Anda di halaman 1dari 19

1 Siti Suhartini S.

Napu – Teknik Geologi UNG

STRATIGRAFI INDONESIA

“CEKUNGAN SUMATERA”

DOSEN PENGAMPU

NOVIAR AKASE, S.T.,M.Sc

OLEH

SITI SUHARTINI S. NAPU

471 415 007

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2018

STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA


2 Siti Suhartini S. Napu – Teknik Geologi UNG

DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................................................2

Daftar Gambar ..................................................................................................2

Cekungan Sumatera .........................................................................................3

Cekungan Sumatera Utara...............................................................................4

Cekungan Sumatera Tengah ...........................................................................8

Cekungan Sumatera Selatan..........................................................................11

Persebandingan Stratigrafi Cekungan Sumatera ........................................16

Referensi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Struktur Sumatera......................................................................2

Gambar 2. Lokasi dan lingkup Cekungan Sumatera Bagian Utara ....................4

Gambar 3. Litostratigrafi Sumatra Utara ...........................................................7

Gambar 4. Tektonik yang mempengaruhi Cekungan Sumatra Tengah ..............8

Gambar 5. Litostratigrafi Cekungan Sumatra Tengah ......................................11

Gambar 6. Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan ..........................................12

Gambar 7. Stratigrafi Cekungan Sumatera ......................................................16

STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA


3 Siti Suhartini S. Napu – Teknik Geologi UNG

CEKUNGAN SUMATERA

Pulau Sumatra terletak pada bagian baratdaya dari mikrokontinen Sunda dan
merupakan jalur konvergensi antarlempeng yaitu lempeng Indo-Australia yang
menyusup ke lempeng Eurasia. Pulau Sumatra terbentuk akibat amalgamasi usur-
unsur yang berasal dari benua Asia dan Gondwana. Bagian Gondwana yang
beramalgamasi dengan Asia dikenal dengan istilah Sibumasu yaitu (Siam Burma
Malaysia dan Sumatra). Pulau Sumatra terbentuk akibat adanya kolisi dan
suturing dari mikrokontinen pada Akhir Pra-Tersier.

Gambar 1. Peta sketsa struktur Sumatera yang menunjukan, cekungan busur


belakang, busur depan dan busur dalam, serta lokasi yang ditunjukan dalam peta,
(Barber dkk, 2005)

STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA


4 Siti Suhartini S. Napu – Teknik Geologi UNG

Secara geologi Pulau Sumatra dapat dibagi menjadi beberapa bagian


(Darman dan Sidi, 2000):

1. Busur luar sunda, berada sepanjang batas cekungan busur depan Sunda dan
yang memisahkan dari lereng trench.
2. Cekungan depan busur (fore arc basin), yang terbentang antara busur luar
Sunda dengan bagian bawah permukaan busur vulkanik belakang Sumatra,
3. Cekungan belakang busur (back arc basin) meliputi Cekungan Sumatra
Utara, Cekungan Sumatra Tengah, dan Cekungan Sumatra Selatan. Sistem ini
berkembang sejalan dengan depresi yang berbeda pada bagian bawah Bukit
Barisan.
4. Bukit Barisan, terbentuk pada masa Perm-Kabon hingga batuan Mesozoik.
5. Busur Tengah Sumatra, yang dipisahkan oleh pengangkatan dan erosi dari
daerah pengendapan terdahulu. Sedimentasi sangat asimetris dengan sebagian
sedimen berasal dari busur magmatic aktif yang sejalan dengan rollback parit.

A. CEKUNGAN SUMATERA UTARA

Gambar 2. Lokasi dan lingkup Cekungan Sumatera Bagian Utara pada bagian
yang dibatasi garis merah (Ryder, 1999)

STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA


5 Siti Suhartini S. Napu – Teknik Geologi UNG

Cekungan Sumatra Utara merupakan cekungan belakang busur yang terletak


pada bagian utara Pulau Sumatra yang membentang dari Medan sampai ke Banda
Aceh. Cekungan ini memiliki bentuk segitiga yang membuka kea rah Utara,
dibatasi tinggian Asahan disebaelah tenggara dari Cekungan Sumatra Tengah.
Terbentuk selama Tersier (Oligosen Awal), pada mikrokontinen Sunda
(Sosromihardjo, 1988). Pengendapan dimulai dari Eosen hingga Oligosen pada
bagian barat yang dicirikan dengan sedimen klastis kasar yang tidak mengalami
deformasi (Fm. Maeucampli), dan berubah secara berangsur ke timur menjadi
endapan paparan karbonat (Fm. Tampur).
Cekungan Sumatra Utara secara tektonik terdiri dari beberapa elemen yang
berupa tinggian, cekungan, maupun peralihan keduanya. Cekungan ini terjadi
setelah adanya tektonik pada zaman Mesozoikum atau sebelum mulai
terendapkannya sedimen tersier di cekungan. Proses sedimentasi yang terjadi
selama Tersier secara umum dimulai dengan proses transgresi, disusul regresi, dan
terdapan peristiwa tektonik pada akhir Tersier. Pola struktur yang dapat diamati
pada Cekungan Sumatra Utara adalah adanya perlipatan dan pergeseran yang
berarah barat laut – tenggara.
Secara geologi, Cekungan Sumatera Bagian Utara dibatasi oleh Dataran
Malaka pada sebelah timur, Busur Asahan pada sebelah selatan, Perbukitan
Barisan pada sebelah barat dan Kepulauan Andaman di sebelah utara. (Fitriandi,
2006). Litostratigrafi Cekungan Sumatra Utara dari tua ke muda adalah Formasi
Parapat, Formasi Bampo, Formasi Belumai, Formasi Baong, Formasi Keutapang
Formasi Seurula, Formasi Julu Rayeu, Volkanik Toba, dan Aluvial.
Proses tektonik cekungan tersebut telah membuat Stratigrafi Regional
Cekungan Sumatera Utara dengan urutan dari tua ke muda adalah sebagai berikut:
1. Basement Pre-Tersier Terdiri dari batuan beku, batuan metamorf, karbonat dan
dijumpai fosil Halobia yang berumur Trias terletak tidak selaras menyudut
dibawah batuan sedimen di atasnya.
2. Formasi Parapat (Awal Oligosen) Terdiri dari batupasir kasar dan
konglomeratan dibagian bawah serta di atasnya dijumpai sisipan serpih. Secara

STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA


6 Siti Suhartini S. Napu – Teknik Geologi UNG

regional dibagian bawah diendapkan dalam lingkungan fluviatil dan bagian


atas dalam lingkungan laut dangkal.
3. Formasi Bampo (Akhir Oligosen) Terdiri dari serpih hitam tidak berlapis,
berasosiasi dengan lapisan tipis batugamping dan batulempung karbonat,
dimana formasi ini miskin fosil dan diendapkan dalam lingkungan reduksi.
4. Formasi Belumai (Awal Miosen) Dibagian timur cekungan ini berkembang
formasi belumai yang identik dengan formasi Peutu yangberkembang pada
bagian barat dan tengah. Formasi belumai terdiri dari batupasir Glaukonitan
berselingan dengan serpih dan batugamping. Didaerah Arun, bagian atas
formasi ini berkembang lapisan batugamping kalkarenit dan kalsilutit dengan
selingan serpih. Formasi ini diendapkan dalam lingkungan laut dangkal sampai
neritik.
5. Formasi Baong (Miosen Tengah- Akhir Miosen Bagian bawah) Penyusun
utama formasi ini adalah batulempung abu-abu kehitaman, napalan, lanauan,
pasiran dan pada umumnya kaya akan fosil Orbulina Sp dan Globigerina Sp,
kadang-kadang diselingi lapisan tipis batupasir. Formasi ini diendapkan dalam
lingkungan laut dalam.
6. Formasi Keutapang (Akhir Miosen) terdiri dari selang-seling antara batupasir
berbutir halus- sedang, serpih, lempung dengan sisipan batugamping dan
batubara. Dibagian Barat daerah Aru batupasirnya bertambah kearah atas,
dibagian timur serpih lebih dominan. Formasi ini merupakan lapisan utama
penghasil hidrokarbon dan merupakan awal terjadinya siklus regresi,
diendapkan dalam lingkungan delta sampai laut dangkal.
7. Formasi Seurula (Awal Pliosen) terdiri dari batupasir, serpih dan lempung.
Dibandingkan dengan formasi Keutapang, formasi seurula berbutir lebih kasar,
banyak ditemukan fragmen-fragmen moluska yang menunjukkan endapan laut
dangkal atau neritik.
8. Formasi Julu Rayeu (Akhir Pliosen) terdiri dari batupasir halus- kasar dan
lempung, kadang-kadang mengandung mika dan fragmenmolusca yang
menunjukkan endapan laut dangkal-Neritik.

STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA


7 Siti Suhartini S. Napu – Teknik Geologi UNG

9. Volkanik Toba (Kwarter) terdiri dari Tufa hasil aktivitas volkanik toba,
menutupi secara tidak selaras diatas formasi seurula.
10. Endapan Aluvial Terdiri dari kerakal, kerikil, pasir dan Batulempung.

Gambar 3. Litostratigrafi Sumatra Utara (Kamili dan Naim, 1973, Mulhadiono,


1976, Cameron dkk., 1980)

STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA


8 Siti Suhartini S. Napu – Teknik Geologi UNG

B. CEKUNGAN SUMATERA TENGAH


Cekungan Sumatra Tengah merupakan cekungan busur sejak Neogen. Pada
periode Paleogen (Eosen-Oligosen) daerah ini merpakan seri dari struktur
setengah graben (half graben) yang terbentuk akibat proses rifting. Pada bagian
baratdaya Cekungan Sumatra Tengah dibatasi oleh tinggian Bukit barisan,
disebelah baratlaut oleh Busur Asahan, dan disebelah timur laut oleh Dataran
Sunda.

Gambar 4. Tektonik yang mempengaruhi Cekungan Sumatra Tengah ( Heidrick


dan Aulia, 1993)
Cekungan Sumatra tengah terbentuk oleh karena adanya penujaman secara
miring (oblique subduction) lempeng samudra Hindia dibawah lempeng Benua
Asia. Penujaman ini mengakibatkan terjadinya gaya tarikan pada Cekungan
Sumatra Tengah yang merupakan cekungan belakang busur. Gaya tarikan ini yang
nantinya membentuk graben, half graben, dan horst. Selain itu terdapat gaya
kompresi yang dihasilkan suatu system sesar geser dekstral akibat dari oblique
subduction dibagian barat dan baratdaya Pulau Sumatra yang dicirikan dengan
adanya kenampakan negative flower structure, positive flower structure, en
echelon fault, dan enechelon fold.

STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA


9 Siti Suhartini S. Napu – Teknik Geologi UNG

Litostratigrafi Cekungan Sumatra Tengah Karakteristik dari masing-masing


formasi pada Cekungan Sumatra Tengah dari tua ke muda adalah Formasi
Menggala, Formasi Bangko, Formasi Bekasap, Formasi Duri, Formasi Telisa,
Formasi Petani, dan Formasi Minas.
Cekungan Sumatera tengah memilki sejarah geologi yang dipengaruhi oleh
sejarah tektoniknya.Maka stratigrafi regional Cekungan Sumatera tengah di
jelaskan dalam kerangka tektonostratigrafi, yaitu sebagai berikut.
1. Batuan dasar (Basement)
Batuan dasar berumur pra-tersier ini terbagi menjadi empat satuan litologi
(Eubank dan Makki, 1981 dalam Hedrick dan Aulia, 1993).
a Mallaca Terrane atau kelompok kuarsit, argilit, batugamping kristalin, dan
pluton-pluton grannit dan granodiorite.
b Mutus assemblages, terdiri dari batu rijang radiolarian, meta9rgillite, serpih
merah, lapisan tipis batugamping dan batuan beku basalt.
c Mergui Terrane, Tersusun oleh Greywacke, pebbly-mudstone dari formasi
bahorok, serta kuarsit.
d Kualu Terrane, Tersusun atas filit, sabak, tuff, dan batugamping.
2. Kelompok Pematang
Kelompok pematang di endapkan secara tidak selaras di atas batuan dasar
yang memiliki umur Eosen –Oligosen. Distribusi sedimen diperkirakan berasal
dari blok yang mengalami pengangkatan pada lingkungan fluviatil dan blok
lain turun menjadi danau. Wiliam dan Kelly (1985) membagi kelompok
pematang menjadi lima formasi, yaitu :
a Formasi Lower Red Beds , terdiri atas batulumpur, batulanau, batupasir dan
sedikit konglomerat.
b Formasi Brown Shale, terdiri atas serpih berlaminas, kaya material organik,
berwarna coklat sampai hitam yang diendapkan pada lingkungan lakustrin.
c Formasi Coal Zone, terdiri dari serpih, batubara dan sedikit batupasir.
d Formasi Lake Fill, Tersusun atas batupasir delta dan fluviatil, konglomerat,
serta serpih endapan danau dangkal.

STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA


10 Siti Suhartini S. Napu – Teknik Geologi UNG

e Formasi Fanglomerat, tersusun dari batupasir dan koglomerat dengan


sedikit batulumpur berwarna merah hingga hijau.
3. Kelompok Sihapas
Kelompok Sihapas diendapkan secara tidak selaras di atas kelompok
pematang pada Oligosen Akhir-Miosen Awa.Kelompok ini terutama terdiri
dari batupasir dan serpih. Kelompok Sihapas terdiri dari atas lima Formasi
yaitu:
a Formasi Menggala, bagian deposenter formasi ini memiliki ketebalan lebih
9000 kaki.
b Formasi Bangko, berfungsi sebagai batuan tudung (seal) bagi batupasir yang
ada di bawahnya.
c Formasi Bekasep, Merupakan lapisan sedimen yang secara dikronous
menutup sumatera Tengah dan akhirnya menutup semua tinggian yang
terbentuk sebelumnya.
d Formasi duri, Berumur Miosen Awal dan mempunyai ketebalan lebih dari
300 kaki.
e Formasi Telisa. Berumur Miosen Awal-tengah dan merupakan batuan
penutup regional bagi kelompok Sihapas.
4. Kelompok Petani
Tersusun atas batupasir, batulempung dan batupasir glaukonitan dan
batugamping yang di jumpai pada bagian bawah dari seri sedimen tersebut,
sedangkan betubara banyak di jumpai pada bagian atas dan terjadi pada saat
pengaruh laut semakin berkurang.
5. Formasi Minas
Formasi ini merupakan endapan kuarter yang terdapat secara tidak selaras
di atas Formasi petani.Formasi ini tersusun atas pasir dan kerkil, pasir kursa
lepas berukuran halus sampai sedang serta limonit berwarna kuning yang
diendapkan pada lingkungan fluvial sampai darat.

STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA


11 Siti Suhartini S. Napu – Teknik Geologi UNG

Gambar 5. Litostratigrafi Cekungan Sumatra Tengah

C. CEKUNGAN SUMATERA SELATAN


Menurut Blake (1989) daerah Cekungan Sumatera Selatan merupakan
cekungan busur belakang berumur Tersier yang terbentuk sebagai akibat adanya
interaksi antara Paparan Sunda (sebagai bagian dari lempeng kontinen Asia) dan
lempeng Samudera India. Daerah cekungan ini meliputi daerah seluas 330 x 510
km2, dimana sebelah barat daya dibatasi oleh singkapan Pra-Tersier Bukit
Barisan, di sebelah timur oleh Paparan Sunda (Sunda Shield), sebelah barat
dibatasi oleh Pegunungan Tigapuluh dan ke arah tenggara dibatasi oleh Tinggian
Lampung (Wisnu & Nazirman, 1997).

STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA


12 Siti Suhartini S. Napu – Teknik Geologi UNG

Stratigrafi daerah cekungan Sumatra Selatan secara umum dapat dikenal


satu megacycle (daur besar) yang terdiri dari suatu transgresi dan diikuti regresi.
Formasi yang terbentuk selama fase transgresi dikelompokkan menjadi Kelompok
Telisa (Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja, dan Formasi Gumai). Kelompok
Palembang diendapkan selama fase regresi (Formasi Air Benakat, Formasi Muara
Enim, dan Formasi Kasai), sedangkan Formasi Lemat dan older Lemat
diendapkan sebelum fase transgresi utama. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan
menurut (De Coster, 1974) adalah sebagai berikut :

Gambar 6. Stratigrafi Cekungan Sumatera Selatan (De Coster, 1974).

1. Kelompok Telisa fase Transgresi


a. Formasi Talang akar
Formasi Talang Akar terdapat di Cekungan Sumatra Selatan, formasi
ini terletak di atas Formasi Lemat dan di bawah Formasi Telisa atau
anggota Basal Batugamping Telisa. Formasi Talang Akar terdiri dari
batupasir yang berasal dari delta plain, serpih, lanau, batupasir kuarsa,
dengan sisipan batulempung karbonat, batubara dan di beberapa tempat
konglomerat.

STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA


13 Siti Suhartini S. Napu – Teknik Geologi UNG

Kontak antara Formasi Talang Akar dengan Formasi Lemat tidak


selaras pada bagian tengah dan pada bagian pinggir dari cekungan
kemungkinan paraconformable, sedangkan kontak antara Formasi Talang
Akar dengan Telisa dan anggota Basal Batugamping Telisa adalah
conformable. Kontak antara Talang Akar dan Telisa sulit di pick dari sumur
di daerah palung disebabkan litologi dari dua formasi ini secara umum
sama. Umur dari Formasi Talang Akar ini adalah Oligosen Atas-Miosen
Bawah.
b. Formasi Baturaja
Formasi Baturaja, diendapkan pada bagian intermediate-shelfal dari
Cekungan Sumatera Selatan, di atas dan di sekitar platform dan tinggian.
Kontak pada bagian bawah dengan Formasi Talang Akar atau dengan
batuan Pra-Tersier. Komposisi dari Formasi Baturaja ini terdiri dari
Batugamping Bank (Bank Limestone) atau platform dan reefal.
c. Formasi Gumai
Formasi Gumai tersebar secara luas dan terjadi pada zaman Tersier,
formasi ini terendapkan selama fase transgresif laut maksimum, (maximum
marine transgressive) ke dalam 2 cekungan. Batuan yang ada di formasi ini
terdiri dari napal yang mempunyai karakteristik fossiliferous, banyak
mengandung foram plankton. Sisipan batugamping dijumpai pada bagian
bawah. Formasi Gumai beda fasies dengan Formasi Talang Akar dan
sebagian berada di atas Formasi Baturaja. Penentuan umur Formasi Gumai
dapat ditentukan dari dating dengan menggunakan foraminifera planktonik.
2. Kelompok Palembang fase Regresi
a. Formasi Lower Palembang (Air Benakat)
Formasi Lower Palembang diendapkan selama awal fase siklus
regresi. Komposisi dari formasi ini terdiri dari batupasir glaukonitan,
batulempung, batulanau, dan batupasir yang mengandung unsur
karbonatan. Pada bagian bawah dari Formasi Lower Palembang kontak
dengan Formasi Telisa. Fauna-fauna yang dijumpai pada Formasi Lower
Palembang ini antara lain Orbulina Universa d’Orbigny, Orbulina

STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA


14 Siti Suhartini S. Napu – Teknik Geologi UNG

Suturalis Bronimann, Globigerinoides Subquadratus Bronimann,


Globigerina Venezuelana Hedberg, Globorotalia Peripronda Blow &
Banner, Globorotalia Venezuelana Hedberg, Globorotalia Peripronda
Blow & Banner, Globorotalia mayeri Cushman & Ellisor, yang
menunjukkan umur Miosen Tengah. Formasi ini diendapkan di lingkungan
laut dangkal.
b. Formasi Middle Palembang (Muara Enim)
Batuan penyusun yang ada pada formasi ini berupa batupasir,
batulempung, dan lapisan batubara. Batas bawah dari Formasi Middle
Palembang di bagian selatan cekungan berupa lapisan batubara yang
biasanya digunakan sebagai marker. De Coster (1974) menafsirkan formasi
ini berumur Miosen Akhir sampai Pliosen, berdasarkan kedudukan
stratigrafinya. Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal
sampai brackist (pada bagian dasar), delta plain dan lingkungan non
marine.
c. Formasi Upper Palembang (Kasai)
Formasi ini merupakan formasi yang paling muda di Cekungan
Sumatra Selatan. Formasi ini diendapkan selama orogenesa pada Plio-
Pleistosen dan dihasilkan dari proses erosi Pegunungan Barisan dan Tiga
puluh. Komposisi dari formasi ini terdiri dari batupasir tuffan, lempung,
dan kerakal dan lapisan tipis batubara. Umur dari formasi ini tidak dapat
dipastikan, tetapi diduga Plio-Pleistosen. Lingkungan pengendapannya
darat.
3. Formasi Lemat dan older Lemat sebelum fase transgresi utama
a. Formasi Lahat (Older Lemat )
Batuan tertua yang ditemukan pada Cekungan Sumatera Selatan
adalah batuan yang berumur akhir Mesozoik. Batuan yang ada pada
Formasi ini terdiri dari batupasir tuffan, konglomerat, breksi, dan lempung.
Batuan-batuan tersebut kemungkinan merupakan bagian dari siklus
sedimentasi yang berasal dari Continental, akibat aktivitas vulkanik, dan

STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA


15 Siti Suhartini S. Napu – Teknik Geologi UNG

proses erosi dan disertai aktivitas tektonik pada akhir kapur-awal Tersier di
Cekungan Sumatera Selatan.
b. Formasi Lahat Muda (Lemat Muda)
Formasi Lemat tersusun atas klastika kasar berupa batupasir,
batulempung, fragmen batuan, breksi, “Granit Wash”, terdapat lapisan tipis
batubara, dan tuf. Semuanya diendapkan pada lingkungan kontinen.
Sedangkan anggota Benakat dari Formasi Lemat terbentuk pada bagian
tengah cekungan dan tersusun atas serpih berwarna coklat abu-abu yang
berlapis dengan serpih tuffaan (tuffaceous shales), batulanau, batupasir,
terdapat lapisan tipis batubara dan batugamping (stringer), Glauconit,
diendapkan pada lingkungan fresh-brackish.
Formasi Lemat secara normal dibatasi oleh bidang ketidakselarasan
(unconformity) pada bagian atas dan bawah formasi. Kontak antara Formasi
Lemat dengan Formasi Talang Akar yang diintepretasikan sebagai
paraconformable. Formasi Lemat berumur Paleosen-Oligosen, dan anggota
Benakat berumur Eosen Akhir-Oligosen.

STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA


16 Siti Suhartini S. Napu – Teknik Geologi UNG

D. PERSEBANDINGAN STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA

Gambar 7. Stratigrafi Cekungan Sumatera


Berdasarkan stratigarfi dari cekungan sumatera diatas dapat dikatakan
bahwa pembentukan stratigrafi cekungan sumatera dimulai dari Tersier
sampai dengan pleostosen.
Zaman Tersier (Eogen-Oligosen), formasi yang terbentuk adalah
Basement Pre-Tersier, Formasi Tampur, dan Formasi Meucampli di Sumatera
Utara, Formasi Kelompok Pematang di Sumatera Tengah, dan Formasi Lahat
di Sumatera Selatan. Zaman Tersier (Oligosen), formasi yang terbentuk adalah
Formasi Parapat (Awal Oligosen) dan Formasi Bampo (Akhir Oligosen) di
Sumatera Utara, Formasi Menggala di Sumatera Tengah, dan Formasi Talang
Akar di Sumatera Selatan. Zaman Tersier (Miosen), formasi yang terbentuk
adalah Formasi Belumai (Awal Miosen), Formasi Baong (Miosen Tengah-

STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA


17 Siti Suhartini S. Napu – Teknik Geologi UNG

Akhir Miosen Bagian Bawah), dan Formasi Keutapang (Miosen Akhir) di


Sumatera Utara. Formasi Kelompok Sihapas di Sumatera Tengah, dan
Formasi Talang Akar (Miosen Awal), Formasi Baturaja (Miosen Awal),
Formasi Telisa (Miosen Awal-Miosen Tengah), Formasi Air Benakat (Miosen
Akhir), dan Formasi Muara Enim (Miosen Akhir), dan Formasi Petani di
Sumatera Selatan dan pada zaman Pleostosen-Recent, formasi yang terbentuk
adalah Vulkanik Toba (Quarter) dan Endapan Aluvial di Sumatera Utara,
Formasi Minas di Sumatera Tengah, dan Formasi Kasal di Sumatera Selatan.

STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA


18 Siti Suhartini S. Napu – Teknik Geologi UNG

Referensi :

Barber, A.J., Crow, M.J., Milson, J.S. 2005. Sumatera Geology Resources and
Tectonic Evolution. London, The Geological Society.
Blake. 1989. The Geological Regional and Tectonic of South Sumatera Basins.
Proceeding Indonesia Petroleum Association 11th Annual Convention.
Cameron, Nick R, Clarke, M.C.G., Aldiss, D.T., Aspden, J.A., Djunuddin, A.,
1980, The Geological Evolution of Northern Sumatera.

Darman, H. dan Sidi, F.H., 2000, An Outline of The Geology of Indonesia, Ikatan
Ahli Geologi Indonesia.

De Coster, G. L., 1974, The geology of the Central and South Sumatra Basins:
Proceedings Indonesian Petroleum Association Third Annual Convention,
June, 1974, p. 77-110.

Eubank, R.T., dan Makki, A.C., 1981, Structural Geology of the Central Sumatra
Back-Arc Basin, Proceedings Indonesian Petroleum Association-10th
Annual Convention, Jakarta.

Fitriandi, Primandita. 2006. Basin Summaries-Indonesia. Patra Nusa Data; Jakarta


http://en.wikibooks.org/wiki/Image:Sumatera_map.jpg (Diakses pada
tanggal 16 Februari 2018)
Heidrick, T.L., dan Aulia, K., 1993, A Structural and Tectonic Model of the
Coastal Plains Block, Central Sumatra Basin Indonesia, Proceeding
Indonesian Petroleum Association, 23rd Annual Convention, 285-317.

Kamili, Z.A., Naim, A.M.,1973. Stratigraphy of Lower and Middle Miocene


Sediment in North Sumatera Basin, Indonesia Pet Assoc., 2nd Annual
Convention Proceedings.

Mulhadiono, 1976. Depositional Study of The Lower Keutapang Sandstone in the


Aru Area, North Sumatera, Indonesia Pet Assoc, 5th Annual Convention
Proceedings.

STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA


19 Siti Suhartini S. Napu – Teknik Geologi UNG

Sosromihardjo, S. P. C. 1988. Structural analysis of the North Sumatra Basin-with


emphasis on Synthetic Aperture Radar data. Indonesian Petroleum
Association, Proceedings of the 17th Annual Convention, Jakarta. 1

Wisnu & Nazirman. 1997. Geologi Regional Sumatera Selatan. Pusat Survei
Geologi Badan Geologi Kementrian ESDM.

STRATIGRAFI CEKUNGAN SUMATERA

Anda mungkin juga menyukai