penyebaran Virus [Pasal 32]

Ciri-Ciri :

Menyebarkan virus melalui email melalui media internet kepada seseorang tanpa sepengetahuan
orang tersebut.
11. Jenis Kejahatan: DOS (denial od service) [Pasal 33]

Ciri-Ciri:

Merusak sistem orang lain melalui jaringan internet tanpa sepengetahuan orang tersebut.

12. Jenis Kejahatan: Pembajakan Software [Pasal 34]

Ciri-Ciri :

1. Membuat program kecil guna menerobos keamanan software tersebut untuk mendapatkan
hak akses atas lisensi software.
2. Menduplikasikan software milik pihak lain tanpa izin (illegal).
3. Menjual dan mendistribusikan software bajakan untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

13. Jenis Kejahatan: Pemalsuan Data/ data diddling [Pasal 35]

Ciri-Ciri :

1. Melakukan pemalsuan dokumen/ informasi milik perusahaan/instansi dengan cara


memanipulasi data tersebut sehingga seolah-olah dianggap data yang otentik.
2. Dengan sengaja menyebarkan virus yang dapat merusak sistem komputer.

Motif Faktor Penyebab Cyber Crime

Motif pelaku kejahatan di dunia maya (Cyber Crime) pada umumnya dapat dikelompokkan
menjadi dua kategori yaitu :
1. Motif Intelektual, yaitu kejahatan yang dilakukan hanya untuk kepuasan pribadi dan menunjukkan
bahwa dirinya telah mampu untuk merekayasa dan mengimplementasikan bidang teknologi informasi.
Kejahatan dengan motif ini pada umumnya dilakukan oleh seseorang secara individual.
2. Motif Ekonomi, Politik dan Kriminal, yaitu kejahatan yang dilakukan untuk keuntungan pribadi atau
golongan tertentu yang berdampak pada kerugian secara ekonomi dan politik pada pihak lain. Karena
memiliki tujuan yang dapat berdampak besar kejahatan dengan motif ini pada umumnya dilakukan oleh
sebuah korporasi.
Latar belakang terjadinya kejahatan di dunia maya ini terbagi menjadi dua faktor penting yaitu:
1. Faktor Teknis
Dengan adanya teknologi internet akan menghilangkan batas wilayah negara yang menjadikan dunia ini
menjadi begitu dekat dan sempit. Saling terhubungnya antara jaringan yang satu dengan yang lain
memudahkan pelaku kejahatan untuk melakukan aksinya. Kemudian tidak meratanya penyebaran
teknologi menjadikan pihak yang satu lebih kuat daripada yang lain.
2. Faktor Sosial Ekonomi
Cyber Crime dapat dipandang sebagai produk ekonomi. Isu global yang kemudian dihubungkan dengan
kejahatan tersebut adalah keamanan jaringan. Keamanan jaringan merupakan isu global yang muncul
bersamaan dengan internet. Sebagai komoditi ekonomi banyak negara yang tentunya sangat
membutuhkan perangkat keamanan jaringan. Melihat kenyataan seperti itu, Cyber Crime berada dalam
skenerio besar dari kegiatan ekonomi dunia.
3. Sistem keamanan jaringan yang lemah.
Seperti kita ketahui bahwa orang-orang dalam menggunakan fasilitas internet kebanyakan lebih
mementingkan desain yang di milikinya dengan menyepelekan tingkat keamanannya. Sehingga
dengan lemahnya sistem keamanan jaringan tersebut menjadi celah besar sebagian oknum untuk
melakukan tindak kejahatan.

Anda mungkin juga menyukai