Anda di halaman 1dari 21

1. Patofisiologis hubungan antara batuk, pilek dan mencret?

Hubungan batuk, pilek dan mencret melalui infeksi rotavirus. Rotavirus masuk
ke dalam tubuh manusia melalui udara dan masuk ke dalam saluran pernafasan.
Mekanisme pertahanan saluran pernafasan terhadap benda asing yang masuk adalah
pergerakan silia-silia pada mucosa saluran pernafasan atas, yaitu berupa batuk dan
pilek. Setelah menginfeksi saluran pernafasan atas, rotavirus akan menginfeksi vili-
vili pada mukosa usus halus dengan cara invasi melalui sel epitel usus halus. Sel-sel
epitel yang terinfeksi akan mati dan menyebabkan perpindahan cairan intrasel ke
ekstrasel yang akan meyebabkan diare osmotik.

Sumber :
(http://www.mhcs.health.nsw.gov.au/publicationsandresources/pdf/publication-
pdfs/diseases-and-conditions/8425/doh-8425-ind.pdf)

2. Sebutkan macam-macam demam? (minimal 9)

a. Demam kontinyu atau sustained fever ditandai oleh peningkatan suhu tubuh

yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4oC selama periode 24 jam.

Fluktuasi diurnal suhu normal biasanya tidak terjadi atau tidak signifikan.

b. Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai

normal dengan fluktuasi melebihi 0,5oC per 24 jam. Pola ini merupakan tipe

demam yang paling sering ditemukan dalam praktek pediatri dan tidak spesifik

untuk penyakit tertentu. Variasi diurnal biasanya terjadi, khususnya bila

demam disebabkan oleh proses infeksi.

c. Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi

hari, dan puncaknya pada siang hari. Pola ini merupakan jenis demam

terbanyak kedua yang ditemukan di praktek klinis.

d. Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau intermiten

menunjukkan perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat

besar.
e. Demam quotidian, disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan paroksisme

demam yang terjadi setiap hari.

f. Demam quotidian ganda (Gambar 4.)memiliki dua puncak dalam 12 jam

(siklus 12 jam)

Gambar 4. Demam quotidian

g. Undulant fever menggambarkan peningkatan suhu secara perlahan dan

menetap tinggi selama beberapa hari, kemudian secara perlahan turun menjadi

normal.

h. Demam lama (prolonged fever) menggambarkan satu penyakit dengan lama

demam melebihi yang diharapkan untuk penyakitnya, contohnya > 10 hari

untuk infeksi saluran nafas atas.

i. Demam rekuren adalah demam yang timbul kembali dengan interval irregular

pada satu penyakit yang melibatkan organ yang sama (contohnya traktus

urinarius) atau sistem organ multipel.

j. Demam bifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam yang

berbeda (camelback fever pattern, atau saddleback fever). Poliomielitis

merupakan contoh klasik dari pola demam ini. Gambaran bifasik juga khas

untuk leptospirosis, demam dengue, demam kuning, Colorado tick fever,

spirillary rat-bite fever (Spirillum minus), dan African hemorrhagic fever

(Marburg, Ebola, dan demam Lassa).

k. Relapsingfever dan demam periodik:


i. Demam periodik ditandai oleh episode demam berulang dengan interval

regular atau irregular. Tiap episode diikuti satu sampai beberapa hari,

beberapa minggu atau beberapa bulan suhu normal. Contoh yang dapat

dilihat adalah malaria (istilah tertiana digunakan bila demam terjadi setiap

hari ke-3, kuartana bila demam terjadi setiap hari ke-4) (Gambar 5.)dan

brucellosis.

Gambar 5. Pola demam malaria

ii. Relapsing fever adalah istilah yang biasa dipakai untuk demam rekuren yang

disebabkan oleh sejumlah spesies Borrelia (Gambar 6.)dan ditularkan oleh

kutu (louse-borne RF) atau tick (tick-borne RF).

Gambar 6. Pola demam Borreliosis (pola demam relapsing)

Penyakit ini ditandai oleh demam tinggi mendadak, yang berulang secara tiba-

tiba berlangsung selama 3 – 6 hari, diikuti oleh periode bebas demam dengan

durasi yang hampir sama. Suhu maksimal dapat mencapai 40,6oC pada tick-

borne fever dan 39,5oC pada louse-borne. Contoh lain adalah rat-bite fever

yang disebabkan oleh Spirillum minus dan Streptobacillus moniliformis.


Riwayat gigitan tikus 1 – 10 minggu sebelum awitan gejala merupakan

petunjuk diagnosis.

iii. Demam Pel-Ebstein (Gambar 7.), digambarkan oleh Pel dan Ebstein pada

1887, pada awalnya dipikirkan khas untuk limfoma Hodgkin (LH). Hanya

sedikit pasien dengan penyakit Hodgkin mengalami pola ini, tetapi bila ada,

sugestif untuk LH. Pola terdiri dari episode rekuren dari demam yang

berlangsung 3 – 10 hari, diikuti oleh periode afebril dalam durasi yang serupa.

Penyebab jenis demam ini mungkin berhubungan dengan destruksi jaringan

atau berhubungan dengan anemia hemolitik.

Gambar 7. Pola demam penyakit Hodgkin (pola Pel-Ebstein).

Sumber : (Behrman RE, Kliegman R, Jenson HB. Nelson textbook of

pediatrics 17th ed. Philadelphia:W.B Saunders; 2004.)

(Poorwo Soedarmo, SS., dkk. Demam Tanpa Kausa Jelas (Fever of Unknown Origin).

Dalam Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi Kedua. Ikatan Dokter Anak

Indonesia (IDAI). Jakarta. 2008. Hal: 47-55)

(Army Bakry B, Roland Tumbelaka A. Etiologi dan Karakteristik Demam

Berkepanjangan pada Anak. Vol. 10, No. 2. FKUI. Jakarta 2008)

3. Sebutkan macam-macam dispnea dan derajat dispnea?

a. Dispnea akut : sesak napas yang berlangsung <1 bulan


b. Dispnea kronik : sesak napas yang berlangsung > 1 bulan
c. Hematogenous dispneu : disebabkan oleh karena adanya asidosis, anemia atau
anoksia, biasanya berhubungan dengan exertional.
d. Neurogenik dispneu : Psikogenik dispneu yang terjadi misalnya oleh karena
emosi dan organic dispneu yang terjadi akibat kerusakan jaringan otak atau
karena paralisis dari otot-otot pernafasan
e. Paroxysmal nocturnal dyspneu : serangan sesak nafas yang biasanya timbul di
malam hari serta membuat pasien terbangun dari tidurnya.

Derajat dispneu

Sumber : (Siegenthaler MD, Walter . Differential Diagnosis in Internal


Medicine. Germany: 2007. hal 496)

4. Bahasa latin ingus?


Mukus
Sumber : (Buku kamus kedokteran Dorland)

5. Anamnesis pasien yang datang dengan diare?


 Menyapa pasien dan mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri
 Mempersilahkan duduk
 Menanyakan identitas pasien
 Menanyakan keluhan utama pasien : diare
 Sudah berapa lama diare berlangsung? Sejak hari apa? Waktunya kapan (pagi /
siang / malam)
 Seberapa sering diarenya dalam sehari (frekuensi diare)?
 Seberapa banyak tinjanya setiap kali diare?
 Konsistensi atau bentuk tinja bagaimana? Padat / lembek / cair / ampas / lendir /
darah / seperti cucian beras
 Warna tinjanya bagaimana? Hitam / hijau / kuning / putih (dempul)
 Bau tinjanya bagaimana? Busuk / amis / asam
 Apakah diarenya disertai mual, muntah, nyeri perut, demam, kejang, penurunan
kesadaran, perut kembung dan lemas?
 Anaknya minum ASI atau susu formula?
 Apakah diarenya pernah di obati?
 Apakah sebelumnya pernah menderita diare?
 Apakah di keluarga ada yang menderita diare?
 Lingkungan tempat tinggalnya bagaimana? Bersih / kotor / perumahan padat
 Sosial ekonomi keluarga bagaimana? Cukup / kurang / menengah ke atas
 Tanya riwayat kehamilan
 Tanya riwayat kelahiran
 Tanya riwayat tumbuh kembang
 Tanya riwayat imunisasi
 Tanya riwayat makan
 Lanjutkan dengan pemeriksaan fisik

Sumber : (Diagnosis Fisis pada Anak Edisi ke-2 halaman 9)

6. Anamnesis batuk?
 Menyapa pasien dan mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri
 Mempersilahkan duduk
 Menanyakan identitas pasien
 Menanyakan keluhan utama pasien : batuk
 Sudah berapa lama batuk berlangsung? Sejak hari apa?
 Apakah batuknya berdahak atau batuk kering?
 (bila berdahak) Dahaknya seperti apa? Kental/ warnanya / baunya / darah?
 Apakah batuknya sering berulang?
 Apakah batuknya disertai sesak napas?
 Apakah batuknya disertai bunyi mengi?
 Apakah anak sering keringat malam, kebiruan?
 Apakah anak memerlukan perubahan posisi agar batuknya berkurang?
 Apakah batuknya disertai muntah?
 Apakah berat badan anak turun?
 Apakah sebelumnya pernah menderita batuk seperti ini?
 Apakah di keluarga dan lingkungan sekitar ada yang menderita batuk lama?
 Apakah batuknya sudah pernah diobati?
 Lingkungan tempat tinggalnya bagaimana? Bersih / kotor / perumahan padat?
 Sosial ekonomi keluarga bagaimana? Cukup / kurang / menengah ke atas?
 Tanya riwayat kehamilan?
 Tanya riwayat kelahiran?
 Tanya riwayat tumbuh kembang?
 Tanya riwayat imunisasi?
 Tanya riwayat makan?
 Lanjutkan dengan pemeriksaan fisik

Sumber : (Diagnosis Fisis pada Anak Edisi ke-2 halaman 8-9)

Anamnesis sesak?

o Menanyakan identitas pasien melalui orang tua pasien


o Menanyakan keluhan utama pasien : sesak napas
o Sudah berapa lama sesak napas berlangsung? Sejak hari apa? Waktunya kapan
(pagi / siang / malam)
o Seberapa sering sesak napas tersebut, apakah berulang-ulang? Atau baru pertama
kali ?
o Berapa bantal yang dipakai oleh anak saat anak tidur ?
o Sesak dirasakan sewaktu beraktifitas berat atau tidak?
o Apakah sesak nafas timbul bila anak berlari atau berjalan agak jauh?
o Apakah sesak nafas timbul tiba-tiba ?
o Apakah sesak nafas disertai dengan bunyi mengi?
o Apakah sesak nafas didahului dengan batuk ?
o Apakah sesak nafas disertai dengan kebiruan ?
o Apakah ada riwayat tersedak ?
o Apakah terdapat riwayat alergi sebelumnya ?
o Apakah sebelumnya pernah di obati?
o Apakah di keluarga ada yang menderita sesak?
o Lingkungan tempat tinggalnya bagaimana? Bersih / kotor / perumahan padat?
o Sosial ekonomi keluarga bagaimana? Cukup / kurang / menengah ke atas
• Apakah anak pernah mendapatkan imunisasi BCG ?
• Lanjutkan dengan pemeriksaan fisik

Sumber : (Diagnosis Fisis pada Anak Edisi ke-2 halaman 10)

7. Berapa kali penyuntikan TT?

Imunisasi TT pada ibu hamil disuntikan sebanyak enam kali. Konsep imunisasi TT
adalah life long imunization yaitu pemberian imunisasi imunisasi TT 1 sampai dengan
TT 5. Skema life long immunization adalah sebagai berikut:

1. TT 0, dilakukan pada saat imunisasi dasar pada bayi.


2. TT 1, dilakukan pada saat imunisasi dasar pada bayi.
3. TT 2, dilakukan pada saat imunisasi dasar pada bayi.
4. TT 3, dilalukan pada saat BIAS (bulan imunisasi anak sekolah) pada kelas satu.
5. TT 4, dilalukan pada saat BIAS (bulan imunisasi anak sekolah) pada kelas dua.
6. TT 5, dilalukan pada saat BIAS (bulan imunisasi anak sekolah) pada kelas tiga.

Imunisasi TT pada ibu hamil harus terlebih dulu di tentukan status kekebalan /
imunisasinya. Bumil yang belum pernah mendapatkan imunisasi maka statusnya T0,
jika telah mendapatkan 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu atau pada masa
balitanya telah memperoleh imunisasi DPT sampai 3 kali maka statusnya adalah T2,
bila telah mendapat dosis TT yang ketiga (interval minimal 6 bulan dari dosis ke-2)
maka statusnnya T3, status T4 didapat bila telah mendapatkan 4 dosis (interval min 1
tahun dari dosis ke-3) dan status T5 didapatkan bila 5 dosis telah didapat (interval min
1 tahun dari dosis ke 4). Selama hamil bila ibu hamil statusnya T0 maka hendaknya
mendapatkan minimal 2 dosis (TT1 dan TT2 dengan interval 4 minggu dan bila
memungkinkan untuk mendapatkan TT3 sesudah 6 bulan berikutnya). Ibu hamil
dengan status T1 diharapkan mendapatkan suntukan TT2 dan bila memungkinkan
juga diberikan TT3 dengan interval 6 bulan (bukan 4 minggu/1 bulan). Bagi bumil
dengan status T2 maka bisa diberikan satu kali suntikan bila interval suntikan
sebelumnya lebih dari 6 bulan. bila statusnya T3 maka suntikan selama hamil cukup
sekali dengan jarak minimal 1 tahun dari suntikan sebelumnya. Ibu hamil dengan
status T4 pun dapat diberikan sekali suntikan (TT5) bila suntikan terakhir telah lebih
dari setahun dan bagi ibu hamil dengan status T5 tidak perlu disuntik TT lagi karena
telah mendapatkan kekebalan seumur hidup (25 tahun).Walaupun tidak hamil maka
bila wanita usia subur belum mencapai status T5 diharapkan mendapatkan dosis TT
hinggga tercapai status T5 dengan interval yang ditentukan. Hal ini penting untuk
mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang akan dilahirkan dan keuntungan bagi
wanita untuk mendapatkan kekebalan aktif terhadap tetanus.

(http://idai.or.id/wp-content/uploads/2013/02/Jadwal_Imunisasi_IDAI2011.pdf)
8. Definisi ASI ekslusif
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan
padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit, bubur, nasi, dan tim. Pemberian ASI
eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila
mungkin sampai 6 bulan.
Sejak tahun 1991, ASI Eksklusif didefenisikan sebagai pemberian ASI saja
tanpa makanan maupun minuman kepada seorang bayi sesaat setelah lahir sampai
bayi tersebut berusia 6 bulan. Akan tetapi defenisi ini sudah dimodifikasi oleh WHO-
UNICEF pada tahun 2007, bahwa terdapat beberapa hal yang diperbolehkan selama
periode ASI eksklusif (0-6 bulan) yaitu :
1. Pemberian larutan Oralit
2. Obat dalam bentuk tetes dan sirup, apakah itu vitamin, mineral atau obat
Jika seorang anak mengonsumsi makanan atau minuman selain ASI (kecuali
kedua hal tersebut di atas) maka anak tersebut tidak bisa dikategorikan sebagai anak
yang mendapatkan ASI eksklusif.

(WHO (2010) Indicators for assessing infant and young child feeding practices part
3: country profiles. World Health Organization. Dept. of Child and Adolescent Health
and Development. Dari : http://manjilala.info/istilah-istilah-dalam-pemberian-asi/)

9. Sebutkan pola pertumbuhan pada anak ?


Pola-pola pertumbuhan ada 4 yaitu :
a. Pola pertumbuhan umum (general patern)
Contoh : tulang panjang, otot skelet (pada neonatus 20-25% berat badan setelah
dewasa 40% berat badan), sistem pencernaan, pernapasan, peredaran darah dan
volume darah.
b. Pola pertumbuhan neural (brain & head patern)
Perkembangan otak, tulang tengkorak, mata dan telinga
c. Pola pertumbuhan limfoid (lymphoid patern)
d. Pola pertumbuhan genital (reproductive patern)
Contoh : tungkai memanjang dan melebar, pertumbuhan terus berlangsung sampai
epifise menutup dan pertumbuhan tinggi berhenti,
Sumber : (Soetjiningsih. 1995. In Ranuh, Gde (Eds). Tumbuh Kembang Anak.
Jakarta : EGC. hal. 25-26).

10. Sinonim pertusis? (minimal 4)


• Batuk rejan
• Whooping cough
• Tussis quinta
• Violent cough

Sumber : (http://medicom.blogdetik.com/2009/03/18/uji-tuberkulin/)

11. Sebutkan macam-macam stadium pertusis


a. Stadium kataral (1-2 minggu)
Menyerupai gejala ISPA: rinore dengan lendir cair, jernih, terdapat injeksi
konjungtiva, lakrimasi, batuk ringan iritatif kering dan intermiten, panas tidak
begitu tinggi, dan droplet sangat infeksius.

b. Stadium paroksimal atau spasmodik (2-4 minggu)


Frekwensi derajat batuk bertambah 5-10 kali pengulangan batuk kuat, selama
expirsi diikuti usaha insprasi masif yang medadak sehingga menimbulkan bunyi
melengking (whooop) oleh karena udara yang dihisap melalui glotis yang
menyempit. Muka merah, sianosis, mata menonjol, lidah menjulur, lakrimasi,
salivasi, petekia diwajah, muntah sesudah batuk paroksimal, apatis, penurunan
berat badan, batuk mudah dibangkitkan oleh stress emosional dan aktivitas fisik.
Anak dapat terberak-berak dan terkencing-kencing. Kadang kadang pada penyakit
yang berat tampak pula perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis.

c. Stadium konvalesens (1-2 minggu)


Whoop mulai berangsur angsur menurun dan hilang 2-3 minggu kemudian
tetapi pada beberapa pasien akan timbul batuk paroksimal kembali. Episode ini
akan berulang ulang untuk beberapa bulan dan sering dihubungkan dengan infeksi
saluran napas bagian atas yang berulang.

Sumber : (http://drakeiron.wordpress.com/2008/12/05/info-pertusis/)

12. Diagnosis banding pertusis?


• Bronkiolitis
• Pneumnia bakterial
• Sistik fibrosis
• Tuberkulosis

Sumber : (http://www.scribd.com/doc/103108073/PERTUSIS)

13. Nama lengkap etiologi penyebab difteri?


Corynobacterium diphterial
Sumber : (http://www.scribd.com/doc/13758759/DIFTERI)

14. Nama lengkap etiologi penyebab tetanus?


Clostridium tetani
Sumber : (http://www.scribd.com/doc/13758708/TETANUS)

15. Sebutkan nama lain dari penyakit campak?


Morbil, Rubella, Measles

Sumber : (Garna Herry, Morbili, Dalam Buku Pedoman Diagnosis Dan Terapi
Ilmu Kesehatan Anak Edisi Ke 3. Bandung, 2005. Halaman 234.)

16. Kenapa anjuran imunisasi campak umur 9 bulan? Berapa dosisnya dan dimana tempat
penyuntikannya?
a. Anjuran imunisasi campak pada umur 9 bulan karena pada usia 9 bulan, antibodi
dari ibu sudah menurun dan campak biasanya menyerang anak balita. Selain itu
dilihat dari faktor sosial dan budaya di Indonesia, bayi biasanya diperbolehkan
keluar rumah bila telah memasuki usia 9 bulan, sehingga diharapkan cakupan
imunisasi akan semakin luas.
b. Satu dosis vaksin campak sebanyak 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada
lengan atas.

Sumber : (ISO Indonesia volume 44 hal 504)

17. Apa yang mendasari pemeriksaan kesadaran apatis,somnolen dan lainnya ?


Composmentis, somnolen, apatis dan lainnya pemeriksaannya berdasarkan kesadaran
secara kualitatif.

Sumber : (Tim Blok Neurology dan Spesific Sensen Systems (NSS). 2012.
Buku Petunjuk Skill Lab. Purwokerto : Universitas Jenderal Soedirman)

18. Sebutkan berapa macam pemeriksaan kesadaran yang menggunakan score selain
GCS?
a. AVPU dimana pasien diperiksa apakah sadar baik (alert), berespon dengan kata-
kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang nyeri (pain), atau pasien tidak sadar
sehingga tidak berespon baik verbal maupun diberi rangsang nyeri(unresponsive).
b. ACDU, pasien diperiksa kesadarannya apakah baik (alertness),bingung / kacau
(confusion), mudah tertidur (drowsiness), dan tidak ada respon(unresponsiveness).

Sumber : (Tim Blok Neurology dan Spesific Sensen Systems (NSS). 2012.
Buku Petunjuk Skill Lab. Purwokerto : Universitas Jenderal Soedirman)

19. Apa yang dinilai dari nadi?


Pemeriksaan nadi harus mencakup :
a. Laju nadi : normal, takikardi (laju nadi lebih cepat dari normal), bradikardi (laju
nadi lebih lambat dari normal)
b. Irama nadi : teratur, aritmia (ketidakteraturan irama nadi)
c. Kualitas nadi : isi nadi normal (cukup), pulsus seler (nadi teraba sangat kuat dan
turun dengan cepat), pulsus parvus et tardus (nadi dengan amplitudo yang rendah
dan teraba lambat naik), pulsus paradoksus (nadi yang teraba lemah saat inspirasi
dan teraba normal atau kuat saat ekspirasi.
d. Ekualitas nadi : isi dan tekanan nadi yang teraba pada keempat ekstremitas,
normalnya sama pada keempat ekstremitas.
Sumber : (Matondang, S Corry, dkk. 2000. Diagnosis fisik pada anak. Jakarta :
PT Sagung Seto. Hal 26-29)

20. Sebutkan 9 tempat pemeriksaan suhu tubuh?


1. Arteri pulmonalis
Suhu tubuh yang diangap palin mendekati suhu yang terukur oleh thermostat
di hipotalamus adalah suhu darah arteri pulmonalis, tetapi pengukuran tersebut
merupakan cara invasiv, menggunakan kateter arteri pulmonal sehingga hanya sesuai
digunakan untuk perawatan intensif tau pasien badan tertentu.
2. Esofagus
Suhu esofagus dianggap suhu yang mendekati suhu inti karena dekat dengan
arteri yang membawa darah dari jantung ke otak, dan lebih tidak invasive
dibandingkan dengan pengukuran suhu arteri pulmonalis. Namun suhu esofagus tidak
sama sepanjang esophagus. Pada esofagus bagian atas dipengaruhi udara trakeal
sedankan bagian 1/3 bawah paralel dengan suhu aliran daerah arteri pulmonalis.
3. Kandung kemih
Kandung kemih merupakan tempat lain yang digunakan untuk pengukuran
suhu tubuh, karena diasumsikan bahwa urin merupakan hasil filtrasi darah yang
ekuivalen dengan 20% curah jantung dan merefleksikan suhu rata-rata aliran darah
yang melalui ginjal pada satuan waktu tertentu. Namun tingkat keakuratan
pengukuran suhu sangat tergantung dari jumlah urin yang keluar.
4. Rektal
Suhu rektal diangap sebagai baku emas dalam pengukuran suhu karena
bersifat praktis dan akurat dalam estimasi rutin suhu tubuh. Namun demikian
ditemukan beberapa kelemahan. Bezinger dkk menyatakan pada rektum tidak
ditemukan sistem termoregulasi. Suhu rektal lebih tinggi dibandingkan tempat lain
(arteri pulmonalis), hal ini mungkin akibat aktivitas metabolik bakteri feses. Nilai
suhu rektal dipengaruhi oleh kedalaman insersi termometer, kondisi aliran darah, dan
ada atau tidaknya feses. Selain itu terapat risiko perforasi rektal dan infeksi
nosokomial.
5. Oral
Pengukuran oral lebih disukai karena kemudahan dalam teknik penukurannya,
demikian juga dengan responnya terhadap perubahan suhu inti tubuh. Suhu sublingual
cukup dapat diterima secara klinis karena arteri utamanya merupakan cabang arteri
karotid eksterna dan mempunyai respon yang cepat terhadap perubahan suhu ini.

6. Aksila
Pengukuran suhu aksila relative mudah bagi pemeriksa, nyaman bagi pasien,
dan mempunyai risiko yang paling kecil untuk penyebaran penyakit. Kelemahan
pengukuran suhu aksila terletak pada sensitivitasnya yang rendah dan mempunyai
variasi suhu yan tinggi dan sangat sipengaruhi suhu lingkungan.
7. Membran timpani
Secara teoritis membran timpani merupakan tempat yang ideal untuk
pengukuran suhu inti karena terdapat arteri yang berhubungan dengan pusat
termoregulasi. Termometer membran timpani saat ini menggunakan metode infrared
radiation emitted detectors (IRED). Walaupun dari segi kenyaman cukup baik,
pengukuran suhu membran timpani hingga saat ini jarang dipergunakan karena variasi
nilai suhu yang berkorelasi denga suhu oral atau rektal cukup besar.
8. Kulit
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan
melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui
anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam
fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh
ke kulit menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas
yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.
9. Vagina
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama
istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada
pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur atau
ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal.
Termometer basal ini dapat digunakan secara per vagina, atau melalui dubur dan
ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit.
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan
turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali
pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur atau
ovulasi.
Sumber : (Wahidiyat Iskandar, Pemeriksaan Fisis, Dalam buku Diagnosis Fisis
Pada Anak Edisi Ke-2. Jakarta, 2003. Halaman 18)

21. Apa kepanjangan dari NCHS?


NCHS kepanjangan dari National Center for Health Statistics.

Sumber : (http://www.fda.gov/ohrms/dockets/ac/02/briefing/3903b1-04.pdf)

22. Apa batas ubun-ubun besar?

Fontanel mayor/anterior ( ubun-ubun besar/bregma ), berbentuk segi empat, ubun-


ubun ini dibentuk oleh pertemuan antara os parietalis dan os frontalis.

Sumber : (Putz, R., Pabst, R. Sobotta Atlas of Human Anatomy. 14th Edition.
Urban and Fisher. Munich : 2008)

23. Sutura sagitlis terbentuk dari tulang?


Os. Parietal dekstra dan Os. Parietal sinistra
Sumber : (Putz, R., Pabst, R. Sobotta Atlas of Human Anatomy. 14th Edition.
Urban and Fisher. Munich : 2008)

24. Pengukuran lingkar kepala melalui apa saja?


Yang diukur ialah lingkaran kepala terbesar. Caranya dengan meletakan pita
melingkari kepala melalui glabela pada dahi, bagian atas alis mata, dan bagian
belakang kepala pasien yang paling menonjol yaitu protuberansia oksipitalis.

Sumber : (S. Matondang Corry, Wahidiyat Iskandar, Sastroasmoro Sudigdo,


Diagnosa Fisik pada Anak. Edisi ke dua, Sagung seto jakarta :2003. Hal. 180)

25. Apa saja yang diperiksa pada pemeriksaan tenggorokan?


Tenggorokan : Faring, yang diperiksa yaitu apakah hiperemis, edema, terdapat
membran, eksudat, abses, atau post nasal drip.
Laring, yang diperiksa yaitu apakah terdapat stridor atau tidak.

Sumber : (Wahidiyat Iskandar, Kepala Dan Leher, Dalam buku Diagnosis Fisis
Pada Anak Edisi Ke-2. Jakarta, 2003. Halaman 48.)

26. Batas anatomi faring?


• Nasofaring terletak di belakang hidung, posterior terhadap choanae
• Ororfaring terletk dibelakang mulut, posterior terhadap isthmus faucium
• Lryngofaring terletak dibelakang laring, posterior terhadap aditus laringis

Sumber : Putz, R., Pabst, R. Sobotta Atlas of Human Anatomy. 14th Edition.
Urban and Fisher

27. Murmur normal pada anak disebut?


Murmur innocent

Sumber : (S. Matondang Corry, Wahidiyat Iskandar, Sastroasmoro Sudigdo,


Diagnosa Fisik pada Anak. Edisi ke dua, Sagung seto jakarta :2003, hal. 84)

28. Posisi murmur pada anemia heart deseases?


Pada anak dengan anemia heart diseases terdapat murmur ejeksi sistolik.
Murmur ini terdengar mulai setelah bunyi jantung I dan berhenti sebelum bunyi
jantung II. Murmur ini terdengar pada katup mitral atau trikuspid.
Sumber :
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24771/4/Chapter%20II.pdf)

29. Bahasa latin bentuk dada normal?


Normochest

Sumber : Putz, R., Pabst, R. Sobotta Atlas of Human Anatomy. 14th Edition.
Urban and Fisher

30. Bentuk dada atau thorax abnormal apa saja?


a. Barrel chest, toraks emfisematus. Toraks berbentuk bulat seperti tong, ditandai
oleh sternum yang terdorong ke depan dengan iga-iga horizontal. Kelainan ini
dijumpai pada penyakit paru obstruksi kronis misalnya asma, fibrosis kritik dan
emfisema.
b. Pectus ekskavatum (funnel chest) : sternum bagian bawah serta rawan iga masuk
ke dalam, terutama pada saat inspirasi. Etiologi keadaan ini dapat merupakan
kelainan konginental, hipertrofi adenoid yag berat serta dapat juga dijumpai pada
sindrom Marfan dan Noonan.
c. Pectus karinatum (pigeon’s chest, dada burung) : sternum menonjol kearah luar,
biasanya disertai dengan depresi vertikal pada daerah kondrokostal. Kelainan ini
biasanya terlihat pada rakitis, osteoporosis Marfan, sindrom Noonan, dan penyakit
Morquio.

(1) (2) (3)

Sumber : N Rahajoe, Nastiti., Bambang Supriyatno, Darmawan Budi Setyano.


2008. Buku Ajar Respirologi Anak, Edisi Pertama. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
31. Kelainan kongenital pada dinding perut?
Gastroskizis dan Omfalokel

Omfalokel (disebut juga Exomfalos) merupakan defek dinding abdomen pada garis
tengah dengan berbagai derajat ukuran, disertai hernia visera yang ditutupi oleh
membran yang di terdiri atas peritoneum di lapisan dalam dan amnion di lapisan luar
serta Wharton’s Jelly di antara lapisan tersebut. Pembuluh darah berada di dalam
membran, bukan pada dinding tubuh. Isi dari hernia antara lain berbagai jenis dan dan
jumlah usus, sering sebagian dari hati dan kadang-kadang organ lainnya. Sedangkan
tali pusat terdapat pada puncak kantong ini. Defek ini mungkin terletak di pusat atas,
tengah atau bawah abdomen dan ukuran serta lokasi memiliki implikasi yang penting
dalam penanganannya.
Gastroskisis adalah defek pada dinding abdomen yang biasanya tepat di sebeah kanan
dari masuknya korda umbilikus ke dalam tubuh. Ada juga yang terletak di sebelah
kiri, namun kasusnya jarang. Sejumlah usus dan kadang-kadang bagian dari organ
abdomen lain ikut mengalami herniasi keluar dinding abdomen dengan tanpa adanya
membran yang menutupi ataupun kantung
Perbedaannya, omfalokel atau disebut juga exomfalos adalah kelainan dinding
anterior abdomen pada garis tengah dengan ukuran yang bervariasi, yang berupa
herniasi organ visera abdomen yang terbungkus suatu kantong tipis, melalui sebuah
cicin umbilicus sedangkan gastroskisis adalah kelainan dimana dinding anterior
abdomen tidak berkembang secara sempurna (terdapat defek) sehingga organ intra
abdomen, terutama usus berada diluar rongga perut tanpa dibungkus peritoneum dan
amnion

Gastroskisis diperkirakan sebagai hasil dari iskemik terhadap perkembangan dinding


abdomen. Daerah paraumbilikal kanan merupakan daerah dengan resiko tinggi karena
disuplai oleh vena umbilikal kanan dan arteri omfalomesenterika kanan hingga
mengalami involusi. Jika perkembagan dan involusi ini terganggu pada derajat dan
waktu tertentu, kemudian defek dinding tubuh akan menghasilkan iskemia dinding
abdomen. Hipotesis lain menyatakan bahwa gastroskisis terjadi karena defek dari
ruptur awal hernia korda umbilikalis.2
Pada omfalokel, isi abdomen tidak kembali ke dalam rongga abdomen tetapi tetap
berada di luar abdomen namun berada di dalam korda umbililukus. Berbagai variasi
dan jumlah dari midgust dan organ intra abdomen mengalami herniasi keluar pada
defek tersebut tergantung dari ukuran dan lokasi relatif dinding abdomen. Defisit
pelipatan kranial terutama menghasilkan omfalokel epigastrik yang mungkin
berhubungan dengan kelainan pelipatan kranial tambahan seperti hernia diafragma
anterior, celah sternal, defek perikardial dan defek kardaik.

(Ledbetter DJ. 2006. Gastroschisis and Omphalocele. Surg Clin N Am;86:249–260)

32. Region antara anus dan genital?


Region anogenital

Sumber : (S. Matondang Corry, Wahidiyat Iskandar, Sastroasmoro Sudigdo,


Diagnosa Fisik pada Anak. Edisi ke dua, Sagung seto jakarta :2003, hal. 112)

33. Bagaimana penilaian pada foto rontgen thoraks ?


Foto thoraks merupakan pemeriksaan thorak dengan menggunakan sinar rontgen.
Indikasi foto thorak antara lain penyakit saluran nafas bawah, kelainan jantung atau
kelainan lainnya sebagai pemeriksaan rutin. Thoraks sendiri menjadi tempat yang
sangat baik untuk memulai latihan interpretasi film x-ray. Terdapat beberapa hal yang
menjadi alur interpretasi foto thoraks yaitu :
a. Posisi pasien : Posteroanterior (PA) atau Anteroposterior (AP)
b. Derajat inspirasi : Untuk dapat melihat derajat inspirasi dapat ditentukan
dengan melihat jumlah costae yang berpotongan di tengah diafgrama kanan.
- Depan : 5 – 7 Costae
- Belakang : 9-10 Costae.
c. Lurus atau tidaknya pasien :Untuk dapat lurus atau tidak dapat dilihat dengan
melihat kedudukan kedua tulang clavicula terhadap vertebrae.
d. Menganalisa hasil foto thorak : Idealnya analisis dilakukan dengan
menggunakan lampu baca yang khusus, bukan dengan sumber penerangan
seadanya. Analisis dilakukan dari jarak 4 feet atau 1,2 meter dan kemudian
mendekat. Analisis foto dilakukan menggunakan Problem-oriented Approach
dan dibaca secara sistematis. Hal yang perlu dinilai dalam foto thoraks yaitu :
1. Lapangan paru
o Diharapkan mempunyai densitas yang benar, bukan terlalu putih atau
hitam.
o Semua corakan paru normalnya adalah vaskular.
o Struktur yang dapat diidentifikasi pada foto thorak yang baik meliputi
pembuluh darah, fissura interlobaris dan bagian dinding bronkus besar.
o Penilaian dilakukan dengan membandingkan satu paru dan zona paru
satu dengan yang lainnya.
o Beberapa contoh lesi patologis yang dapat dilihat pada foto thorak ;
infiltrat, nodulus atau massa, garis-garis basal dan pola sarang tawon.
2. Hilus pulmonalis
o Normalnya bayangan hilus hampir seluruhnya dibentuk oleh pembuluh
darah.
o Bentuknya menyerupai huruf V
o Bayangan hilus kiri lebih tinggi dibanding kanan, walaupun selisihnya
tidak melebihi 2,5 cm.
o Menilai pembesaran hilus biasanya sangat sulit.
o Beberapa keadaan pembesaran hilus yang unilateral ; karsinoma
bronkial, limfoma primer, tuberkulosis, sarcoidosis, aneurisma arteri
pulmonalis, serta poststenosis arteri pulmonalis.
o Pembesaran hilus yang bilateral contohnya ; sarcoid, lymphoma,
carsinoma bronkhial, metastasis tumor, tuberkulosis, infeksi paru
berulang, AIDS, berrylliosis dan hipertensi pulmonal.
3. Bentuk jantung

o Idealnya untuk menilai bentuk jantung harus menggunakan posisi


kardial.

o Normalnya 2/3-3/4 bentuk jantung akan terletak di sebelah kiri serta


1/4 -1/3 di sebelah kanan garis tengah tubuh.

o Ukuran jantung harus selalu diperhatikan.

o Sebagai alternatif dapat dipakai cardiothoracis ratio (CTR)

4. Mediastinum

o Bayangan mediastinum terdiri dari sejumlah struktur-struktur penting.


o Terdapat beberapa faktor yang membantu kita dalam mengevaluasi
daerah mediastinum ; 1.bersebelahan dengan paru yang radiolusen, 2.
kolom udara yang terdapat pada trakhea.

o Pembesaran mediastinum ; thymus, pembesaran thiroid, pembesaran


nodus limphatikus, dilatasi aorta dan tumor esofagus.

5. Diafragma dan trakea


Letak diafragma yaitu pada bagian anterior diantara costae 5 hingga 7.
Diafragma kanan lebih tinggi (3 cm) dibandingkan dengan kiri. Sudut
costophrenikus normalnya terlihat lancip. Trakhea normalnya terletak
sentral dan intak.
6. Jaringan lunak pada rongga thoraks
o Dalam menginterpretasikan foto thorak harus diperhatikan juga
keadaan jaringan-jaringan lunak di rongga thorak, terutama apabila ada
pembesaran.
o Kelainan yang paling sering dijumpai adalah surgical emphisema.

Sumber : (http://www.scribd.com/doc/45212917/Interpretasi-Foto-Thorak
Normal#download)

34. Alasan menggunakan cefotaxim pada anak?


Pada masa neonatus sering kali terlalu banyak pemberian antibiotik, karena sulitnya
mendiagnosis infeksi digunakan antibioik berspektrum luas. Antibiotik dipakai pada
keadaan :
a. Terbukti ada infeksi antepartum.
b. Meragukan, gejalanya non spesifik dan diduga ada infeksi.
c. Infeksi kulit yang cukup menghawatirkan.

Sumber : (Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Departemen Farmakologi dan


Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007)

Anda mungkin juga menyukai