Anda di halaman 1dari 54

KISI KISI IPA

Teknologi reproduksi adalah cara perkembangbiakan yang dilakukan dengan menggunakan


peralatan tertentu untuk mendapatkan individu baru yang punya sifat dan karakter lebih baik dari
pada induk secara cepat. Teknologi reproduksi pada hewan dan tumbuhan bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan manusia seperti bahan makanan yang lebih baik dan keseimbangan populasi
dengan cara menghindari kepunahan suatu spesies. Teknologi reproduksi pada tumbuhan meliputi
vertikultur, hidroponik, dan kultur jaringan tumbuhan. Sedangkan teknologi reproduksi pada hewan
ialah melalui inseminasi buatan.

a. Hidroponik
Hidroponik merupakan cara penanaman tumbuhan dengan menggunakan larutan nutrisi dan
mineral dalam air dan tanpa menggunakan tanah. Tanaman darat khususnya sayuran seperti
paprika, tomat, timun, melon, terong, dan selada dapat ditumbuhkan secara langsung dalam wadah
yang berisi nutrisi atau dengan ditambah medium yang tak larut dalam air, misalnya kerikil, arang,
sekam, spons, serbuk kayu, dan lain sebagainya. Ilmuwan menemukan bahwa tumbuhan menyerap
nutrisi yang penting dalam bentuk ion-ion yang terlarut dalam air.

Kelebihan teknik reproduksi hidropinik antara lain : keuntungan hidroponik tanaman tumbuh
lebih cepat, pemakaian pupuk lebih hemat, pemakaian air lebih efisien, tenaga kerja yang diperlukan
lebih sedikit, lingkungan kerja lebih bersih, hara dan pH lebih teliti, dan masalah hama dan penyakit
tanaman dapat dikurangi

b. Vertikultur
Vertikultur adalah teknik budidaya tanaman dengan cara membuat instalasi secara bertingkat
(vertikal) dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah tanaman. Vertikultur diserap dari bahasa
Inggris yang berasal dari kata vertical dan culture. Penanaman teknik ini menggunakan sistem
budidaya pertanian secara bertingkat baik indoor maupun outdoor. Tujuan utama aplikasi teknik
vertikultur adalah memanfaatkan lahan sempit seoptimal mungkin

Teknik budidaya ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan
terbatas. Jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan biasanya adalah tanaman yang memiliki nilai
ekonomi tinggi, berumur pendek atau tanaman semusim khususnya sayuran (seperti seledri,
caisism, pack-choy, dan selada), dan memiliki sistem perakaran yang tidak terlalu luas. Beberapa
keunggulan teknik ini adalah : hemat lahan dan air, wadah media tanam disesuaikan dengan kondisi
setempat, umur tanaman relatif pendek, pemeliharaan tanaman relatif sederhana, dan sangat
mendukung pertanian organik.

c. Kultur Jaringan Tumbuhan


Kultur jaringan adalah suatu metode perbanyakan tumbuhan dengan cara mengambil suatu bagian
dari tanaman, seperti sel atau sekelompok sel, jaringan, atau organ. Bagian tanaman yang telah
diambil selanjutnya ditumbuhkan dalam kondisi steril pada medium yang mengandung nutrisi dan
zat pengatur tumbuh (hormon). Bagian tanaman akan dapat memperbanyak diri dan berkembang
menjadi
tanaman yang memiliki organ yang lengkap yaitu akar, batang, dan daun.

Tujuan reproduksi teknik kultur jaringan adalah untuk memperoleh bibit tumbuhan dengan jumlah
yang sangat banyak, dengan kualitas yang sama, waktu cepat, mempunyai sifat serupa dengan
induknya. Semua jenis tumbuhan dapat dikembangbiakkan menggunakan metode ini, namun
masing-masing memerlukan perlakuan khusus agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Contoh tanaman yang diperbanyak dengan kultur jaringan diantaranya adalah tanaman kelapa
sawit, jati mas, coklat, anggrek.

Teknologi Reproduksi pada Hewan


Selain tumbuhan untuk memperbanyak dan memperbaiki keturunan pada hewan ternak juga
dikenal beberapa teknologi reproduksi. Beberapa teknologi reproduksi pada hewan antara lain
sebagai berikut.

a. Inseminasi Buatan
Kawin suntik atau dikenal dengan istilah inseminasi buatan (IB) adalah proses memasukkan cairan
sperma (semen) dari sapi jantan yang unggul ke dalam saluran reproduksi sapi betina dengan
bantuan manusia. Inseminasi buatan ini dilakukan dengan cara me masukkan sp*rma (semen) yang
telah dibekukan dengan menggunakan alat seperti suntikan. Inseminasi buatan memiliki beberapa
manfaat, antara lain efisiensi waktu dan biaya serta memperbaiki kualitas anakan sapi.

Perbaikan kualitas misalnya sebagai penghasil daging yang berkualitas (sapi potong). Sebagai
contoh, untuk menghasilkan anakan sapi dengan kualitas daging yang baik dan berjumlah banyak,
diambil sel-sel sperma dari sapi brahman dari India untuk diinseminasikan pada sapi betina lokal.

b. Perkawinan Silang
Perkawinan silang adalah perkawinan dua hewan yang berlainan varietas dalam satu spesies. Tehnik
ini dilakukan dengan memperhatikan sifat-sifat yang baik dari individu-individu yang disilangkan.
Pembastaran merupakan cara sederhana dan paling mudah untuk mendapatkan bibit
unggul. Kelemahan dari sistem pembastaran adalah hanya dapat dilakukan antar varietas dalam
satu spesies.

Salah satu contoh perkawinan silang adalah Kambing PE (Peranakan Etawa). Kambing ini
merupakan hasil persilangan antara kambing Etawa dengan kambing lokal/Kacang.
METODE SELEKSI PADA TANAMAN MENYERBUK SENDIRI
DALAM PEMULIAAN TANAMAN
Penggabungan gen-gen yang terdapat pada kedua tetua merupakan tujuan persilangan pada tanaman
mnyerbuk silang. Sebelum menetapkan metose apa yang akan dilaksanakan untuk menangani generasi-
generasi yang bersegregasi, agar program pemuliaan yng telah ditentukan dapat berhasil dengan baik.
Sehingga, para pemulia harus mmperhatikan beberapa hal, diantaranya:
 Informasi daya hasil,
 Daya adaptasi dan ketahanan tetua terhadap hama, penyakit dan berbagai cekaman lainnya,
 Cara pewarisan sifat yang diperbaiki,
 Pertimbangan teknis, seperti mudah tidaknya membuat hibrida atau berapa luas lahan yang
diperlukan dalam pengujian generasi yang bersegregasi tersebut,
 Pemilihan tetua, dan
 Cara seleksinya.
Semua faktor diatas merupakan hal-hal yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam penentuan
metode seleksi. Di dalam pemuliaan tanaman ada beberapa metode seleksi yang dapat dilakukan pada
tanaman menyerbuk sendiri yaitu seleksi silsilah (pedigree).

Seleksi Silsilah (Pedigree)


Metode ini dikatakan silsilah (pedigree) karena pencatatan dilakukan pada setiap anggota populasi
bersegregasi dari hasil persilangan. Seleksi pedigree diperlukan untuk menyatakan dua galur tersebut
serupa dengan mengkaitkan terhadap individu tanaman generasi berikutnya. Seleksi pegidree dapat
diterapkan bila sifat yang diseleksi memiliki nilai heritabilitas yang tinggi dan diseleksi pada populasi
yang bersegregasi. Karakter-karakter yang memenuhi kriteria tersebut adalah karakter kualitatif.
Sedangkan, untuk karakter kuantitatif umumnya memiliki nilai heritabilitas rendah sehingga kurang
efektif dilakukan perbaikan dengan menggunakan seleksi pedigree. Seleksi pedigree untuk perbaikan
sifat-sifat kuantitatif biasanya dilakukan secara tidak langsung. Dalam hal ini seleksinya dilakukan pada
karakter lain yang nilai heritabilitasnya tinggi dan berkorelasi positif serta berkaitan erat dengan hasil.
Dalam hal ini kemajuan seleksi (KS) merupakan perbandingan lurus antara intensitas seleksi yang
dibakukan (i), akar kuadrat heritabilitas karakter yang diseleksi (h) dan korelasi genetik sifat yang
diseleksi dengan hasil (rg) dapat ditulis dengan rumus:

KS = I h rg

Tujuan metode seleksi pedigree adalah untuk memperoleh varietas baru dengan mengkombinasikan gen-
gen yang diinginkan yang ditemukan pada 2 genotipe atau lebih. Rekombinasi dari dua genotype atau
lebih tersebut diharapkan menghasilkan keturunan yang lebih baik dan lebuh unggul dibandingkan rata-
rata tetuanya. Tetua yang dipilih ahrus memiliki karakter yang diinginkan, diatur oleh gen yang memiliki
potensi untuk digabungkan. Secara umum, salah satu tetua dipilih karena sudah bradaptasi dan diterima
oleh masyarakat, karakter komponen yang tidak dimiliki oleh tetua lain, missal ketahanan terhadap
penyakit.

Pada saat melakukan persilangan, hal-hal yang harus diperhatikan yaitu 1. Ukuran populasi, untuk
memperkirakan berapa F1 yang akan dihasilkan dan berapa F2 yang diinginkan. Hal ini berkaitan dengan
berapa gen yang mengontrol karakter tersebut, 2. Tergantung pada kombinasi persilangan yang akan
membentuk beberapa famili, 3. Persilangan dapat dilakukan di lapang atau rumah kaca, 4. Luas lahan
yang tersedia, dan 5. Kemampuan pelaksana lapang.

Tahapan Seleksi Silsilah (Pedigree)


Pemilihan secara pedigree terhadap individu tanaman yang mengalami segregasi dilakukan pada generasi
F2. Pada tahun pertama seleksi, dibuat persilangan antara dua tetua yang dikehendaki dan hasil biji F1
yang diperoleh melalui emaskulasi dan ditanam pada tahun berikutnya.

Pada tahun kedua, bilamana tetua yang digunakan sudah bersifat homozigot (berasal dari dua tetua galur
murni), maka pertanaman biji F1 akan tampak seragam sehingga dapat memudahkan proses pemilihan.
Dalam praktek umumnya, biji hasil pertanaman F1 dipanen bersama dan dicampur. Hal ini disebabkan
karena umumnya masih dalam jumlah yang tarbatas.

Pada tahun ketiga, penanaman biji dilakukan sebanyak mungkin karena akan menghasilkan banyak
kombinasi sehingga perlu diperhatikan pengaruh heterozigositasnya jadi, sedapat mungkin dihindari
pemilihan tanaman heterozigot karena tujuan seleksi yaitu untuk memperoleh tanaman homozigot.
Biasanya, tanaman F2 ini ditanam dengan jarak tanam yang lebar agar mempermudah melakukan
pengamatan dan seleksi.penyeleksian dimulai pada generasi F2 karena memiliki keragaman yang paling
tinggi. Seleksi dilakukan pada individu tanaman dengan sangat ketat agat tidak terlalu banyak tanaman
yang ditangani pada generasi berikutnya. Perbandingan seleksi biasanya 10:1 (F2 ke F3) dapat pula 100:1.
Perbandingan lebih tinggi apabila persilangan dilakukan pada tetua yang banyak berbeda karakternya,
sehingga gakur segregasi mempunyai keragaman tinggi.

Seluruh benih yang berasal dari individu F2 (tanaman F3) ditanam dalam baris. Generasi F3 merupakan
generasi penting. Pada generasi ini dapat diketahui terjadinya segregasi apabila tanaman F2 yang dipilih
ternyata herezigot. Untuk dapat mngetahui adanya segregasi diperlukan cukup tanaman agar terkihat
keragamannya, biasanya ditanamn lebih dari 30 tanaman tiap baris. Seleksi tahap dilakukan secara
individu, tetapi dimungkinkan dalam satu barisan tidak ada dipilih sama sekali. Tanaman yang dipilih
adalah tanaman yang terbaik pada berisannya yang tanamannya lebih seragam. Jumlah tanaman yang
dipilih sebaiknya tidak lebih banyak daripada jumlah family. Family adalah keturunan dari satu tanaman.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas seleksi individu pada generasi F2 dan F3 yaitu:
 Jarak tanam. Apabila tanaman ditumbuhkan dengan jarak tanam lebar, lebih mudah
melaksanakan penilaian individu tanaman. Akan tetapi genotype yang terseleksi atas dasar produksinya
belum tentu tinggi pula apabila ditanamn dengan jarak tanam sempit, karena adanya kompetisi. Dapat
terjadi genotype terpilih tidak menunjukkan potensinya pada situasi kompetisi.
 Lingkungan mikro. Efesiensi sekeksi individu dipengaruhi oleh lingkungan mikro, karena nilai
genotype dapat dikaburkan. Pengaruh ini sebagai akibat perbedaan tempat tumbuh masing-masing
tanaman tentang kesuburan tanah, hama dan penyakit, gografi, ketinggian tempat dari permukaan laut,
curah hujan dan lain-lain.
 Interaksi genotype dengan musim. Seleksi dilakukan pada suatu musin atau tahun,
sedangkan genotype yang trpilih digunakan pada beberapa musim atau tahun. Genotipe terpilih
seharusnya tetap menunjukkan keunggulan meskipun lingkungan berubah karena musim.
Generasi F4 ditangani sama halnya generasi F3. Perbedaannya adalah seleksi tetap dilakukan pada
individu tanaman, tetapi dari family terbaik. Keragaman di dalam barisan atau family menjadi berkurang
karena tanaman lebih homozigot. Sebaliknya keragaman antar family tetap tinggi. seleksi diantara family
menjadi lebih efesien karena dapat diketahui barisan mana yang lebih seragam. Biasanya dua atau lebih
tanaman dipilih dari family terbaik.

Generasi F5 ditangani sama halnya generasi F4. Perbedaannya adalah seleksi dilakukan pada family
terbaik. Keragaman di dalam barisan atau family menjadi sangat kecil kerena tanaman lebih homozigot.
Sebaliknya keragaman antar family tetap tinggi. seleksi diantara family menjadi lebih efesien, karena
dapat diketahui barisan mana yang lebih seragam.

Pada generasi F6, benih yang berasal dari datu barisan ditanam pada petak yang lebih besar dengan jarak
tanam rapat (jarak tanam komersial), jika memungkinkan dengan ulangan-ulangan. Dapat juga ditanam
sebagai pengujian daya hasil pendahuluan apabila persediaan benih mencukupi, dengan menyertakan
varietas pembanding.

Pada generasi F7 dilakukan uji daya hasil dengan meyertakan varietas pembanding. Pada generasi F8
dilakukan uji multilokasi. Uji multilokasi harus mengikuti prosedur pelepasan varietas tanaman yaitu
jumlah lokasi pengujian, jumlah musim, jumlah ulangan, jumlah genotype dan jumlah varietas
pembanding. Tahapan terakhir dari seleksi silsilah (pedigree) adalah pelepasan varietas dan perbanyakan
benih untuk disebar.

Gambar Seleksi Silsilah (Pedigree) Untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri.


Sumber : http://coridamayanti.blogspot.com/2012/02/macam-macam-tahap-seleksi-pada-
tanaman.html

Metode Bulk
Metode bulk merupakan metode untuk membentuk galur-galur homozigot dari populasi bersegregasi
melalui selfing selama beberapa generasi tanpa seleksi pada generasi awal melainkan dilakukan seleksi
pada generasi lanjut setelah tanaman banyak yang homozigot. Selama pertumbuhannya terjadi seleksi
alam, sehingga tanaman yang tidak tahan menghadapi tekanan lingkungan akan tertinggal
pertumbuhannya atau mati.

Prinsip metode bulk adalah 1) merupakan metode seleksi yang paling sederhana setelah seleksi massa, 2)
tidak dilakukan seleksi pada generasi awal, 3) pada generasi awal tanaman ditanam rapat dan dipanen
secara gabungan (bulk), 4) memanfaatkan tekanan seleksi alam pada generasi awal, 5) seleksi baru
dilakukan setelah tercapai tingkat homozigositas tinggi (F5 atau F6), 6) seleksi untuk karakter dengan
heritabilitas rendah hingga sedang.

Kelebihan metode buk adalah 1) relatif murah dan sederhana untuk memelihara populasi bersegregasi, 2)
generasi F1 sampai F4 pekerjaan tidak terlalu berat karena pada generasi tersebuttidak dilakukan seleksi,
3) ekonomis untuk tanaman-tanaman berumur pendek dan dapat ditanam pada jarak tanam sempit
seperti padi, gandum, kedelai, kacang tanah, dll sehingga tidak mengurangi luas lahan percobaan, 4)
tanaman yang baik tidak terbuang karena tidak dilakukan seleksi pada generasi awal, 5) beberapa
generasi dapat dilakukan pada tahun yang sama, 6) seleksi alam pada generasi awal dapat meningkatkan
frekuensi gen-gen baik.

Kelemahan metode bulk adalah 1) silsilah galur tidak tercatat sejak awal, 2) seleksi alam pada generasi
awal dapat menghilangkan genotipe-genotipe baik, 3) tanaman pada satu generasi belum tentu terwakili
pada generasi selanjutnya, 4) jumlah tanaman pada generasi lanjut sangat banyak sehingga menyulitkan
dalam seleksi dan memerlukan lahan sangat luas.

Tahapan Seleksi Bulk


Gambar Metode Bulk Untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri.
Sumber : http://coridamayanti.blogspot.com/2012/02/macam-macam-tahap-seleksi-pada-
tanaman.html

Tahapan seleksi bulk dilakukan pada generasi ke-6 (F6). Pada metode seleksi bulk, dimulai dengan
melakukan persilangan antara dua tetua galur murni (homozigot) untuk menghasilkan benih F1.
Keturunan F2 sampai F5 ditanam tanpa melakukan seleksi. Pada keturunan F1 dan F2 ditanam dengan
jarak tanam yang rapat. Pada keturunan F2 setelah dipanen kemudian dicampur (bulk) untuk dilanjutkan
pada generasi F3. Kegiatan ini dilakukan sampai generasi ke-5 dengan tujuan untuk memperoleh
proporsi homozigot yang cukup besar.

Generasi F5 ditanam dengan jarak tanam lebar. Pada generasi ini mulai dilakukan seleksi secara
individual karena proporsi populasi yang homozigot udah mencapai lebih dari 90%, sehingga
memudahkan pelaksanaan pemilihan. Individu tanaman terseleksi diberi nomor dan ditanam pada F6
secara terpisah dalam barisan untuk setiap nomornya (single-row plot)

Pada generasi F7, benih yang berasal dari satu barisan ditanam pada petak yang lebih besar dengan jarak
tanam rapat (jarak tanam komersial), jika memungkinkan dengan ulangan-ulangan. Dapat juga ditanam
sebagai pengujian daya hasil pendahuluan apabila persediaan benih mencukupi dengan menyertakan
varietas pembanding.

Pada generasi F8 dilakukan uji daya hasil dengan menyertakan varietas pembanding dengan rancangan
percobaan yang baik dan dilakukan pada berbagai lokasi. Hal yang sama juga dilakukan pada generasi F9
dilakukan uji multilokasi. Tahapan terakhir dari seleksi bulk adalah pelepasan varietas dan perbanyakn
benih untuk disebar secara komersial.
MENJAGA KESEHATAN SISTEM PENCERNAAN
By solusikesehatankita on June 22, 2013

Pencernaan merupakan organ tubuh yang


sangat penting dan harus dijaga kesehatannya, karena setiap hari makanan
dan minuman diolah dalam organ pencernaan lalu disalurkan ke seluruh
tubuh untuk menjadi makanan bagi organ tubuh lainnya.

Sistem pencernaan manusia dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung,


usus halus, usus besar sampai ke anus. Pola makan yang tidak teratur, sering
terlambat makan, kurang mengonsumsi buah dan sayur, serta terlalu cepat
menelan makanan adalah beberapa hal yang menyebabkan terjadinya
gangguan pencernaan. Stres juga menjadi penyebab utama gangguan
pencernaan masyarakat dewasa ini. Gangguan pencernaan dapat berupa
mual, kembung, nyeri pada ulu hati, bahkan kanker usus yang timbul karena
usus mengalami infeksi akibat bekerja ekstrakeras sewaktu mencerna
makanan yang kurang serat.

Berikut adalah beberapa cara menjaga kesehatan sistem pencernaan :

1. Kunyah makanan dengan baik


Semakin lama kita mengunyah makanan, maka semakin mudah makanan itu
dicerna oleh tubuh dan juga dapat menghasilkan enzim lebih banyak.
Mengunyah yang lama hingga makanan lembut adalah baik untuk
pencernaan. Tak perlu sampai 32 kali, tapi tidak kurang dari 10-12 kali agar
makanan tidak membebani usus.

2. Konsumsi makanan berserat


Tak hanya membantu sistem pencernaan, makanan berserat juga dapat
mencegah penyakit seperti diabetes, penyakit jantung koroner, wasir, kanker
usus besar, menurunkan kadar gula darah dan juga menurunkan kadar
kolesterol di dalam saluran pembuluh darah. Sayuran, buah-buahan, biji-
bijian dan kacang-kacangan adalah sumber utama serat.

3. Minum 8 gelas air sehari


Sistem pencernaan bisa berlangsung sangat lambat bila Anda tidak bisa
memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh. Air membantu pergerakan
makanan, melarutkan makanan, mengatur konsentrasi makanan yang dicerna
tubuh dan membantu penyerapan zat gizi oleh tubuh.

4. Batasi asupan daging


Konsumsi daging yang seimbang baik untuk tubuh sebab protein hewani
dalam daging cukup besar. Hindari mengonsumsi daging merah terlalu
berlebihan karena bisa mengakibatkan gangguan pada sistem pencernaan dan
organ tubuh lainnya. Daging adalah bahan makanan yang susah untuk
dicerna dengan cepat sehingga cenderung menumpuk di perut.

5. Hindari makanan dan minuman yang dingin


Makanan dan minuman yang sangat dingin menyebabkan kontraksi pilorus,
katup yang memisahkan lambung dengan duodenum, sehingga memperlambat
pergerakan makanan yang dicerna. Selain itu, lambung akan bekerja ekstra
untuk menghangatkan makanan, sehingga makanan lebih lama tinggal di
lambung.

6. Makan secara teratur


Makan secara teratur membantu mengoptimalkan kerja sistem pencernaan.
Perut yang kosong menimbulkan nyeri dan kembung. Oleh karena itu,
usahakan untuk makan secara teratur dengan menyebar waktu makan Anda
menjadi 3 kali makan besar dan 2 kali makan ringan setiap hari.

7. Olahraga teratur
Selain membantu Anda mempertahankan gaya hidup sehat, olahraga secara
teratur juga membantu melancarkan pencernaan dan mencegah konstipasi.
8. Atasi stress
Stress yang berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan pencernaan
misalnya produksi asam lambung berlebihan. Upayakan secara positif untuk
mengatasi stress. Anda bisa mengelola stress dengan cara melakukan latihan
pernafasan atau pergi berlibur.

9. Upayakan berat badan normal


Kelebihan berat badan dan obesitas dapat mengganggu fungsi hormon
tertentu yang dapat mempengaruhi sistem pencernaan. Berat badan di bawah
normal juga dapat memberikan akibat buruk pada sistem pencernaan.

10.Jagalah kebersihan
Jagalah kebersihan tangan dan makanan dari kuman-kuman merugikan bila
Anda tidak ingin mengalami diare. Penyakit ini banyak terjadi, umumnya
karena kurangnya kebersihan makanan dan minuman.

Sistem pencernaan manusia sangat berkaitan dengan organ-organ penting di


dalam tubuh kita, untuk itulah selalu disarankan untuk menerapkan pola
hidup sehat dan selalu mengonsumsi makanan sehat secara teratur karena
pencernaan yang sehat akan mendukung daya tahan tubuh yang kuat.

Tekanan Hidrostatik dan Tekanan Osmotik


Oleh: Sudarman | Diperbaharui: 6 May, 2016
Ini tidak akan berlebihan untuk mengatakan bahwa cairan yang secara jelas bertanggung jawab
atas asal usul dan kelangsungan kehidupan di bumi. Mereka membentuk semua lingkungan kita dan
unsur-unsur di dalamnya. Dan seperti semua materi, cairan memiliki komposisi tertentu dan sifat
fisik.

Advertisement
Sifat ini membuat mereka berfungsi dengan cara tertentu dalam situasi tertentu. Tekanan hidrostatik
dan osmotik adalah fenomena yang bertanggung jawab atas interaksi dan tindakan cairan yang kita
gunakan untuk mendapatkan banyak pekerjaan yang dilakukan oleh kita.

Mereka menonjol di daerah seperti biologi, kimia, ilmu tanaman, hidrostatik, selain bidang lainnya.
Kedua fenomena bekerja pada prinsip tekanan sederhana, tetapi dalam keadaan yang sangat
berbeda, kondisi, dan cara kerja. Tekanan didefinisikan sebagai gaya yang diberikan per satuan
luas.

Definisi Tekanan Hidrostatik


Ini adalah tekanan yang diberikan oleh sejumlah cairan dalam kondisi statis. Hal ini diterapkan
karena berat fluida. Kita juga dapat mengatakan bahwa itu adalah tekanan yang dialami oleh titik
tertentu dalam cairan. Tekanan pada suatu posisi tertentu meningkat dengan peningkatan
ketinggian kolom cairan. Hal sebaliknya juga benar, yaitu, untuk cairan dengan tinggi kolom tertentu,
tekanan meningkat dengan meningkatnya kedalaman.

Definisi Tekanan Osmotik


Ini adalah tekanan minimum yang diperlukan untuk mencegah aliran cairan melalui membran
semipermeabel. Setiap kali larutan (zat terlarut + pelarut) yang dipisahkan oleh sebuah membran
semipermeabel (yang memungkinkan bagian dari pelarut saja) dengan proporsi yang berbeda dari
zat terlarut baik didalam sel, larutannya adalah dalam keadaan tidak stabil. Pelarut cenderung untuk
mencapai keseimbangan dengan bergerak di sisi kepadatan lebih tinggi, sehingga memperoleh
larutan dengan kepadatan yang sama di seluruh bagian. Proses mencapai kesetimbangan disebut
osmosis.

Memahami Tekanan hidrostatik


Sebuah cara sederhana untuk memahami tekanan hidrostatik diilustrasikan dalam gambar berikut.
Sebuah drum ditusuk dengan 3 lubang dengan ukuran yang sama pada ketinggian yang berbeda.
Air drum diisi sampai ke tingkat di atas semua 3 lubang. Seperti yang Anda lihat, jangkauan air yang
keluar dari masing-masing lubang ini berbeda. Hal ini terjadi karena tekanan yang berbeda pada
setiap posisi. Lubang yang mencapai paling tinggi memiliki setidaknya, tekanan pada titik ini adalah
yang paling kecil. Padahal, lubang dengan sedikit tinggi memiliki jangkauan tertinggi. Jadi, tekanan
pada titik ini adalah yang tertinggi. Hal ini disebabkan kekuatan berat air yang bekerja pada tingkat
itu. Jumlah air pada drum di atas titik tertinggi adalah yang paling sedikit. Dan ternyata, gaya karena
beratnya juga kurang, dibandingkan dengan dua tingkat lubang lainnya.

Memahami Tekanan Osmotik


Seperti yang terlihat pada gambar, dua keadaan dari larutan yang akan ditampilkan. A menunjukkan
kondisi awal, di mana larutannya adalah dalam keadaan tidak stabil. B menunjukkan keadaan
setimbang.

Pipa U berisi larutan di kedua wadah dipisahkan oleh sebuah membran semi-permeabel di pusat.
Bola hijau menunjukkan molekul zat terlarut, sedangkan, yang merah mengindikasikan pelarut
mereka. Pertimbangkan A, di mana jumlah zat terlarut di kedua sisi berbeda, sedangkan, jumlah
pelarut adalah sama. Kebutuhan Osmosis memaksa untuk bekerja. Dalam hal ini, gaya disuplai oleh
interaksi antara zat terlarut dan membran. Partikel zat terlarut bergerak secara random dalam
larutan. Ketika mereka mendekati membran, mereka ditolak. Tolakan ini memberi mereka
momentum yang diarahkan jauh dari membran. Momentum ditransfer ke molekul pelarut lain,
sehingga mereka bergerak menjauh dari membran juga. Gaya tolak lebih besar dalam wadah
dengan jumlah yang lebih besar dari molekul zat terlarut, karena jumlah molekul secara acak
mendekati membran lebih besar. Jadi, pelarut dari wadah kiri (kerapatan rendah) efektif bergerak ke
wadah kanan (kerapatan tinggi), menciptakan larutan konsentrasi yang sama di seluruh bagian.
Secara meyakinkan, keadaan ekuilibrium akhir adalah B, seperti yang ditunjukkan pada gambar.

Perhitungan Tekanan hidrostatis


Rumus berikut dapat digunakan untuk perhitungan tekanan hidrostatik kolom cairan (dalam satuan
SI):
Tekanan hidrostatik (N / m2) = Tinggi (m) x massa jenis (kg / m3) × gravitasi (m / s2)
yaitu
Pa = h × ρ × g
Karena massa jenis berubah seiring dengan perubahan suhu. Jadi lebih disukai untuk menyebutkan
suhu saat tekanan sedang diukur.

Perhitungan Tekanan Osmotik


Tekanan osmotik dapat dianggap bertindak untuk gas. Jadi, hukum gas ideal dapat diterapkan pada
cairan. Persamaan tekanan osmotik, oleh karena itu, dapat diberikan sebagai
P = nRT / V
di mana,
P adalah tekanan osmotik
V adalah volume larutan
n adalah jumlah zat terlarut atau jumlah mol molekul yang hadir dalam volume
T adalah suhu rata-rata dari larutan
R adalah nilai konstan gas yang 8,314 joule per derajat Kelvin.

Contoh Tekanan hidrostatis


Prinsip tekanan hidrostatik digunakan untuk menghadapi berbagai masalah kehidupan nyata.
Misalnya, pendingin air dengan wadah air terbalik bekerja pada prinsip ini. Tekanan pada keran
karena tekanan hidrostatik yang diciptakan oleh cairan.
Contoh klasik lain adalah pembangkit listrik tenaga air. Air dikumpulkan dalam sebuah bendungan,
dan setelah mencapai jumlah yang cukup, air dilepaskan pada turbin menyebabkan mereka
berputar pada kecepatan tinggi. Turbin berputar yang digabungkan dengan generator yang
menghasilkan output listrik.
Pada kehidupan rumah tangga, tangki penyimpanan air disimpan pada posisi lebih tinggi, sehingga
air dipasok ke semua pipa karena tekanan hidrostatik yang dibuat.

Contoh Tekanan Osmotik


Osmosis dan penggunaan tekanan osmotik dapat diamati untuk berbagai aplikasi dalam kehidupan
sehari-hari. Banyak proses biologi yang signifikan terjadi karena itu.
Hal ini bertanggung jawab untuk transportasi air pada tanaman. Air memasuki akar melalui osmosis,
dan dipasok ke semua bagian karena perbedaan tekanan ini.
Teknik pengawetan makanan seperti menggunakan gula untuk menyimpan selai dan jeli, dan
menggunakan garam untuk mengawetkan daging, menggunakan osmosis untuk mengusir
organisme yang merusak makanan. Ketika organisme bersentuhan dengan makanan ini, air ditarik
oleh osmosis, dan mereka mati karena dehidrasi.

Alat ukur untuk Mengukur Tekanan Hidrostatis


manometer
Piston-jenis alat ukur
Bourdon pengukur tekanan
McLeod gauge
aneroid

Alat ukur untuk Mengukur Tekanan Osmotik


Sebuah osmometer merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur kekuatan osmosis
larutan, yang tidak lain adalah konsentrasi larutan ini.

Ini adalah gambaran singkat dan beberapa perbedaan halus antara tekanan osmotik dan tekanan
hidrostatik. Kedua konsep ini memiliki peran penting dalam fungsi berbagai proses kehidupan
sehari-hari. Jangan ragu untuk berbagi kasus lain / contoh, di bagian komentar di bawah ini!
A. PENGERTIAN DAN TEORI HUKUM KEKEKALAN ENERGI
Hukum Kekekalan Energi adalah hukum yang menyatakan bahwa energi itu kekal (tetap), artinya
energi tidak dapat dimusnahkan ataupun diciptakan, energi hanya bisa diubah dari satu bentuk energi
ke bentuk yang lain. Penemu dari Hukum Kekekalan Energi adalah James Prescott Joule, yaitu
seorang ilmuan dari Inggris yang lahir pada tanggal 24 Desember 1818 dan meninggal pada tanggal
11 Oktober 1889. Ketika itu Hukum Kekekalan Energi merupakan hukum pertama dalam
termodinamika. Berdasarkan hukum ini, terdapat 3 bentuk energi yaitu Energi Mekanik, Energi
Kinetik dan Energi Potensial.

HUKUM KEKEKALAN ENERGI

B. BUNYI HUKUM KEKEKALAN ENERGI


BUNYI HUKUM KEKEKALAN ENERGI

C. BESARAN – BESARAN PADA HUKUM KEKEKALAN ENERGI


1. Massa (m)
Massa adalah salah satu besaran dalam fisika yang menggambarkan jumlah materi dalam suatu
objek. Massa didapatkan dari jumlah kombinasi total atom, kecepatan atom, dan jenis atom penyusun
suatu objek. Dalam penggunaannya, massa sering disamakan dengan berat, tetapi secara ilmiah
keduanya berbeda, berat adalah nilai yang didapatkan oleh interaksi massa dengan medan gravitasi
setempat. Artinya berat benda dapat berubah-ubah sesuai gravitasinya, tetapi massa benda akan tetap
dimanapun benda itu berada. Satuan Internasional untuk massa adalah kilogram (kg). Simbol yang
digunakan untuk melambangkan massa adalah m (huruf kecil).

2. Kecepatan (v)
Kecepatan adalah salah satu besaran dalam fisika yang menunjukkan seberapa cepat sebuah benda
berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya. Satuan internasional yang digunakan untuk kecepatan
adalah meter per sekon (m/s), tetapi dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia, pasti kita lebih sering
memakai satuan kilometer per jam (km/jam), sedangkan di amerika lebih sering dipakai mil per ja,
(mil/jam). Kecepatan dapat diperoleh dari perkalian antara jarak yang ditempuh dengan waktu
tempuh. Simbol dari kecepatan adalah v (huruf kecil).

3. Percepatan Gravitasi (g)


Percepatan Gravitasi adalah percepatan yang diperoleh dari perubahan kecepatan benda akibat
adanya gaya gravitasi atau gaya tarik menarik antara benda-benda yang memiliki massa. Dalam
Sistem Satuan Internasional, satuan dari percepatan gravitasi adalah m/s 2. Nilai yang biasa digunakan
untuk percepatan gravitasi bumi standar adalah 9,8 m/s2 atau dibulatkan menjadi 10 m/s2.

4. Ketinggian (h)
Ketinggian adalah posisi benda dari permukaan. Pada prinsipnya ketinggian sama dengan jarak,
bedanya jarak dihitung secara horizontal, sedangkan ketinggian dihitung secara vertikal. Satuan
Internasional untuk ketinggian adalah meter (m). Simbol yang digunakan untuk melambangkan
ketinggian adalah h (huruf kecil)

C. BENTUK ENERGI DAN RUMUSNYA DALAM HUKUM KEKEKALAN ENERGI


1. Energi Kinetik
Energi kinetik merupakan usaha yang dibutuhkan untuk menggerakkan sebuah benda dengan massa
tertentu dari keadaan diam hingga mencapai kecepatan tertentu. Jadi, Energi Kinetik adalah energi
yang dimiliki sebuah benda karena pergerakannya. Kata “kinetik” itu sendiri berasal dari bahasa
Yunani, yaitu “kinesis” yang artinya gerak. Secara umum terdapat dua jenis energi kinetik, yaitu :
 Energi Kinetik Translasi, yaitu energi yang dimiliki oleh benda yang mengalami gerak lurus
(lintasannya berupa garis lurus).
 Energi Kinetik Rotasi, yaitu energi yang dimiliki oleh benda yang berotasi (lintasannya
berupa lingkaran).
RUMUS ENERGI KINETIK

2. Energi Potensial
Energi Potensial adalah energi yang dimiliki benda karena posisi (ketinggian) benda tersebut. Ada
beberapa hal yang mempengaruhi energi potensial dari sebuah benda, tetapi tiga hal yang paling
utama adalah massa benda tersebut, gaya gravitasi dan ketinggian benda tersebut.
RUMUS ENERGI POTENSIAL

3. Energi Mekanik
Energi mekanik adalah energi yang berhubungan dengan gerak dan posisi dari sebuah benda. Oleh
karena itu energi mekanik merupakan energi yang didapatkan dari penjumlahan energi kinetik dan
energi potensial dalam melakukan suatu usaha. Contoh energi mekanik adalah ketika kita memukul
paku dengan sebuah palu, nah palu itu akan kita angkat sehingga posisinya lebih tinggi (energi
potensial), kemudian kita gerakan ke arah paku dengan kecepatan tertentu (energi kinetik), kemudian
saat paku dan palu bersentuhan, paku akan terdorong (energi mekanik) dan tujuan kita tercapai.
RUMUS ENERGI MEKANIK

D.CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN HUKUM KEKEKALAN ENERGI


Sebuah benda jatuh bebas dari ketinggian 20 m. Jika percepatan gravitasi bumi adalah 10 m/s 2.
Berapa kecepatan benda ketika berada pada ketinggian 15 m ?
Pembahasan :

Diketahui :
h1 = 20 m
h2 = 15 m
v1 = 0 (karena benda jatuh bebas, bukan dilempar)
g = 10 m/s2

Ditanya
v2 ?
Jawab
Em1 = Em2
Ek1 + Ep1 = Ek2 + Ep2
(½ m.v12 + m.g.h1) = (½ m.v22 + m.g.h2)
(1/2m.02 + m.10.20) = (1/2m.v22 + m.10.15)
Karena massa (m) benda sama, maka m dapat dicoret satu sama lain, sehingga
(½.02 + 10.20) = (1/2.v22 + 10.15)
200 = ½ v22 + 150
½ v22 = 200 – 150
½ v22 = 50
v22 = 50 x 2
v22 = 100
v2 = 10
Bab 4. Kelangsungan Hidup Makhluk Hidup
Tinggalkan komentarGo to comments

142 Votes

Standar Kompetensi
2. Memahami kelangsungan hidup makhluk hidup
Kompetensi Dasar
2.1 Mengidentifikasi kelangsungan hidup makhluk hidup melalui adaptasi, seleski alam, dan
perkembangbiakan
Peta Konsep

Peta Konsep Kelangsungan Hidup


A. Pengertian Kelangsungan Hidup
Kita ketahui bahwa tidak ada makhluk hidup di muka bumi ini yang mampu bertahan hidup tanpa
mengalami kematian, karena setiap makhluk hidup memiliki waktu kehidupan atau umur yang
terbatas. Misalnya umur pohon kelapa jauh lebih lama daripada umur pohon jagung. Bagaimanapun
sempurnanya perawatan suatu tanaman, jika tanaman tersebut telah mencapai batas usia maksimal
maka akan mati. Pada pohon pisang, setelah berbuah bisa dipastikan akan segera mati. Namun, jika
kamu amati dengan seksama, sebelum berbuah dan akhirnya mati, pohon pisang tersebut
menumbuhkan tunas baru pada bagian bonggolnya. Tumbuhnya tunas tersebut mengakibatkan
tanaman pisang tetap terjaga kelangsungan hidupnya, meskipun induk pohon pisang telah mati.
Pertumbuhan pohon pisang silih berganti secara alamiah. Hal tersebut tentunya juga terjadi pada
makhluk hidup lain termasuk hewan dan manusia.

Setiap makhluk hidup telah dibekali oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dengan kemampuan untuk
mempertahankan hidupnya dan menjaga keturunannya supaya tetap lestari. Tetapi, karena
keserakahan makhluk hidup yang lebih tinggi tingkatnya dan ketidakpedulian manusia akan
kelestarian lingkungan hidup telah merusak ekosistem yang baik. Telah
menjadi hukum alam bahwa makhluk yang lemah akan dimangsa oleh makhluk yang lebih kuat, atau
yang kita kenal dengan hukum rimba.
Setiap jenis makhluk hidup dapat lestari jenisnya sampai saat ini karena berasal dari makhluk hidup
sebelumnya yang sejenis dapat bereproduksi dan berdaptasi dengan lingkungan. Jika makhluk yang
hidup pada zaman dulu tidak mampu bertahan dalam kelangsungan hidupnya, maka jenis makhluk
hidup itu akan punah seperti dinosaurus. Kelangsungan hidup organisme dipengaruhi oleh
kemampuan adaptasi terhadap lingkungan, seleksi alam, dan perkembangbiakan.

B. Adaptasi
1. Pengertian
Adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya.
Ada beberapa cara penyesuaian diri yang dapat dilakukan, yaitu dengan cara penyesuaian bentuk
organ tubuh, penyesuaian kerja organ tubuh, dan tingkah laku dalam menanggapi perubahan
lingkungan. Dari pengertian adaptasi tersebut, ada tiga macam bentuk adaptasi, yaitu:
a. adaptasi fisiologi
b. adaptasi tingkah laku,
c. adaptasi morfologi.
Adaptasi terlihat dari adanya perubahan bentuk luar atau dalam suatu makhluk hidup sesuai dengan
situasi dan kondisi lingkungan tempat hidupnya. Perubahan ini bersifat tetap dan khas untuk setiap
jenis sehingga bisa diwariskan kepada keturunannya.

2. Jenis-jenis Adaptasi
a. Adaptasi fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian diri makhluk hidup melalui fungsi kerja organ-organ tubuh
supaya bisa bertahan hidup. Adaptasi ini berlangsung di dalam tubuh sehingga sulit untuk diamati.

Ikan air laut menghasilkan urine yang lebih pekat dibandingkan dengan ikan sungai. Ikan air laut
menghasilkan urine lebih pekat dibandingkan dengan ikan sungai. Hal ini dikarenakan kadar garam air
laut
lebih tinggi dari pada kadar garam air tawar. Tingginya kadar garam menyebabkan ikan kekurangan
air sehingga ikan harus banyak minum. Akibatnya, kadar garam dalam darahnya menjadi tinggi
sehingga untuk mengurangi kepekatan cairan dalam tubuhnya, ikan mengeluarkan urine yang pekat.
Kekebalan serangga terhadap insektisida akan meningkat (menjadi kebal) karena penggunaan
insektisida secara terusmenerus.
Hewan-hewan herbivor beradaptasi terhadap makanan secara fisiologis. Sapi, kambing, kerbau, dan
domba merupakan hewan herbivor yang dapat mencerna zat makanan di dalam lambung. Rayap dan
Teredo navalis yang hidup di kayu galangan kapal dapat mencerna kayu dengan
bantuan enzim selulose.
Selain hewan, manusia dan tumbuhan dapat beradaptasi dengan lingkungannya secara fisiologi.
Tubuh manusia mampu menambah jumlah sel darahmerah apabila berada di pegunungan yang lebih
tinggi. Hal tersebut dapat mengikat oksigen lebih banyak untuk mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh.

Mata manusia dapat menyesuaikan dengan intensitas cahaya yang diterimanya. Ketika di tempat
gelap, maka pupil kita akan membuka lebar. Sebaliknya di tempat yang terang, pupil kita akan
menyempit. Melebar atau menyempitnya pupil mata adalah upaya untuk mengatur intensitas cahaya.

Jumlah sel darah merah orang yang hidup di daerah pantai lebih sedikit dibandingkan orang yang
tinggal di daerah pegunungan. Hal ini disebabkan karena tekanan parsial oksigen di daerah pantai
lebih besar dibandingkan daerah pegunungan. Jika tekanan parsial oksigen rendah, maka dibutuhkan
lebih banyak sel darah merah untuk mengikat oksigen. Tekanan parsial oksigen adalah perbandingan
kadar oksigen di udara dibandingkan dengan kadar gas lain di udara.

Bau yang khas pada bunga dapat mengundang datangnya serangga untuk membantu penyerbukan.
Bunga jenis ini menghasilkan madu atau nectar, dan serbuk sarinya mudah melekat. Akar dan daun
pada tumbuhan tertentu dapat menghasilkan zat kimia yang berbau khas yang dapat menghambat
tumbuhan lain di dekatnya. Contoh di atas termasuk dalam adaptasi fisiologi.

b. Adaptasi Tingkah Laku


Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian diri terhadap lingkungan dengan mengubah tingkah laku
supaya dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adaptasi tingkah laku dapat berupa hasil
belajar maupun insting/naluri sejak lahir. Terdapat dua macam tingkah laku, yaitu sebagai berikut.
1) Tingkah laku sosial, untuk hewan yang hidup berkelompok.
2) Tingkah laku untuk perlindungan. Contohnya babi hutan akan menggali lubang persembunyian
dengan kukunya ketika melihat singa, trenggiling akan menggulung tubuhnya bila bertemu musuh.
Contoh lain adalah kamuflase, misalnya pada bunglon dan gurita.

Mimikri Bunglon
Mimikri adalah kemampuan untuk meniru bentuk, suara, dan tingkah laku seperti hewan lain sehingga
akan dikira predator atau hewan yang beracun atau berbahaya. Migrasi juga merupakan bentuk
adaptasi tingkah laku dengan cara bergerak dari satu kawasan ke kawasan lain dan kemudian kembali
lagi. Hewan bermigrasi dengan berbagai alasan antara lain memperoleh iklim yang baik, makanan
yang cukup, tempat yang lebih aman, dan kepentingan perkembangbiakan.
Hewan yang hidup di daerah kutub atau daerah yang mengalami pergantian empat musim yang
perbedaan suhunya ekstrim, biasanya melakukan hibernasi. Hibernasi adalah tidur dalam jangka
waktu yang lama ketika suhu lingkungan rendah. Aktivitas tubuh seperti denyut jantung dan napas
sangat pelan sehingga hanya memerlukan energi/makanan yang sedikit. Contohnya kelelawar, ular,
dan beruang kutub. Selama hibernasi hewan menggunakan lemak dalam tubuh sebagai sumber
energi.

Kucing mengincar mangsanya dengan cara mendekam. Ketika mangsa mendekat dan lengah, maka
kucing akan meloncat dan menerkam mangsanya. Tingkah laku demikian untuk menghemat energi.
Lain halnya dengan cicak. Cicak akan memutuskan ekornya pada saat berada
dalam ancaman. Paus naik ke permukaan air ketika akan mengambil oksigen untuk pernapasannya.
Hewan rayap itu buta, untuk menemukan jalan dia membuat terowongan dari tanah yang dapat
menuntunnya menuju ke tempat makanan atau sarangannya.
c. Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian makhluk hidup melalui perubahan bentuk organ tubuh yang
berlangsung sangat lama untuk kelangsungan hidupnya. Adaptasi ini sangat mudah dikenali dan
mudah diamati karena tampak dari luar.

Meskipun hewan dapat bergerak bebas, hewan juga melakukan beragam adaptasi morfologi untuk
menyesuaikan dengan tempat hidup dan jenis makanannya. Adaptasi morfologi berupa penyesuaian
tubuh hewan seperti ukuran dan bentuk gigi, penutup tubuh, dan alat gerak hewan. Gigi disesuaikan
dengan jenis makanannya, sehingga gigi hewan pemakan daging berbeda dengan hewan pemakan
tumbuhan. Penutup tubuh seperti rambut, duri, sisik, dan bulu yang tumbuh dari kulit disesuaikan
dengan kondisi lingkungannya sehingga dapat membantu hewan untuk tetap bertahan hidup. Contoh
yang lain adalah variasi tulang belakang dan sirip pada ikan pari disebabkan perbedaan suhu saat
pertumbuhannya, jenis kelamin kura-kura ditentukan oleh variasi temperatur saat inkubasi
(pengeraman), serta bentuk paruh dan kaki burung bervariasi sesuai dengan jenis makanan dan
habitatnya.

Variasi Bentuk Paruh Burung


Variasi Bentuk Kaki Burung
Burung kolibri memiliki paruh panjang dan runcing. Paruh ini digunakan untuk menghisap madu.
Serangga juga beradaptasi dengan lingkungan melalui bentuk organ tubuhnya. Organ tubuh jangkrik
dan belalang yang digunakan untuk beradaptasi adalah mulut. Mulut kedua hewan tersebut
mempunyai rahang bawah dan atas yang kuat.

Selain hewan, tumbuhan juga beradaptasi dengan lingkungannya melalui bentuk tubuhnya, yaitu:

1) Tumbuhan Xerofit

Tumbuhan xerofit memiliki struktur fisik yang sesuai untuk bertahan hidup pada suhu yang ekstrim
panas dan kekurangan air. Contohnya adalah kaktus dan sukulen. Kaktus dapat bertahan hidup dalam
kondisi kering.

Bentuk adaptasinya yaitu daun tidak berbentuk lembaran sebagaimana tumbuhan lainnya, tetapi
mengalami modifikasi menjadi duri atau sisik. Kaktus mampu menyimpan air pada batangnya.
Seluruh permukaannya dilapisi oleh lilin untuk mengurangi penguapan. Sistem perakarannya panjang
untuk mencapai tempat yang jauh yang mengandung air.

2) Tumbuhan Hidrofit

Tumbuhan hidrofit adalah tumbuhan yang hidup di air. Adaptasi morfologi yang dilakukan antara lain
memiliki rongga udara di antara sel-sel tubuhnya sehingga dapat mengapung. Daunnya lebar dan
stomata terletak di permukaan atas. Contoh tumbuhan hidrofit adalah kangkung, eceng gondok, dan
teratai.

3) Tumbuhan Higrofit

Tumbuhan higrofit adalah tumbuhan yang hidup di lingkungan lembab dan basah. Adaptasinya yaitu
mempunyai daun yang tipis dan lebar.

C. Seleksi Alam
Dalam kehidupan sehari-hari, seleksi berarti pemilihan, dan alam
berarti segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup. Jadi, seleksi alam adalah pemilihan
makhluk hidup yang dapat hidup terus dan tidak dapat hidup terus yang dilakukan oleh lingkungan
sekitar dan terjadi secara alamiah. Bisa juga diartikan sebagai musnahnya beberapa makhluk hidup
karena tidak dapat menyesuaikan diri.
1. Faktor penyeleksi alam
Seleksi alam ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
a. Suhu lingkungan
Di daerah dingin dijumpai hewan-hewan mamalia yang
berbulu tebal, sedangkan di daerah tropis hewan mamalianya berbulu tipis. Dalam hal ini, yang
menjadi faktor penyeleksi adalah suhu lingkungan. Karena hewan mamalia yang berbulu tipis
umumnya tidak akan bisa menyesuaikan diri pada lingkungan yang bersuhu sangat rendah sehingga
hewan tersebut akan tereliminasi dan punah. Beruang kutub berbulu tebal untuk membuatnya tetap
hangat. Selain bulunya, beruang kutub juga mempunyai lapisan lemak yang digunakan untuk
menghangatkan tubuhnya.
b. Makanan
Setiap makhluk hidup memerlukan makanan. Makanan adalah kebutuhan primer makhluk hidup.
Makanan akan menjadi faktor penyeleksi jika terjadi perebutan makanan. Makhluk hidup yang kuat
dan mempertahankan makanannya akan dapat berlangsung hidup, sebaliknya hewan yang lemah dan
tidak mampu bersaing dalam perebutan makanan akan tereliminasi dan punah.

c. Cahaya matahari
Faktor matahari berhubungan dengan penyeleksian tumbuhan tingkat tinggi yang berklorofil. Karena
tumbuhan menggunakan cahaya matahari untuk pembentukan makanan.

2. Kepunahan makhluk hidup


Berdasarkan temuan fosil-fosil, dapat diketahui bahwa banyak jenis makhluk hidup yang hidup pada
jaman dahulu tidak ditemukan lagi sekarang. Tetapi ada juga yang masih hidup sampai sekarang
yaitu capung. Capung adalah hewan yang hidup pada jaman karbon sampai sekarang. Hewan lain
yang hampir mirip dengan hewan yang telah punah adalah kadal dan komodo. Ketiga hewan tersebut
adalah hewan yangtergolong dalam fosil hidup.

Dinosaurus merupakan contoh hewan yang telah punah. Para ilmuan berpendapat bahwa yang
menyebabkan kepunahan hewan ini adalah perubahan iklim. Iklim yang terganggu akan
menyebabkan kematian banyak jenis tumbuhan sehingga dinosaurus herbivor tidak bisa mendapatkan
makanan. Sedangkan Dinosaurus karnivor dapat bertahan hidup untuk sementara. Tetapi dengan
berjalannya waktu, hewan karnivorpun mati.

Saat ini, tingkah laku manusia banyak mempengaruhi proses seleksi alam. Perburuan liar,
penangkapan, perusakan habitat, pencemaran lingkungan dapat mempercepat laju seleksi yang tidak
alami. Akibat rusaknya habitat, banyak hewan liar yang harus bermigrasi ke daerah yang kurang
sesuai dengan lingkungan alaminya. Mereka harus berjalan berkilo-kilometer untuk memperoleh
makanan yang cukup.

Di Indonesia, terdapat banyak tumbuhan dan hewan yang hampir punah. Contohnya adalah harimau
jawa, badak bercula satu, badak bercula dua, dan burung jalak bali. Hewan yang hampir punah
tersebut disebabkan karena kerusakan habitat oleh manusia, perburuan liar, kemampuan adaptasinya
rendah, serta tingkat reproduksi yang rendah.

D. Perkembangbiakan Makhluk Hidup


Perkembangbiakan makhluk hidup dapat dipergunakan untuk melangsungkan kehidupan. Karena bila
tanpa perkembangbiakan, maka makhluk hidup akan punah. Misalkan pada suatu perkebunan
terdapat populasi belalang yang terkena radiasi, sehingga belalang jantan menjadi mandul dan tidak
dapat melakukan perkawinan dengan belalang betina. Ketidakmampuan belalang untuk berkembang
biak akan menyebabkan belalang di perkebunan tersebut punah. Jadi, belalang tersebut tidak dapat
menjaga kelestarian jenisnya karena tidak mampu berkembang biak.
Makhluk hidup ada yang mempunyai daya berkembang biak tinggi dan rendah. Makhluk hidup yang
mempunyai daya berkembang biak tinggi akan mudah menjaga kelestarian hidupnya. Misalnya tikus,
kucing, ilalang, dan enceng gondok.

Makhluk hidup yang mempunyai daya berkembang biak rendah sangat sulit menjaga kelangsungan
dan kelestarian jenisnya. Misalnya gajah, hanya beranak sekali dalam dua tahun dan setiap kali
beranak hanya seekor. Demikian pula badak, komodo, kancil, burung merak, jerapah, harimau, dan
ikan paus biru yang hanya menghasilkan dua anak dalam waktu 10 tahun. Hewan yang memiliki daya
berkembang biak rendah merupakan hewan-hewan yang terancam kelestariannya.

Selain hewan, tumbuhan juga dilindungi oleh negara karena kelangkaan dan daya berkembang
biaknya rendah. Misalnya tumbuhan yang dilindungi oleh negara adalah bunga bangkai (Refflesia
Arnoldi), anggrek bulan Ambon, kemang, kepuh, kayu ulin Kalimantan, kemenyan, dan gaharu
dilindungi oleh negara.

Sistem Gerak Pada Tumbuhan beserta


Gambar dan Fungsinya
Sponsors Link
Sistem gerak pada tumbuhan bisa kita ketahui melalui karakteristik dari setiap tumbuhan yang ada. Coba
sesekali perhatikan tumbuhan yang berada di sekitar halaman rumah. Bagian dari tubuh pada tumbuhan
bisa terbentuk karena adanya berbagai organ penyusunnya. Organ sendiri dapat terbentuk karena
adanya berbagai jaringan. Apakah pada tumbuhan terjadi suatu gerakan?
ads

Baca juga :

 ciri ciri protista


 ciri ciri tumbuhan asoka
 ciri ciri tumbuhan
 ciri ciri bunga sempurna
 ciri ciri porifera

Sistem Gerak Pada Tumbuhan

Makhluk hidup bisa dikatakan hidup karena memiliki


salah satu ciri yakni bisa melakukan pergerakan. Gerak yang dilakukan pada makhluk hidup, pada
umumnya digunakan sebagai suatu respon terhadap keberadaan suatu rangsangan yang ada. (baca
juga : adaptasi morfologi pada tumbuhan)

Terjadinya rangsangan pun bisa muncul dari faktor lingkungan luar dan juga dari faktor dalam seperti
halnya tubuh sendiri. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana pada tumbuhan? Bisakah tumbuhan
mengalami proses pergerakan? (baca juga : tumbuhan yang bermanfaat bagi manusia)

Tumbuhan pun juga bisa mengalami suatu reaksi jika terdapat suatu rangsangan yang datang, namun
prosesnya sangat berbeda jika dibandingkan dengan manusia dan juga hewan. Pada tumbuhan, proses
rangsangan yang terjadi disalurkan dari bagian antar sel (sel ke sel). Bagian sel tersebut mempunyai
peran dalam menyalurkan suatu rangsangan dari bagian sel satu ke bagian sel lainnya yang dilakukan
oleh bagian benang-benang plasma (sering disebut sebagai desmotubula). (baca juga : tumbuhan yang
menyimpan cadangan makanan)

Definisi dari sistem gerak pada tumbuhan sendiri merupakan kemampuan (iritabilitas) pada tumbuhan
dalam upaya melakukan respon terhadap suatu rangsangan yang ada di sekitarnya. Jika dikategorikan
berdasarkan dengan penyebabnya, maka proses gerak pada tumbuhan bisa dikategorikan menjadi tiga
macam, yakni seperti gerak higroskopis, gerak endonom, dan juga gerak esionom. Gerakan yang terjadi
dan sedang berlangsung pada tumbuhan, tidak bisa dilihat semua prosesnya. Oleh karena itu bisa
dikatakan sebagai gerak pasif. (baca juga : pernapasan pada tumbuhan)

1. Gerak Higroskopis
Definisi dari gerak higroskopis ialah suatu gerakan yang terjadi pada tumbuhan yang dapat diakibatkan
oleh proses perubahan kondisi kadar air yang ada pada tumbuhan. Gerakan yang bisa dikategorikan
sebagai gerak higroskopis seperti halnya proses perubahan-perubahan yang terjadi berikut ini, seperti
halnya sebagai berikut : (baca juga : tumbuhan yang hidup di lingkungan lembab)

 Proses pecahnya bagian buah pada polong-polongan atau pun kacang-kacangan.


 Proses pecahnya bagian buah pada tumbuhan seperti bunga pacar air.
 Proses gerak seperti terjadinya pembukaan pada bagian kotak spora atau pun sporangium yang
dilakukan oleh annulus pada tumbuhan tertentu, contohnya pada paku-pakuan.
 Proses gerakan seperti terjadinya pembukaan pada sporangium yang ada di sporogonium pada
tumbuhan lumut yang diakibatkan oleh bagian gigi peristom. (baca juga : jaringan penyokong pada
tumbuhan)

2. Gerak Endonom
Definisi dari gerak endonom ialah suatu proses terjadinya gerakan pada tumbuhan yang diakibatkan oleh
beberapa faktor yang terdapat di bagian dalam tubuh pada tumbuhan. Gerakan semacam ini sering
disebut sebagai gerakan yang bisa dikatakan spontan (autonom). (baca juga : kelebihan
perkembangbiakan vegetatif di banding generatif)

Seperti contohnya gerakan pada plasma yang terjadi di bagian dalam sel. Gerakan ini biasanya terjadi
tidak hanya pada tumbuhan, hewanpun juga mengalaminya. Proses gerakan yang terjadi pada bagian
batang tumbuhan kacang panjang akan selalu ke bagian kanan. (baca juga : sistem transportasi pada
tumbuhan)

3. Gerak Esionom
Definisi dari gerak esionom ialah proses terjadinya suatu gerakan pada tumbuhan yang diakibatkan oleh
beberapa faktor yang berasal dari bagian luar tubuh pada tumbuhan, seperti contohnya faktor lingkungan
yang ada di sekitarnya. Pada sistem gerak esionom dapat dikategorikan menjadi tiga macam, yakni
sebagai berikut : (baca juga : pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan)

 Gerak Nasti

Definisi dari gerak nasti ialah suatu bentuk gerakan seperti halnya iribilitas pada tumbuhan yang
diakibatkan dan
dipengaruhi oleh suatu arah terhadap datangnya rangsangan. Gerak nasti bisa juga diakibatkan oleh
suatu perubahan pada tingkatan volume atau pun jumlah air dengan kadar yang semakin naik di bagian
dalam sel pada tumbuhan (proses ini sering disebut sebagai tekanan turgor). (baca juga : respirasi pada
tumbuhan)

Gerak nasti jika dilihat berdasarkan sumber yang mengakibatkan rangsangan dibagi menjadi lima
macam, yakni sebagai berikut :

 Seismonasti merupakan suatu proses gerakan yang terjadi pada tumbuhan dan dipengaruhi oleh suatu
faktor seperti
halnya getaran atau pun sentuhan yang halus. Misalnya seperti : proses menutupnya bagian daun pada
putri malu jika
diberi sentuhan oleh bagian jari manusia atau pun hewan.
 Termonasti merupakan gerak yang terjadi pada tumbuhan yang diakibatkan oleh suatu faktor seperti
halnya perubahan suhu. Misalnya seperti proses mekarnya bunga tulip akibat adanya suhu yang naik.
 Fotonasti merupakan suatu proses terjadinya gerakan pada tumbuhan yang diakibatkan oleh suatu
faktor seperti halnya cahaya. Misalnya seperti proses mekarnya bunga pukul empat yang terjadi tepat
pukul empat.
 Niktinasti merupakan suatu proses gerakan yang terjadi pada tumbuhan yang diakibatkan oleh faktor
seperti halnya
gelap. Misalnya seperti proses tidurnya bagian daun pada belimbing wuluh pada saat datangnya malam
hari.
 Nasti kompleks merupakan suatu proses terjadinya gerakan pada tumbuhan yang diakibatkan oleh
faktor seperti halnya rangsangan, namun jumlahnya lebih dari satu rangsangan. Misalnya seperti suatu
proses gerakan membuka dan juga menutupnya bagian stomata yang disebabkan oleh faktor air,
cahaya, suhu, dan juga zat kimia.

Jadi kelima macam gerakan tersebut mempunyai perbedaan gerakan masing-masing sesuai dengan
faktor lingkungan yang mempengaruhinya sehingga akan menghasilkan gerakan tertentu.

 Gerak Tropisme

Definisi dari gerak tropisme merupakan suatu proses terjadinya gerakan pada tumbuhan yang
diakibatkan oleh faktor seperti halnya rangsangan dari lingkungan luar dan juga arah gerakannya yang
bergerak menuju atau pun menjauhi dari bagian sumber rangsangan. (baca juga : contoh mutasi pada
tumbuhan)
Jika proses terjadinya gerakan pada tumbuhan yang bergerak menuju suatu sumber rangsangan, maka
bisa disebut sebagai
suatu gerakan tropisme positif. Sedangkan proses terjadinya gerakan pada tumbuhan yang bergerak
menjauhi suatu sumber
rangsangan, maka bisa disebut sebagai suatu gerakan tropisme negatif. (baca juga : contoh tumbuhan
gymnospermae)

Gerak tropisme jika dilihat berdasarkan sumber yang mengakibatkan rangsangan dibagi menjadi lima
macam, yakni sebagai berikut :

 Geotropisme merupakan suatu proses terjadinya gerakan pada tumbuhan yang bergerak menuju atau
pun menjauhi dari bagian suatu sumber rangsangan yang dipengaruhi oleh faktor seperti gravitasi bumi.
Misalnya seperti proses terjadinya suatu gerakan pada bagian akar yang bergerak menuju bumi
(geotropisme positif) dan gerakan pada
bagian ujung batang yang bergerak menjauhi gravitasi bumi (geotropisme negatif).
 Fototropisme merupakan suatu proses terjadinya gerakan pada tumbuhan yang bergerak menuju atau
pun menjauhi suatu sumber rangsangan seperti halnya cahaya. Misalnya seperti suatu gerakan yang
terjadi pada bagian ujung batang pohon yang bergerak menuju tempat dimana banyak kandungan sinar
matahari (fototropisme positif) dan gerakan yang terjadi pada akar yang bergerak menjauhi tempat
dimana banyak kandungan sinar matahari (fototropisme negatif).
 Hidrotropisme merupakan suatu gerakan yang terjadi pada tumbuhan yang berherak menuju atau pun
menjauhi suatu sumber rangsangan karena faktor seperti rangsangan oleh air. Misalnya seperti gerakan
pada bagian akar yang menuju ke air.
 Tigmotropisme merupakan suatu proses terjadinya gerakan pada tumbuhan yang bergerak menuju atau
pun menjauhi suatu sumber rangsangan karena faktor seperti tekanan.
 Kemotropisme merupakan suatu proses terjadinya gerakan pada tumbuhan yang bergerak menuju atau
pun menjauhi suatu sumber rangsangan karena faktor seperti zat kimia. Misalnya gerakan pada bagian
akar menuju bagian pupuk dan akan menjauhi bagian zat kimia yang beracun.

Jadi kelima macam gerakan tersebut mempunyai perbedaan gerakan di masing-masing bagian pada
tumbuhan sesuai dengan faktor lingkungan yang mempengaruhinya sehingga akan menghasilkan
gerakan tertentu.

 Gerak Taksis

Definisi dari gerak taksis ialah suatu proses terjadinya gerakan berpindah tempat yang dilakukan oleh
tumbuhan karena akibat faktor dari bagian luar tumbuh yakni suatu sumber rangsangan. Gerak taksis
yang bergerak menuju suatu sumber
rangsangan seringkali disebut sebagai taksis positif. Sedangkan gerak taksis yang bergerak menjauhi
suatu sumber rangsangan seringkali disebut sebagai taksis negatif. (baca juga : contoh tumbuhan
monokotil dan dikotil)

Gerak taksis jika dilihat berdasarkan sumber yang mengakibatkan rangsangan dibagi menjadi dua
macam, yakni sebagai berikut :

 Kemotaksis merupakan suatu proses terjadinya gerakan berpindah tempat pada tumbuhan yang
diakibatkan karena faktor seperti zat kimia. Misalnya seperti gerakan yang terjadi di spermatozoid pada
tumbuhan lumut, tumbuhan paku-pakuan, tumbuhan berbiji yang bergerak meunju ke bagian dari sel telur
atau pun putik.
 Fototaksis merupakan suatu proses terjadinya gerakan berpindah tempat yang dialami oleh tumbuhan
karena faktor
seperti cahaya. Misalnya seperti gerakan pada Euglena dan Clamidomonas yang bergerak menuju ke
suatu tempat yang mempunyai tingkat pencahayaan yang baik.

November 23, 2017 01:56:26 PM


 About
 Contact
 More
 Menu
 Twitter
 Facebook
 Google+
 Rss
 Linkedin
 Instagram
 Pinterest

BIOSMAN8PKU
Biologi SMAN 8 Pekanbaru

 HOME
 ABOUT
 ARCHIVE
 COMMENTS
 WITH SUB MENU
 ERROR 404
Text to search...
Search

What's New?

11:25 AM PARODI GLIKOLISIS

Home » Artikel » Materi-Pelajaran » SISTEM KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP

SISTEM KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP


A+A-
PrintEmail
×
SISTEM KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP
Pengertian
Klasifikasi Makhluk hidup adalah pengelompokan makhluk hidup yang
mempunyai ciri dan sifat yang sama, dimasukkan ke dalam satu kelompok,
dan bila dalam persamaan ditemukan perbedaan ciri dan sifat, maka
dipisahkan lagi ke dalam kelompok lain yang lebih kecil, sehingga akan
diperoleh kelompok-kelompok makhluk hidup dengan jenjang yang berbeda.
Pengelompokkan hasil klasifikasi pada tingkat tingkat yang berbeda atau
pada takson yang berbeda disebut taksonomi.

. Tujuan dan manfaat klasifikasi


Klasifikasi yang bertujuan untuk menyederhanakan objek studi
itu pada hakekatnya tidak lain adalah mencari keseragaman dari
keanekaragaman, dan dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. menyederhanakan objek studi agar mudah dipelajari.
b. mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup untuk membedakan tiap-tiap
jenis.
c. mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-cirinya.
d. mengetahui hubungan kekerabatan.

Manfaat dari klasifikasi adalah sebagai berikut :


a. Pengklasifikasian melalui pengelompokkan dapat memudahkan dalam
mempelajari organisme yang beraneka ragam.
b. Klasifikasi dapat digunakan untuk melihat hubungan tingkat kekerabatan
antara organisme satu dengan lainnya.

3. Sistem klasifikasi
Berdasarkan kriteria yang digunakan, sistem klasifikasi makhluk hidup
dibedakan menjadi tiga, yaitu sistem buatan, sistem alami, dan sistem
filogenik.
a. Sistem buatan ( Artifisial )
Sistem klasifikasi buatan mengutamakan tujuan praktis dalam ikhtisar dunia
makhluk hidup. Klasifikasi buatan diperkenalkan oleh Carollus Linnaeus
(1707-1778). Dasar klasifikasi adalah ciri morfologi, alat reproduksi, habitat
dan penampakan makhluk hidup (bentuk dan ukurannya).

Misalnya, pada klasifikasi tumbuhan ada pohon, semak, perdu, dan gulma.
Berdasarkan tempat hidup, dapat dikelompokkan hewan yang hidup di air
dan hewan yang hidup di darat. Berdasarkan kegunaannya, misalnya
makhluk hidup yang digunakan sebagai bahan pangan, sandang, papan dan
obat-obatan.

b. Sistem alami ( Natural)


Klasifikasi makhluk hidup yang menggunakan system alami menghendaki
terbentuknya takson yang alami. Klasifikasi ini dikemukakan oleh Aristoteles
pada tahun 350 SM. Klasifikasi ini didasarkan pada sistem alami, artinya
suatu pengelompokan yang didasarkan pada ciri morfologi/ bentuk
tubuh alami, sehingga terbentuk takson-takson yang alami.
Misalnya hewan berkaki empat, hewan bersirip, hewan tidak berkaki, dan
sebagainya. Pada tumbuhan misalnya tumbuhan berdaun menyirip,
tumbuhan berdaun seperti pita, dan sebagainya.

C.Sistem modern (filogenetik)

.Sistem klasifikasi ini didasarkan pada jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara takson yang satu dan yang lainnya sekaligus

mencerminkan perkembangan makhluk hidup (filogenik), diperkenalkan oleh Charles Darwin (1859). Makin dekat hubungan

kekerabatan maka makin banyak persamaan morfologi dan anatomi antar takson. Semakin sedikit persamaan maka makin

besar perbedaannya, berarti makin jauh hubungan kekerabatannya.


Misalnya, gorila lebih dekat kekerabatannya dengan orangutan dibandingkan
dengan manusia. Hal itu didasarkan pada tes biokimia setelah ilmu
pengetahuan berkembang pesat, terutama ilmu pengetahuan tentang
kromosom, DNA, dan susunan protein organisme.
Beberapa parameter yang digunakan dalam klasifikasi ini adalah sebagai berikut:
 Persamaan struktur tubuh dapat diketahui secara eksternal dan internal
 Menggunakan biokimia perbandingan. Misalnya, hewan Limulus polyphemus, dahulu dimasukkan
ke dalam golongan rajungan (Crab) karena bentuknya seperti rajungan, tetapi setelah dianalisis
darahnya secara biokimia, terbukti bahwa hewan ini lebih dekat dengan laba-laba (Spider).
Berdasarkan bukti ini, Limulus dimasukkan ke dalam golongan laba-laba.
 Berdasarkan genetika modern. Gen dipergunakan juga untuk melakukan klasifikasi makhluk
hidup. Adanya persamaan gen menunjukkan adanya kekerabatan.

Langkah-langkah klasifikasi
Langkah-langkah klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. mengidentifikasi objek berdasar ciri-ciri struktur tubuh makhluk hidup,
misalnya, hewan atau tumbuhan yang sama jenis atau spesiesnya
2. setelah kelompok spesies terbentuk, dapat dibentuk kelompok-kelompok
lain dari urutan tingkatan klasifikasi sebagai berikut.
 Dua atau lebih spesies dengan ciri-ciri tertentu dikelompokkan untuk
membentuk takson genus.
 Beberapa genus yang memiliki ciri-ciri tertentu dikelompokkan untuk
membentuk takson famili.
 Beberapa famili dengan ciri tertentu dikelompokkan untuk membentuk
takson ordo.
 Beberapa ordo dengan ciri tertentu dikelompokkan untuk membentuk
takson kelas.
 Beberapa kelas dengan ciri tertentu dikelompokkan untuk membentuk
takson filum (untuk hewan) atau divisio (untuk tumbuhan).
Dengan cara tersebut terbentuklah urutan hierarki atau tingkatan klasifikasi
makhluk hidup. Urutan klasifikasi dari tingkatan yang terbesar hingga
terkecil adalah sebagai berikut:
1. kingdom (kerajaan)
2. divisio atau filum
3. kelas (classis)
4. ordo (bangsa)
5. famili (suku)
6. genus (marga)
7. spesies (jenis)

Contoh klasifikasi Harimau


Mengingat keperluannya, kadang-kadang di antara dua tingkatan terdapat
sub-sub, seperti subkingdom, subfilum, subordo, dan subspesies. Demikian
pula di bawah kelompok spesies masih ditempatkan kelompok varietas dan
di bawah varietas terdapat strain. Semakin ke atas urutan tingkatan
klasifikasi, hubungan kekerabatan makhluk hidup semakin jauh, sedangkan
semakin ke bawah hubungan kekerabatannya semakin dekat
. Sistem Klasifikasi Dua Kingdom

Penemu sistem ini adalah ilmuwan yang bernama Aristoteles (Yunani).


Pengelompokan makhluk hidup tersebut adalah sebagai berikut.

a. Kingdom tumbuhan (Plantarum), memiliki ciri-ciri berdinding sel,


berklorofil, dan berfotosintesis. Bakteri dan jamur meskipun tidak berklorofil
tetap dimasukkan dalam kerajaan tumbuhan.

b. Kingdom hewan (Animalia), memiliki ciri-ciri tidak berdinding sel, tidak


berklorofil dan dapat bergerak bebas, yang termasuk pada kingdom ini
seperti Protozoa, Mollusca, Porifera, Coelenterata,
Arthropoda, Echinodermata dan Chordata.

2. Sistem Klasifikasi Tiga Kingdom

Penemu sistem kingdom ini adalah Ernest Haekel (Jerman) tahun 1866,
pengelompokan makhluk hidup tersebut adalah sebagai berikut.

a. Kingdom Protista (Organisme bersel satu dan organisme multiseluler


sederhana)

b. Kingdom Plantae, yang temasuk dalam kingdom ini adalah alga, jamur,
lumut, paku, dan tumbuhan berbiji.

c. Kingdom Animalia, yang termasuk dalam kingdom ini adalah dari


golongan Protozoa sampai golongan Chordata.

3. Sistem Klasifikasi Empat Kingdom

Penemu sistem 4 Herbert Coopeland. Pengelompokan makhluk hidup


tersebut berdasarkan struktur sel yang dibedakan antara sel eukariotik,
yaitu sel yang memiliki selaput inti, dan sel prokariotik, yaitu sel yang tidak
memiliki selaput inti. Keempat kingdom itu antara lain:

a. Kingdom Monera, ciri-cirinya adalah memiliki inti tanpa membran


(prokarion), contohnya bakteri dan ganggang biru.

b. Kingdom Pritista
c. Kingdom Plantae, meliputi semua ganggang kecuali ganggang biru, lumut,
paku, dan tumbuhan berbiji.

d. Kingdom Animalia, meliputi semua hewan, mulai


dari Protozoa sampai Chordata.

4. Sistem Klasifikasi Lima Kingdom

R.H. Whittaker pada tahun 1969 mengelompokkan organisme


menjadi lima dunia
berdasarkan tingkat organisme, kondisi inti sel, dan nutrisinya.
Adapun sistem klasifikasi lima kingdom ini adalah sebagai berikut.

a. Kingdom Monera, meliputi semua makhluk hidup atau organisme yang


prokariotik, bersel satu, dan mikroskopis.
Contohnya, semua bakteri dan ganggang hijau biru (Cyanobakteri),
misalnya Escherichia coli, Anabaena sp., dan Nostoc sp.

b. Kingdom Protista, sebagian besar terdiri atas organisme yang bersel satu,
eukariotik, umumnya sudah memiliki ciri-ciri seperti tumbuhan dan hewan.
Contohnya: Euglena, Paramecium, dan Amoeba.

c. Kingdom Fungi, memiliki ciri-ciri eukariotik, tidak berklorofil sehingga


tidak berfotosintesis.
Contohnya: Mucor, Saccharomyces, Pleurotus (jamur tiram), Agaricus, dan
lain-lain.

d. Kingdom Plantae, terdiri atas semua organisme eukariotik, bersel


banyak, berdinding sel yang mengandung selulosa, berklorofil,
berfotosintesis,
autotrof. Kerajaan tumbuhan dibagi menjadi tumbuhan berspora (lumut,
paku) dan berbiji.
Contohnya: padi, mawar, lumut hati, dan paku ekor kuda.

e. Kingdom Animalia: memiliki ciri-ciri eukariotik, bersel banyak, tidak


berklorofil sehingga tidak berfotosintesis, tidak berdinding sel, heterotrof.
Contohnya: burung, gajah, ular, ayam, dan sebagainya.

5. Sistem Klasifikasi Enam Kingdom.

Sistem ini menganut bahwa virus dimasukkan dalam kingdom tersendiri,


oleh karena itu tingkatan klasifikasi ada enam kingdom, Archaea ,
Eubacteria, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia
DETERMINASI ATAU IDENTIFIKASI

Selain mengadakan klasifikasi, tugas utama taksonomi lainnya

yang penting ialah pengenalan atau identifikasi. Melakukan identifikasi tumbuhan berarti mengungkapkan atau menetapkan

identifikasi( Jati diri) suatu tumbuhan, yang dalam hal ini tidak lain adalah menentukan

namanya yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem

klasifikasi. Untuk istilah identifikasi sering juga digunakan istilah

determinasi yang diambil dari bahasa Belanda, yaitu determinatie yang artinya penentuan.

Identifikasi dengan Kunci Determinasi sederhana

Identifikasi merupakan kegiatan dasar dalam taksonomi. Identifikasi mencakup dua kegiatan, yaitu klasifikasi dan tata nama.

Jadi, identifikasi adalah menentukan persamaan dan perbedaan antara dua makhluk hidup, kemudian menentukan apakah

keduanya sama atau tidak, baru kemudian memberi nama.

Untuk mengidentifikasi makhluk hidup yang baru saja dikenal, kita memerlukan alat pembanding berupa gambar, realia atau

specimen (awetan hewan dan tumbuhan), hewan atau tumbuhan yang sudah diketahui namanya, atau kunci identifikasi. Kunci

identifikasi disebut juga kunci determinasi.

Penggunaan kunci determinasi pertama kali diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus. Namun, sebenarnya Lammarck (1778) juga

pernah menggunakan kunci modern untuk identifikasi.

Salah satu kunci identifikasi ada yang disusun dengan menggunakan ciri-ciri taksonomi yang saling berlawanan. Tiap langkah

dalam kunci tersebut terdiri atas dua alternatif (dua ciri yang saling berlawanan) sehingga disebut kunci dikotomis. Cara

menggunakan kunci determinasi antara lain sebagai berikut :


 Bacalah dengan teliti kunci determinasi mulai dari permulaan, yaitu nomor 1a.
 Cocokkan ciri-ciri tersebut pada kunci determinasi dengan ciri yang terdapat pada makhluk
hidup yang diamati.
 Jika ciri-ciri pada kunci tidak sesuai dengan ciri makhluk hidup yang diamati, harus beralih
pada pernyataan yang ada di bawahnya dengan nomor yang sesuai. Misalnya, pernyataan 1a tidak
sesuai, beralihlah ke pernyataan 1b.
 Jika ciri-ciri yang terdapat pada kunci determinasi sesuai dengan ciri yang dimiliki organisme
yang diamati, catatlah nomornya. Lanjutkan pembacaan kunci pada nomor yang sesuai dengan nomor
yang tertulis di belakang setiap pernyataan pada kunci.
 Jika salah satu pernyataan ada yang cocok atau sesuai dengan makhluk hidup yang diamati,
alternatif lainnya akan gugur. Sebagai contoh, kunci determinasi memuat pilihan:
1. tumbuhan berupa herba, atau
2. tumbuhan berkayu. Jika yang dipilih adalah 1a (tumbuhan berupa herba), pilihan 1b
gugur.
 Begitu seterusnya hingga diperoleh nama famili, ordo, kelas, dan divisio atau filum dari
makhluk hidup yang diamati.
Kata Kunci :
cara menggunakan kunci determinasi untuk mengidentifikasi suatu tanaman,contoh kunci dikotom,determinasi biologi

adalah,kunci derteminasi,Kunci determinasi sederhana,kunci determinasi tumbuhan


Sumber:

http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2220372-pengertian-klasifikasi-makhluk-hidup-tujuan/
http://www.sibarasok.com/2013/07/sistem-klasifikasi-makhluk-hidup.html
[http://teksbiologi.blogspot.com/2013/03/sistem-klasifikasi-makhluk-hidup.html

http://biologimediacentre.com/macam-klasifikasi-makhluk-hidup/

http://www.artikelbiologi.com/2013/04/identifikasi-dengan-kunci-determinasi-sederhana.html

13Oct2013
Diposting oleh BIOSMAN8PKU
Label: Artikel, Materi-Pelajaran
Share to:
Share6

ABOUT AUTHOR

BIOSMAN8PKU
The part time Blogger love to blog on various categories like Web Development, SEO Guide, Tips and
Tricks, Android Stuff, etc including Linux Hacking Tricks and tips. A Blogger Template Designer;
designed many popular themes.
 Facebook
 Twitter
 Google+
 Pinterest

ADVERTISEMENT
Next
VIRUS

Previous
KEGIATAN MGMP BIOLOGI SMA/MA KOTA PEKANBARU

RELATED POSTS


NAMA TUMBUHAN ( LATIN- DAERAH) H, I, J, K, L , M , N
27Feb2014


NAMA TUYMBUHAN ( LATIN- DAERAH ) O,P,Q,R,S,T,U,V,X,Y,Z
27Feb2014


ENZIM
15Aug2017


gambar sel hewan
22Oct2015


Sistem Saraf Pusat
25Mar2015


SISTEM SARAF MANUSIA
06Mar2015


Sistem Pernapasan Manusia
15Feb2015

SMAN 8 Sebagai Sekolah Berwawasan Lingkungan
13Feb2015
1. 1
2. 2
3. 3
 Previous
 Next

POSTING KOMENTAR

Muliadinur Spdi mengatakan...20 Januari 2017 11.41

Terimkasih banyak mas izin share...

Duniaku berbagi ilmu

Posting Komentar

 Facebook
 Twitter
 Google+

CARI
Telusuri

POPULER


Latihan soal hereditas 1 dan pembelahan sel
LATIHAN SOAL BIOLOGI UJIAN SEMESTER GANJIL KLS XII-IPA


Mutasi (Ringkasan Materi)

Sistem Klasifikasi (Ringkasan Materi Kelas X )

 HEREDITAS 1 ( RINGKASAN MATERI)

Latihan Soal Plantae

LIKE
STATISTIK

1548968
PENGIKUT
almansyahnis.com Google+

Powered by Blogger | Distributed By Gooyaabi Templates


BIOSMAN8PKU © 2017. All Rights Reserved.
Punjab Press v5.0 Template
Designed by Harman Singh Hira @ Design Devta
Top
SIFAT BIOLOGI TANAH
Beberapa Sifat Biologi Tanah antara lain :
Total Mikro Organisme Tanah
Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikro organisme. Jumlah tiap
grup mikro organisme sangat bervariasi, ada yang terdiri dari
beberapa individu, akan tetapi ada pula yang jumlahnya mencapai
jutaan per gram tanah. Mikroorganisme tanah itu sendirilah yang
bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan pendauran
unsur hara. Dengan demikian mereka mempunyai pengaruh terhadap
sifat fisik dan kimia tanah (Anas 1989).
Selanjutnya Anas (1989), menyatakan bahwa jumlah total
mikroorganisme yang terdapat didalam tanah digunakan sebagai
indeks kesuburan tanah (fertility indeks), tanpa
mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah yang subur mengandung
sejumlah mikroorganisme, populasi yang tinggi ini menggambarkan
adanya suplai makanan atau energi yang cukup ditambah lagi
dengan temperatur yang sesuai, ketersediaan air yang cukup,
kondisi ekologi lain yang mendukung perkembangan mikroorganisme
pada tanah tersebut.
Jumlah mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat
organisme dalam hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan
organik dan kedalaman profil tanah. Data ini juga berguna dalam
membandingkan keragaman iklim dan pengelolaan tanah terhadap
aktifitas organisme didalam tanah (Anas 1989).
Jumlah Fungi Tanah
Fungi berperan dalam perubahan susunan tanah. Fungi tidak
berklorofil sehingga mereka menggantungkan kebutuhan akan energi
dan karbon dari bahan organik. Fungi dibedakan dalam tiga
golongan yaitu ragi, kapang, dan jamur. Kapang dan jamur
mempunyai arti penting bagi pertanian. Bila tidak karena fungi
ini maka dekomposisi bahan organik dalam suasana masam tidak
akan terjadi (Soepardi, 1983).
Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (P)
Bakteri pelarut P pada umumnya dalam tanah ditemukan di sekitar
perakaran yang jumlahnya berkisar 103 – 106 sel/g tanah. Bakteri
ini dapat menghasilkan enzim Phosphatase maupun asam-asam
organik yang dapa melarutkan fosfat tanah maupun sumber fosfat
yang diberikan (Santosa et.al.1999 dalam Mardiana 2006). Fungsi
bakteri tanah yaitu turut serta dalam semua perubahan bahan
organik, memegang monopoli dalam reaksi enzimatik yaitu
nitrifikasi dan pelarut fosfat. Jumlah bakteri dalam tanah
bervariasi karena perkembangan mereka sangat bergantung dari
keadaan tanah. Pada umumnya jumlah terbanyak dijumpai di lapisan
atas. Jumlah yang biasa dijumpai dalam tanah berkisar antara 3 –
4 milyar tiap gram tanah kering dan berubah dengan musim
(Soepardi, 1983)
Total Respirasi Tanah
Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas
mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi (mikroorganisme)
tanah merupakan cara yang pertama kali digunakan untuk
menentukan tingkat aktifitas mikroorganisme tanah. Pengukuran
respirasi telah mempunyai korelasi yang baik dengan parameter
lain yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah
seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara, pH
dan rata-rata jumlah mikroorganisrne (Anas 1989).
Penetapan respirasi tanah didasarkan pada penetapan
:
1.Jumlah CO2 yang dihasilkan, dan
2.Jumlah O2 yang digunakan oleh mikroba tanah.
Pengukuran respirasi ini berkorelasi baik dengan peubah
kesuburan tanah yang berkaitar dengan. aktifitas mikroba
seperti:
1.Kandungan bahan organic
2.Transformasi N atau P,
3.Hasil antara,
4.pH, dan
5.Rata-rata jumlah mikroorganisme.
Tanah yang subur adalah tanah yang apabila ditanami dapat
menghasilkan panen yang tinggi sepanjang tahun. Jadi apabila
tanah tersebut dapat menghasilkan panen yang tinggi tetapi hanya
dapat ditanami satu kali saja selama satu tahun (misalnya karena
tidak ada air) maka tidak dapat dikategorikan sebagai tanah yang
subur.
Oleh karena itu definisi kesuburan tanah dibedakan lagi menjadi
dua yaitu kesuburan tanah aktual, yaitu kesuburan tanah hakiki
(aseli/alamiah) dan kesuburan tanah potensial, yaitu kesuburan
tanah maksimum yang dapat diperoleh dengan intervensi teknologi
yang mengoptimumkan semua faktor, misalnya dengan memasang
instalasi pengairan untilk lahan yang tidak tersedia air secara
terus menerus atau yang lainnya.
Nilai kesuburan tanah tidak dapat diukur atau diamati tetapi
hanya dapat diperkirakan (ditaksir). Perkiraan nilainya dapat
dilakukan berdasarkan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah
yang terukur, yang kemudian dihubungkan/dikaitkan dengan
penampilan (performance) tanaman menurut pengalaman atau hasil
penelitian sebelumnya. Kesuburan tanah juga dapat ditaksir
dengan mengamati keadaan tanaman secara langsung.
Dengan cara pertama hanya dapat diketahui sebab-sebab yang
menentukan kesuburan tanah, sedangkan dengan cara kedua hanya
dapat diketahui tanggap (reaksi) tanaman terhadap keadaan tanah
yang dihadapinya.
Komponen Kesuburan Tanah
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, secara garis besar
beberapa komponen yang dapat mempengaruhi nilai kesuburan tanah
adalah: sifat fisika tanah, sifat kimia tanah, sifat biologi
tanah, faktor eksternal dan interaksi diantaranya.
Sifat fisika tanah ditunjukkan dengan tekstur dan struktur
tanahnya. Ada tanah yang bertekstur kasar sampai halus. Semakin
halus tekstur tanah semakin banyak air yang dapat diikat.
Struktur tanah ada yang keras sampai remah/gembur. Tanah yang
gernbur akan mengoptimalkan perkembangkan akar tanaman.
Sifat kimia tanah ditunjukkan dengan nilai pH/keasaman dan
kandungan unsur hara di dalam tanah. Nilai pH optimum (sekitar
7) akan memudahkan unsur hara tersedia bagi tanaman.
Sifat biologi tanah adalah keadaan mahkluk hidup baik tumbuhan
maupun hewan dari yang besar sampai yang sangat kecil
(mikroorganisme). Keberadaan mereka ada yang menguntungkan dan
ada pula yang merugikan. Beberapa mikroorganisme menyebabkan
gangguan pada pertumbuhan tanaman misal Pythium (penyebab
penyakit akar) dan Fusarium penyebab penyakit layu pada sayur
dan buah-buahan.
Sedangkan yang menguntungkan antara lain cacing tanah, bakteri
yang dapat mengubah CO menjadi CO2 dan Actinomycetes yang dapat
menghasilkan antibiotik bagi tanaman.
Faktor eksternal adalah iklim setempat yang dapat mempengaruhi
sifat-sifat tanah. Intensitas sinar matahari, curah hujan,
kelembaban kecepatan angin dan sebagainya dapat memberikan
pengaruh yang baik rnaupun sebaliknya. Selain itu interaksi
antara berbagai komponen yang telah disebutkan akan memberikan
pengaruh yang spesifik terhadap kesuburan tanah.
Patut diingat bahwa setiap jenis tanaman mempunyai kebutuhan
yang berbeda-beda terhadap kondisi tanah, sehingga setiap
interaksi berbagai komponen tersebut akan memberikan reaksi ysng
berbeda pula terhadap pertumbuhan tanaman.
Untuk menentukan nilai kesuburan tanah maka perlu dilakukan
evaluasi kesuburan tanah. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan
untuk melakukan evaluasi adalah: analisis tanah, mengamati
gejala-gejala pada pertumbuhan tanaman, analisis tanaman,
percobaan di lapangan dan percobaan di rumah kaca.
Analisis tanah dilakukan untuk mengetahui pH, kandungan unsur
hara, bahan organik dan sebagainya sehingga akan diketahui
kandungannya untuk dibandingkan dengan kebutuhan pada masing-
masing tanaman. Dengan berbagai kegiatan tersebut akan diketahui
status kesuburan tanah dan selanjutnya dapat ditentukan tindakan
yang akan dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanahnya
misalnya dengan pemupukan atau pengairan.
Dari hasil evaluasi kesuburan tanah baru bisa ditetapkan
langkah-langkah untuk mengembalikan kesuburannya, tentunya
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing tanaman. Beberapa hal
yang dapat dilakukan adalah dengan menambahkan bahan organik,
pemupukan dengan penambahan unsur hara tertentu, pengolahan
lahan, pengairan dan drainase.
Yang perlu menjadi perhatian adalah agar kegiatan untuk
menyuburkan tanah malah mengakibatkan tanah menjadi tidak subur
(miskin). Selama ini sudah terlanjur menjadi paham terutama pada
petani tradisional bahwa dengan menggunakan pupuk kimia otomatis
dapat meningkatkan kesuburan tanahnya.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa nilai kesuburan
tanah merupakan interaksi dari beberapa komponen termasuk
keberadaan bahan organik dan mikroorganisme yang berada di dalam
tanah. Keberadaan mikroorganisme ini semakin berkurang seiring
dengan peningkatan penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Padahal
keberadaan mikroorganisme tersebut dibutuhkan untuk perombakan
bahan organik agar tersedia untuk tanaman, menekan perkembangan
mikroorganisme tanah yang dapat menimbulkan penyakit pada
tanaman dan yang lainnya.
Pegembalian bahan organik sudah jarang dilakukan lagi karena
dinilai tidak praktis, padahal dalam bahan organik tersebut juga
tersedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman selain juga dapat
memperbaiki struktur tanah (keras menjadi lebih gembur).
Itulah sebabnya dalam setiap kesempatan Pertanian Sehat
Indonesia senantiasa memberikan pengetahuan kepada petani
binaannya agar kembali menggunakan bahan organik untuk
pertanamannya. Cara ini terbukti mengembalikan kesuburan
tanahnya.

Bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia,


fisik, maupun biologi tanah. Fungsi bahan organik di dalam tanah
sangat banyak, baik terhadap sifat fisik, kimia maupun biologi
tanah, antara lain sebagai berikut (Stevenson, 1994):
1. Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap
ketersediaan hara. Bahan organik secara langsung merupakan
sumber hara N, P, S, unsur mikro maupun unsur hara esensial
lainnya. Secara tidak langsung bahan organik membantu
menyediakan unsur hara N melalui fiksasi N
dengan cara:
- menyediakan energi bagi bakteri penambat N
- membebaskan fosfat yang difiksasi secara kimiawi maupun
biologi dan menyebabkan pengkhelatan unsur mikro sehingga tidak
mudah hilang dari zona perakaran.
2. Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan
agregat yang telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan
infiltrasi menjadi lebih baik. Akibatnya adalah daya tahan tanah
terhadap erosi akan meningkat.
3. Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan
tanaman.
4. Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan
di dalam tanah.
5. Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat
yang masuk ke dalam tanah
6. Meningkatkan kapasitas sangga tanah
7. Meningkatkan suhu tanah
8. Mensuplai energi bagi organisme tanah
9. Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme
parasit bagi tanaman.
Selain memiliki dampak positif, penggunaan bahan organik dapat
pula memberikan dampak yang merugikan. Salah satu dampak negatif
yang dapat muncul akibat dari penggunaan bahan organik yang
berasal dari sampah kota adalah meningkatnya logam berat yang
dapat diasimilasi dan diserap tanaman, meningkatkan salinitas,
kontaminasi dengan senyawa organik seperti poli khlorat bifenil,
fenol, hidrocarburate polisiklik aromatic, dan asam-asam
organik (propionic dan butirik) (de Haan, 1981 dalam Aguilar et
al., 1997) Faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah juga harus
diperhatikan karena mempengaruhi jumlah bahan organik. Miller et
al. (1985) berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah bahan organik dalam tanah adalah sifat dan jumlah bahan
organik yang dikembalikan, kelembaban tanah, temperatur tanah,
tingkat aerasi tanah, topografi dan sifat penyediaan hara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dekomposisi bahan organik dapat
dikelompokkan dalam tiga grup, yaitu 1) sifat dari bahan tanaman
termasuk jenis tanaman, umur tanaman dan komposisi kimia, 2)
tanah termasuk aerasi, temperatur, kelembaban, kemasaman, dan
tingkat kesuburan, dan 3) faktor iklim terutama pengaruh dari
kelembaban dan temperatur. Bahan organik secara umum dibedakan
atas bahan organik yang relatif sukar didekomposisi karena
disusun oleh senyawa siklik yang sukar diputus atau dirombak
menjadi senyawa yang lebih sederhana, termasuk di dalamnya
adalah bahan organik yang mengandung senyawa lignin, minyak,
lemak, dan resin yang umumnya ditemui pada jaringan tumbuh-
tumbuhan; dan bahan organik yang mudah didekomposisikan karena
disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri dari C, O, dan H,
termasuk di dalamnya adalah senyawa dari selulosa, pati, gula
dan senyawa protein.
Dari berbagai aspek tersebut, jika kandungan bahan organik tanah
cukup, maka kerusakan tanah dapat diminimalkan, bahkan dapat
dihindari. Jumlah bahan organik di dalam tanah dapat berkurang
hingga 35% untuk tanah yang ditanami secara terus menerus
dibandingkan dengan tanah yang belum ditanami atau belum dijamah
(Brady, 1990). Young (1989) menyatakan bahwa untuk
mempertahankan kandungan bahan organik tanah agar tidak menurun,
diperlukan minimal 8 – 9 ton per ha bahan organik tiap tahunnya.
Hairah et al. (2000) mengemukakan beberapa cara untuk
mendapatkan bahan organik:
1. Pengembalian sisa panen. Jumlah sisa panenan tanaman pangan
yang dapat dikembalikan ke dalam tanah berkisar 2 – 5 ton per
ha, sehingga tidak dapat memenuhi jumlah kebutuhan bahan organik
minimum. Oleh karena itu, masukan bahan organik dari sumber lain
tetap diperlukan.
2. Pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari
kotoran hewan peliharaan seperti sapi, kambing, kerbau dan ayam,
atau bisa juga dari hewan liar seperti kelelawar atau burung
dapat dipergunakan untuk menambah kandungan bahan organik tanah.
Pengadaan atau penyediaan kotoran hewan seringkali sulit
dilakukan karena memerlukan biaya transportasi yang besar.
3. Pemberian pupuk hijau. Pupuk hijau bisa diperoleh dari
serasah dan dari pangkasan tanaman penutup yang ditanam selama
masa bera atau pepohonan dalam larikan sebagai tanaman pagar.
Pangkasan tajuk tanaman penutup tanah dari famili leguminosae
dapat memberikan masukan bahan organik sebanyak 1.8 – 2.9 ton
per ha (umur 3 bulan) dan 2.7 – 5.9 ton per ha untuk yang
berumur 6 bulan.

1. Struktur Tanah
Struktur tanah memang ada bermacam-macam. Akan tetapi, yang
dikehendaki ialah struktur tanah yang remah. Keuntungan struktur
tanah demikian ialah udara dan air tanah berjalan lancar,
temperaturnya stabil. Keadaan tersebut sangat memacu pertumbuhan
jasad renik tanah yang memegang peranan penting dalam proses
pelapukan bahan organik di dalam tanah. Oleh karena itu, untuk
memperbaiki strutur tanah ini dianjurkan untuk diberi pupuk
organik (pupuk kandang, kompos, atau pupuk hijau ).

Salah satu contoh tanah yang berstruktur jelek adalah tanah


liat. Tanah ini tersusun atas partikel-partikel yang cukup
kecil. Sangat kecil kalau dibandingkan dengan tanah pasir.
Partikel tanah liat kurang lebih sama dengan seperseratus kali
partikel tanah pasir. Kehalusannya membuat tanah liat cenderung
menggumpal, terlebih pada musim hujan, dan amat rakus menghisap
air. Jeleknya lagi, tanah liat akan menahan air dengan ketat
sehingga keadaannya menjadi lembab dan udara pun berputar cukup
lambat. Bila nantinya kering, tanah liat akan menggumpal seperti
batu dan sifatnya pun kian kedap terhadap udara. Itu sebabnya
kerap kali dijumpai tanah liat banyak dimanfaatkan sebagai bahan
pembuat keramik dan batu bata. Tentunya tanaman kalau ditanam
pada tanah tersebut, kehidupannya akan menderita karena akarnya
tak mampu menembus lapisan tanah padat.

Ada pula tanah yang struktur terlalu porous, seperti tanah


pasir. Pada tanah tersebut tanaman juga tidak akan tumbuh subur.
Pasalnya, sifat porous tanah tersebut sangat mudah merembeskan
air yang mengangkut zat-zat makanan hingga jauh ke dalam tanah.
Akibatnya, zat-zat makanan yang dibutuhkan tanaman tersebut
tidak bisa terjangkau oleh akar.

Lalu, mengapa tanaman yang ditanam bukan di tanah pasir dan


tanah liat masih saja tumbuh kerempeng seperti kurang makan?
Kasus serupa ini memang paling banyak terjadi dan sering
dikeluhkan petani. Ini ada hubungannya dengan kesuburan tanah
yang meliputi: kandungan hara, derajat keasaman (pH), pengolahan
tanah, dan segi perawatan lain.

2. pH Tanah
Ada 3 alasan pH tanah sangat penting untuk diketahui:

a. Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap oleh


tanaman. Umumnya unsur hara yang diserap oleh akar pada pH 6-7,
karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut
dalam air.
b. Derajat keasaman atau pH tanah juga menunjukkan keberadaan
unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman. Pada tanah masam.
Banyak ditemukan unsur aluminiun yang selain bersifat racun juga
mengikat phosphor, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman.
Pada tanah masam unsur-unsur mikro menjadi mudah larut sehingga
ditemukan unsur mikro, seperti Fe, Zn, Mn, Cu dalam jumlah yang
terlalu besar. Akibatnya juga menjadi racun bagi tanaman. Pada
tanah alkali, ditemukan juga unsur yang dapat meracuni tanaman,
yaitu natrium (Na) dan molibdenum (Mo).
c. Derajat keasaman atau pH tanah sangat mempengaruhi
perkembangan mikroorganisme di dalam tanah. Pada pH 5,5-7
bakteri dan jamur pengurai bahan organik dapat berkembang dengan
baik.

Dapat disimpulkan, secara umum pH yang ideal bagi pertumbuhan


tanaman adalah mendekati netral (6,5-7). Namun, kenyataannya
setiap jenis tanaman memiliki kesesuaian pH yang berbeda-beda
seperti yang tertera.

Tindakan pemupukan tidak akan efektif apabila pH tanah diluar


batas optimum. Pupuk yang telah ditebarkan tidak akan mampu
diserap tanaman dalam jumlah yang diharapkan. Karenanya, pH
tanah sangat penting diketahui jika efisiensi pemupukan ingin
dicapai. Pemilihan jenis pupuk tanpa mempertimbangkan pH tanah
juga dapat memperburuk pH tanah.

Derajat keasaman (pH) tanah yang sangat rendah dapat


ditingkatkan dengan menebarkan kapur pertanian, sedangkan pH
tanah yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan penambahan
sulfur. Sebelum pengapuran, pH tanah harus diketahui terlebih
dahulu. Nilai pH yang didapat akan menentukan jumlah kapur yang
harus ditebarkan.

SifaPengaruh meningkatnya populasi penduduk terhadap


kerusakan lingkungan.

Meningkatnya populasi penduduk mengakibatkan meningkatnya


kebutuhan perumahan, sehingga menyebabkan bertambahnya kebutuhan
kayu dan banyak terjadi penebangan hutan secara liar. Adanya
penebangan hutan secara liar dapat mengakibatkan erosi dan
banjir. Pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan pula
bertambahnya penggunaan bahan bakar, hal tersebut dikhawatirkan
menyebabkan persediaan sumber daya alam semakin menipis dan
mengakibatkan pencemaran lingkungan.
Pencemaran lingkungan merupakan dampak negative yang ditimbulkan
oleh kepadatan populasi manusia serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, misalnya dalam bidang pertanian,
penggunaan buatan dan obat-obat anti hama, ternyata dapat
menimbulkan pencemaran air dan tanah.

Peningkatan populasi penduduk yang tidak terkendali juga dapat


merusak lingkungan:
1. Terjadinya penebangan hutan untuk arel permukiman maupun areal
pertanian. Penebangan hutan yang tidak terkendali dapat
menyebabkan bencana seperti banjir dan tanah longsor. Disamping
itu kekayaan atau sumber daya hayati di hutan itu akan hilang
akibat habitatnya terganggu.
2. Meningkatnya jumlah populasi menyebabkan peningkatan jumlah
kebutuhan pangan sehingga dibukalah arel pertanian untuk
mencukupi kebutuhan pangan. Di samping itu tanah atau lahan
pertanian dipaksa untuk menghasilkan jumlah pangan yang dapat
mencukupi kebutuhan penduduk. Akibatnya tanah sering dipupuk
untuk memperoleh hasil yang cukup. Pemupukan yang tidak
terkendali dapat menyebabkan tanah menjadi rusak karena
terpolusi oleh pupuk buatan, sehingga lama-kelamaan tanah tidak
dapat ditanami kembali karena bersifat asam.
3. Penggunaan pestisida secara berlebihan. Pestisida yang
seharusnya menghilangkan atau mematikan hama tanaman, teryata
juga memusnahkan organisme-organisme lain yang merupakan mata
rantai dari jarring-jaring makanan.
4. Sampah rumah tangga meningkat, sedangkan tempat pembuangan
terbatas sehingga sampah menjadi bertumpuk. Sampah yang
bertumpuk merupakan pusat penyebaran penyakit tertentu, misalnya
tifus, kolera, dan disentri. Selain itu, sisa deterjen yang
tidak dapat dihancurkan atau diuraikan oleh mikroorganisme dapat
mencemari air sungai.
5. Jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat akan
menyebabkan pencemaran udara yang dapat mengganggu pernapasan.
6. Perkembangan industri yang semakin pesat guna mengimbangi
kebutuhan penduduk dapat menimbulkan masalah pencemaran udara
dan air. Pencemaran udara disebabkan pembuangan zat-zat sisa
dari hasil pembakaran yang tidak sempurna, seperti SO2 dan NOx.
Pencemaran air terjadi karena limbah padat sering dibuang ke
sungai sehingga mengancam kesehatan penduduk sekitar.

Untuk memperbaiki keadaan lingkungan, penduduk dihimbau untuk


melakukan usaha-usaha berikut:
1. Menanam tanaman di sekitar rumah agar oksigen yang dihasilkan
tumbuhan melalui proses fotosintesis bertambah dan udara menjadi
segar.
2. Meningkatkan kesadaran pada diri masyarakat agar mencintai
lingkungannya.
3. Membuat penampung kotoran yang tertutup agar tidak mencemari
lingkungan.
4. Tidak membuat rumah disekitar daerah industri.
5. Memanfaatkan sampah untuk pupuk kompos atau didaur ulang untuk
dijadikan benda lain yang bermanfaat.

Pencemaran Lingkungan
Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan laju pertumbuhan
penduduk yang tinggi. Hal itu menyebabkan kebutuhan akan
barang,jasa, dan tempat tinggal meningkat tajam dan menuntut
tambahan sarana dan prasarana untuk melayani keperluan
masyarakat. Akan tetapi, alam memiliki daya dukung lingkungan
yang terbatas. Kebutuhan yang terus-menerus meningkat tersebut
pada gilirannya akan menyebabkan penggunaan sumber daya alam
sulit dikontrol. Pengurasan sumber daya alam yang tidak
terkendali tersebut mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sering
menimbulkan dampak buruk pada lingkungan. Misalnya untuk
memenuhi kebutuhan bahan bangunan dan kertas, maka kayu di hutan
ditebang. Untuk memenuhi kebutuhan lahanpertanian, maka hutan
dibuka dan rawa/lahan gambut dikeringkan. Untuk
memenuhi kebutuhan sandang, didirikan pabrik tekstil. Untuk
mempercepat transportasi, diciptakan berbagai jenis kendaraan
bermotor. Apabila tidak dilakukan dengan benar, aktivitas
seperti contoh tersebut lambat laun dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan dan kerusakan ekosistem. Misalnya penebangan hutan
yang tidak terkendali dapat mengakibatkan berbagai bencana
seperti banjir dan tanah longsor, serta dapat melenyapkan
kekayaan keanekaragaman hayati di hutan tersebut. Apabila daya
dukung lingkungan terbatas, maka pemenuhan kebutuhan penduduk
selanjutnya menjadi tidak terjamin.

Di daerah yang padat, karena terbatasnya tempat penampungan


sampah, seringkali sampah dibuang di tempat yang tidak
semestinya, misalnya di sungai. Akibatnya timbul pencemaran air
dan tanah. kebutuhan transportasi juga bertambah sehingga jumlah
kendaraan bermotor meningkat. Hal ini akan menimbulkan
pencemaran udara dan suara. Jadi kepadatan penduduk yang tinggi
dapat mengakibatkan timbulnya berbagai pencemaran lingkungan dan
kerusakan ekosistem.

Terbatasnya Ruang Gerak

Suatu daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi kalau tidak


memperhatikan kesehatan lingkungan (sanitasi) dengan baik maka
keadaan lingkungan menjadi tidak nyaman bagi penduduknya. Di
daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, umumnya rumah-
rumah penduduk saling berdekatan atau berhimpitan. Keadaan yang
demikian menyebabkan terbatasnya ruang gerak. Akibatnya, dapat
memberikan dampak negatif pada kesehatan penduduk. Misalnya
penduduk mudah terjangkit penyakit menular, kebutuhan udara
bersih tidak terpenuhi, atau banyaknya sampah rumah tangga yang
tidak dibuang pada tempatnya.
t Fisika Tanah

Anda mungkin juga menyukai