Anda di halaman 1dari 32

TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN

“KONSEP DASAR MANAJEMEN DALAM PARADIGMA


KEPERAWATAN”

DISUSUN OLEH :
PUTRI SETYANA SARI
6C-KEPERAWATAN
201502105

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017/2018
2.1. Konsep Manajemen Keperawatan

2.1.1 Defenisi

Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi

sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk

mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan

(Huber, 2000). Kelly dan Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen

keperawatan dapat didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses

manajemen dibagi menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian,

kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis dan Huston, 2010).

Swanburg (2000) menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah kelompok

dari perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang pada

akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses dimana perawat manajer

menjalankan profesi mereka.

Manajemen keperawatan memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat

pelaksana serta mengelola kegiatan keperawatan. Suyanto (2009) menyatakan

bahwa lingkup manajemen keperawatan adalah manajemen pelayanan kesehatan

dan manajemen asuhan keperawatan. Manajemen pelayanan keperawatan adalah

pelayanan di rumah sakit yang dikelola oleh bidang perawatan melalui tiga

tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak (kepala bidang keperawatan),


manajemen menegah (kepala unit pelayanan atau supervisor), dan manajemen

bawah (kepala ruang perawatan). Keberhasilan pelayanan keperawatan sangat

dipengaruhi oleh manajer keperawatan melaksanakan peran dan fungsinya.

Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat untuk

memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien. Tugas manager

keperawatan adalah merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi

keuangan yang ada, peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan

pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada pasien (Gillies, 2000).

2.1.2. Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan

Seorang manajer keperawatan melaksanakan manajemen keperawatan

untuk memberikan perawatan kepada pasien. Swanburg (2000) menyatakan

bahwa prinsip-prinsip manajemen keperawatan sebagai berikut:

1. Manajemen keperawatan adalah perencanaan

2. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif

3. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan

4. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan manajer

perawat

5. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian tujuan

sosial

6. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian

7. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat sosial,

disiplin, dan bidang studi


8. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari lembaga,

dan lembaga dimana organisasi itu berfungsi

9. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan

10. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin

11. Manajemen keperawatan memotivasi

12. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif

13. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian.


Prinsip-prinsip manajemen secara umum menurut Fayol terdiri dari:
1. Division of working (pembagian pekerjaan)

Tugas/pekerjaan dibagi secara rata pada masing-masing individu ataupun tim

2. Authority and responsibility (kewenangan dan tanggungjawab)

Masing-masing personal atau tim memiliki kewenangan dan tanggung jawab


terhadap pekerjaan yang telah diberikan kepadanya.

3. Dicipline (disiplin)

Kedisiplinan merupakan hal yang sangat pokok dalam system manajemen.

4. Unity of command (kesaatuan komando)

Merupakan kesatuan perintah satu perintah dari atasan menjadi tanggung jawab
bersama.

5. Unity of direction (Kesatuan arah)

Merupakan tujuan yang sama.

6. Subordination of individual to generate interent (kepentingan individu tunduk pada


kepentingan umum)

7. Renumeration of personal (penghasilan pegawai)

Penghasilan pegawai merupakan bentuk reward yang diberikan atas jasa yang telah
dilakukan.
8. Decentralization (desentralisasi)

9. Scala of hierarchy (jenjang hirarki)

10. Order (keterlibatan)

11. Stability of tunnure personal (stabilitas jabatan pegawai)

12. Equity (keadilan)

13. Inisiative (inisiatif)

14. Esprit de corps (Kesetiawakawanan korps).

Seperti juga prinsip-prinsip manajemen secara umum, prinsip-prinsip yang mendasari


manajemen keperawatan adalah:

1. Manajemen keperawatan seyogianya berlandaskan perencanaan, karena melalui


fungsi perencanaan pimpinan/ pengelola keperawatan dapat menurunkan
risikoterhadap pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang tidak efektif
dantidak efisien

2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang efektif.


Manajer/ pengelola keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuaidengan
waktu dan perencanaan yang telah ditentukan sebelumnya

3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan. Berbagai situasi


maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatankeperawatan
memerlukan pengambilan keputusan yang tepat diberbagai tingkatmanajerial.

4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus


perhatianmanajer/ pengelola keperawatan dengan mempertimbangkan apa yang
pasien lihat, pikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan point utama dari
tujuankeperawatan

5. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan


sesuaidengan kebutuhan organisasi pelayanan untuk mencapai tujuan
6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputiproses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan
rencana

7. Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk memperlihatkan


penampilan kinerja yang baik
8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang
efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan,
arah dan pengertian diantara pegawai

9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan perawat-


perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi ataupun upaya manajer
keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.

10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian


tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan
prinsip-prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan
standar dan memperbaiki kekurangan yang ditemukan.

2.1.3. Fungsi-Fungsi Manajemen Keperawatan

Manajemen memerlukan peran orang yang terlibat di dalamnya untuk

menyikapi posisi masing-masing sehingga diperlukan fungsi-fungsi yang jelas

mengenai manajemen (Suarli dan Bahtiar, 2009). Fungsi manajemen pertama

sekali diidentifikasi oleh Henri Fayol (1925) yaitu perencaanaan, organisasi,

perintah, koordinasi, dan pengendalian. Luther Gulick (1937) memperluas fungsi

manajemen fayol menjadi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

personalia (staffing), pengarahan (directing), pengkoordinasian (coordinating),

pelaporan (reporting), dan pembiayaan (budgeting) yang disingkat menjadi

POSDCORB. Akhirnya, fungsi manajemen ini merujuk pada fungsi sebagai

proses manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,

pengarahan, pengawasan (Marquis dan Huston, 2010). Fungsi manajemen


menurut G.R. Terry adalah planning, organizing, actuating, dan controlling,

sedangkan menurut S.P. Siagian fungsi manajemen terdiri dari planning,

organizing, motivating, dan controlling (Suarli dan Bahtiar, 2009).

2.1.3.1. Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang rawat inap

Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan

adalah koordinasi dan integrasi sumber daya keperawatan dengan menerapkan

proses manajemen untuk mencapai asuhan keperawatan dan tujuan layanan

keperawatan (Huber, 2000). Perencanaan adalah usaha sadar dan pengambilan

keputusan yang diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan

dikerjakan dimasa yang akan datang oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan (Siagian, 1992). Suarli dan Bahtiar (2009) menyatakan

bahwa perencanaan adalah suatu keputusan dimasa yang akan datang tentang apa,

siapa, kapan, dimana, berapa, dan bagaimana yang akan dilakukan untuk

mencapai tujuan tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan keputusan.

Perencanaan memberikan informasi untuk mengkoordinasikan pekerjaan secara

akurat dan efektif (Swanburg, 2000).

Perencanaan yang adekuat dan efektif akan mendorong pengelolaan

sumber yang ada dimana kepala ruangan harus mengidentifikasi tujuan jangka

panjang dan tujuan jangka pendek serta melakukan perubahan (Marquis dan

Huston, 2010). Suarli dan bahtiar (2009) menyatakan bahwa perencanaan sangat

penting karena mengurangi ketidakpastian dimasa yang akan datang, memusatkan

perhatian pada setiap unit yang terlibat, membuat kegiatan yang lebih ekonomis,

memungkinkan dilakukannya pengawasan.


Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan dilaksanakan oleh

kepala ruang. Swanburg (2000) menyatakan bahwa dalam keperawatan,

perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan

keperawatan yang mereka inginkan. Perencanaan kegiatan keperawatan di ruang

rawat inap akan memberi petunjuk dan mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan

untuk mencapai tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan kepada klien.

Perencanaan di ruang rawat inap melibatkan seluruh personil mulai dari perawat

pelaksana, ketua tim dan kepala ruang. Tanpa perencanaan yang adekuat, proses

manajemen pelayanan kesehatan akan gagal (Marquis dan Huston, 2010).

2.1.3.2. Pengorganisasian keperawatan di ruang rawat inap

Pengorganisasian dilakukan setelah perencanaan. Pengorganisasian

adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai

macam kegiatan, menetapkan tugas pokok dan wewenang serta pendelegasian

wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan (Muninjaya,

2004). Huber (2000) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah memobilisasi

sumber daya manusia dan material dari lembaga untuk mencapai tujuan

organisasi, dapat juga untuk mengidentifikasi antara hubungan yang satu dengan

yang lain. Pengorganisasian dapat dilihat secara statis dan dinamis. Secara statis

merupakan wadah kegiatan sekelompok orang untuk mencapai tujuan, sedangkan

secara dinamis merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan kerja yang teratur

dan sistematis untuk mencapai tujuan tertentu (Suarli dan Bahtiar, 2009).

Manfaat pengorganisasian untuk penjabaran secara terinci semua

pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan, pembagian beban kerja

sesuai dengan kemampuan perorangan/kelompok, dan mengatur mekanisme kerja

antar masing-masing anggota kelompok untuk hubungan dan koordinasi (Huber,


2000). Marquis dan Huston (2010) menyatakan bahwa pada pengorganisasian

hubungan ditetapkan, prosedur diuraikan, perlengkapan disiapkan, dan tugas

diberikan.

Prinsip-prinsip organisasi saling ketergantungan dan dinamis. Kepala

ruangan dapat menciptakan lingkungan yang meransang dalam praktik

keperawatan. Prinsip-prinsip pengorganisasian menurut Swanburg (2000) adalah:

1. Prinsip rantai komando

Prinsip rantai komando menyatakan bahwa untuk memuaskan anggota efektif

secara ekonomi dan berhasil dalam mencapai tujuan. Komunikasi cenderung

ke bawah dan satu arah. Pada organisasi keperawatan, rantai komando ini

datar, dengan garis manajer dan staf teknis serta administrasi yang mendukung

perawat pelaksana.

2. Prinsip kesatuan komando

Prinsip kesatuan komando menyatakan bahwa seorang perawat pelaksana

mepunyai satu pemimpin dan satu rencana. Keperawatan primer dan

manajemen kasus mendukung prinsip prinsip kesatuan komando ini.

3. Prinsip rentang Kontrol

Prinsip ini menyatakan bahwa setiap perawat harus dapat mengawasi secara

efektif dalam hal jumlah, fungsi, dan geografi. Pada prinsip ini, makin kurang

pengawasan yang diperlukan untuk perawat. Perawat harus memiliki lebih

banyak pengawasan untuk menghindari terjadinya kesalahan. Kepala ruangan

harus lebih banyak mengkoordinasikan.


4. Prinsip spesialisasi

Prinsip spesialisasi menyatakan bahwa setiap orang harus menampilkan satu

fungsi kepemimpinan tunggal, sehingga ada devisi kerja atau pembagian tugas

yang membentuk departement.

2.1.3.3. Ketenagaan keperawatan di ruang rawap inap

Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam

manajemen keperawatan. Swanburg (2000) menyatakan bahwa pengaturan staf

keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis, rasional diterapkan untuk

menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang dibutuhkan untuk

memberikan asuhan keperawatan pada standar yang ditetapkan sebelumnya.

Manajer bertanggung jawab dalam mengatur sistem kepegawaian secara

keseluruhan (Gillies, 2000). Ketenagaan adalah kegiatan manajer keperawatan

untuk merekrut, memimpin, memberikan orientasi, dan meningkatkan

perkembangan individu untuk mencapai tujuan organisasi (Marquis dan Huston,

2010). Ketenagaan juga memastikan cukup atau tidaknya tenaga keperawatan

yang terdiri dari perawat yang profesional, terampil, dan kompeten. Kebutuhan

ketenagaan dimasa yang akan datang harus dapat diprediksi dan suatu rencana

harus disusun secara proaktif untuk memenuhi kebutuhan.

Manager harus merencanakan ketenagaan yang memadai untuk

memenuhi kebutuhan asupan pasien. Upaya harus dilakukan untuk menghindari

kekurangan dan kelebihan personalia saat ada fluktuasi jumlah dan akuitas pasien.

Kebijakan prosedur ketenagaan dan penjadwalan harus tertulis dan


dikomunikasikan kepada semua staf. Kebijakan dan penjadwalan tidak boleh

melanggar undang-undang ketenagakerjaan atau kontrak pekerja. Kebijakan

ketenagaan harus yang ada harus diteliti secara berkala untuk menentukan apakah

memenuhi kebutuhan staf dan organisasi. Upaya harus terus dilakukan agar dapat

menggunakan metode ketenagaan dengan inovatif dan kreatif (Marquis dan

Huston, 2010).

2.1.3.4. Pengarahan keperawatan di ruang rawat inap

Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha

memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan negosiasi

(Marquis dan Huston, 2010). Pengarahan adalah fungsi manajemen yang

memantau dan menyesuaikan perencanaan, proses, dan sumber yang efektif dan

efisien mencapai tujuan (Huber, 2000). Pengarahan yang efektif akan

meningkatkan dukungan perawat untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan

dan tujuan asuhan keperawatan (Swanburg, 2000). Motivasi sering disertakan

dengan kegiatan orang lain mengarahkan, bersamaan dengan komunikasi dan

kepemimpinan (Huber, 2006).

2.1.3.5. Pengendalian keperawatan di ruang rawat inap

Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen

keperawatan yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,

pengarahan (Swanburg, 2000). Pengendalian adalah pemantauan dan penyesuaian

rencana, proses, dan sumber daya yang secara efektif mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Huber, 2006). Selama fase pengendalian, kinerja diukur menggunakan

standar yang telah ditentukan dan tindakan diambil untuk mengoreksi

ketidakcocokan antara standar dan kinerja (Marquis dan Huston, 2010). Fungsi

pengawasan bertujuan agar penggunaan sunber daya lebih efisien dan staf dapat

lebih efektif untuk mencapai tujuan program (Muninjaya, 2004).

Prinsip pengawasan yang harus diperhatikan manager keperawatan

dalam menjalankan fungsi pengendalian (Muninjaya, 2004) adalah:

1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah

diukur

2. Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai tujuan

organisasi

3. Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.

2.2. Peran kepala ruangan dalam manajemen keperawatan

2.2.1. Defenisi

Peran adalah kumpulan norma untuk perilaku seseorang dalam suatu

posisi khusus seperti ibu, anak, dokter, perawat dan sebagainya (Maramis, 2006).

Soekanto (1990) menyatakan bahwa peran adalah aspek dinamis dari kedudukan

(status) dan apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran.

Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawatan professional yang diberi

tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan keperawatan

di satu ruang rawat (Depkes, 1994). Kepala ruangan secara administratif dan
fungsional bertanggung jawab kepada kepala bidang perawatan, secara teknis

medis operasional bertanggung jawab kepada dokter penanggung jawab atau

dokter yang berwenang.

2.2.2. Fungsi Perencanaan

Fungsi perencanaan manajemen keperawatan di ruang rawat inap yang

dilaksanakan oleh kepala ruangan melibatkan seluruh personil mulai dari perawat

pelaksana, ketua tim, dan kepala ruangan. Sebelum melakukan perencanaan

terlebih dahulu dianalisa dan dikaji sistem, strategi organisasi, sumber-sumber

organisasi, kemampuan yang ada, aktifitas spesifik dan prioritas (Swanburg,

2000). Kepala ruangan harus melibatkan seluruh individu dan unit organisasi

terkait perencanaan (Marquis dan Huston, 2010).

Perencanaan kepala ruang di ruang rawat inap meliputi perencanaan

kebutuhan tenaga dan penugasan tenaga, pengembangan tenaga, kebutuhan

logistik ruangan, program kendali mutu yang akan disusun untuk pencapaian

tujuan jangka pendek, menengah dan panjang. Disamping itu kepala ruang

merencanakan kegiatan di ruangan seperti pertemuan dengan staf pada permulaan

dan akhir minggu.Tujuan pertemuan adalah untuk menilai atau mengevaluasi

kegiatan perawat sudah sesuai dengan standar atau belum, sehingga dapat

dilakukan perubahan-perubahan atau pengembangan dari kegiatan tersebut

(Swanburg, 2000).

Unsur-unsur yang terlibat dalam perencanaan menurut Suarli dan Bahtiar

(2009), yaitu:
1. Meramalkan (forecasting), misalnya memperkirakan kecenderungan masa

depan (peluang dan tantangan)

2. Menetapkan tujuan (estabilishing objektive), menyusun acara yang urutan

kegiatannya menurut skala prioritas

3. Menyusun jadwal pelaksanaan (scheduling), misalnya

menetapkan/memperhitungkan waktu dengan tepat

4. Menyusun anggaran (budgeting), misalnya mengalokasikan sumber yang

tersedia (uang, alat, manusia) dengan memperhitungkan waktu dengan tepat

5. Mengembangkan prosedur, misalnya menentukan tata cara yang paling tepat

6. Menafsirkan dan menetapkan kebijakan (interpreting and estabilishing

policy), misalnya menafsirkan kebijakan atasan dan menetapkan kebijakan

operasional.

Peran kepemimpinan yang berhubungan dengan hierarki perencanaan

menurut Marquis dan Huston (2010), yaitu:

1. Mengkaji lingkungan eksternal dan internal

2. Berpikir kreatif dan inovatif dalam perencanaan

3. Mempengaruhi dan menginspirasi anggota agar aktif terlibat dalam

perencanaan jangka panjang

4. Secara periodik melakukan klarifikasi nilai untuk meningkatkan kesadaran

diri

5. Mengarahkan untuk mendengarkan aktif dan memberikan umpan balik

6. Mengkomunikasikan tujuan organisasi kepada anggota

7. Memotivasi anggota untuk terlibat aktif dalam mengambil keputusan


8. Terbuka untuk ide baru dan berbagai ide

9. Menjadi model peran dalam menetapkan metode perencanaan

2.2.3. Fungsi Pengorganisasian

Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan

pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang rawat inap (Swanburg, 2000)

meliputi :

1. Struktur organisasi

Struktur organisasi ruang rawat inap terdiri dari : struktur, bentuk dan bagan.

Berdasarkan keputusan Direktur rumah sakit dapat ditetapkan struktur

organisasi ruang rawat inap untuk menggambarkan pola hubungan antar

bagian atau staf atasan baik vertikal maupun horizontal. Juga dapat dilihat

posisi tiap bagian, wewenang dan tanggung jawab serta jalur tanggung gugat.

Bentuk organisasi disesuaikan dengan pengelompokan kegiatan atau sistem

penugasan.

2. Pengelompokam kegiatan

Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus

diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikumpulkan sesuai

dengan spesifikasi tertentu. Pengelompokan kegiatan dilakukan untuk

memudahkan pembagian tugas pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan

keterampilan yang mereka miliki serta disesuaikan dengan kebutuhan klien.

Ini yang disebut dengan metoda penugasan keperawatan. Metoda penugasan

tersebut antara lain : metode fungsional, metode alokasi klien/keperawatan


total, metode tim keperawatan, metode keperawatan primer, dan metode

moduler.

3. Koordinasi kegiatan

Kepala ruangan sebagai koordinator kegiatan harus menciptakan kerjasama

yang selaras satu sama lain dan saling menunjang untuk menciptakan suasana

kerja yang kondusif. Selain itu perlu adanya pendelegasian tugas kepada ketua

tim atau perawat pelaksana dalam asuhan keperawatan di ruang rawat inap.

4. Evaluasi kegiatan

Kegiatan yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi untuk menilai apakah

pelaksanaan kegiatan sesuai rencana. Kepala ruang berkewajiban untuk

memberi arahan yang jelas tentang kegiatan yang akan dilakukan. Untuk itu

diperlukan uraian tugas dengan jelas untuk masing-masing staf dan standar

penampilan kerja.

5. Kelompok kerja

Kegiatan di ruang rawat inap diperlukan kerjasama antar staf dan kebersamaan

dalam kelompok, hal ini untuk meningkatkan motivasi kerja dan perasaan

keterikatan dalam kelompok untuk meningkatkan kualitas kerja dan mencapai

tujuan pelayanan dan asuhan keperawatan.


Keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala ruangan sebagai manajemen

yang terintegrasi dalam pengorganisasin menurut Marquis dan Huston (2010)

yaitu:

1. Kepala ruangan memandang struktur organisasi sebagai peta yang memberi

jalan kepada siapa mereka harus berkomunikasi dan siapa yang memiliki

kewenangan

2. Kepala ruangan memiliki pemahaman personal tentang rancanagan organisasi

yang lebih besar

3. Kepala ruangan memahami kesulitan yang menyertai setiap struktur, sehingga

dapat memberi dukungan.

4. Kepala ruangan harus memiliki pengetahuan tentang budaya organisasi,

meningkatkan pengembangan budaya yang konstruktif, menjelaskan serta

mengkomunikasikan pengembangan budaya tersebut kepada perawat

pelaksana.

5. Kepala ruangan berpikir kritis dan memiliki perilaku model peran yang baik

untuk menyelesaikan masalah

6. Kepala ruangan menahan diri untuk tidak menghakimi dan mendukung semua

anggota untuk ikut berpartisipasi dan berkontribusi

7. Kepala ruangan memahami organisasi dan mengenali apa yang dapat

dibentuk, diubah, dan yang tetap.

2.2.4. Fungsi Ketenagaan

Ketenagaan mengerjakan perekrutan, wawancara, mengontrak, dan

orientasi staf. Keberhasilan perekrutan tergantung pada sumber daya alam, jumlah

tenaga perawat yang memadai, gaji yang kompetitif, reputasi organisasi, daya
tarik lokasi, dan status ekonomi. Manajer bertanggung jawab dalam merekrut

perawat (Swanburg, 2000).

Hubungan kepala ruangan dengan perekrut harus bersifat kolaboratif.

Kepala ruangan terlibat dalam perekrutan, wawancara, dan pemilihan pegawai.

Keterlibatan kepala ruangan tergantung pada besar institusi, adanya departemen

personalia yang terpisah, adanya perekrut perawat organisasi tersebut dan

penggunaan manajemen keperawatan yang sentralisasi dan desentralisasi.

Merekrut perawat dilakukan dengan wawancara sebagai metode seleksi

penerimaan perawat (Marquis dan Huston, 2010).

Wawancara dapat dijadikan sebafai landasan untuk memilih orang untuk

berbagai posisi. Hal yang paling penting dalam perektutan adalah mengawasi staf

baru selama proses (Swanburg, 2000). Program orientasi yang dipersiapkan dan

dilaksanakan dengan baik mengajarkan perawat baru mengenai perilaku yang

sesuai dengan tujuan organisasi. Orientasi perawat baru yang berhasil akan

mengurangi terjadinya gesekan (Marquis dan Huston, 2010).

Peran kepala ruangan dalam ketenagaan meliputi perencanaan untuk

keperluan ketenagaan selanjutnya dan perubahan di dunia keperawatan. Kepala

ruangan bertanggung jawab dalam penyusunan sistem kepegawaian (Gillies,

2000). Kepala ruangan sangat berperan dalam penjadwalan, pengembangan

perawat, sosialisai perawat, mengadakan pelatihan untuk perawat (Marquis dan

Huston, 2010). Manager harus mengetahui jumlah jabatan yang diatur pada setiap
klasifikasi kerja temasuk jabatan yang kosong. Anggaran keuangan angan

memperlihatkan pekerja apa yang dibutuhkan (Gillies, 2000).

Penjadwalan yang dilakukan sendiri memberikan kesempatan dan

tanggung jawab kepada perawat untuk membuat jadwal kerja sendiri (Marquis

dan Huston, 2010). Gillies (2000) menyatakan bahwa dalam hal penjadwalan

kepala ruangan harus mengatur tentang pola-pola perputaran jawdal, jadwal-

jadwal liburan, dan praktek-praktek lembur. Alat dan metode yang digunakan

untuk menentukan kebutuhan kepersonaliaan perlu ditinjau ulang secara berkala.

Tanggung jawab fiskal dan etis adalah fungsi yang menyertai ketenagaan

(Marquis dan Huston, 2010).

Berdasarkan pada filosofi para kepala ruangan dalam hal mengembangkan

fungsi ketenagaan menurut Gillies (2000) adalah sebagai berikut:

1. Memberikan seorang staf perawat yang professional secara keseluruhan

dalam ruangan

2. Memberikan staf yang tepat dengan perbandingan perawat 1:1 dengan pasien

untuk setiap jam kerja

3. Tenaga kesehatan lain dengan perbandingan 2:1 dengan pasien setiap ruangan

4. Melibatkan seluruh staf perawat dalam menyusun program ketenagaan

5. Membagi tenaga perawat secara merata dalam hal jadwal libur, jam

kerja,waktu putaran, waktu istirahat.

6. Bertanggung dalam perencanaan ketenagaan

7. Membuat jadwal perawat paling cepat jadwal 2 bulan


8. Mengerti akan kebutuhan staf dalam hal istirahat, liburan

9. Memberikan penghargaan kepada perawat berprestasi.

2.2.5. Fungsi Pengarahan

Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan

keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan perawat untuk

melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala ruangan dalam

melakukan kegiatan pengarahan melalui: saling memberi motivasi, membantu

pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi yang

efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi (Swanburg, 2000). Memotivasi

adalah menunjukkan arah tertentu kepada perawat atau staf dan mengambil

langkah yang perlu untuk memastikan mereka sampai pada tujuan (Soeroso,

2003).

Kepala ruangan haruslah menunjukkan bahwa ia memiliki kemampuan

bekerja yang harmonis, bersikap objektif dalam menghadapai persoalan dalam

pelayanan keperawatan melalui pengamatan, dan objektif juga dalam menghadapi

tingkah laku stafnya. Kepala ruangan harus peka akan kodrat manusia yang punya

kelebihan dan kekurangan, memerlukan bantuan orang lain, dan mempunyai

kebutuhan yang bersifat pribadi dan sosial (Muninjaya, 2004).

Manajer keperawatan harus memiliki keterampilan komunikasi

interpersonal yang baik. Kepala ruangan setiap hari berkomunikasi dengan pasien,

staf, dan atasan setiap hari (Nursalam, 2012). Komunikasi membentuk inti
kegiatan manajemen dan melewati semua proses manajemen (Marquis dan

Huston, 2010).

Prinsip komunikasi manajer keperawatan menurut Nursalam (2012), yaitu:

1. Manajer harus mengerti struktur organisasi, siapa yang terkena dampak dari

keputusan yang dibuat. Jaringan komunikasi formal dan informal perlu

dibangun antara manajer dan staf

2. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, tetapi sebagai proses yang tak

terpisahkan dalam organisasi

3. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat.

4. Perawat profesional adalah mampu berkomunikasi dengan secara adekuat,

lengkap dan cepat.

5. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima

6. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen penting dalam komunikasi.

Konflik sering terjadi dalam tatanan asuhan keperawatan. Konflik yang

terjadi antar staf dengan staf, staf dengan pasien, staf dengan keluarga dan

pengunjung, staf dengan dokter (Swanburg, 2000). Manajer memiliki interaksi

dengan staf yang memiliki nilai, keyakinan, latar belakang dan tujuan berdeda

yang menjadi sumber terjadinya konflik (Marquis dan Huston, 2010). Sebagai

manajer keperawatan, kepala ruangan memiliki asumsi bahwa konflik suatu hal

yang dapat dihindari dan jika konflik tidak dikelola dengan baik, maka dapat

menghasilkan penyelesaian yang kreatif dan berkualitas. Kepala ruangan

menggunakan konflik yang konstruktif dalam menciptakan lingkungan yang

produktif (Nursalam, 2012).


Pengarahan akan mencapai tujuannya jika dikerjakan dengan baik.

Dauglas dalam Swansburg (2000) mengatakan bahwa ada dua belas aktivitas

teknis yang berhubungan dengan pengarahan pada manajemen, yaitu:

1. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan keperawatan,

pasien dan perawat pelaksana

2. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan dengan tugas-

tugas perawat pelaksana

3. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan

4. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana

5. Memberikan perawatan yang berkesinambungan

6. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat pelaksana

7. Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran, konsultasi,

dan evaluasi

8. Mempercayai anggota

9. Menginterpretasikan protokol

10. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti

11. Memberikan laporan ringkas dan jelas

12. Menggunakan proses kontrol manajemen

2.2.6. Fungsi Pengendalian

Ukuran kualitas pelayanan dan asuhan keperawatan dengan indikator

proses yaitu nilai dokumentasi keperawatan, indikator out put yaitu tingkat

kepuasan klien, tingkat kepuasan perawat, lama hari rawat. Untuk kegiatan mutu
yang dilaksanakan kepala ruang meliputi: Audit dokumentasi proses keperawatan

tiap dua bulan sekali, survei kepuasan klien setiap kali pulang, survei kepuasan

perawat tiap enam bulan, survei kepuasan tenaga kesehatan lain, dan perhitungan

lama hari rawat klien, serta melakukan langkah-langkah perbaikan mutu dengan

memperhitungkan standar yang ditetapkan (Swanburg, 2000).

Tambahan peran manajer dalam pengendalian adalah menentukan

seberapa baik staf melakukan tugas yang diberikan. Hal ini dilakukan dengan

penilaian kinerja. Proses penilaian kinerja staf dapat digunakan secara efektif

dalam mengarahkan perilaku pegawai untuk menghasilkan kualitas pelayanan

yang tinggi (Nursalam, 2012). Marquis dan Huston (2010) menyatakan bahwa

penilaian kinerja membuat staf mengetahui tingkat kinerja mereka.

Dalam melaksanakan penilaian kinerja, manajer perlu menetapkan orang

yang bertanggung jawab mengevaluasi setiap staf. Idealnya supervisor

mengevaluasi rekan terdekatnya, dimana satu orang mengevaluasi kerja rekannya

secara akurat (Nursalam, 2012). Staf harus dilibatkan dalam proses penilaian

kinerja dan memandang penilaian ini sebagai hal yang akurat dan adil (Marquis

dan Huston, 2010).

Peran Manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan lingkungan.

Tetapi faktor lain yang mungkin mempengaruhi tergantungnya tugas, khususnya

bagaimana manajer bekerja dalam suatu organisasi. Secara umum peran manajer

dapat dinilai dari kemampuannya dalam memotivasi dan meningkatkan kepuasan

staf. Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan fisik, psikis,
dimana kebutuhan psikis tersebut dapat terpenuhi melalui peran manajer dalam

memperlakukan stafnya. Hal ini dapat ditanamkan kepada manajer agar

diciptakan suasana keterbukaan dan memberikan kesempatan kepada staf untuk

melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya (Marquis dan Huston, 2010).

A. Lingkup Manajemen Keperawatan


Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang melibatkan
berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian menjadi hak yangpaling
mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan kesehatan yang memadai akan
membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang
memadai ditentukan sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat di
dalamnya.
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manejer keperawatan yang efektif
seyogianya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Kegiatan
perawat pelaksana meliputi:
1. Menetapkan penggunaan proses keperawatan

2. Melaksakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa

3. Menerima ankotabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksakan oleh perawat

4. Menerima ankotabilitas untuk hasil-hasil keperawatan

5. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan.

Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa diinisiasi oleh para manajer


keperawatanmelalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan melibatkan
perawat pelaksana.

Berdasarkan gambaran diatas maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:


1. Manajemen operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri dari tiga
tingkat manajerial yaitu:
a. Manajemen puncak
b. Manajemen menengah

c. Manajemen bawah

Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen berhasil dalam kegiatannya. Ada
beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh orang-orang tersebut agar pelaksanaannya berhasil,
antara lain:
a. Kemampuan menerapkan pengetahuan

b. Ketrampilan kepemimpinan

c. Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin

d. Kemampuan melaksakan fungsi manajemen

2. Manajemen asuhan keperawatan


Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yangmenggunakan
konsep-konsep manajemen didalamnya seperti perencanaan,pengorganisasian, pengarahan
dan pengendalian atau evaluasi. Proses keperawatan merupakan proses pemecahan masalah
yang menekankan pada pengambilan keputusan tentang keterlibatan perawat yang
dibutuhkan pasien.
Menurut S. Suarli dan Yanyan Bahtiar (2002), manajemen pada proses keperawatan
mencakup manajemen pada berbagai tahap dalam keperawatan, yaitu :

a. Pengkajian
Pengkajian yaitu langkah awal dalam proses keperawatan yang mengharuskan perawat
setepat mungkin mendata pengalaman masa lalu pasien, pengetahuan yang dimiliki,
perasaan, dan harapan kesehatan dimasa datang.
b. Diagnosis
Diagnosis merupakan tahap pengambilan keputusan professional dengan menganalisis data
yang telah dikumpulkan. Keputusan yang diambil dapat berupa rumusan diagnosis
keperawatan, yaitu respon biopsikososio spiritual terhadap masalah kesehatan actual
maupun potensial.

c. Perencanaan
Perencanaan keperawatan dibuat setelah perawat mampu memformulasikan diagnosis
keperawatan. Perawat memilih metode khusus dan memilih sekumpulan tindakan
alternative untuk menolong pasien mempertahankan kesejahteraan yang optimal.

d. Implementasi
Implementasi merupakan langkah berikutnya dalam proses keperawatan semua kegiatan
yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien harus direncanakan
untuk menunjang Tujuan pengobatan medis, dan memenuhi Tujuan rencana keperawatan.
Implementasi rencana asuhan keperawatan berarti perawat mengarahkan, menolong,
mengobservasi, dan mendidik semua personil keperawatan yang terlibat dalam asuhan
pasien tersebut.

e. Evaluasi
Evaluasi adalah pertimbangan sistematis dan standar dari Tujuan yang dipilih sebelumnya,
dibandingkan dengan penerapan praktik yang actual dan tingkat asuhan yang diberikan.
Evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan hanya dapat dibuat jika Tujuan diidentifikasikan
sebelumnya cukup realistis, dan dapat dicapai oleh perawat, pasien, dan keluarga.
Kelima langkah dalam proses keperawatan ini dilakukan terus menerus oleh perawat,
melalui metode penugasan yang ditetapkan oleh para menejer keperawatan sebelumnya.
Para menejer keperawatan (terutama menejer tingkat bawah) terlibat dalam proses
menejerial yang melibatkan berbagai fungsi manajemen, dalam rangka mempengaruhi dan
menggerakkan bawahan. Hal ini dilakukan agar mampu memberikan asuhan keperawatan
yang memadai, dengan kode etik dan standar praktik keperawatan.

B. Proses Manajemen Keperawatan


Henry Fayol mengungkapkan ada lima fungsi manajemen yang meliputi
Planning,Organization, Command, Coordination, dan Control. Konsep Fayol tersebut
dimodifikasi oleh Luther Gullick (Marquis & Huston, 2000) dalam bentuk tujuh aktivitas
manajemenyang meliputi Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating,
Reporting,dan Budgeting.
Marquis dan Huston merangkum konsep yang dikemukakan oleh Fayol dan Gullick
dengan mengungkapkan bahwa proses manajemen keperawatan terdiri dari planning,
organizing, staffing, directing, dan controlling yang membentuk suatu siklus proses
manajemen seperti yang tersaji dalam skema dibawah ini:
Proses manajemen keperawatan dapat juga dilihat dari pendekatan sistem, yaitu
sebagai sistem terbuka dimana masing-masing komponen saling berhubungan
danberinteraksi serta dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka
akan terdiri dari lima elemen utama yaitu input, process, output,control dan mekanisme
umpan balik (feed back).
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personil,
peralatandan fasilitas. Process dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer
daritingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawat pelaksana yang mempunyai
tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
Output adalah kualitasdari asuhan pelayanan keperawatan, pengembangan staf dan
riset.
Control yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian
keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur standar danakreditasi.
Mekanisme umpan balik (feed back ) berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey
kendali mutu dan penampilan kerja perawat.
1. Planning
Pada proses perencanaan, menentukan misi, visi, tujuan, kebijakan, prosedur, dan peraturan-
peraturan dalam pelayanan keperawatan, kemudian membuat perkiraan proyeksi jangka
pendek dan jangka panjang serta menentukan jumlah biaya dan mengatur adanya perubahan
berencana.
2. Organizing
Meliputi beberapa kegiatan diantaranya adalah menetapkan struktur organisasi, menentukan
model penugasan keperawatan sesuai dengan keadaan klien danketenagaan,
mengelompokkan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan dari unit,bekerja dalam struktur
organisasi yang telah ditetapkan dan memahami sertamenggunakan kekuasaan dan otoritas
yang sesuai.
3. Staffing
Meliputi kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian diantaranya adalah rekruitmen,
wawancara, mengorientasikan staf, menjadwalkan dan mengsosialisasikan pegawai baru
serta pengembangan staf.
4. Directing
Meliputi pemberian motivasi, supervisi, mengatasi adanya konflik, pendelegasian,cara
berkomunikasi dan fasilitasi untuk kolaborasi..
5. Controlling
Meliputi pelaksanaan penilaian kinerja staf, pertanggungjawaban keuangan, pengendalian
mutu, pengendalian aspek legal dan etik serta pengendalian profesionalisme asuhan
keperawatan.

C. Peran Manajemen Keperawatan


Peran dan fungsi manajemen keperawatan terdiri dari:
1. Peran Interpersonal (Interpersonal Role)
Dalam peran interpersonal terdapat tiga peran pemimpin yang muncul secara langsung dari
otoritas formal yang dimiliki pemimpin dan mencakup hubungan interpersonal dasar, yaitu:
a. Peran sebagai yang dituakan (Figurehead Role)
Karena posisinya sebagai pemimpin suatu unit organisasi, pemimpin harus
melaksanakan tugas-tugas seremonial seperti menyambut tamu penting, menghadiri
pernikahan anak buahnya, atau menjamu makan siang pelanggan atau kolega. Kegiatan
yang terkait dengan peran interpersonal sering bersifat rutin, tanpa adanya komunikasi
ataupun keputusan penting. Meskipun demikian, kegiatan itu penting untuk memperlancar
fungsi organisasi dan tidak dapat diabaikan oleh seorang pemimpin.

b. Peran sebagai pemimpin (Leader Role)


Seorang pemimpin bertanggungjawab atas hasil kerja orang-orang dalam unit
organisasi yang dipimpinnya. Kegiatan yang terkait dengan itu berhubungan dengan
kepemimpinan secara langsung dan tidak langsung. Yang berkaitan dengan kepemimpinan
secara langsung antara lain menyangkut rekrutmen dan training bagi stafnya. Sedang yang
berkaitan secara tidak langsung antara lain seorang pemimpin harus memberi motivasi dan
mendorong anak buahnya. Pengaruh seorang pemimpin jelas terlihat pada perannya dalam
memimpin. Otoritas formal memberi seorang pemimpin kekuasaan potensial yang besar;
tetapi kepemimpinanlah yang menentukan seberapa jauh potensi tersebut bisa
direalisasikan.
c. Peran sebagai Penghubung (Liaison Role)
Literatur manajemen selalu mengakui peran sebagai pemimpin, terutama aspek yang
berkaitan dengan motivasi. Hanya baru-baru ini saja pengakuan mengenai peran sebagi
penghubung, di mana pemimpin menjalin kontak di luar rantai komando vertikal, mulai
muncul. Hal itu mengherankan, mengingat banyaktemuan studi mengenai pekerjaan
manajerial menunjukkan bahwa pemimpin menghabiskan waktunya bersama teman sejawat
dan orang lain dari luar unitnya sama banyak dengan waktu yang dihabiskan dengan anak
buahnya; sementara dengan atasannya justru kecil. Pemimpin menumbuhkan dan
memelihara kontak tersebut biasanya dalam rangka mencari informasi. Akibatnya, peran
sebagai penghubung sering secara khusus diperuntukkan bagi pengembangan sitem
informasi eksternalnya sendiri yang bersifat informal, privat, verbal, tetapi efektif.

2. Peran Informasional (Informational Role)


Dikarenakan kontak interpersonalnya, baik dengan anak buah maupun dengan jaringan
kontaknya yang lain, seorang pemimpin muncul sebagai pusat syaraf bagi unit
organisasinya. Pemimpin bisa saja tidak tahu segala hal, tetapi setidaknya tahu lebih banyak
dari pada stafnya. Pemrosesan informasi merupakan bagian utama (key part) dari tugas
seorang pemimpin.
Tiga peran pemimpin berikut ini mendiskripsikan aspek informasional tersebut:

a. Peran sebagai monitor (Monitor Role)


Sebagai yang memonitor, seorang pemimpin secara terus menerus memonitor
lingkungannya untuk memperoleh informasi, dia juga seringkali harus ’menginterogasi’
kontak serta anak buahnya, dan kadangkala menerima informasi gratis, sebagian besar
merupakan hasil jaringan kontak personal yang sudah dikembangkannya. Perlu diingat,
bahwa sebagian besar informasi yang diperoleh pemimpin dalam perannya sebagai monitor
datang dalam bentuk verbal, kadang berupa gosip, sassus, dan spekulasi yang masih
membutuhkan konfirmasi dan verifikasi lebih lanjut.

b. Peran sebagai disseminator (Disseminator role)


Sebagian besar informasi yang diperoleh pemimpin harus dimanfaatkan bersama
(sharing) dan didistribusikan kepada anak buah yang membutuhkan. Di samping itu ketika
anak buahnya tidak bisa saling kontak dengan mudah, pemimpinlah yang kadang-kadang
harus meneruskan informasi dari anak buah yang satu kepada yang lainnya.
c. Peran sebagai Juru bicara (Spokesman Role)
Sebagai juru bicara seorang pemimpin mempunyai hak untuk menyampaikan
informasi yang dimilikinya ke orang di luar unit organisasinya.

3. Peran Pengambilan Keputusan (Decisional Role)


Informasi yang diperoleh pemimpin bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan masukan dasar
bagi pengambilan keputusan. Sesuai otoritas formalnya, hanya pemimpinlah yang dapat
menetapkan komitmen organisasinya ke arah yang baru; dan sebagai pusat syaraf
organisasi, hanya dia yang memiliki informasi yang benar dan menyeluruh yang bisa
dipakai untuk memutuskan strategi organisasinya. Berkaitan dengan peran pemimpin
sebagai pengambil keputusan terdapat empat peran pemimpin, yaitu:
a. Peran sebagai wirausaha (Entrepreneur Role)
Sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus berupaya untuk selalu memperbaiki
kinerja unitnya dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan di mana organisasi tersebut
eksis. Dalam perannya sebagai wirausaha, seorang pemimpin harus selalu mencari ide-ide
baru dan berupaya menerapkan ide tersebut jika dianggap baik bagi perkembangan
organisasi yang dipimpinnya.

b. Peran sebagai pengendali gangguan (Disturbance handler Role)


Peran sebagai pengendali gangguan memotret keharusan pemimpin untuk merespon
tekanan-tekanan yang dihadapi organisasinya. Di sini perubahan merupakan sesuatu di luar
kendali pemimpin. Dia harus bertindak karena adanya tekanan situasi yang kuat sehingga
tidak bisa diabaikan. Pemimpin seringkali harus menghabiskan sebagian besar waktunya
untuk merespon gangguan yang menekan tersebut. Tidak ada organisasi yang berfungsi
begitu mulus, begitu terstandardisasi, yaitu telah memperhitungkan sejak awal semua situasi
lingkungan yang penuh ketidakpastian. Gangguan timbul bukan saja karena pemimpin
bodoh mengabaikan situasi hingga situasi tersebut mencapai posisi kritis, tetapi juga karena
pemimpin yang baik tidak mungkin mengantisipasi semua konsekuensi dari setiap
tindakannya.

c. Peran sebagai yang mengalokasikan sumberdaya (Resource allocator Role)


Pada diri pemimpinlah terletak tanggung jawab memutuskan siapa akan menerima
apa dalam unit organisasinya. Mungkin, sumberdaya terpenting yang dialokasikan seorang
pemimpin adalah waktunya. Perlu diingat bahwa bagi seseorang yang memiliki akses ke
pemimpin berarti dia bersinggungan dengan pusat syaraf unit organisasi dan pengambil
keputusan. Pemimpin juga bertugas untuk mendesain struktur organisasi, pola hubungan
formal, pembagian kerja dan koordinasi dalam unit yang dipimpinnya.

d. Peran sebagai negosiator (Negotiator Role)


Banyak studi mengenai kerja manajerial mengindikasikan bahwa pemimpin
menghabiskan cukup banyak waktunya dalam negosiasi. Sebagaimana dikemukakan
Leonard Sayles, negosiasi merupakan way of life dari seorang pemimpin yang canggih.
Negosiasi merupakan kewajiban seorang pemimpin, mungkin rutin, tetapi tidak boleh
dihindari. Negosiasi merupakan bagian integral dari tugas pemimpin, karena hanya dia yang
memiliki otoritas untuk bisa memberikan komitmen sumberdaya organisasi, dan hanya dia
yang memiliki pusat syaraf informasi yang dibutuhkan dalam melakukan negosiasi penting.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, Montague. 1997. Manajemen Perawatan Kesehatan. Jakarta : EGC
Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha
Medika
Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.
Suarli dan Bahtiar, Yanyan. 2002. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Erlangga
Swansburg,Russel C.2000.Pengantar Kepemimpinan dan manajemen

keperawatan untuk peraw

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39138/Chapter%20ll.pdf?s

equence=4

Anda mungkin juga menyukai