Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No.

1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-58

Analisa Penggunaan Waterjet Pada Sistem


Propulsi Kapal Perang Missile Boat Dengan
Kecepatan 70 Knot
Hanifuddien Yusuf, Agoes Santoso dan Amiadji
Mahasiswa Jurusan Sistem Perkapalan, Fakultas Teknik Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: haniefucup@yahoo.com

Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan yang diatasi oleh gaya dorong kapal (thrust) yang dihasilkan dari
terdiri dari ribuan pulau. Oleh karena itu, dibutuhkan alat kerja alat gerak kapal (propulsor). Daya yang disalurkan (PD )
pertahanan yang sesuai untuk menjaga kelestarian alam dari ke alat gerak kapal adalah berasal dari Daya Poros (PS),
berbagai eksploitasi secara ilegal. Maka sebuah kapal perang
dengan kecepatan tinggi diperlukan untuk menjaga kelestarian
sedangkan Daya Poros sendiri bersumber dari Daya Rem (PB)
aset – aset negeri ini. Pada Tugas Akhir ini akan membahas yang merupakan daya luaran motor penggerak kapal.
tentang perancangan sistem propulsi dengan menggunakan
B. Macam Daya Pada Sistem Penggerak Kapal
penggerak waterjet pada kapal cepat. Kapal yang akan menjadi
acuan awal adalah kapal missile boat milik Iran dengan Pada sistem penggerak di kapal terjadi berbagai macam
kecepatan max 70 Knot. Perancangan berupa bentuk lambung, daya – daya yang bekerja. Macam – macam daya pada sistem
pemilihan mesin penggerak, sistem transmisi, serta pemilihan penggerak kapal tersebut diantaranya adalah: daya efektif
waterjet yang sesuai. Dalam perancangannya, kapal tersebut (PE), daya dorong (PT), daya yang disalurkan (PD), daya
menggunakan penggerak waterjet atau propeller super kavitasi,
yang penentuannya dapat dari nilai efisiensi propulsif yang
poros (PS).
paling besar diantara kedua penggerak tersebut. Pada C. Jenis – jenis alat penggerak kapal
perhitungan lainnya, diketahui nilai efisiensi propulsif dengan
menggunakan propeller super kavitasi yaitu sekitar 60% yang Berdasarkan prinsip kerjanya, alat penggerak pada kapal
lebih besar dari nilai efisiensi waterjet yaitu sebesar 58%. (propullsor) adalah sebagai berikut: Fixed Pitch Propeller
(FPP), Controllable Pitch Propeller (CPP), Waterjet
Kata Kunci— missile boat, waterjet, efisiensi propulsif, Propulsion System, Contra Rotating Propeller,
kecepatan 70 Knot Cyclodial/Voith Scheinder Propeller, Paddle Wheel, Azimuth
Podded Propeller, Ducted Propeller, Overlapping Propeller.
I. PENDAHULUAN Secara garis besar, sistem umum waterjet adalah sebagai
berikut : inlet, diffuser, pompa, nozzle
ndonesia merupakan negara maritim dan kepulauan yang
I terdiri dari ribuan pulau. Dengan banyaknya pulau
tersebut, maka resiko untuk terjadinya tindakan kriminal
D. Pemilihan Main Engine
Pada setiap tipe kapal memiliki perbedaan kecepatan yang
pun akan semakin besar pula. tergantung dari kegunaan kapal tersebut. Sebagai contoh pada
Propulsi kapal dengan waterjet telah lama dikenal dan kapal perang diharapkan memilki kecepatan yang tinggi,
digunakan sebagai sistem penggerak untuk berbagai jenis berbeda dengan kapal niaga yang relative rendah, yang
kapal, namun aplikasi secara luas masih terbentur pada mengutamakan power yang lebih besar dibandingkan dengan
efficiency propulsive nya yang relatif rendah jika kecepatannya. Berikut ini adalah macam – macam engine
dibandingkan dengan sistem propulsi kapal yang yang digunakan pada kapal, diantaranya : medium and high
menggunakan propeller, terutama pada saat kecepatan kapal speed diesel engine, low, speed diesel engine, electric
yang relatif rendah. transmission, turbin gas, turbin uap, combined plant.
E. Efisiensi Pada Sistem Propulsi Waterjet
II. TINJAUAN PUSTAKA
Efisiensi – efisiensi yang terdapat pada sistem propulsi
A. Penjelasan Sistem Propulsi waterjet ialah sebagai berikut : efisiensi waterjet, efisiensi
Secara umum kapal yang bergerak di media air dengan pompa, efisiensi sistem transmisi, efisiensi lambung kapal,
kecepatan tertentu, maka akan mengalami gaya hambat efisiensi propulsif keseluruhan (OPC).
(resistance) yang berlawanan dengan arah gerak kapal
tersebut. Besarnya gaya hambat yang terjadi harus mampu
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-59

III. METODOLOGI
A. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Awal tahapan dalam perngerjaan skripsi ini adalah dengan
mengidentifikasi permasalahan yang ada dan perumusan
masalah yang nantinya akan diselesaikan selama pengerjaan
skripsi ini. Masalah pada skripsi ini adalah bagaimana
merancang lambung dengan tahanan terkecil dan displacement
terbesar, bagaimana cara memilih mesin penggerak, dan
pemilihan waterjet yang tepat agar diperoleh efisiensi yang
paling besar.
B. Studi Literatur
Untuk pencarian berbagai referansi dan literatur dilakukan
di beberapa tempat, antara lain : perpustakaan Pusat ITS,
ruang Baca FTK, laboratorium Komputer dan Sistem Jurusan
Teknik Sistem Perkapalan FTK
C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan guna menunjang dalam
pengerjaan skripsi kedepannya. Data-data yang diperukan
untuk penyelesaian skripsi ini yaitu data Kapal Perang missile
boat, data dari main engine dan waterjet yang dipilih.
D. Perancangan Lambung
Dari data – data missile boat milik Iran yang diperoleh,
maka dirancang sehingga dapat menghasilkan nilai tahanan
terkecil dengan nilai displacement terbesar.
E. Penentuan Main Engine
Setelah ditentukan lambung yang sesuai, maka dapat
dihitung nilai daya yang harus dapat dihasilkan ME. Serta
menentukan ME yang sesuai untuk kapal tersebut.
F. Perhitungan Eficiency Propulsive Total
Dari melakuan perhitungan efficiency propulsive total yang Gambar. 1. Flow chart pengerjaan tugas akhir
terjadi pada sistem propulsi. Perhitungan efficiency propulsive
total meliputi Efisiensi sistem jet yang dihitung dari kecepatan
aliran jet, kerugian pada nossel, kerugian pada saluran inlet, J. Alur Penelitian
efisiensi pompa, relative rotative efficiency, secara umum Metodologi yang dilakukan pada percobaan ini
harganya mendekati 1, efisiensi badan kapal. berdasarkan pada flow chart yang di tunjukan pada
G. Penentuan Spesifikasi Waterjet gambar 1.
Pada tahap ini dilakuakan perhitungan daya yang
dibutuhkan untuk menggerakan missile boat pada kecepatan
70 knot, sehingga bisa dipilih spec dari waterjet yang akan IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN
dipakai.
A. Penentuan Tahanan Kapal
H. Analisa Kemungkinan Kavitasi
Tahapan dari penentuan tahanan kapal yang terjadi adalah
Setelah ditentukan spec waterjet yang dipilih, tahapan sebagai berikut :
selanjutnya adalah melakukan analisa tentang seberapa besar - Perancangan model kapal
kemungkinan terjadinya kavitasi pada sudu – sudu. Serta cara Pada perancangan selanjutnya hasil dari perancangan awal
mengatasi kemungkinan kavitasi tersebut. dimodifikasi sedemikian rupa sehingga memperoleh nilai
I. Penarikan Kesimpulan dan Saran displacement yang tinggi tanpa ada kenaikan nilai tahanan.
Sehingga didapat bentuk lambung kapal sebagai berikut :
Tahap ini merupakan tahapan akhir dimana dilakukan Lpp : 20.653 meter
penarikan kesimpulan mengenai keseluruhan proses Lwl : 21.273 meter
yang telah dilakukan. Selain itu, juga memberikan saran B :5 meter
terkait dengan penelitian selanjutnya. H : 2.5 meter
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-60

T : 1.2 meter An = 0.08 m²


Cb : 0.434 Lalu dapat diketahui luasan nozzle sebagai berikut :
Vs : 70 knots Dn = √
Disp : 51.7 ton Jadi :
Rt : 102.95 kN Dn = 0.32 m
- Penentuan nilai daya yang dibutuhkan dari Engine 5. Perhitungan fraksi arus ikut (w)
Ada beberapa macam cara untuk menentukan nilai tahanan w = (T/(p . Qj . V))+1 - JVR
total kapal. Tetapi dalam perancangan ini menggunakan Sehingga dapat dihitung nilai Vi, sebagai berikut:
metode Savitsky. Karena metode Savitsky digunakan pada Vi = (1-w) x Vs
kapal – kapal dengan bentuk lambung V. Pada analisa ini = 34.21 m/s
menggunakan software hullspeed, dengan metode savitsky Setelah diketahui nilai Vi, maka nilai kecepatan aliran
planning power, sehingga didapat nilai tahanan total sebesar outlet (Vj) dapat diketahui, sebagai berikut :
102.95 kN.
Vj = √( )
B. Penentuan Daya Motor Penggerak Utama
= 47.71 m/s
Perhitungan daya untuk penentuan kebutuhan engine berdasar
JVR = Vj/Vs
pada kecepatan maksimal kapal yaitu 70 knot. Dengan tahanan
= 1.32
yang bekerja pada badan kapal sebesar 102.95 kN.
Kapasitas Aliran yang melewati jet/nozzle (Qj) sebagai
1. Perhitungan daya efektif kapal (EHP)
berikut :
EHP = Rt x Vs
Qj = An x Vj
Jadi :
= 3.72 m3/s
EHP = 4971.59HP
Nilai dari fraksi arus ikut dapat dihitung kembali sebagai
2. Perhitungan gaya dorong yang dibutuhkan kapal, dapat
berikut :
dirumuskan :
w = (T/(p . Qj . V))+1 - JVR
T = Rt / (1-t)
= 0.050
Jadi :
6. Perhitungan laju aliran massa (m)
T = 102.95 kN
m = ρ x Qj
T = 102.95/2 kN
Jadi :
T = 51.48 kN
m = 3814.38 kg/s
= 11572.04 lbs
μ = Vs/Vj
3. Perhitungan dimensi jet dan OPC sistem waterjet
μ = 0.75
BHP1 = (T/z) x (Vs/OPC)
7. Perhitungan efisiensi jet ideal dan efisiensi jet aktual
Jadi :
BHP1 = 3707.31 kW ηjideal =
= 4971.59 HP = 0.86
Daya total 2 engine, 2 waterjet : Dengan persamaan berikut dapat dihitung harga efisiensi jet
BHP2 = BHP1 x 2 aktual (ηjaktual) untuk sistem waterjet sebesar :
= 9943.17 HP ƞjaktual =
4. Perhitungan SHP μ
SHP = BHP1 x ƞT Jadi:
ƞT = 0.98 ƞjaktual = 0.618
SHP = 4872.15 HP 8. Perhitungan Overall Propulsive Coefficient (OPC)
Untuk penentuan nilai Diameter inlet pompa waterjet OPC = ƞj aktual x ƞp x ƞrr x ƞT (1-t)
menggunakan diameter inlet dari pemilihan waterjet dengan Jadi:
nilai DHP yang didapat. Waterjet yang dipilih pada pilihan OPC = 0.58
wartsilla waterjet dengan input power sebesar 3633.17 kW dan 9. Kebutuhan Power Engine pada kecepatan maksimal :
kecepatan output waterjet sebesar 35 knot adalah 910 size, a. Perhitungan DHP
sehingga dapat diketahui : b. Perhitungan SHP
Di = Diameter inlet wartsilla 910 size c. Perhitungan BHPscr
Di = 910 mm d. Perhitungan BHPmcr
= 0.910 m Daya BHPscr diambil 85%
Lalu dilakukan perhitungan terhadap rasio luasan nozzle BHPmcr = BHPscr/0.85
sebagai berikut : = 5287.59 HP
Ai = π/4 x Di2 = 3942.96 KW
An = AR x Ai Maka dipilih turbin gas VERICOR TF40 dengan Continous
Jadi : power 3700 kW, Boost power 4073 kW. Sedangkan untuk
Ai = 0.65 m²
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-61

Gambar. 2. Grafik yang menunjukan matching point Gambar. 3. Grafik yang menunjukan nili Nss minimal

E. Persyaratan Kavitasi
pemilihan waterjet berdasarkan besar DHP, yang diplot pada
diagram dari catalog Wrtsilla waterjet. Untuk menentukan nilai head loss yang masih dapat diterima,
maka perlu adanya nilai NPSH yang telah ditentukan terlebih
C. Perhitungan Kecepatan Service dahulu.
a. Penentuan BHPmcr 1. Perhitungan putaran pompa
Untuk penentuan kecepatan service kapal, dengan Besarnya putaran pompa pada sistem waterjet diketahui dari
mengunakan nilai BHP pada matching point yaitu sebesar besar putaran dari ME yaitu sebagai berikut :
818.67 kW dan putaran dari gearbox sebesar 1155 RPM. N dari ME = 15400 RPM
b. Perhitungan BHPscr Rasio Gearbox = 1 : 8
BHPscr = BHPmcr x 0.85 Jadi :
Jadi : N pompa = 1925 RPM
BHPscr = 3400.23 HP 2. Perhitungan head loss mayor
c. Perhitungan SHP Re =
SHP = BHPscr x ηG
Jadi :
Jadi :
Re = 26204828.8
SHP = 3332.22 HP
Kekasaran relatif saluran = e/D = 0.00051
d. Perhitungan DHP
didapat nilai friction factor sebesar : 0.016
DHP = SHP x ηsηb
Berdasarkan diagram moody, didapat nilai friction factor
Jadi :
adalah sekitar 0.016. Sehingga dihitung nilai head loss mayor:
DHP = 3265.58 HP
e. Perhitungan Vs hL1 =
DHP = (T/z) x (Vs/OPC) Jadi :
Jadi : hL1 = 4.20 m
T x Vs = 3761.20 HP 3. Perhitungan head loss minor untuk saluran inlet
EHP = 3761.20 HP Sehingga nilai head loss minor untuk saluran inlet sesuai
= 2804.72 kW dengan persamaan berikut:
Metode Holtrop
hL2.1 =
Vs = 41 Knot
Metode Savitsky Jadi :
Vs = 60 Knot hL2.1 = 2.39 m
4. Perhitungan head loss minor untuk belokan
D. Engine Waterjet Matching Bentuk saluran yang direncanakan mempunyai dua belokan
Waterjet beroperasi pada kecepatan variabel tergantung pada dengan nilai r/D = 4 dan nilai Le/D = 9. Sehingga besarnya
daya yang diserap. Daya serap vs rpm dari waterjet mengikuti head loss minor untuk belokan sesuai dengan persamaan
kurva kubik pada operasi normal. Penyerapan tenaga vs rpm berikut :
lebih tinggi bila kecepatan kapal dikurangi, dengan
hL2.2 =
permintaan torsi maksimum terjadi saat bermanuver astern.
Jadi :
hL2.2 = 4.20 m
5. Head loss minor untuk pengecilan bertahap
Besarnya nikai koefisien kerugian (K2) untuk pengecikan
bertahap pada saluran waterjet, dengan sudut pengecilan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-62

penampang antara 15º - 40º adalah 0.05. Sehingga nilai head Wst = 7.391 ton
loss minor untuk pengecilan penampang adalah : = 2.88 ton Al
2. Berat outfit dan akomodasi (Woa)
hL2.3 =
Woa = 0,4 Lpp B
Jadi : = 42.2 ton
hL2.3 = 2.99 m = 16.44 ton Al
6. Head loss minor untuk nozzle 3. Berat Instalasi permesinan (Wm)
Besarnya nilai koefisien kerugian (K2) untuk nozzle pada Berat total ME = 1.204 ton
waterjet adalah 0.06. Sehingga besarnya head loss minor Berat total waterjet = 5.45 ton
untuk nozzle adalah : Berat total AE = 3.723 ton
hL2.4 = Berat total peluncur missile = 2 ton
Berat total permesinan (Wm)= 12.38 ton
Jadi :
4. Berat Cadangan (Wres)
hL2.4 = 3.58 m
Wres = 3% (Wst+Woa+Wm)
7. Perhitungan head loss total
= 0.951 ton
hLT = hL1 + hL2
Jadi :
Jadi :
Wst = 2.88 ton
hLT = 17.36 m
Woa = 16.44 ton
8. Perhitungan head pompa
Wm = 6.927 ton
H= Wres = 0.788 ton
Jadi : LWT = Wst+Woa+Wm+Wres
H = 73.76 m = 32.65 ton
9. Perhitungan putaran spesifik pompa - Perhitungan DWT
√ Perhitungan DWT untuk kapal missile boat ini berdasarkan
Ns =
kebutuhan muatan consumable yang terdiri dari :
Jadi : 1. Kebutuhan bahan bakar MDO
Ns = 18575.99 WMDO total = 11.61 ton
Dari nilai putaran spesifik tersebut, maka tipe pompa yang 2. Kebutuhan minyak pelumas
akan digunakan yang sesuai dengan nilai Ns > 10000 adalah W pelumas = 2.25 ton
pompa axial flow. 3. Kebutuhan air tawar (Wfw)
10. Perhitungan Net Positive Suction Head (NPSH) Wfw total = 0.22 ton
Perhitungan NPSH adalah sebagai berikut : 4. Berat muatan missile
NPSH = Berat missile = 0.1 ton
Jadi : Jumlah missile = 16
NPSH = 70.78 m Berat total = 1.6 ton
= 232.21 ft DWT = Berat bahan bakar + Berat minyak pelumas + Berat
11. Perhitungan putaran spesifik hisap air tawar + Berat missile
Besarnya putaran spesifik hisap sesuai dengan persamaan = 15.86 ton
berikut : - Perhitungan Berat Sisa

Berikut adalah selisih berat displacement pada gambar
Nss = dengan berat displacement perencanaan :
Jadi : Δ pada gambar = 51.7 ton
Nss = 7859.42 LWT perencanaan = 32.65 ton
Beberapa pabrik pembuat pompa termasuk pompa untuk DWT perencanaan = 15.86 ton
waterjet mengidentifikasikan zona operasi ke dalam diagram Δ perencanaan = 48.51 ton
operasi pompa seperti ditunjukan pada gambar di bawah : Maka :
Selisih Displ. = 51.7 ton - 48.51 ton
F. Penentuan Kesesuaian Antara Displacement pada
= 3.19 ton
Gambar Dengan Displacement Perencanaan
Untuk menentukan apakah suatu permodelan lambung G. Perhitungan Perencanaan Gearbox
sudah mampu mengangkut muatan dan mampu menahan berat Dalam pemilihan gearbox menggunakan rasio 1 : 8, dimana
kapal itu sendiri, yaitu dengan merencanakan nilai LWT dan pemilihannya dengan cara memesan di produsen gearbox.
DWT kapal tersebut. Sebagaimana perhitungan di bawah ini. Perencanaan awal dalam pemesanan adalah :
- Perhitungan LWT Penentuan nilai rasio gearbox pada gearbox 1
Untuk mengetahui nilai LWT yaitu dengan mengetahui Penentuan nilai diameter gearbox menurut Marine
nilai dari parameter – parameter berikut : engineering-marine power and propoltion fall 2006 adalah
1. Berat baja kapal (Wst) sebagai berikut :
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-63

Gambar. 4. Keterangan dalam perhitungan gearbox

gear ratio = R =

R=

Penentuan nilai torsi pada gearbox 1


τ = P x 5252 / n
Maka nilai torsi pada gearbox 1:
τ = P x 5252 / n
= 9779.65 Nm

Penentuan nilai rasio gearbox pada gearbox 2


Penentuan nilai diameter gearbox menurut Marine
engineering-marine power and propoltion fall 2006 adalah
sebagai berikut :
gear ratio = R = Gambar 5. Gambar hasil perancangan

R=
V. KESIMPULAN/RINGKASAN
Penentuan nilai torsi pada gearbox 2 Maka ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
τ = P x 5252 / n 1. Dalam perancangan lambung, nilai tahanan yang kecil dapat
Maka nilai torsi pada gearbox 2: dicapai dengan bentuk lambung yang runcing di bahian
τ = 39118.61 Nm haluan, dan bentuk lambung planning hull yang dapat
mengurangi tahanan di kecepatan tinggi.
H. Analisa dan Pembahasan 2. Dalam pemilihan waterjet yang perlu diketahui adalah nilai
Pada bentuk lambung yang baru didapat nilai tahanan daya pada shaft, yang nantinya akan disalurkan ke poros
sebesar 102.95 kN dengan nilai displacement sebesar 51.7 ton. pompa waterjet.
Penambahan nilai displacement tersebut dikarenakan 3. Nilai OPC (efficiency overall) dari waterjet yang dipilih
pelebaran lambung di daerah parallel middle body, sedangkan yaitu sebesar 58%.
untuk mencegah bertambahnya nilai tahanan maka di bagian
haluan diperuncing. DAFTAR PUSTAKA
Dengan nilai daya yang dibutuhkan Main Engine tersebut,
pemilihan Main Engine yang sesuai adalah turbin gas, karena [1] Adji, S.W., 2006. Pengenalan Sistem Propulsi Kapal.
bobotnya yang ringan, getaran yang ditimbulkan kecil dan [2] Morley S. Smith, Speed Boat Developments from the Past Into the
ruangan untuk instalasi yang lebih kecil dibanding dengan Future
diesel engine dan turbin uap. [3] H. Poehls, Lectures on Ships Design & Ship Theory, Rina 1977
[4] Adji, S.W., 2005. Engine Propeller Matching.
Digunakan gearbox yang dapat mereduksi putaran dengan
[5] D.G.M. Watson (1998). Practical Ship Design, British Library
perbandingan 1 : 8. Dalam perencanaanya gearbox diperoleh Cataloguing in Publication Data, ISBN: 0-08-044054- I, Netherlands
dengan cara by request dengan persaratan mampu menahan
torsi sebesar 9779.65 Nm dan 39118.61 Nm. [6] Haris Ari, 2010. Menghitung Efisiensi Propulsif, Tehnik Sistem
Perkapalan ITS, http://www.scribd.com/doc/59317371/29/II-3-10-5-
Penentuan ukuran nozzle pada catalog Wartsilla waterjet
MENGHITUNG-EFISIENSI-PROPULSIF
tersebut diperoleh dari nilai OPC yaitu sebesar 50%,asumsi
untuk mengetahui nilai DHP.

Anda mungkin juga menyukai