PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan fraktur mandibula?
1.2.2 Bagaimanakah tipe dan klasifikasi fraktur mandibula?
1.2.3 Bagaimanakah penatalaksanaan fraktur mandibula?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Mengetahui pengertian dan tanda klinis yang menyertai fraktur mandibula
1.3.2 Mengetahui tipe dan klasifikasi fraktur mandibula
1.3.3 Mengertahui penatalaksaan fraktur mandibula
BAB II
2
ISI
3
Gambar 1. Anatomi Mandibula
1) N. Bucalis Longus
N. Buccalis Longus keluar tepat di luar foramen ovale. Saraf berjalan di
antara kedua caput m. pterygoideus externus, menyilang ramus untuk
kemudian masuk ke pipi melalui m. buccinators, di sebelah bukal gigi
molar ketiga atas. Cabang-cabang terminalnya menuju membran mukosa
bukal dan mukoperiosteum di sebelah lateral gigi-gigi molar atas dan
bawah.
2) N. Lingualis
4
N. Lingualis cabang berikut berjalan ke depan menuju garis median. Saraf
berjalan ke bawah superfisial dari m. Pterygoideus internus berlanjut ke
lingual apeks gigi molar ketiga bawah. Pada titik ini saraf masuk ke dalam
basis lingual melalui dasar mulut dan mempersyarafi duapertiga anterior
lidah, mengeluarkan percabangan untuk mempersyarafi mukoperiosteum
dan membrana mukosa lingual.
3) N. Alveolaris inferior.
N. Alveolaris Inferior adalah cabang terbesar dari n. Mandibularis. Saraf
turun balik dari m. Pterygoideus externus, disebelah posterior dan
dibagian luar n. lingualis, berjalan antara ramus mandibula dan
ligamentum sphenomandibularis. Bersama-sama dengan arteri alveolaris
inferior saraf berjalan terus di dalam canalis mandibula dan
mengeluarkan percabangan untuk gigi-geligi. Pada foramen mentale saraf
bercabang menjadi dua salah satunya adalah nervus insisivus yang
berjalan terus ke depan menuju garis median sementara nervus mentalis
meninggalkan foramen untuk mempersarafi kulit.
Cabang-cabang dari nervus alveolaris inferior adalah :
N. mylohyoideus adalah cabang motorik dari n. alveolaris inferior dan
didistribusikan ke m. Mylohyoideus, dan venter anterior dan m.
Digastrisi yang terletak di dasar mulut.
Rami dentalis brevis mempersyarafi gigi molar, premolar, proc.
alveolaris, dan periosteum.
N. mentalis keluar melalui foramen mentale untuk mempersyarafi
kulit dagu, kulit dan membrana mukosa labium oris inferior.
N. incisivus mengeluarkan cabang-cabang kecil menuju gigi insisivus
sentral, lateral dan caninus.
5
Gambar 2. Persyarafan pada Mandibula
– Arteri Mentale.
– Vena retromandibularis.
6
Otot – otot elevator mandibula :
1) Masseter
Mulai dari Zygoma dan insersio pada sudut dan ramus mandibula.
2) Temporalis
Mulai dari fossa infratemporal dan insersi pada koronoideus dan ramus.
3) Medial Pterygoid
Mulai dari plat medial pterygoid dan prosesus pyramidal dan insersi
hingga mandibula bagian bawah.
7
Mastoid notch hingga fossa digastrikus.
4) Geniohyoid
Inferior genial tuberkel hingga tulang hyoid anterior.
8
New Zealand, Denmark, Yunani, dan Japan dilaporkan kecelakaan akibat
kendaraan bermotor paling sering di jumpai. Peneliti di negara-negara seperti
Yordania, Singapura, Nigeria, Selandia Baru, Denmark, Yunani, dan Jepang
melaporkan kecelakaan kendaraan bermotor menjadi penyebab paling umum.
Fraktur mandibula dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, kecelakaan industri
atau kecelakaan kerja, kecelakaan rumah tangga, mabuk dan perkelahian atau
kekerasan fisik.
Menurut survey di District of Columbia Hospital, dari 540 kasus fraktur,
69% kasus terjadi akibat kekerasan fisik (perkelahian), 27% akibat kecelakaan
lalulintas, 12% akibat kecelakaan kerja, 2% akibat kecelakaan saat olahraga dan
4% karena sebab patologi
9
Tipe fraktur secara umum, dibagi menurut etiologi, menurut hubungan
dengan jaringan ikat sekitarnya, dan menurut bentuk fraktur.
10
Fraktur terbuka dapat berhubungan dengan ruangan di tubuh yang tidak
steril seperti rongga mulut.
3) Fraktur Komplikasi
Fraktur tersebut berhubungan dengan kerusakan jaringan atau struktur
lain seperti saraf, pembuluh darah, organ visera atau sendi.
11
menggambarkan arah trauma dan menentukan fraktur stabil atau
unstabile.
2) Fraktur Inkomplit
Kedua fragmen fraktur terlihat saling impaksi atau masih saling
tertancap.
3) Fraktur Komunitif
Fraktur yang menimbulkan lebih dari dua fragmen.
4) Fraktur Kompresi
Fraktur ini umumnya terjadi di daerah tulang konselus
12
frakturnya akan mengarah ke bawah. Ketika molar ketiga erupsi, fraktur
biasanya melibatkan soket baik di mesial ataupun di distal molar ketiga.
Fraktur sudut mandibular disebabkan oleh gigi impaksi, benturan keras di
regio kaninus hingga molar kedua dan dipengaruhi oleh pterigoid lateral
dan medial. Kekuatan pterigoid lateral lebih besar, sehingga menyebabkan
pergeseran fragmen posterior ke arah atas, depan, dan dalam.
13
─ Vertically unfavourable
Fraktur dari bidang lingual mundur hingga ke posterior.
─ Horizontally unfavourable
Fraktur mulai dari tepi atas turun ke belakang.
1) Midline
Fraktur antara insisif sentral.
14
Gambar 8. Fraktur Midline8
2) Fraktur Region Kaninus
Terbatas pada distal garis vertical hingga fraktur gigi kaninus.
3) Fraktur Simfisis
Terjadi pada daerah simfisis.
4) Korpus
Mulai dari distal simfisis hingga tepi mandibula tempat perlekatan otot
masseter (melibatkan regio molar ketiga, diantara region kaninus dan
sudut mandibula).
5) Sudut Mandibula
Regio triangular dibatasi oleh tepi anterior otot maseter hingga
posterosuperior otot masseter (biasanya distal region olar ketiga).
6) Ramus
Terbatas pada aspek superior sudut hingga dua garis yang membentuk
apeks pada sigmoid notch.
7) Prossesus Kondilus
Area prosesus kondilus bagian superior hingga ke daerah ramus.
8) Prossesus Koronoideus
15
Termasuk prosesus koronoideus pada mandibula bagian superior hingga
region ramus.
9) Prossesus Dentoalveolar
Regio tempat adanya gigi.
16
Tidak terdapat gigi di kedua sisi fraktur, pada keadaan ini dilakukan
melalui open reduction, kemudian dipasangkan plate and screw, atau
bisa juga dengan cara intermaxillary fixation.
2.4.5 Dengan Melihat Cara Perawatan, Maka Pola Fraktur Mandibula Dapat
Digolongkan Menjadi:
1) Fraktur Unilateral
Fraktur ini biasanya hanya tunggal, tetapi kadang terjadi lebih dari satu
fraktur yang dapat dijumpai pada satu sisi mandibula dan bila hal ini terjadi,
sering didapatkan pemindahan fragmen secara nyata. Suatu fraktur korpus
mandibula unilateral sering terjadi.
2) Fraktur Bilateral
Fraktur bilateral sering terjadi dari suatu kombinasi antara kecelakaan
langsung dan tidak langsung. Fraktur ini umumnya akibat mekanisme yang
menyangkut angulus dan bagian leher kondilar yang berlawanan atau daerah gigi
kaninus dan angulus yang berlawanan.
3) Fraktur Multipel
Gabungan yang sempurna dari kecelakaan langsung dan tidak langsung
dapat menimbulkan terjadinya fraktur multiple. Pada umumnya fraktur ini terjadi
karena trauma tepat mengenai titik tengah dagu yang mengakibatkan fraktur
simfisis dan kedua kondilus.
17
4) Fraktur Berkeping-keping (Comminuted)
Fraktur ini hampir selalu diakibatkan oleh kecelakaan langsung yang
cukup keras pada daerah fraktur, seperti pada kasus kecelakaan terkena peluru
saat perang. Dalam sehari-hari, fraktur ini sering terjadi pada simfisis dan
parasimfisis. Fraktur yang disebabkan oleh kontraksi muskulus yang berlebihan.
Kadang fraktur pada prosesus koronoid terjadi karena adanya kontraksi reflex
yang datang sekonyong-konyong mungkin juga menjadi penyebab terjadinya
fraktur pada leher kondilar.
2.5.1 Riwayat
Melalui riwayat pasien, dapat diketahui apakah ada riwayat penyakit
tulang sistemik, neoplasia, nutrisi cukup atau tidak, artritis , kelainan kolagen,
atau penyakit lain yang berhubungan dengan fraktur rahang.
Jenis dan tipe serta arah tekanan trauma dapat sangat membantu dalam
perawatan. Bentuk dari obyek yang menyebabkan fraktur juga mempengaruhi
tipe dan jenis dari fraktur. Mengerti arah tekanan juga dapat membantu
diagnosa. Riwayat trauma juga dapat mempengaruhi pemberian anestesi,
misalnya pada pengguna alkohol.
18
2.5.3 Pemeriksaan Ekstra oral
1) Pembengkakan, Eritema, laserasi, perdarahan, ekimosis
mengindikasikan adanya dampak dari luka.
2) Adanya kemungkinan deformitas tulang pada mandibular dan jika
mungkin adanya pergeseran, pasien tidak dapat menutup mulut.
3) Pasien yang sadar, akan datang dengan menyangga mandibulanya
dengan tangan.
4) Palpasi seharusnya dimulai secara bilateral pada region kondilus dan
kemudian dilanjutkan ke bawah dan sepanjang tipe bawah mandibula.
5) Fraktur pada korpus sering dikaitkan dengan luka bawah nervus
alveolar inferior , ditandai dengan adanya paraestesia pada salah satu
atau kedua sisi pada bibir bawah.
19
Gambar 10. Radiografi PA dan Panoramik9
3) Radiograf postero-anterior
4) Pandangan oklusal
20
Gambar 11. Pandangan Oklusal
5) Pandangan periapikal
Gejala yang timbul dapat berupa dislokasi, yaitu berupa perubahan posisi
rahang yang menyebabkan maloklusi atau tidak berkontaknya rahang bawah dan
rahang atas. Jika penderita mengalami pergerakan abnormal pada rahang dan
rasa yang sakit jika menggerakkan rahang.
Pembengkakan pada posisi fraktur juga dapat menentukan lokasi fraktur pada
penderita.
21
Krepitasi berupa suara pada saat pemeriksaan akibat pergeseran dari ujung
tulang yang fraktur bila rahang digerakkan, laserasi yang terjadi pada daerah gusi,
mukosa mulut dan daerah sekitar fraktur.
Gangguan jalan nafas pada fraktur mandibula juga dapat terjadi akibat kerusakan
hebat pada mandibula menyebabkan perubahan posisi, trismus, hematom,
edema pada jaringan lunak. Jika terjadi obstruksi hebat saluran nafas harus
segera dilakukan trakeostomi, selain itu juga dapat terjadi anastesi pada satu sisi
bibir bawah, pada gusi atau pada gigi dimana terjadi kerusakan pada nervus
alveolaris inferior.
22
Cedera dentoalveolar terdiri dari avulsi, subluksasi atau fraktur gigi yang
terjadi dalam hubungannya dengan fraktur alveolus. Hal ini dapat terjadi
sendiri atau bersama dengan beberapa jenis lain dari fraktur mandibula.
─ Paparan atau paparan yang lebih dekat dari ruang pulpa: ini memerlukan
perawatan segera.
─ Fraktur vertikal atau fraktur horisontal tepat di bawah margin gingiva dari
trauma tidak langsung terhadap gigi lawan atau dampak oleh benda
keras.
23
─ Open bite posterior dapat terjadi dengan fraktur dari proses alveolar
anterior
─ Sebuah fragmen alveolar lengkap dapat dipindahkan ke dalam
jaringan lunak dari dasar mulut dan dapat pada kesempatan
sepenuhnya ditutupi oleh mukosa
24
Gambar 14. Fraktur alveolar
25
Gambar 15. Frakture Angle pada Mandibula
26
─ Ketidakmampuan membuka tutup rahang
─ Ada 2 jenis:
1) Fraktur sederhana : fraktur kondilus rendah dengan prosesus
koronoideus yang baik dan kondilar pada retak fragmen atas
27
─ Dagu yang returded dapat disebabkan oleh parasipiseal fraktur
bilateral
28
Gambar 19. Fraktur body
29
2.7.1 Prinsip Perawatan
1. Evaluasi Secara Umum dan Mengamati Status Fisik Pasien
─ Bebaskan jalan napas (Airway)
─ Memberikan bantuan nafas dan oksigenasi (Breathing)
─ Hentikan perdarahan, beri infus (Circulation)
─ Cegah tekanan intra kranial (Disability)
─ Kontrol hemorage
─ Penatalaksanaan kerusakan pada organ sistem lain
2. Diagnosis Metodis dan Perawatan Fraktur Mandibula
─ Pemeriksaan klinis
─ Penilaian radiologi terhadap fraktur
3. Perawatan dari cedera gigi bersama dengan perawatan patah tulang: Ahli
bedah harus memutuskan mana gigi yang perlu dipertahankan dan yang
perlu dicabut.
4. Pembentukan oklusi: Merupakan kunci untuk perawatan yang sebagian
besar patah tulang.
5. Ketika terdapat beberapa patah tulang wajah, perawatan pertama yang
harus dilakukan adalah pada fraktur mandibula: semua operasi intraoral
harus diselesaikan sebelum ada perawatan jaringan lunak ekstraoral.
Fraktur mandibula harus ditangani sebelum patah tulang lainnya dari
kerangka wajah.
6. Periode fiksasi intermaxillary tergantung pada; jenis, lokasi, jumlah dan
tingkat keparahan fraktur mandibula, pasien dengan kondisi kesehatan
umum, usia dan metode yang digunakan untuk reduksi dan stabilisasi:
periode imobilisasi yang direkomendasikan untuk fraktur mandibula
berkorelasi dengan tahap kalus tulang tulang sekunder penyembuhan.
rata-rata periode imobilisasi direkomendasikan untuk fraktur mandibula
adalah 8 minggu.
- Reduksi (reposisi) : reduksi bila perlu dengan anestesi umum, dapat juga
dengan anestesi lokal atas sedative dengan morphin 15 mg atau pethidine
100 mg.
30
(pada pasien dewasa dalam keadaan sehat yang baik tanpa infeksi pada
derah fraktur), 3 minggu sampai 1 bulan (pada pasien anak-anak), dan 6-8
minggu( pada pasien orang tua, dan fraktur dengan infeksi).
a. Fraktur Komunitif
Selama periosteum masih dapat dipersatukan masih dapat diharapkan
kesembuhan tulang
31
Gambar 21. fraktur angular
Komunitif pada mandibula kiri.4
32
Teknik yang digunakan pada terapi fraktur mandibula secara closed
reduction adalah fiksasi intermaksiler. Fiksasi ini dipertahankan 3-4 minggu pada
fraktur daerah condylus dan 6-8 minggu pada daerah lain dari mandibula.
a. Teknik Gilmer
Teknik yang mudah dan efektif tetapi mempunyai kekurangan yaitu mulut
tidak dapat dibuka untuk melihat daerah fraktur tanpa mengangkat
kawat. Kawat tersebut dilingkarkan pada leher gigi, kemudian diputar
searah jarum jam sampai tegang. Dilakukan pada gigi atas dan bawah
sampai oklusi baik. Kemudian kedua kawat atas dan bawah digabungkan
dan diputar dengan hubungan vertikal maupun silang, untuk mencegah
tergelincir ke anterior dan posterior.
33
Gambar. 22. Imobilisasi fraktur melalui external fiksasi Maksilamandibula. 6
34
Indikasi untuk reposisi terbuka (open reduction) :
Adapun insisi yang dilakukan bisa dua cara yaitu pendekatan intraoral
sedikit diatas bucoginggival fold pada mukosa bawah bibir. Panjang sayatan
sesuai kebutuhan atau pendekatan ekstraoral; submandibular 2 cm di kaudal dan
sejajar dari margo inferior mandibula dengan titik tengahnya adalah garis fraktur
dan panjang sayatan sekitar 6 cm. Insisi diperdalam sampai memotong muskulus
platisma, sambil perdarahan dirawat. Identifikasi r. marginalis mandibula nervus
facialis. Cari arteri dan vena maksilaris eksterna pada level insisi, bebaskan ligasi
pada dua tempat dan potong diantaranya. Benang ligasi stomp distal diklem dan
35
dielevasi ke cranial dengan demikian r. marginalis mandibula akan selamat oleh
karena ia berjalan melintang tegak lurus superficial terhadap vasa maksilaris
eksterna. Pada bagian profundanya dibuat flap ke atas sampai pada periosteum
mandibula. Periosteum mandibula diinsisi, selanjutnya dengan rasparatorium
periosteum dibebaskan dari tulang. Dengan alat kerok atau knabel dilakukan
pembersian dari kedua ujung fragmen tulang. Lakukan reposisi dengan
memperhatikan oklusi gigi yang baik.
Bila digunakan wire, bor tulang mandibula pada 2 tempat, 1 cm dari garis
fraktur dan 1 cm dari margo mandibula. Kemudian digunakan snaar wire stainless
steel diameter 0.9mm, ikatan tranversal dan figure of “8”. pada penggunaan plat
mini linier pada fraktur mandibula bagian mentum diantara dua foramen
mentales maka digunakan 2 buah plat masing-masingminimal 4 lobang sehingga
didapatkan hasil fiksasi dan antirotasi.
36
Gambar 23 : Panoramic radiographic image that was obtained after maxillary-
mandibular fixation (wiring the jaw shut) of a right angle and left
symphyseal fracture.9
(a)
(b)
Gambar 24 : Plating of Mandibular fracture – note two plates at parasymphysis and one
at angle, (a) orthopantomogram. (b) posterior-anterior view of same patient 9
37
Keuntungan dari open reduction intermaxillary fixation yaitu mobilisasi
lebih dini dan reaproksimasi fragmen tulang yang lebih baik.
Kerugiannya adalah biaya lebih mahal dan diperlukan ruang operasi dan
pembiusan untuk tindakannya
BAB III
RINGKASAN
38
atau kecelakaan kerja, kecelakaan rumah tangga, mabuk dan perkelahian atau
kekerasan fisik.
Tipe fraktur secara umum, dibagi menurut etiologi, menurut hubungan
dengan jaringan ikat sekitarnya, dan menurut bentuk fraktur.
Prinsip umum dalam penatalaksaan fraktur mandibula meliputi terapi
konservatif yaitu reposisi tertutup (closed reduction) dan terapi
bedah yaitu dengan reposisi tertutup (closed reduction).
Jadi sebaiknya untuk mengurangi terjadinya trauma yang bisa
menyebabkan fraktur khususnya fraktur mandibula, berhati-hatilah
dalam berkendara. Bagi pengendara motor diharuskan untuk
menggunakan helm dengan tujuan untuk melindungi mandibula dari
benturan atau trauma ketika terjadi kecelakaan.
DAFTAR PUSTAKA
39
1. http://www.academia.edu/6538627/Makalah_fraktur_mandibula
( downloaded 2:42PM, 4/27/2014 )
2. http://www.neuro24.de/hirnnerven_trigeminus.htm
3. Laub D, R. Facial Trauma, Mandibular Fractures. (2009). Available at
http://emedicine.medscape.com/article/1283150-treatment. last update
21 Desember 2010
4. Barrera J. E, Batuello T. G. (2010). Mandibular Angle Fractures: Treatment.
Available at http://emedicine.medscape.com/article/868517-treatment.
last update 21 Desember 2010
5. Ajmal S, Khan M. A, Jadoon H, Malik S. A. (2007). Management protocol
of mandibular ractures at Pakistan Institute of Medical sciences,
Islamabad, Pakistan. J Ayub Med Coll Abbottabad. Volume 19, issue 3.
Available at http://www.ayubmed.edu.pk/JAMC/PAST/19-3/13%20Samira
%20Ajmal.pdf last update 12 Desember 2010
6. Laub D, R. Facial Trauma, Mandibular Fractures. (2009). Available at
http://emedicine.medscape.com/article/1283150-overview last update
12 Desember 2010
7. Thapliyal C. G, Sinha C. R, Menon C. P, Chakranarayan S. L. C. A. (2007).
Management of Mandibular Fractures. Available at
http://medind.nic.in/maa/t08/i3/maat08i3p218.pdf. last update 12
Desember 2010.
8. Balaji, SM. 2007. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. New Delhi :
Elsevier
9. Moore UJ, 2011. Principles of Oral and Maxillofacial Surgery. Sixth Edition.
UK : Wiley-Blackwell
40